WISATA ZIARAH
C. Usaha Perjalanan Wisata
5. Kota Banjar
4.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan
Kebijakan pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan didasarkan pada pertimbangan:
- Potensi dan permasalahan kepariwisataan di kawasan dari berbagai aspek khususnya pengembangan produk wisata yang terkait dengan tema utama kawasan, kondisi pasar wisatawan, transportasi dan infrastruktur, serta aspek SDM dan kelembagaan, seperti yang dijelaskan pada bab 3.
- Isu‐isu strategis pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan, yang dijabarkan pada subbab 3.7.
- Konsep pengembangan, visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan yang dirumuskan pada subbab 4.1 dan 4.2.
Kebijakan pengembangan pariwisata yang dirumuskan mencakup kebijakan pengembangan perwilayahan, pengembangan produk wisata, pengembangan transportasi dan infrastruktur, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan SDM, pengembangan
kelembagaan, serta pengembangan investasi untuk lingkup Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan.
4.3.1 Pengembangan Perwilayahan
Perwilayahan setiap KWU provinsi akan terdiri dari destinasi‐destinasi dengan luasan yang lebih kecil, yang merupakan kumpulan (cluster) dari berbagai objek dan daya tarik wisata
yang menjadi unggulan maupun pendukung KWU tersebut. Dengan demikian, di
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan, setiap destinasinya merupakan cluster dari objek dan daya tarik wisata kria, dan atau budaya, dan atau wisata gunung api.
Lebih lanjut, antarcluster di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan memiliki suatu hirarki, yang menggambarkan pusat, yaitu pusat KWU, dalam hal ini Kota Tasikmalaya, dan
destinasi pendukungnya. Selain itu, perlu direncanakan aksesibilitas antarcluster tersebut
sesuai dengan keterkaitannya, termasuk dengan pusat KWU, dengan pintu gerbang KWU tersebut, dengan objek dan daya tarik wisata pendukung, maupun dengan KWU Provinsi Jabar lainnya.
Di masing‐masing cluster pun perlu direncanakan fasilitas yang perlu tersedia, sesuai dengan hirarki dan fungsi cluster tersebut dalam lingkup Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan.
Kebijakan :
Pengembangan beberapa cluster daya tarik wisata di dalam Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan berdasarkan kedekatan karakteristik produk pariwisata dan perwilayahannya.
Pengembangan struktur perwilayahan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan yang menghubungkan antara satu cluster dengan cluster lain, cluster‐cluster dengan pusat kawasan maupun dengan pintu gerbang kawasan, secara terpadu.
Pengembangan berbagai aktivitas yang mendukung tema produk utama kawasan di dalam cluster sebagai generator kegiatan kepariwisataan.
Integrasi antara kebijakan ketataruangan baik di level makro, meso, maupun mikro.
Strategi pengembangan:
Mengembangkan cluster‐cluster daya tarik wisata yang menunjukkan keragaman daya tarik wisata kria dan budaya sebagai destinasi pariwisata dalam Kawasan Kria dan Budaya Priangan.
Menentukan hirarki antardestinasi dan fungsinya masing‐masing dalam menunjang tema produk utama kawasan.
Menentukan entry point dan keterhubungan antardestinasi, antarobjek wisata pendukung tema utama, maupun antarobjek wisata lainnya.
Meningkatkan keterhubungan destinasi dalam Kawasan Kria dan Budaya Priangan dengan pusat kawasan dan pintu gerbang kawasan melalui pengembangan jalur‐jalur beraksesibilitas tinggi.
Klaster Wisata Kria dan Budaya Priangan
Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan terbagi ke dalam beberapa klaster yang mempunyai kekhasan tema. Tema utama ini mengaksentuasi ditunjang oleh tema‐tema pendukung yang bersifat memperkuat tema utama. Aksentuasi tema sendiri didasari oleh potensi yang terdapat dalam kawasan. Secara lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Klaster KWU Kria dan Budaya Priangan
Klaster Daya Tarik Utama Daya Tarik
Pendukung Pusat Pelayanan Klaster Garut • Wisata gunung api Guntur‐Kamojang • Wisata gunung api Papandayan • Wisata budaya Cangkuang (Situ & Candi Cangkuang, Kampung Pulo) • Wisata Kria dan Budaya Kota Garut (kerajinan kulit, batik tulis) • Kuliner • Atraksi kesenian • Wisata alam Situ Bagendit • Kerajinan sangkar burung Kota Garut Klaster Tasik • Wisata gunung api Galunggung‐Talagabodas • Wisata budaya Kampung Naga • Wisata kria dan budaya Tasik (batik tasik, bordir, payung, kerajinan bambu, kelom geulis, mendong, mebel kayu) • Kria dan budaya Rajapolah (anyaman, pandan) • Kuliner • Atraksi kesenian • Kerajinan bordir • Batik tasik • Situ Gede • Bordir Kawalu • Wisata kria NegaraTengah • Kerajinan kaligrafi Kota Tasik Klaster Ciamis‐ Banjar • Wisata Kria (bordir, mendong, miniatur alat musik, sangkar burung) • Wisata Budaya Astana Gede • Wisata Budaya Kampung Kuta • Kuliner • Wisata alam (Situ mustika) • Wisata budaya (situs pulo majeti, kokoplak, Karangkamulyan) • Atraksi Kesenian (reog tumaritis) Kota Ciamis
Klaster Daya Tarik Utama Daya Tarik Pendukung Pusat Pelayanan • Wisata alam (Curug Tujuh, G. Haruman) Lebih lanjut, mengenai pembagian klaster dapat dilihat pada peta 4.1 di halaman berikut ini.
4.3.2 Pengembangan Produk Wisata
Produk wisata dapat diartikan sebagai rangkaian komponen‐komponen pariwisata yang memberikan pengalaman perjalanan bagi wisatawan sejak ia meninggalkan rumah hingga kembali ke rumahnya. Komponen‐komponen tersebut meliputi objek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana transportasi, akomodasi, restoran atau rumah makan, sarana informasi dan telekomunikasi, dan komponen amenitas lainnya.
Pengalaman perjalanan dan berwisata di Kawasan Wisata Unggulan Kria dan Budaya Priangan, difokuskan pada kria dan budaya sebagai tema utama serta gunung api, sebagai tema pendukung. Fokus tema yang didasarkan pada potensi unggulan daerah, dikembangkan untuk membangun citra budaya dan suasana Priangan, melalui pengemasan produk wisata dan komponen pariwisata yang terkait, seperti sarana dan prasarana transportasi dan fasilitas pendukung pariwisata (akomodasi, restoran atau rumah makan). Pengembangan produk wisata yang berkualitas, berkelanjutan dan berbasis masyarakat juga menjadi perhatian. Sejalan dengan hal tersebut, penting untuk dilaksanakan suatu rencana mitigasi bencana, upaya pelestarian (preservasi, konservasi) alam dan pusaka budaya yang melibatkan masyarakat setempat.
Kebijakan :
Pengembangan produk wisata kria dan budaya Priangan diarahkan untuk memperkuat tema utama kawasan dan memberikan manfaat bagi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.
Pengembangan produk wisata gunung api diarahkan untuk memperkuat tema pendukung kawasan dengan tetap memperhatikan upaya mitigasi bencana.
Pengembangan objek dan daya tarik wisata lain di dalam kawasan, baik untuk mendukung tema wisata kria dan budaya Priangan maupun wisata gunung api.
Pengembangan produk wisata ditujukan untuk mendukung upaya konservasi, preservasi, dan rehabilitasi serta pemberdayaan masyarakat di Kawasan Priangan.
Gambar 4.1
Peta Klaster Kawasan Wisata Unggulan Kria dan Budaya Priangan
Pengembangan kualitas produk wisata kria dan budaya Priangan yang khas, unik dan berdaya saing.
Strategi pengembangan:
Memperkuat tema utama kawasan yaitu wisata kria dan budaya melalui diversifikasi dan pengembangan objek dan daya tarik wisata kria dan budaya.
Memprioritaskan pengembangan produk wisata kria dan budaya Priangan yang dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial budaya.
Meningkatkan upaya preservasi terhadap produk wisata kria dan budaya yang sudah langka.
Memperkuat tema pendukung kawasan yaitu wisata gunung api yang terkait dengan setting wilayah pegunungan Priangan.
Mengembangkan produk wisata gunung api sebagai salah satu upaya konservasi lingkungan alam pegunungan.
Meningkatkan kualitas produk wisata kria dan budaya Priangan dengan standar kualitas nasional dan internasional.
Memunculkan brand identity kawasan wisata kria dan budaya Priangan melalui pengembangan brand image yang didukung oleh seleksi dan aksentuasi produk, serta slogan dan simbolisasi. Meningkatkan kualitas kenyamanan dan keamanan di kawasan wisata kria dan budaya Priangan, baik dari faktor fisik maupun psikologis. Meningkatkan standar kualitas pelayanan dalam usaha pariwisata. Mengembangkan nilai‐nilai lokal dalam pengembangan produk wisata kria dan budaya Priangan.
Meningkatkan kualitas ruang/spasial melalui penonjolan karakter desain arsitektural yang berciri khas kawasan wisata kria dan budaya Priangan.
4.3.3 Pengembangan Transportasi dan Infrastruktur
Pengembangan atau perbaikan sistem transportasi dan infrastruktur pada dasarnya adalah upaya untuk mengevaluasi kondisi eksisting yang dilanjutkan dengan pengembangan jaringan transportasi dan infrastruktur sesuai dengan karakteristik wilayah, jenis angkutan dan pola pergerakannya. Pengembangan skenario jaringan transportasi didasarkan pada pemikiran‐pemikiran perbaikan sistem transportasi.
Pengembangan sistem transportasi untuk mendukung sektor pariwisata merupakan hal penting yang harus mengikutsertakan rencana pengembangan pariwisata di kawasan. Dalam perencanaannya, jaringan transportasi dapat digunakan untuk menumbuhkan demand (creating demand) dan/atau melayani demand (servicing demand) terhadap pengembangan suatu kawasan wisata.
Pengembangan infrastruktur dipandang sebagai peluang untuk menjangkau pasar yang sangat potensial baik untuk pemasaran produk secara langsung maupun tak langsung. Kebijakan diperlukan sebagai jaminan pelayan prima yang efektif, efisien, dan murah kepada masyarakat maupun kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan. Kebijakan: Pengembangan sistem transportasi kawasan untuk mendukung wisata kria dan budaya Priangan, serta wisata gunung api. Peningkatan efisiensi kinerja jaringan transportasi eksisting dan skenario pengembangan transportasi di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan, melalui pembenahan sarana dan prasarana infrastruktur yang ada, baik kuantitas maupun kualitasnya dalam menunjang pariwisata.
Mendorong pembangunan infrastruktur kawasan, dengan pemerintah sebagai pemain utama, serta peningkatan pelibatan swasta dan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur pendukung wisata kria, budaya, dan wisata gunung api di kawasan.
Pendekatan terpadu dalam pembangunan infrastruktur mulai dari perencanaan hingga pelayanannya kepada masyarakat, yang bersinergi antarsektor, daerah, maupun wilayah.
Strategi pengembangan:
Mengoptimalkan sarana dan prasarana transportasi maupun infrastruktur di kawasan, dengan penggunaan sumberdaya seefisien mungkin.
Mengevaluasi efisiensi kinerja jaringan transportasi dan infrastruktur eksisting di kawasan dan perumusan skenario pengembangannya.
Pembenahan sarana dan prasarana infrastruktur wilayah, khususnya yang berada di objek dan daya tarik wisata sehingga sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
4.3.4 Pengembangan Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar wisatawan menentukan pengembangan dari produk wisata yang ditawarkan suatu kawasan wisata. Diperlukan pemahaman tentang karakteristik pasar, baik kuantitas maupun kualitasnya, untuk kemudian menjadi pertimbangan dalam mengemas produk wisata, dan strategi pemasaran serta teknik promodi yang akan dilakukan.
Kebijakan:
Pengembangan segmen pasar wisatawan rekreasi dan budaya sebagai segmen pasar potensial, serta segmen pasar wisatawan minat khusus gunung api sebagai segmen pasar baru.
Pengembangan strategi pemasaran yang sesuai untuk pasar wisatawan rekreasi, budaya, dan minat khusus gunung api.
Pengembangan pendekatan pemasaran pariwisata terpadu dengan kawasan wisata unggulan lainnya, secara efektif dan efisien.
Strategi pengembangan:
Mempertahankan dan memperkuat segmen pasar wisatawan utama saat ini, yaitu wisatawan nusantara lokal dan regional untuk kegiatan rekreasi, khususnya Bandung dan wilayah Jawa Barat timur, serta wisatawan nusantara dan mancanegara yang melalui jalur Jawa Tengah/Timur menuju Lampung/DKI Jakarta (overland tourists). Mengembangkan segmen baru pasar wisatawan sesuai dengan arah pengembangan
produk pariwisata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan yang bertema utama kria dan budaya, serta tema pendukung wisata gunung api.
Memperluas segmen pasar wisatawan rekreasi dengan menangkap potensi pasar dari kota‐kota besar di sekitar Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan.
Mengembangkan segmen pasar wisatawan minat khusus budaya, termasuk kria, kuliner, dan belanja, serta wisatawan minat khusus wisata gunung api.
Memanfaatkan segmen pasar wisata minat khusus dan budaya di KWU lainnya, khususnya KWU Perkotaan dan Pendidikan Bandung, KWU Minat Khusus Jabar Selatan, dan KWU Budaya Pesisir Cirebon, dan destinasi pariwisata budaya lainnya di Indonesia (Yogyakarta, Bali). Memasarkan produk wisata kawasan dengan tema kria dan budaya Priangan, dan atau wisata gunung api dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Memasarkan produk wisata kria dan budaya Priangan dalam kerangka konsep Tourism, Trade, and Investment (TTI), khususnya dengan industri kerajinan kecil dan menengah. Memasarkan produk wisata kria dan budaya Priangan terpadu dengan KWU Jawa Barat lainnya. Mengembangkan riset terpadu dalam pengembangan pasar wisatawan untuk membidik pasar wisatawan utama, sekunder dan lainnya.
Mengembangkan berbagai teknik promosi (direct marketing, iklan, sales promotion, travel trade) secara tepat guna dan tepat sasaran.
4.3.5 Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu unsur penting dalam pengembangan destinasi pariwisata, yang meliputi aparat pemerintah, industri swasta, hingga masyarakat lokal. Kebijakan: Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, terutama di daerah tertinggal, baik profesional maupun tenaga trampil. Peningkatan kualitas pelayanan pariwisata khususnya SDM yang berhadapan langsung dengan wisatawan. Pemberdayaan masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata di daerahnya. Peningkatan pemahaman, pengetahuan, kesadaran seluruh pelaku pariwisata (termasuk masyarakat) terhadap pariwisata. Strategi pengembangan:
• Mengembangkan skill transfer melalui berbagai pelatihan/training yang ditujukan bagi peningkatan kualitas SDM di bidang kepariwisataan.
• Mengembangkan dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan kepariwisataan di kawasan.
• Memperbanyak jumlah SDM yang berkualitas sehingga meningkatkan pengembangan kepariwisataan di kawasan.
• Mengadakan standarisasi kompetensi SDM di bidang kepariwisataan yang menghasilkan sertifikasi keahlian tertentu. • Meningkatkan upaya pembinaan kepariwisataan kepada masyarakat pelaku pariwisata dan masyarakat yang tinggal di sekitar daya tarik wisata Kria dan Budaya Priangan. • Meningkatkan upaya pendampingan kepada masyarakat pelaku pariwisata dari proses perencanaan, pengelolaan, sampai pemasaran produk kria dan budayanya.
4.3.6 Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan pariwisata yang cenderung rumit tidak dapat hanya diemban oleh satu institusi saja, misalnya oleh Dinas Pariwisata. Diperlukan kerjasama dan koordinasi antar sektor, baik publik maupun privat, yang terbuka dan efisien, serta didukung oleh SDM yang mumpuni.
Pengembangan kelembagaan kepariwisataan kawasan mencakup efisiensi kelembagaan pariwisata, peningkatan koordinasi dan konsolidasi antarlembaga, serta peningkatan kemitraan antara institusi/lembaga. Dukungan kelembagaan dengan demikian, sangat
diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan, strategi maupun program pengembangan yang dirumuskan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dan sasaran masing‐masing program.
Kebijakan:
Peningkatan koordinasi dan konsolidasi antarlembaga dan antarwilayah kabupaten/kota di Jawa Barat, maupun dengan provinsi lain/nasional/internasional melalui lembaga terkait pariwisata dan budaya, termasuk komitmen dari para pengambil keputusan yang terkait dengan pariwisata.
Pengembangan kelembagaan, sistem dan penyederhanaan prosedur perijinan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Peningkatan kemitraan antara institusi/lembaga yang terkait dengan pengembangan wisata kria dan budaya maupun wisata gunung api di kawasan Priangan.
Pengembangan kelembagaan dalam hal perpajakan dan retribusi yang terkait dengan pengembangan wisata kria dan budaya maupun wisata gunung api di kawasan Priangan.
Pengembangan kelembagaan dalam pemasaran dan promosi wisata kria dan budaya serta wisata gunung api di kawasan Priangan.
Strategi Pengembangan:
• Mengembangkan tourism information system dan e‐government yang dapat mempermudah pengelolaan kepariwisataaan kawasan.
• Mengembangkan tugas, fungsi dan wewenang kelembagaan terkait baik dalam skala makro, meso dan mikro secara integratif agar tidak terjadi ketumpangtindihan dalam menyusun kebijakan.
• Mengembangkan asosiasi profesi kepariwisataan serta memperkuat peran dan fungsi lembaga masyarakat yang bergerak di bidang kepariwisataan seperti KOMPEPAR. • Mengembangkan sarana dan prasarana operasional sebagai penunjang kegiatan
kelembagaan.
• Menerapkan instrumen kebijakan berupa insentif dan disinsetif seperti pajak dan regulasi yang mendukung pengembangan kepariwisataan.
• Meningkatkan hubungan kemitraan yang bernuansa pembinaan dan saling menguntungkan antara pelaku pariwisata, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
4.3.7 Pengembangan Investasi
Berbagai program yang dirumuskan perlu untuk diimplementasikan sehingga menjadi berwujud dan menunjang pembangunan kepariwisataan. Diperlukan investasi baik oleh pemerintah dan khususnya pihak swasta dalam menunjang pengembangan wisata kria dan budaya di Priangan.
Kebijakan:
Promosi terpadu investasi pariwisata di Kawasan Priangan dan Jawa Barat, maupun Indonesia dan mancanegara, dengan promosi sektor‐sektor lainnya, khususnya industri kerajinan.
Penyederhanaan/pemberian kemudahan/insentif bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di bidang kepariwisataan maupun industri kerajinan berbahan baku lokal dan atau yang terkait di kawasan Priangan.
Peningkatan investasi sarana dan prasarana wisata maupun industri kerajinan oleh swasta dan masyarakat, khususnya di lokasi‐lokasi yang menjadi daya tarik wisata kria dan budaya serta daya tarik wisata gunung api.
Strategi Pengembangan:
Peningkatan kerjasama promosi investasi dengan sektor lain di wilayah Priangan, khususnya industri kerajinan, industri makanan dll, maupun di Jawa Barat atau nasional.
Mengembangkan sistem dan prosedur pengembangan investasi terpadu dengan sektor‐ sektor terkait di kawasan Wisata Kria dan Budaya.
Mengembangkan kelembagaan pengelola investasi di kawasan wisata kria dan budaya Priangan.
Menerapkan kebijakan yang mendorong masuknya arus investasi ke kawasan kria dan budaya Priangan.
Mengembangkan business plan yang kuat dalam mengembangkan dan mengelola kepariwisataan kawasan wisata kria dan budaya Priangan.
Mengembangkan kemitraan yang kokoh antara berbagai stakeholders terkait.
Mengembangkan website atau data base yang dapat memberikan informasi mengenai potensi berinvestasi di kawasan wisata kria dan budaya Priangan yang ditujukan bagi para investor.
P
BAB 5
P
PRRROOOGGGRRRAAAMMM PPPEEENNNGGGEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN
K
KKEEEPPPAAARRRIIIWWWIIISSSAAATTTAAAAAANNN
Dalam penyusunan program pengembangan kepariwisataan di Kawasan Kria dan Budaya Priangan, perlu ditinjau kembali pengertian kria yang digunakan dalam studi ini, serta permasalahan maupun isu‐isu strategis yang dihadapi dalam pengembangan kepariwisataan di kawasan Priangan. Hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan dalam merumuskan program yang sesuai dengan arahan, visi, misi maupun tujuan dan sasaran pengembangannya.
Kria dan Karakteristiknya
Kria dapat didefinisikan sebagai ”seni dari rakyat untuk rakyat, berupa karya yang
anonim, dikerjakan melalui tangan, tidak mahal, berakar dari benda yang digunakan secara massal dan fungsional dalam kehidupan sehari‐hari, dan merupakan representasi wilayah tempat benda tersebut diproduksi” (ICCROM, 2002). Di sini, kria tidak hanya dipahami sebagai ’barang’ atau ’benda’ hasil budidaya manusia, tetapi juga
sebagai proses pembelajaran, proses ekonomi, dan proses kreatif.
Merujuk pada definisi tersebut, dalam studi ini kria bukan hanya berupa kerajinan tangan maupun proses pembuatannya tetapi lebih dari itu, kria berakar pada latar belakang suatu komunitas, misalnya struktur masyarakat, nilai‐nilai sosial budaya, dan sejarah. Lebih lanjut, kria dapat dirinci sebagai suatu proses, memiliki dimensi yang signifikan (dimensi sosial, religius, dan budaya) serta memiliki keterkaitan dengan ruang dan lingkungan secara dinamis, seperti dijelaskan pada Gambar 5.1 berikut.
Gamb 5.1 Karakteristik Kria: Proses, Dimensi, dan Konteks
Keterkaitan masyarakat Sunda dengan lingkungan alam‐budaya (cultural landscape) ditunjukkan pula melalui kerajinan lokal yang kini berkembang ke arah industri kria. Hal ini menjadi dasar bagi pembentukan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan dengan tema utama produk‐produk unggulan/baran ‐barang kria serta potensi budaya; dan tema pendukung adalah wisata gunung api dan fenomenanya.
Permasalahan Pengembangan Kepariwisataan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya