a. Situ Bagendit
Objek wisata Situ Bagendit terletak di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi atau berjarak sekitar 13 km dari Kota Garut. Situ Bagendit merupakan sebuah tempat rekreasi air berupa danau dengan luas sekitar 124 Ha yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal. Objek wisata ini dikelola oleh Bapak Ajan Sobari dengan status kepemilikan berada di tangan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut yang kewenangannya dilimpahkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut yang bekerjasama dengan pihak swasta yaitu Bapak Adang Kurnia.
Kawasan wisata Situ Bagendit berjarak 4 km dari pusat Kota Garut. Terdapat angkutan umum berupa angkot jurusan Terminal Guntur – Kp. Mengger dan Garut – Limbangan dengan tarif Rp. 1.500/orang dan ojeg dengan tarif sekitar Rp. 2.000. Kualitas pemandangan dan tingkat keamanan sepanjang jalan menuju kawasan objek dan daya tarik wisata ini cukup baik.
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di kawasan Situ Bagendit ini antara lain adalah menikmati pemandangan dan mengelilingi danau dengan menggunakan perahu atau rakit. Para pengunjung juga dapat melakukan kegiatan rekreasi keluarga, bersepeda air, naik rakit atau perahu dari bambu, serta memancing. Di belakang telaga kecil itu, terbentang pemandangan Gunung Guntur. Pada waktu pagi atau menjelang senja hari bayangan gunung tersebut sering terpantul pada permukaan air, dan nampak sangat indah.
Seperti juga beberapa daya tarik wisata lain di Jawa Barat, Situ Bagendit juga memiliki cerita legenda terbentuknya situ ini. Legenda tersebut dikenal dengan sebutan Nyi Endit. Setiap tahunnya diadakan Festival Bagendit di lokasi ini dengan tujuan untuk mempromosikan budaya setempat.
Fasilitas yang tersedia di kawasan ini yaitu penyewaan 60 buah rakit dengan tarif Rp. 25.000/15 menit tiap rakitnya, 11 buah sepeda air dengan tarif Rp. 10.000/15 menit. Terdapat juga kereta api mini dengan tarif Rp. 2.000 dan kolam renang di kawasan Situ Bagendit ini. Berdasarkan Perda No. 11 tahun 2001 harga masuk tiket ke kawasan ini adalah Rp. 1.000/orang untuk dewasa dan Rp. 500/orang untuk anak‐anak.
Di bagian depan kawasan Situ Bagendit terdapat tempat parkir dengan luas 1.400 m2 yang berdaya tampung 30 bus, 60 kendaraan pribadi dan 180 kendaraan bermotor. Lokasi parkir ini dalam kondisi yang cukup baik walaupun lapisan permukaan masih berupa tanah. Terdapat sebuah pos tiket yang juga berfungsi sebagai pintu masuk dalam kondisi yang cukup baik, serta beberapa toilet umum dalam kondisi bangunan dan kebersihan yang cukup. Di kawasan ini juga terdapat taman bermain dengan vegetasi peneduh, tempat ibadah berupa Mushola, serta beberapa kedai penjual makanan dan cenderamata.
Jumlah karyawan di objek dan daya tarik wisata Situ Bagendit ini hanya berjumlah 6 orang. Jumlah pengunjung yang berkunjung ke objek wisata ini perbulannya mencapai
sekitar 400 – 600 orang. Para pengunjung tersebut umumnya adalah wisatawan lokal yang berasal dari Garut, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Bandung, dan Jakarta.
b. Gunung Papandayan
Objek dan daya tarik wisata Gunung Papandayan terletak di Desa Sirna Jaya dan Desa Keramat Wangi, Kecamatan Cisurupan, atau sekitar 28 Km barat daya wilayah Garut. Gunung ini merupakan salah satu gunung yang masih aktif di Jawa Barat, gunung berapi dengan ketinggian 2.638 m dpl. Luas kawasan objek wisata ini secara keseluruhan adalah 7.132 Ha, yang terdiri dari cagar alam dengan luas 6.807 Ha dan taman wisata alam seluas 225 Ha. Pengelola kedua objek wisata tersebut adalah BKSDA Jabar II.
Aksesibilitas menuju kawasan ini berupa jalan raya dari Garut – Pameungpeuk yang merupakan jalan Provinsi dengan lebar 6 m dan dalam kondisi yang cukup baik. Akses masuk dari Cisurupan – Taman Wisata Alam berupa jalan sepanjang 9 km dan lebar 5 km dengan kualitas jalannya yang cukup baik dan dilanjutkan dengan jalan setapak dari tempat parkir ke kawah sepanjang kurang lebih 1 km. Dari tempat parkir wisatawan harus berjalan kaki mendaki selama kurang lebih setengah jam menuju ke kawah yang terdiri dari kolam lumpur yang terus menerus mengeluarkan gelembung atau lubang‐ lubang yang mengeluarkan uap panas dan belerang.
Untuk menuju Taman Wisata Alam Papandayan dapat menggunakan kendaraan pribadi atau alat transportasi umum berupa bis pariwisata, angkot yang disewa khusus, atau angkutan lokal berupa mobil pick up dari Cisurupan ke kawah atau ojeg dengan rute yang sama. Selain itu, untuk mencapai Gunung Papandayan dengan kendaraan umum, wisatawan dapat juga menumpang minibus dari Garut ke jurusan Cikajang. Gambar 3.7 Gunung Papandayan Daya tarik Gunung Papandayan yang utama adalah kawah, panorama pegunungan dan perkemahan. Kawah di Gunung Papandayan ada 4 (empat) buah, yaitu Kawah Baru, Kawah Mas, Kawah Nagklak, dan Kawah Manuk. Gunung Papandayan merupakan gunung berapi dengan kaldera terluas di Asia. Daya tarik potensial lainnya berupa hutan yang terdapat di cagar alam yang memiliki sifat khusus untuk penelitian, pendidikan maupun perkebunan. Terdapat juga kebun teh yang berada di luar kawasan yang kini
dikelola oleh PTPN VIII Sedep, Bandung. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan yaitu trekking, hiking, fotografi, bird watching, rekreasi dan piknik hutan, serta berkemah yang dapat dilakukan di kawasan taman wisata alam. Sedangkan aktivitas penunjangnya lainnya adalah penelitian fauna dan flora di cagar alam.
Taman wisata alam di kawasan ini memiliki flora yang dominan yaitu suwagi dan kiteke, sedangkan fauna yang dominan yaitu babi hutan dan burung. Di dalam cagar alam jenis flora yang dominan yaitu hiur, puspa, pasang hura, saninten, jamuju dan sega, sedangkan jenis fauna yang dominan di dalam cagar alam yaitu babi hutan, beberapa jenis burung, macan kumbang dan macan tutul. Beberapa flora dan fauna langka yang terdapat di cagar alam ini diantaranya adalah saninten dan rusa, elang Jawa, lutung dan surili.
Di Papandayan terdapat 10 buah kios serta 1 buah toko cenderamata yang terletak di deket pintu masuk (loket karcis) yang berada di sekitar lahan parkir. Tempat parkir di kawasan ini memiliki luas 1 ha terletak di dekat pintu masuk dan berkapasitas 100 bus, 200 mobil dan motor dengan jumlah yang cukup banyak. Kondisi tempat parkir cukup baik dengan lapisan permukaan bervariasi, sebagian beraspal, dan sebagian lainnya masih tanah berbatu kerikil yang ditumbuhi rumput. Terdapat 1 buah toilet umum dengan kebersihan/sanitasi cukup dan kondisi bangunan sederhana. Terdapat juga sebuah shelter dan 3 buah tempat sampah berupa keranjang sampah yang terletak di dekat lokasi parkir. Di kawasan Gunung Papandayan ini terdapat 2 bumi perkemahan, yaitu Pondok Salada yang berjarak 3 km dari pintu masuk ke arah puncak dengan luas lahan 2 Ha dan Camp David yang terletak di belakang tempat parkir dengan luas lahan kurang lebih 1 Ha. Di bumi perkemahan ini tersedia fasilitas tempat api unggun dan lapangan upacara. Sayangnya, air bersih di Camp David dan taman wisata alam belum ada, akibat aktivitas gunung api, sedangkan di Pondok Salada terdapat mata air yang berasal dari Sungai Cisalada. Tingkat kebersihan dan kondisi perkemahan di Gunung Papandayan cukup baik. Sudah ada sebuah interpretative center dengan tingkat kebersihan dan kondisinya baik yang terletak di pos jaga atau loket. Kondisi keamanan di wilayah ini juga relatif aman dan terjaga dengan baik.
c. Gunung Guntur
Gunung Guntur merupakan salah satu gunung yang berada di wilayah Kabupaten Garut, yang terletak di Kampung Dukuh, Desa Pananjung, Kecamatan Tarogong Kaler. Gunung ini memiliki luas kawasan sekitar 250 ha yang sebagian besar masih berupa areal terbuka, dan seluruhnya dikelola oleh BKSDA Jawa Barat II yang mengacu pada aspek legalitas dari SK Menteri Kehutanan No: 274/kpts II/99. Gunung Guntur yang merupakan gunung api aktif dengan aktivitas vulkanik ini, memiliki ketinggian 2.000 m dpl dan memiliki satu kawah pada salah satu puncaknya. Gunung Guntur memiliki karakter bentang alam yang unik yaitu memiliki tiga bukit pada puncaknya, yang masing‐masing bukitnya memiliki ketinggian 1.000 m (dari kaki gunung), 1200 m, dan 1.300 m pada puncak paling tinggi.
Aksesibilitas untuk menuju wilayah Gunung Guntur berupa jalan raya dengan kelas jalan kecamatan yang memiliki lebar 3 m dan panjang 3 km dengan kondisi baik. Jalan akses selanjutnya memiliki kondisi yang cukup dengan kelas jalan desa dengan lebar 2.5
– 3 m dan panjang 2 km. Terdapat pula akses jalan setapak dengan lebar 0.5 – 1 m dengan kondisi yang cukup baik. Untuk mencapai ke kaki gunung yang berjarak 5 km dari terminal Kota Garut, yaitu terminal Guntur, dapat menggunakan angkutan kota jurusan Garut – Cipanas yang beroperasi dari pukul 05.00 hingga pukul 19.00 WIB, atau dapat menggunakan angkutan tradisional berupa delman.
Gunung ini memiliki daya tarik berupa medan gunung yang menantang, lembah, air terjun, sungai, panorama alam dan kawah. Gunung Guntur memiliki konfigurasi umum berupa lahan bergunung dengan kemiringan yang sangat curam dan memiliki material tanah berupa tanah pasir berbatu. Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Guntur belum dikembangkan secara intensif untuk kegiatan pariwisata, saat ini hanya para penjelajah dan petualang (wisatawan minat khusus) saja yang mengunjungi kawasan Gunung Guntur, khususnya untuk berkemah, hiking maupun trekking.
Kawasan wisata ini memiliki sumber mata air panas yang disalurkan ke kolam‐kolam dan pemandian yang terdapat di berbagai penginapan di wilayah Cipanas. Tempat ini dapat dijadikan pangkalan (base) sebelum menjelajahi beberapa objek wisata lain di sekitarnya. Tempat‐tempat peristirahatan dan pemandian air panas tersebut dikemas bervariasi dalam bentuk mewah hingga yang sederhana. Tak jarang di beberapa penginapan disediakan kolam renang air hangat dan tempat berendam yang berada di dalam kamar‐kamar. Berjarak sekitar 3 Km dari Cipanas, melalui jalan yang mendaki ke arah puncak Gunung Guntur, terdapat air terjun yang dikenal dengan nama Curug
Citiis. Dari lokasi air terjun ini, wisatawan dapat melanjutkan pendakian selama kurang
lebih 4 jam ke puncak Gunung Guntur. Para pendaki umumnya memulai pendakian sekitar jam 5 pagi untuk mendapatkan pemandangan yang jelas pada saat tiba di puncak gunung.
d. Curug Citiis
Curug Citiis adalah air terjun yang terletak di Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong dengan luas 30 m2 dan berada pada ketinggian 1.000 m dpl. Konfigurasi umum lahan di kawasan ini pada umumnya berbukit‐bukit dengan tingkat kemiringan yang agak curam, dan stabilitas tanah yang sedang. Pada musim kemarau, debit air Curug Citiis akan berkurang. Kualitas lingkungan di sekitar kawasan ini cukup baik dengan tingkat sanitasi yang baik dan bentang alam yang cukup indah. Pencemaran udara hampir tidak ada, namun terdapat pencemaran air akibat sampah‐sampah sisa makanan yang ditinggalkan para pengunjung dan penambang pasir yang bekerja di kawasan tersebut. Objek ini berjarak sekitar 10 km dari ibukota Kec. Tarogong, dan sekitar 15 km dari Kota Garut. Jarak terminal terdekat menuju kawasan ini adalah dari perkampungan terdekat yaitu Kampung Dukuh yang berada di kaki Gunung Guntur dan berjarak sekitar 5 km. Jalan akses menuju ke Curug Citiis memiliki lebar sekitar 4 m dengan panjang sekitar 2 km, dan dilanjutkan jalan setapak dengan lebar 1 m dan panjang 4 km. Untuk menuju ke objek ini, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi hingga kaki Gunung Guntur, serta angkutan tradisional dari Cipanas ataupun dari Kota Garut berupa delman ataupun menggunakan ojeg.
Konon air terjun ini merupakan tempat bertemunya para raja dari seluruh Pulau Jawa. Nama Curug Citiis sendiri berasal dari kata cai tiis yang berarti air dingin karena menurut penduduk sekitar suhu air dari air terjun ini paling dingin sewilayah Garut. Sumber air curug berasal dari Gunung Guntur yang mempunyai dua buah mata air, yaitu mata air panas yang mengalir ke daerah Cipanas, dan mata air dingin yang mengalir ke aliran Curug Citiis. Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain hiking, trekking, menikmati pemandangan, berkemah dan berekreasi.
Di kawasan ini terdapat tiga buah shelter dalam kondisi cukup baik namun banyak terdapat coretan, sebuah kios dalam kondisi yang cukup yang hanya buka pada hari Minggu. Objek wisata ini belum memiliki fasilitas akomodasi, kamar kecil atau tempat ibadah. Fasilitas‐fasilitas tersebut dapat dijumpai di kawasan Cipanas yang hanya berjarak sekitar 7 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Untuk fasilitas rumah makan hanya terdapat di Kecamatan Tarogong.
e. Taman Rekreasi Cipanas
Objek wisata buatan berupa taman rekreasi dan kolam renang air panas Cipanas terletak di wilayah Cipanas, Kecamatan Tarogong. Luas keseluruhan tanah yang dimiliki oleh Pemda Garut berikut Hotel Cipanas Indah adalah 9.335 m2. Lahan taman rekreasi ini berbukit‐bukit, dengan kemiringan lahan agak curam, stabilitas tanah sedang, daya serap tanah baik, serta kualitas lingkungan cukup baik. Selain milik Pemda, di lokasi ini banyak terdapat penginapan atau hotel maupun kolam renang dan fasilitas berendam yang diusahakan oleh masyarakat sekitar ataupun swasta.
Untuk menuju ke kawasan ini dapat menggunakan kendaraan pribadi yang akan menempuh jarak kurang lebih 2 km dari Kecamatan Tarogong. Selain itu juga dapat menggunakan angkutan kota dengan rute Cipanas – Tarogong. Kondisi jalan menuju kawasan ini cukup baik, dengan lebar jalan 3 – 4 meter.
Fasilitas yang ada di kawasan ini berupa penginapan, kolam renang, serta pemandian air panas yang dikelola oleh Pemda, swasta dan masyarakat. Pengunjung yang datang bebas memilih tempat mana yang hendak dikunjungi di kawasan Cipanas ini. Umumnya kolam renang air panas yang tersedia berukuran sekitar 20 x 10 m2 dan masing‐masing tempat memiliki toilet umum atau kamar mandi. Di kawasan ini terdapat sebuah pusat informasi yang terletak di dekat pintu keluar masuk, dan sebuah menara pengawas. Sarana umum lain yang terdapat di kawasan ini adalah tempat parkir yang dapat menampung 30 kendaraan pribadi serta 80 sepeda motor. Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan di taman rekreasi ini adalah berenang, berendam, berekreasi atau bersantai. Di kawasan ini juga terdapat fasilitas resort hotel, hotel kelas melati sampai dengan bintang tiga, beberapa restoran, lapangan tenis dan bulutangkis, kios cenderamata & jajanan, masjid serta pemandu wisata dari masyarakat lokal yang tinggal di sekitar kawasan.
f. Taman Wisata Alam Talaga Bodas
Di sebelah timur wilayah Garut terdapat Gunung Telaga Bodas dengan ketinggian 2.201 m dpl yang memiliki kawah berwarna hijau terang dan mengeluarkan gelembung. Tepatnya terletak di Desa Wana Raja, atau sekitar 27 kilometer dari Kota Garut. Wisata Kawah Telaga Bodas ini termasuk ke dalam Taman Wisata Alam (TWA) Talaga Bodas. Kawasan TWA Kawah Talaga Bodas memiliki luas kurang lebih 23,85 Ha dan berada di ketinggian 1.512 m dpl. Air kawah Talaga Bodas ini sering berubah‐ubah warna tergantung dari suhu dan kelembaban. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh E.W. de Kroon pada tahun 1938, suhu di kawah Talaga Bodas ini mencapai 94o C.
Stabilitas tanah dan daya serap air kawasan ini tergolong sedang. Jenis material tanah adalah tanah cadas berbatu. Kondisi lingkungan di kawah Talaga Bodas cukup baik dengan kebersihan dan bentang alam yang tergolong baik, terbukti dari tidak terdapatnya pencemaran air, tanah, udara dan sampah, hanya saja masih terdapat coretan ditempat tertentu yang dilakukan oleh pengunjung. Kawasan ini dikelola oleh BKSDA Jawa Barat ll berdasarkan SK Menteri No: 98/KPTS/UM/1978, dengan status kepemilikan lahan oleh Departemen Kehutanan.
Aksebilitas menuju objek dan daya tarik wisata ini berupa jalan kelas kecamatan dengan kondisi yang baik. Untuk mencapai lokasi TWA ini dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun alat transportasi umum berupa angkutan kota dengan trayek: Garut – Cibatu, Garut – Cikelet, terminal Guntur – Sukawening, dan jalur terminal Guntur Perumnas Cempaka Indah, atau dapat juga mempergunakan alat transportasi tradisional berupa delman dan ojek. Para pengunjung umumnya mencapai lokasi dengan membawa kendaraan roda dua (motor). Untuk mencapai tempat ini dengan kendaraan umum wisatawan dapat menumpang angkot ke Wanaraja dilanjutkan dengan angkot ke tempat parkir dan kemudian berjalan kaki menuju kawah. Keadaan jalan menuju lokasi ini kondisinya rusak parah hingga praktis tidak dapat dilalui oleh mobil sekelas sedan atau city car.
Pengunjung yang datang ke TWA Talaga Bodas ini biasanya melakukan aktivitas berupa trekking, hiking, piknik, atau sekedar jalan‐jalan dan bersantai. Di kawasan ini terdapat pula hutan wisata, cagar alam yang sering digunakan untuk tempat berkemah. TWA Talaga Bodas yang menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 98/Kpts/UM/2/1978 memiliki luas kurang lebih 23,85 Ha itu, sampai sekarang belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai. Fasilitas yang kini tersedia di kawasan ini adalah 1 pos masuk dan 2 buah shelter. Fasilitas ibadah terdekat hanya ada di Desa Sukamanak. Di kawasan ini juga tidak terdapat fasilitas akomodasi dan rumah makan yang memadai.
g. Paragliding Gunung Haruman
Objek wisata dan daya tarik olah raga paraglading Gunung Haruman ini berlokasi di Desa Haruman Sari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Status kepemilikan tanah yang digunakan untuk paraglaiding adalah tanah masyarakat yang masih belum
dikelola secara khusus. Gunung Haruman sendiri memiliki ketingian lebih kurang 1.300 m dpl dan bukan merupakan jenis gunung api. Konfigurasi umum lahan di kawasan ini adalah berbukit dengan kemiringan lahan agak curam, berdaya serap tanah baik, stabilitas tanah cukup baik, serta jenis material tanahnya pasir berbatu.
Untuk mencapai kawasan terbang layang Gunung Haruman dapat melalui jalan raya Garut – Bandung yang melewati Kecamatan Kadungora. Dari Kecamatan Kadungora dapat menggunakan kendaraan pribadi atau ojeg menuju Desa Haruman Sari. Adapun jarak yang ditempuh dari Kecamatan Kadungora menuju Desa Haruman Sari berjarak lebih kurang 15 km dengan lebar jalan 2 – 4 m yang berkondisi agak kurang baik. Untuk menuju landasan terbang layang dari Desa Haruman Sari masih berjarak sekitar 7 – 8 km, biasanya para pengunjung yang datang menggunakan mobil jeep atau sejenisnya untuk menuju ke lokasi. Hal ini disebabkan oleh kondisi jalan yang sangat rusak sehingga tidak memungkinkan untuk dilalui oleh mobil selain jeep.
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan wisatawan di kawasan ini adalah terbang layang, trekking, menikmati pemandangan dan fotografi. Pengunjung yang datang ke Gunung Haruman umumnya berasal dari Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan pengunjung mancanegara berasal dari negara Singapura, Belanda, Korea dan Amerika Serikat yang datang khusus untuk melakukan olah raga paraglaiding.
Landasan yang digunakan untuk terbang layang memiliki luas 40 x 15 m2 dengan lapisan permukaan tanah rerumputan berkemiringan lahan yang cukup landai. Untuk melakukan olah raga terbang layang, setiap pengunjung biasanya membawa peralatan sendiri, hal ini dikarenakan belum adanya pengelolaan secara khusus sehingga tidak tersedia tempat penyewaan peralatan yang dibutuhkan.