WISATA ZIARAH
E. umber Daya Manusia
- Belum dilakukannya riset pasar detil, khusus untuk Kawasan Wisata Kria dan Budaya
isata di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan.
- Keterbatasan informasi, promosi, dan pengemasan produk wisata yang diterima ga mereka kurang berminat untuk berkunjung ke berbagai objek
S
Per
• Terbatasnya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada instansi pemerintahan, dalam hal i
• h dan keterlibatan organisasi masyarakat yang diharapkan dapat menjadi generator pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat (tourism
i pengembangan kepariwisataan KWU Priangan.
kegiatan wisata tidak semuanya sama dan baik. Hal ini terhadap pengembangan wisata di kawasan‐kawasan
k
• kria
a a
D. Pasar Wisatawan
Permasalahan umum dalam aspek pasar wisatawan adalah sebagai berikut: Masih terbatasnya kunju
Kria dan Budaya Priangan serta belum optimalnya pengembangan berbagai daya tarik wisata, sarana dan prasarana pendukung pariwisata.
Priangan sehingga karakteristik dan kebutuhan wisatawan terhadap produk pariwisata di kawasan wisata unggulan ini belum teridentifikasi. Riset pasar ini perlu dilakukan dalam pengembangan produk pariw
wisatawan sehing wisata kria dan budaya.
E. umber Daya Manusia
masalahan umum dalam aspek sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
ini yang terkait dengan kepariwisataan. Minimnya personil yang berbanding terbalik dengan t ngginya beban/load pekerjaan berpotensi untuk dapat menghasilkan terbatasnya pencapaian target dalam pengembangan kepariwisataan daerah.
Terbatasnya jumla
community development). Walaupun pada beberapa daerah sudah terdapat KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Pariwisata), tetapi hal ini belum menunjukkan hasil yang signifikan bag
• Persepsi masyarakat terhadap dapat dilihat dari penolakan tertentu.
• Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pariwisata, sehingga terbatasnya kualitas pelayanan yang diberikan dan kurangnya kebersihan yang terdapat di berbagai objek wisata. Kualitas ini menjadi tolo ukur kenyamanan wisatawan.
Minimnya pelatihan dan pendidikan mengenai pengembangan keahlian usaha dan budaya pada masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan stagnasi produk dengan ketiadaan terobosan atau inovasi produk‐produk baru. Daya jual menurun, karena ketidakmampuan pengusaha untuk mengembangkan day saingny di bidang usaha pariwisata.
ta kegagalan dalam menangkap pangsa pasar.
Lembaga
Permasalah
• Lembaga/institusi pembuat kebijakan kepariwisataan belum didukung oleh SDM •
• Belum tersedianya atau belum berfungsinya asosiasi profesi pariwisata di sebagian • Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan kegiatan operasional.
a bagi pelaku pariwisata, yaitu wisatawan, peneliti/akademisi, nanaman
•
pelaku usaha wisata). •
tah Daerah seringkali mengakibatkan
dan Budaya Priangan.
• Ketidakmerataan akses informasi (baik dari internet, radio, tv, koran, dan lain‐lain) yang diterima para pelaku usaha pariwisata yang mengakibatkan keterbatasan inovasi ser
• Terbatasnya jumlah guide atau pemandu baik lokal maupun regional yang memenuhi syarat, yaitu penguasaan interpretasi dan bahasa. Hal ini dapat menghasilkan dangkalnya muatan interpretasi terhadap produk‐produk wisata.
• Terdapatnya kecenderungan krisis SDM dalam pengembangan industri kria dan budaya, contohnya kurangnya regenerasi pekerja, karena banyak generasi muda yang kurang tertarik untuk bergelut dalam bidang kria dan budaya (misal Batik Garutan). Hal ini dapat mengakibatkan penciutan jumlah usaha yang bergerak di bidang kria dan budaya.
• Minimnya ketersediaan lembaga pendidikan yang terkait dengan pariwisata akibat belum adanya standarisasi kompetensi SDM pariwisata.
F. Pendukung
an umum dalam aspek lembaga pendukung adalah sebagai berikut:
yang profesional.
Belum adanya perangkat aparat pelaksana di kawasan objek dan daya tarik wisata yang tersebar di wilayah KWU Priangan
daerah, seperti HPI, PHRI, ASITA, ASPINDO.
• Terbatasnya basis dat
investor, dan instansi terkait bagi kepentingan analisis kepariwisataan, pe investasi, dan koordinasi antar stakeholders.
Belum terbentuknya pola kemitraan yang jelas antara stakeholders pariwisata (instansi terkait, masyarakat,
Kurang membuka peluang terhadap investor dengan jaminan kepastian hukum dan kemudahan perizinan.
• Adanya eksploitasi terhadap kehidupan masyarakat adat yang kerap diwujudkan melalui pungutan yang ditarik oleh Pemerin
masalah.
• RIPPDA yang sudah ada pada masing‐masing daerah hendaknya mengacu kepada RIPPDA Provinsi Jabar dalam upaya menyamakan persepsi pembangunan dan perencanaan pariwisata Kawasan Wisata Kria
Isu‐isu Strategis Pengembangan Kepariwisataan Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan
Adapun isu‐isu strategis dalam pengembangan wisata kria dan budaya adalah sebagai
1. an suasana kria dan budaya Priangan di seluruh kawasan yang dapat
dirasakan oleh pengunjung maupun masyarakat yang bermukim di kawasan ini.
angan. Kurang optimalnya penciptaan suasana kria dan budaya Priangan yang terbentuk dari fisik (berupa dimensi ruang kota), aktivitas (mencakup pergerakan dan pola perilaku masyarakat), maupun arti (makna, asosiasi) dapat membentuk heterogenisasi
2. Diversifikasi kria berbahan baku lokal, berkualitas internasional, yang perlu
ngacu pada standar internasional.
at
3.
, dan diakui sebagai kria daerah
iri suatu masyarakat. Hal ini membutuhkan
genius 4. at penting dalam menentukan arah pengembangan kepariwisataan daerah. Suatu komitmen diperoleh melalui kesepakatan dan arahan ya pergantian dalam jabatan struktural para pengambil kebijakan tidak akan berikut: Pencipta Isu ini berkaitan dengan identitas, citra atau image kawasan yang hendak diangkat dalam pengembangan Kawasan Wisata Kria dan Budaya Pri
persepsi yang dapat membingungkan wisatawan.
terus dilakukan dengan menggali potensi yang dimiliki kawasan, dan tetap me
Penciptaan produk kria ini harus dibarengi dengan pemakaian bahan baku lokal, yang memanfaatkan seluruh material dari wilayah sendiri. Hal ini dap meminimasi leakage atau kebocoran nilai ekonomi dalam perekonomian daerah. Penciptaan produk kria juga harus dibarengi dengan kualitas yang mengacu pada standar internasional, sehingga mempunyai daya saing tinggi dan kompetitif dalam percaturan pasar internasional.
Pelestarian budaya dan produk kria Priangan, agar tetap eksis dan terjaga
keasliannya, dan tidak mudah ditiru oleh pihak lain lain.
Isu pelestarian budaya dan produk kria berhubungan dengan nilai‐nilai otentik yang memperlihatkan identitas/jati d
perkuatan nilai‐nilai budaya yang khas yang memperlihatkan lokal genius ( loci) suatu kawasan agar tetap berkelanjutan.
Komitmen pengambil kebijakan untuk mendukung pengembangan pariwisata,
yang seringkali tidak jelas, dan berubah‐ubah. Isu ini merupakan hal yang sang
yang spesifik, jelas, terukur, realistis, serta mempunyai batasan waktu tertentu (time‐ bound), sehingga dapat menghasilkan suatu sistem yang berbasis kuat. Pada akhirn
berpengaruh terhadap penerapan berbagai kebijakan, dalam hal ini yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata.
5.
pariwisata.
mbagian tugas dan fungsi berbagai instansi maupun pihak terkait lainnya sehingga dapat meminimasi
6.
g
omi, dimana kegiatan pariwisata didukung, dikembangkan, dan dikelola oleh masyarakat.
7. ata Kria dan Budaya
Priangan.
e a, , e
tan para wisatawan dan penduduk setempat. Di dalamnya mencakup pemantauan dan penyelidikan n dalam upaya penyebarluasan informasi bencana geologi yang sangat lintas sektoral, dan bukan hanya kewenangan sektor pariwisata.
Struk
Pembagian peran antardaerah, maupun koordinasi antarpublik‐privat yang perlu
diperjelas dan ditingkatkan untuk mendukung
Isu ini membahas pentingnya koordinasi dan kerjasama antar stakeholders kepariwisataan yang ditunjukkan melalui pe
ketumpangtindihan kebijakan pengelolaan pariwisata daerah.
Pemberdayaan masyarakat lokal, yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat
melalui pariwisata.
Isu ini berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam ke iatan pariwisata yang dapat menghasilkan pemerataan pendapatan ekon
Mitigasi bencana yang perlu diperhatikan di Kawasan Wis
Berkaitan dengan kondisi fisik wilayah yang rentan terhadap bencana geologi (seperti l tusan gunung berapi, gemp longsor) maka isu mitigasi b ncana harus mendapatkan perhatian khusus sebagai upaya bagi keselama
gunung api dalam rangka peringatan dini, inventarisasi dan pemetaan, serta sosialisasi/penyuluha
tur Program Pengembangan Kawasan Kria dan Budaya
Seperti yang telah disampaikan, penyusunan program pengembangan di kawasan Wisata Kri dan Budaya Priangan didasarkan pada pertimbangan berbagai potensi dan
asalahan, termasu a
perm k isu‐isu strategis yang dihadapi kawasan dalam pengembangan produ sebag Lebih kawa Prian peng pengemban diharapkan dapat k wisata kria dan budaya sebagai produk unggulan utama, dan wisata gunung api ai produk pendukung. lanjut, penentuan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan kepariwisataan di san menjadi payung bagi kebijakan dan strategi pengembangan pariwisata di KWU gan untuk aspek‐aspek pengembangan perwilayahan, pengembangan produk, embangan pasar dan pemasaran, pengembangan transportasi dan infrastruktur,
gan SDM dan kelembagaan, serta pengembangan investasi.
Dengan pertimbangan tersebut program pengembangan yang disusun
mengatasi permasalahan maupun isu‐isu strategis yang ada, sekaligus memanfaatkan dan menguatkan potensi yang dimiliki.
Program yang dirumuskan akan memiliki prioritas pelaksanaan, sesuai dengan sasaran program utama pengembangan kawasan ini untuk 5 tahun pertama, yaitu sebagai
erikut. b
ahun ke‐3 : Mantapnya citra kria dan budaya priangan di kawasan, yang didukung oleh
riwisata kria dan budaya yang mengusung jati diri/budaya Priangan
erdasarkan sasaran program tersebut di atas, maka struktur program pengembangan awasan Kria dan Budaya Priangan dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tahun ke‐1 : Inventarisir potensi dan network kria dan budaya Priangan yang didukung kesiapan sarana dan prasarana pendukung
Tahun ke‐2 : Terintegrasinya tema produk wisata kria dan budaya Priangan dgn produk wisata pendukung lainnya (gunung api)
T
kesiapan seluruh stakeholders Tahun ke‐4 : Berkembangnya kegiatan pa
Tahun ke‐5 : Terwujudnya pengelolaan wisata kria dan budaya Priangan yang lebih produktif, unggul, dan berdaya saing tinggi secara berkelanjutan B k
Tabel 5.1
eperti yang terlihat pada gambar di atas, struktur program terbagi ke dalam 11 aspek ang merupakan rincian dari struktur program pengembangan produk kria dan gunung
r tersebut, maka uraian rumusan program pengembangan kepariwisataan di Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan dapat dilihat pada Tabel
S y
api; struktur program pengembangan transportasi, infrastruktur dan amenitas; serta struktur program kelembagaan. Dalam struktur di atas terlihat bahwa masing‐masing mempunyai bobot prioritas pengembangan yang berbeda, yang terbagi ke dalam empat prioritas, yaitu prioritas utama, kedua, ketiga, dan keempat yang harus dijaga kesinambungannya.
Berdasarkan struktu 5.xx di halaman berikut.