WISATA KESENIAN TRADISIONAL
3.1.2 Wilayah Tasikmalaya
3.1.2 Wilayah Tasikmalaya
Terbagi ke dalam 2 (dua) wilayah administratif, yaitu: A. Kota TasikmalayaKota Tasikmalaya sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tasikmalaya. Kemudian Kota Tasikmalaya diresmikan menjadi Kota Administratif Tasikmalaya melalui Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1976. Pada awal pembentukannya, wilayah administratifnya meliputi 3 kecamatan, yaitu Cipedes, Cihideung, dan Tawang yang membawahi 13 desa. Seiring dengan perkembangan otonomi daerah, pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui Undang‐Undang No. 10 Tahun 2001, Kota Tasikmalaya diresmikan menjadi wilayah otonom. Sekarang, wilayah Kota Tasikmalaya meliputi 8 kecamatan dengan 15 kelurahan dan 54 desa.
Secara geografis, Kota Tasikmalaya berada pada 108°08’38” ‐ 108°24’02” BT dan 7°10’ ‐ 7°26’32” LS, tepatnya di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat atau sekitar 105 km dari Kota Bandung dan kurang lebih 255 km dari Kota Jakarta. Adapun batasan wilayah Kota Tasikmalaya, mencakup: ‐ Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. ‐ Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya. ‐ Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya. ‐ Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Kota Tasikmalaya memiliki luas keseluruhan administratif sebesar 17.156,20 Ha atau sekitar 171,56 Km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 mencapai 551.072 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat melihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5 Luas Administratif Kecamatan, Jumlah Kelurahan/Desa, serta Jumlah Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2005 Sumber : Kota Tasikmalaya dalam Angka, 2006 Kota Tasikmalaya dikenal dengan hasil barang‐barang kerajinan tangan dari rotan. Dengan bahan dasar dari daun palem dan bambu, kerajinan tangan yang dihasilkan banyak menghasilkan tikar, keranjang, asbak, topi anyaman, dan payung kertas. Selain itu, Kota Tasikmalaya juga dikenal dengan kerajinan renda bordel, sendal kayu (kelom geulis), serta industri batik skala kecil. Banyak wisatawan menganggap Kota Tasikmalaya hanyalah kota transit, namun di beberapa tempat di sekitar Kota Tasikmalaya juga memiliki objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Bahkan untuk mendukung kegiatan pariwisata dan perdagangan, Pemerintah Kota Tasikmalaya membuat sebuah lokasi khusus yang menjadi tempat pameran bordir untuk para pengrajin Tasik, yang berlokasi di Kawalu. Sekarang kota ini berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan di Jawa Barat.
Berdasarkan data tahun 2006 yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, jumlah unit usaha yang ada di wilayah ini berjumlah 3.426 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 33.744 orang dengan total nilai produksi sebesar 1,115 trilyun rupiah. Industri kerajinan yang ada di Kota Tasikmalaya ini tergabung ke dalam 133 sentra industri yaitu dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km²) Jumlah Kelurahan/Desa Jumlah Penduduk (jiwa) 1. Cipedes 8,10 4 66.997 2. Cihideung 5,30 6 64.367 3. Tawang 5,33 5 52.522 4. Cibeureum 29,41 15 89.370 5. Tamansari 28,52 8 52.161 6. Kawalu 41,12 10 72.759 7. Mangkubumi 23,68 8 70.683 8. Indihiang 30,10 13 82.213 Jumlah Total 171,56 69 551.072
Tabel 3.6
Sentra Industri Kerajinan di Kota Tasikmalaya
Sumber : Potensi Industri dan Perdagangan Kota Tasikmalaya tahun 2006
Dari keseluruhan industri yang ada di Kota Tasikmalaya, yang termasuk kedalam industri kerajinan unggulan adalah industri kerajinan bordir, kerajinan anyaman mendong, kerajinan anyaman bambu, kerajinan alas kaki/kelom geulis, kerajinan meubel, kerajinan batik, dan kerajinan payung geulis.
Selain industri kerajinan, di Kota Tasikmalaya juga terdapat objek dan daya tarik wisata lain yang berupa wisata budaya, alam maupun ziarah. Adapun beberapa objek wisata yang terdapat di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 3.7 di halaman berikut.
Sentra Industri Jumlah Lokasi
Sentra Bordir 32 Kec. Kawalu, Tawang, Cihideung, Cibeureum, Indihiang, Mangkubumi Sentra Kelom Geulis 18 Kec. Mangkubumi, Cihideung, Tamansari, Cibeureum Sentra Kerajinan Mendong 12 Kec. Cibeurum, Tamansari Sentra Kerajinan Bambu 5 Kec. Tawang, Indihiang, Tamansari Sentra Konveksi 13 Kec. Cibeureum, Tawang, Cipedes, Tamansari Sentra Kerajinan Payung 1 Kec. Indihiang Sentra Batik 2 Kec. Indihiang, Cipedes Sentra Kerajinan Pandan 1 Kec. Kawalu Sentra Meubel 7 Kec. Tamansari, Tawang, Cipedes, Cibeureum Sentra Makanan 22 Tersebar di setiap kecamatan Sentra Bata Merah 9 Kec. Kawalu, Indihiang, Tamansari Sentra Boneka 1 Kec. Mangkubumi Sentra Kerajinan Logam 3 Kec. Cihideung, Cibeureum, Cipedes Sentra Kerajinan Kulit 6 Kec. Cipedes, Indihiang Jumlah 133
Tabel 3.7 Sebaran Objek Wisata di Kota Tasikmalaya yang Termasuk Dalam Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan Sumber : Kota Tasikmalaya dalam Angka, 2004 dan 2005 Buku Saku “Ada Apa di Kota Tasik”, 2007 Daya Tarik Wisata Kota Tasikmalaya WISATA KRIA a. Sentra Industri Bordir
Bordir memang sudah menjadi industri perdagangan di wilayah Tasikmalaya, bahkan sudah menjadi daya tarik wisata. Banyak wisatawan yang sengaja datang ke Tasikmalaya untuk melihat sekaligus berbelanja bordir khas Tasik. Produk kerajinan ini juga sudah menembus pasar ekspor. Negara‐negara yang telah menjadi pasar bordir Tasik di antaranya adalah Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Mesir, dan negara‐negara Timur Tengah, Australia, Kanada, AS, Prancis, New Zealand, Inggris, dan Jerman. Meluasnya pasar bordir Tasik tidak terlepas dari harganya yang relatif murah, namun kualitasnya cukup bagus dan bisa diandalkan.
Sentra industri bordir Tasikmalaya tersebar di 6 kecamatan dan telah mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 10.713 orang yang tersebar di 1.123 unit usaha. Ke‐6 (enam) kecamatan itu adalah Kecamatan Kawalu, Tawang, Cihideung, Cibeureum, Indihiang dan Mangkubumi. Di antara ke‐6 kecamatan itu, daerah yang paling dikenal sebagai sentra industri bordir adalah Kecamatan Kawalu. Industri bordir di Kota Tasikmalaya memiliki nilai produksi total sekitar 442,5 milyar rupiah. Nama Lokasi Situ Gede Kec. Mangkubumi Taman Rekreasi Mangkubumi Indah Kec. Mangkubumi Taman Rekreasi Mutiara Sukamulya /Aboh Kec. Inhidiang Taman Rekreasi Karang Resik Perbatasan dengan Kab. Tasikmalaya Kolam Renang Asia Kec. Cihideung Kolam Renang Gelora Sukapura Kec. Cihideung Makam Syech Abdul Ghorib Kec. Kawalu Makam Syech Abdul Muchyi Gunung Gede Kec. Kawalu Makam Eyang Prabudilaya Kec. Mangkubumi Makam Dalem Sakarembong Kec. Indihiang Makam Embah Jalari Kec. Tamansari Petilasan Purbasari Kec. Cibeureum Hutan Wisata Kec. Kawalu Situs Lingga dan Yoni Sukamaju Kidul, Kec. Indihiang Situ Cibeureum Kec. Tamansari Situ Rusdi Kec. Tamansari Situ Malingping Kec. Tamansari Situ Bojong Kec. Tamansari Situ Cipajaran Kec. Tamansari Situ Cicangri Kec. Tamansari
Jenis produk bordir bermacam‐macam, salah satunya adalah pakaian. Permintaan produk bordir berupa pakaian senantiasa mengalami peningkatan terutama menjelang perayaan hari besar umat Islam yaitu pada Idul Fitri dan Idul Adha. Sebaliknya, permintaan produk bordir jenis lainnya relatif stabil tidak terlalu terpengaruh dengan hari‐hari besar Islam, misalnya produk berupa bedcover, penunjang alat makan dan lain‐ lain. Hingga saat ini sebagian besar produk bordir yang dihasilkan ditujukan untuk memenuhi permintaan konsumen luar negeri, hanya sekitar 40% produksi bordir saja yang ditujukan untuk konsumen dalam negeri.
Sumber daya lokal yang digunakan dalam bidang usaha bordir adalah tenaga kerja. Sedangkan bahan baku utama usaha bordir yang berupa kain dan benang masih diperoleh dari luar daerah atau di‐import dari luar negeri. Dengan demikian bidang usaha bordir pada dasarnya kurang mengakar pada sumber daya lokal. Kekuatan bidang usaha bordir terletak pada ketersediaan tenaga kerja yang cukup murah, namun memiliki keterampilan yang bisa diarahkan pada selera pasar. Bidang usaha yang kurang mengakar pada sumberdaya lokal sangat riskan, dan rentan terhadap goncangan ekonomi global. Namun demikian, karena upah tenaga kerja yang masih relatif rendah dibanding dengan upah yang berlaku dalam tatanan ekonomi global, maka usaha bordir masih dapat mengimbangi nilai bahan baku impor tersebut. b. Industri Kerajinan Bambu
Industri kerajinan bambu merupakan kegiatan padat karya, seperti halnya industri kerajinan lain yang telah diuraikan sebelumnya. Industri ini mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja untuk setiap satu satuan investasi. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, industri kerajinan bambu mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 632 orang yang tergabung dalam 75 unit usaha dan memiliki nilai produksi sekitar 4,98 milyar rupiah.
Kurang lebih 20% produk kerajinan bambu adalah produk untuk pemenuhan permintaan ekspor. Sasaran pasar konsumen luar negeri adalah para peminat kerajinan bambu dari negara Jepang, Italia, Jerman dan Hongaria. Jenis produk kerajinan bambu yang diminati oleh konsumen‐konsumen tersebut antara lain adalah aneka kerajinan bambu yang memiliki fungsi seperti, tempat buah, kue, baki lamaran maupun tempat sampah.
Sistem penjualannya adalah pembeli dari daerah Tasikmalaya sendiri maupun dari luar daerah sendiri yang datang langsung kepada pengrajin. Pembeli tersebut umumnya membeli produk kerajinan bambu untuk dijual kembali kepada konsumen lainnya. Sebagian besar pembeli datang dari kota besar seperti Bandung dan Jakarta. Di samping itu ada pembeli yang datang dari daerah wisata, misalnya pembeli dari Bali. Untuk memenuhi permintaan konsumen luar negeri dilakukan kerjasama pemasaran dengan para eksportir kerajinan, khususnya yang tergabung dalam Asosiasi Handycraft Indonesia cabang Tasikmalaya dan beberapa eksportir lain yang berlokasi di Cirebon.
c. Industri Kerajinan Kelom Geulis
Kelom geulis yaitu sandal kayu wanita merupakan produk andalan Kota Tasikmalaya. Kelom geulis ini tidak hanya diminati oleh konsumen dalam negeri saja, tetapi juga oleh konsumen luar negeri, khususnya wisatawan mancanegara. Kelom geulis telah menjadi salah satu komoditi ekspor dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya yang telah menembus pasar Asia Tenggara, Panama, Korea, Jepang, Afrika, Timur Tengah, dan sebagian wilayah Eropa.
Gambar 3.8 Kerajinan Kelom Geulis
Kini, jumlah unit usaha kerajinan kelom geulis ada 419 unit dengan 4.657 tenaga kerja. Kelom geulis, sandal khas Tasik yang berasal dari kayu damar atau albazzia ini termasuk primadona kria yang cukup diandalkan. Komoditas ini telah ditekuni masyarakat sejak tahun enam puluhan dan sempat mengalami puncaknya dua puluh tahun kemudian, atau sekitar tahun 1980‐an. Wilayah perajin sandal kayu di Tasikmalaya meliputi Kecamatan Mangkubumi, Cibeureum, Tamansari, dan Cihideung. Hasil penjualan sandal kayu produk Tasikmalaya dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2006 nilai total produksinya tercatat sekitar 156,7 milyar rupiah.
d. Industri Payung Geulis
Umumnya orang membayangkan bahwa payung diciptakan untuk menaungi kita dari terpaan gerimis dan hujan. Tapi tidak dengan payung geulis, payung yang jadi produk kebanggaan dan salah satu simbol Kota Tasikmalaya ini pantang terkena gerimis apalagi hujan. Mengapa demikian, karena payung ini menggunakan lapisan penutup yang terbuat dari kertas. Tetapi, payung geulis punya peran yang lebih membuatnya sangat dihargai. Payung geulis pada masa lalu adalah salah satu kelengkapan mode mojang Tasik. Mojang Tasik yang cantik berkebaya tak akan sempurna kecantikannya bila tidak menggenggam payung jenis ini untuk melindungi wajah ayunya dari sengatan matahari yang terik. Jadilah payung ini dikenal dengan istilah payung geulis yang berarti payung yang membuat penampilan tambah geulis atau cantik.
Keunikan lain dari payung geulis adalah adanya lukisan bunga maupun ornamen berwarna‐warni pada lapisan penutupnya. Lukisan ini kerjakan secara manual oleh tangan‐tangan terampil mojang Tasik ataupun ibu rumah tangga yang mengekspresikan kekreativitasannya dalam membentuk aneka bunga. Payung geulis dibuat dari bahan‐ bahan seperti kertas atau kain kanvas, kayu, benang, serta keperluan untuk melukis
seperti cat warna‐warni dan kuas beraneka ukuran. Pada tahun 2006 tercatat ada 4 unit usaha payung geulis dengan pekerja yang berjumlah 37 orang dengan nilai total produksi sekitar 332,8 juta rupiah. Industri kerajinan payung ini terpusat di satu sentra yang ada di Kecamatan Indihiang.
e. Industri Batik Tasik
Batik bukan saja diproduksi di Pekalongan, Surakarta ataupun di Yogyakarta saja. Batik juga diciptakan di sejumlah kawasan Jawa Barat, salah satunya adalah Kota Tasikmalaya. Pada masa kejayaannya, batik Tasik telah membuat kota ini dijuluki pusat industri batik di selatan Jawa Barat.
Sama dengan produksi di wilayah lainnya, batik Tasik dikerjakan dengan dua teknik yakni dengan teknik cetak dan teknik tulis (handmade). Untuk batik tulis, nilainya cukup tinggi sehingga mampu menjadi cenderamata yang bergengsi. Untuk produksi massal menggunakan teknik cetak agar lebih hemat baik dari segi biaya dan waktu.
Industri Batik Tasik yang memiliki motif yang khas kini tengah menggeliat. Ada dua sentra batik di Kota Tasikmalaya, yakni industri batik di Kecamatan Cipedes dan Indihiang. Berdasarkan data tahun 2006, tidak kurang dari 30 unit industri kecil dan menengah yang menekuni industri batik dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 446 orang, serta dapat menciptakan hasil produksi senilai sekitar 10,22 milyar rupiah.
f. Industri Mebel Kayu
Satu lagi industri Kota Tasikmalaya yang berpotensi untuk menjadi produk unggulan adalah industri pengolahan kayu. Ini terlihat dari mudahnya menjumpai toko‐toko mebel yang menjajakan aneka perangkat furniture, mulai dari meja dan kursi tamu hingga tempat tidur. Industri mebel kayu memang sedang tumbuh pesat di Kota Tasikmalaya, selain karena adanya pasar dari keluarga muda juga karena ketersediaan bahan baku yang cukup memadai di sekitar wilayah Kota Tasikmalaya.
Kawasan yang menjadi sentra industri pengolahan kayu di Kota Tasikmalaya adalah Kecamatan Tamansari, Tawang, Cipedes dan Cibeureum. Berdasarkan data tahun 2006 ada 224 unit unit usaha industri kecil dan menengah yang bergerak di bidang industri pengolahan kayu ini. Industri ini menyerap tenaga kerja sebanyak 1.463 orang dan telah menciptakan hasil produksi senilai 44,37 milyar rupiah.
Namun demikian, industri mebel kini tengah menghadapi tantangan serius, terutama dengan semakin dibatasinya bahan baku kayu. Kebijakan pelestarian alam, terutama perlindungan hutan menyebabkan pasokan bahan baku kayu menjadi tidak semudah tahun‐tahun sebelumnya. Karenanya industri kayu olahan di Kota Tasikmalaya pun kini tengah didorong untuk memproduksi kayu olahan yang hemat bahan baku namun tetap bernilai tambah tinggi.
g. Industri Kerajinan Mendong
Di Kota Tasikmalaya juga terdapat industri kerajinan anyaman mendong. Berdasarkan data tahun 2006, jumlah unit usaha yang bergerak di industri kerajinan mendong ini ada 165 unit dengan 2.055 orang tenaga kerja. Kerajinan mendong sendiri di Kota Tasikmalaya telah memiliki nilai total produksi sekitar 34,18 milyar rupiah.
WISATA KULINER
a. Industri Makanan Ringan Olahan
Selain wisata kria, Kota Tasikmalaya memiliki potensi industri yang lain yaitu industri makanan. Selama ini Kota Tasikmalaya sudah dikenal dengan beraneka ragam makanan olahan, misalnya saja, opak, rangginang, wajit, dodol, ladu, kue tambang, kuping gajah, kue kering, kue sus, kue tar, kue lapis, kue bibika, kue pia, kue bawang, kue aci, kue terigu, kue uceng, sukro, cangro, uniko, cistik, kerupuk, tahu, tempe, telur gabus, bolu, agar‐agar, cincau, tepung hankue, kacang telur, manisan belimbing, lapis legit, kalua jeruk, kembang gula, kolontong, pastel, kacang kanali, asinan, lontong, keripik singkong, mie bumbu, roti tawar, roti manis, mie basah, chiki, mie jujut, mie gulung, dan telor asin. Daftar makanan ini bisa semakin panjang mengingat masyarakat Tasik yang kreatif dan dikenal suka jajanan.
Sebagai sebuah industri tentu saja industri makanan sangat mendominasi, tak kurang dari 338 unit usaha yang bergerak dalam industri makanan ini, belum termasuk yang ditangani secara perorangan dan sebagai industri rumahan. Jumlah tenaga kerja yang diserapnya pun cukup besar, yaitu mencapai 2.147 orang dan telah mampu menciptakan hasil produksi senilai Rp. 49,23 milyar (data tahun 2002).