• Tidak ada hasil yang ditemukan

umber Daya Manusia

Dalam dokumen Kawasan Wisata Unggulan Priangan (Halaman 151-157)

WISATA ZIARAH

E. umber Daya Manusia

- Belum dilakukannya riset pasar detil, khusus untuk Kawasan Wisata Kria dan Budaya 

isata  di  Kawasan  Wisata  Kria  dan  Budaya Priangan. 

- Keterbatasan  informasi,  promosi,  dan  pengemasan  produk  wisata  yang  diterima  ga  mereka  kurang  berminat  untuk  berkunjung  ke  berbagai  objek 

 S

Per

• Terbatasnya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada instansi pemerintahan, dalam hal  i

• h  dan  keterlibatan  organisasi  masyarakat  yang  diharapkan  dapat  menjadi  generator  pengembangan  kepariwisataan  berbasis  masyarakat  (tourism 

i pengembangan kepariwisataan KWU Priangan. 

 kegiatan wisata tidak semuanya sama dan baik. Hal ini    terhadap  pengembangan  wisata  di  kawasan‐kawasan 

k

•   kria 

a a

D. Pasar Wisatawan 

Permasalahan umum dalam aspek pasar wisatawan adalah sebagai berikut:  Masih  terbatasnya  kunju

Kria  dan  Budaya  Priangan   serta  belum  optimalnya  pengembangan berbagai  daya  tarik wisata, sarana dan prasarana pendukung pariwisata. 

Priangan  sehingga  karakteristik  dan  kebutuhan  wisatawan  terhadap  produk  pariwisata di kawasan wisata unggulan ini belum teridentifikasi. Riset pasar ini perlu  dilakukan  dalam  pengembangan  produk  pariw

wisatawan  sehing wisata kria dan budaya. 

E. umber Daya Manusia 

masalahan umum dalam aspek sumber daya manusia adalah sebagai berikut: 

ini yang terkait dengan kepariwisataan. Minimnya personil yang berbanding terbalik  dengan  t ngginya  beban/load  pekerjaan  berpotensi  untuk  dapat  menghasilkan  terbatasnya pencapaian target dalam pengembangan kepariwisataan daerah. 

Terbatasnya  jumla

community  development).  Walaupun  pada  beberapa  daerah  sudah  terdapat  KOMPEPAR  (Kelompok  Penggerak  Pariwisata),  tetapi  hal  ini  belum  menunjukkan  hasil yang signifikan bag

• Persepsi masyarakat terhadap dapat  dilihat  dari  penolakan tertentu.  

• Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pariwisata, sehingga terbatasnya kualitas  pelayanan yang diberikan dan kurangnya kebersihan yang terdapat di berbagai objek  wisata. Kualitas ini menjadi tolo  ukur kenyamanan wisatawan. 

Minimnya  pelatihan  dan  pendidikan  mengenai  pengembangan  keahlian  usaha dan budaya pada masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan stagnasi produk dengan  ketiadaan  terobosan  atau  inovasi  produk‐produk  baru.  Daya  jual  menurun,  karena  ketidakmampuan pengusaha untuk mengembangkan day  saingny  di bidang usaha  pariwisata.  

ta kegagalan dalam menangkap pangsa pasar.  

 

 Lembaga

Permasalah

• Lembaga/institusi  pembuat  kebijakan  kepariwisataan  belum  didukung  oleh  SDM  •

• Belum  tersedianya  atau  belum  berfungsinya  asosiasi  profesi  pariwisata  di  sebagian  • Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan kegiatan operasional. 

a  bagi  pelaku  pariwisata,  yaitu  wisatawan,  peneliti/akademisi,  nanaman 

 pelaku usaha wisata).  •

tah  Daerah  seringkali  mengakibatkan 

dan Budaya Priangan.  

• Ketidakmerataan  akses  informasi  (baik  dari  internet,  radio,  tv,  koran,  dan  lain‐lain)  yang  diterima  para  pelaku  usaha  pariwisata  yang  mengakibatkan  keterbatasan  inovasi ser

• Terbatasnya jumlah guide atau pemandu baik lokal maupun regional yang memenuhi  syarat,  yaitu  penguasaan  interpretasi  dan  bahasa.  Hal  ini  dapat  menghasilkan  dangkalnya muatan interpretasi terhadap produk‐produk wisata.

• Terdapatnya  kecenderungan  krisis  SDM  dalam  pengembangan  industri  kria  dan  budaya, contohnya kurangnya regenerasi pekerja, karena banyak generasi muda yang  kurang tertarik untuk bergelut dalam bidang kria dan budaya (misal Batik Garutan).  Hal  ini  dapat  mengakibatkan  penciutan  jumlah  usaha  yang  bergerak  di  bidang  kria  dan budaya. 

• Minimnya  ketersediaan  lembaga  pendidikan  yang  terkait  dengan  pariwisata  akibat  belum adanya standarisasi kompetensi SDM pariwisata. 

F.  Pendukung 

an umum dalam aspek lembaga pendukung adalah sebagai berikut: 

yang profesional. 

Belum  adanya  perangkat  aparat  pelaksana  di  kawasan  objek  dan  daya  tarik  wisata  yang tersebar di wilayah KWU Priangan 

daerah, seperti HPI, PHRI, ASITA, ASPINDO.  

• Terbatasnya  basis  dat

investor,  dan  instansi  terkait  bagi  kepentingan  analisis  kepariwisataan,  pe investasi, dan koordinasi antar stakeholders.  

Belum terbentuknya pola kemitraan yang jelas antara stakeholders pariwisata (instansi  terkait, masyarakat,

Kurang  membuka  peluang  terhadap  investor  dengan  jaminan  kepastian  hukum  dan  kemudahan perizinan. 

• Adanya  eksploitasi  terhadap  kehidupan  masyarakat  adat  yang  kerap  diwujudkan  melalui  pungutan  yang  ditarik  oleh  Pemerin

masalah.  

• RIPPDA  yang  sudah  ada  pada  masing‐masing  daerah  hendaknya  mengacu  kepada  RIPPDA  Provinsi  Jabar  dalam  upaya  menyamakan  persepsi  pembangunan  dan  perencanaan pariwisata Kawasan Wisata Kria 

Isu‐isu  Strategis  Pengembangan  Kepariwisataan  Kawasan  Wisata  Kria  dan  Budaya 

 

Priangan 

Adapun  isu‐isu  strategis  dalam  pengembangan  wisata  kria  dan  budaya  adalah  sebagai 

1. an  suasana  kria  dan  budaya  Priangan  di  seluruh  kawasan  yang  dapat 

dirasakan oleh pengunjung maupun masyarakat yang bermukim di kawasan ini.  

angan.  Kurang  optimalnya penciptaan suasana kria dan budaya Priangan yang terbentuk dari fisik  (berupa  dimensi  ruang  kota),  aktivitas  (mencakup  pergerakan  dan  pola  perilaku  masyarakat),  maupun  arti  (makna,  asosiasi)  dapat  membentuk  heterogenisasi 

2. Diversifikasi  kria  berbahan  baku  lokal,  berkualitas  internasional,  yang  perlu 

ngacu pada standar internasional. 

at 

3.

, dan diakui sebagai kria daerah 

iri  suatu  masyarakat.  Hal  ini  membutuhkan 

  genius 4. at penting dalam menentukan arah pengembangan  kepariwisataan daerah. Suatu komitmen diperoleh melalui kesepakatan dan arahan  ya pergantian dalam jabatan struktural para pengambil kebijakan tidak akan  berikut:  Pencipta Isu ini berkaitan dengan identitas, citra atau image kawasan yang hendak diangkat  dalam  pengembangan  Kawasan  Wisata  Kria  dan  Budaya  Pri

persepsi yang dapat membingungkan wisatawan.  

terus  dilakukan  dengan  menggali  potensi  yang  dimiliki  kawasan,  dan  tetap  me

Penciptaan  produk  kria  ini  harus  dibarengi  dengan  pemakaian  bahan  baku  lokal,  yang  memanfaatkan  seluruh  material  dari  wilayah  sendiri.  Hal  ini  dap meminimasi  leakage  atau  kebocoran  nilai  ekonomi  dalam  perekonomian  daerah.  Penciptaan  produk  kria  juga  harus  dibarengi  dengan  kualitas  yang  mengacu  pada  standar internasional, sehingga mempunyai daya saing tinggi dan kompetitif dalam  percaturan pasar internasional. 

Pelestarian  budaya  dan  produk  kria  Priangan,  agar  tetap  eksis  dan  terjaga 

keasliannya, dan tidak mudah ditiru oleh pihak lain lain.  

Isu  pelestarian  budaya  dan  produk  kria  berhubungan  dengan  nilai‐nilai  otentik  yang  memperlihatkan  identitas/jati  d

perkuatan  nilai‐nilai  budaya  yang khas  yang  memperlihatkan  lokal  genius  (   loci) suatu kawasan agar tetap berkelanjutan.  

Komitmen  pengambil  kebijakan  untuk  mendukung  pengembangan  pariwisata, 

yang seringkali tidak jelas, dan berubah‐ubah.  Isu ini merupakan hal yang sang

yang spesifik, jelas, terukur, realistis, serta mempunyai batasan waktu tertentu (time‐ bound),  sehingga  dapat  menghasilkan  suatu  sistem  yang  berbasis  kuat.  Pada  akhirn

berpengaruh  terhadap  penerapan  berbagai  kebijakan,  dalam  hal  ini  yang  berhubungan dengan pengembangan pariwisata.  

5.

 pariwisata. 

mbagian  tugas  dan  fungsi  berbagai  instansi  maupun  pihak  terkait  lainnya  sehingga  dapat  meminimasi 

6.

g  

omi, dimana kegiatan pariwisata  didukung, dikembangkan, dan dikelola oleh masyarakat.  

7. ata  Kria  dan  Budaya 

Priangan. 

e a, ,  e

tan  para  wisatawan  dan  penduduk  setempat.  Di  dalamnya  mencakup  pemantauan  dan  penyelidikan  n  dalam  upaya  penyebarluasan  informasi  bencana  geologi  yang sangat lintas sektoral, dan bukan hanya kewenangan sektor pariwisata. 

Struk

Pembagian peran antardaerah, maupun koordinasi antarpublik‐privat yang perlu 

diperjelas dan ditingkatkan untuk mendukung

Isu  ini  membahas  pentingnya  koordinasi  dan  kerjasama  antar  stakeholders  kepariwisataan  yang  ditunjukkan  melalui  pe

ketumpangtindihan kebijakan pengelolaan pariwisata daerah.  

Pemberdayaan  masyarakat  lokal,  yang  ditujukan  bagi  kesejahteraan  masyarakat 

melalui pariwisata.  

Isu  ini  berkaitan  dengan  partisipasi  masyarakat  dalam  ke iatan  pariwisata yang  dapat menghasilkan pemerataan pendapatan ekon

Mitigasi  bencana  yang  perlu  diperhatikan  di  Kawasan  Wis

Berkaitan  dengan  kondisi  fisik  wilayah  yang  rentan  terhadap  bencana  geologi  (seperti  l tusan  gunung  berapi,  gemp   longsor) maka  isu  mitigasi  b ncana  harus  mendapatkan  perhatian  khusus  sebagai  upaya  bagi  keselama

gunung  api  dalam  rangka  peringatan  dini,  inventarisasi  dan  pemetaan,  serta  sosialisasi/penyuluha

tur Program Pengembangan Kawasan Kria dan Budaya  

Seperti yang telah disampaikan, penyusunan program pengembangan di kawasan Wisata  Kri dan  Budaya  Priangan  didasarkan  pada  pertimbangan  berbagai  potensi  dan 

asalahan,  termasu a 

perm k  isu‐isu  strategis  yang  dihadapi  kawasan  dalam  pengembangan  produ sebag   Lebih kawa Prian peng pengemban  diharapkan dapat  k wisata kria dan budaya sebagai produk unggulan utama, dan wisata gunung api  ai produk pendukung.   lanjut, penentuan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan kepariwisataan di  san menjadi payung bagi kebijakan dan strategi pengembangan pariwisata di KWU  gan  untuk  aspek‐aspek  pengembangan  perwilayahan,  pengembangan  produk,  embangan  pasar  dan  pemasaran,  pengembangan  transportasi  dan  infrastruktur, 

gan SDM dan kelembagaan, serta pengembangan investasi.   

Dengan pertimbangan tersebut program pengembangan yang disusun

mengatasi  permasalahan  maupun  isu‐isu  strategis  yang  ada,  sekaligus  memanfaatkan  dan menguatkan potensi yang dimiliki. 

 

Program  yang  dirumuskan  akan  memiliki  prioritas  pelaksanaan,  sesuai  dengan  sasaran  program  utama  pengembangan  kawasan  ini  untuk  5  tahun  pertama,  yaitu  sebagai 

erikut.   b

ahun ke‐3  :  Mantapnya  citra  kria  dan  budaya  priangan  di  kawasan,  yang  didukung  oleh 

riwisata  kria  dan  budaya  yang  mengusung  jati  diri/budaya Priangan   

 

   

erdasarkan  sasaran  program  tersebut  di  atas,  maka  struktur  program  pengembangan  awasan Kria dan Budaya Priangan dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.           

Tahun ke‐1  : Inventarisir  potensi  dan  network  kria  dan  budaya  Priangan  yang  didukung  kesiapan sarana dan prasarana pendukung 

Tahun ke‐2  :  Terintegrasinya tema produk wisata kria dan budaya Priangan dgn produk wisata  pendukung lainnya (gunung api) 

T

kesiapan seluruh stakeholders  Tahun ke‐4  :  Berkembangnya  kegiatan  pa

Tahun ke‐5  :  Terwujudnya pengelolaan wisata kria dan budaya Priangan yang lebih produktif,  unggul, dan berdaya saing tinggi secara berkelanjutan            B k

Tabel 5.1               

eperti  yang  terlihat  pada  gambar  di  atas,  struktur  program  terbagi  ke  dalam  11  aspek  ang merupakan rincian dari struktur program pengembangan produk kria dan gunung 

r  tersebut,  maka  uraian  rumusan  program  pengembangan  kepariwisataan  di  Kawasan  Wisata  Kria  dan  Budaya  Priangan  dapat  dilihat  pada  Tabel 

   

  S y

api;  struktur  program  pengembangan  transportasi,  infrastruktur  dan  amenitas;  serta  struktur  program  kelembagaan.  Dalam  struktur  di  atas  terlihat  bahwa  masing‐masing  mempunyai bobot prioritas pengembangan yang berbeda,  yang terbagi ke dalam empat  prioritas,  yaitu  prioritas  utama,  kedua,  ketiga,  dan  keempat  yang  harus  dijaga  kesinambungannya. 

Berdasarkan  struktu 5.xx di halaman berikut.

Dalam dokumen Kawasan Wisata Unggulan Priangan (Halaman 151-157)