• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecenderungan Merger dan Akuisisi di Indonesia

Dalam dokumen Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaing (Halaman 191-194)

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN METODE PENELITIAN

C. Kecenderungan Merger dan Akuisisi di Indonesia

Merger, dan juga akuisisi, mempunyai tujuan yang utama yaitu untuk meningkatkan sinergi perusahaan. Sering disebut bahwa rumus yang berlaku adalah 2 + 2 = 5. Kelebihan satu dari rumus tersebut berkat adanya tambahan sinergi itu. Tambahan sinergi dari merger tersebut disebut dengan gain.12 Dengan demikian berlaku juga rumus sebagai berikut:

NPV m = PV ab – (PV a + PV b + C) Keterangan:

NPV = Net Present Value setelah merger (setelah adanya gain) yakni yang berbentuk sinergi dari kedua perusahaan setelah merger. PV a & PV b = Nilai perusahaan–perusahaan sebelum merger dilakukan. PV ab = Nilai dari perusahaan setelah merger dilakukan.

C = Cost, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka melakukan merger tersebut.

Tambahan sinergi karena merger tersebut disebabkan karena ada beberapa keuntungan dari merger. Adapun alasan umum perusahaan melakukan

merger, yaitu sebagai berikut:13 a. Pertimbangan Pasar

Merger dan akuisisi dapat memperluas pangsa pasar. Dalam hal ini, baik untuk menghasilkan mata rantai produksi yang lengkap, maupun untuk memperluas distribusi produk dalam satu area, atau memperluas area distribusi.

b. Penghematan Distribusi

Sistem distribusi tunggal seringkali dapat menangani dua produk yang mempunyai metode distribusi pasar yang serupa, dengan menghemat biaya daripada mereka hanya menangani produk tunggal.

c. Diversifikasi

Penganekaragaman jenis usaha dilakukan dengan maksud untuk meminimalkan risiko terhadap kegagalan pasar tertentu dan atau untuk dapat berpartisipasi pada bidang-bidang yang baru tumbuh

d. Keuntungan Manufaktur

Banyak keuntungan yang dapat dipetik dari merger. Biasanya segi-segi kelemahan dapat diperkuat, overcapacity dapat dihilangkan, dan overhead

dapat dikurangi. Sehingga problem-problem yang bersifat temporer dapat dipecahkan.

12. Ibid, hlm. 51. 13. Ibid, hlm. 54-55.

Pengendalian Praktek Merger dan Akuisisi dalam Kegiatan Usaha di Indonesia: Menuju Kegiatan Usaha yang Bersih dari Perilaku Anti Persaingan dan Praktek Monopoli

e. Research and Development (R&D)

Biaya-biaya riset dan pengembanagn dapat dikurangi dengan terbukanya kesempatan untuk menggunakan fasilitas secara bersama-sama.

f. Pertimbangan Finansial

Dalam hal ini, untuk meningkatkan earning per share dan memperbaiki image di pasar, serta untuk mencaai stabilitas dan sekuriti finansial. g. Pemanfaatan Excess Capital

Excess capital masing-masing perusahaan dapat saling dimanfaatkan. h. Pertimbangan Sumber Daya Manusia

Bagi perusahaan yang memiliki kelemahan di bidang SDM, dapat dibantu oleh perusahaan yang system SDM-nya lebih baik.

i. Kecanggihan dan Otomatisasi

Perkembangan bisnis menuju kepada penggunaan sarana yang semakin canggih dan otomatisasi. Untuk itu diperlukan biaya tinggi dan

kemampuan SDM yang tangguh. Perusahaan-perusahaan kecil akan sulit mengikuti perkembangan ini kecuali dengan melakukan upaya restrukturisasi, seperti merger dan akuisisi.

Terdapat beberapa sasaran atau target umum sehingga pelaku usaha menganggapperlu dilakukannya merger, yakni antara lain:14

a. Peningkatan Konsentrasi Pasar

Apabila perusahaan besar yang melakukan merger dengan perusahaan sejenis atau dengan perusahaan terintegrasi secara vertikal, maka pasar cenderung lebih terkonsentrasi. Utnuk itu, rambu-rambu hukum anti monopoli perlu diwaspadai. Akan tetapi apabila merger dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil, menyebabkan perusahaan tersebut menjadi lebih besar, sehingga dapat bersaing dengan perusahaan yang memang sudah duluan besar. Hal ini akan mengurangi konsentrasi pasar oleh satu atau lebih perusahaan besar saja.

b. Peningkatan Efisiensi

Merger antara dua atau lebih perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, baik itu efisiensi dalam produksi atau efisiensi dalam pemasaran, dan penghematan overhead cost. Banyak biaya dapat dipotong, atau bahkan banyak tenaga kerja yang dapat digunakan dalam memproduksi produk yang sama dengan sebelum merger dilakukan. Akan tetapi, dengan merger, dimana perusahaan menjadi semakin besar dan pesaing di pasar semakin berkurang. Hal ini juga mengarah kepada inefiensi perusahaan yang bersangkutan.

c. Pengembangan Inovasi Baru

Dengan dilakukannya merger, perusahaan menjadi besar sehingga riset dan pengembangan dapat dikembangkan secara canggih. Hal tersebut dapat mendorong untuk timbulnya inovasi baru dalam menghasilkan produk-prosuk dari perusahaan yang bersangkutan. Akan tetapi apabila perusahaan sudah terlalu besar, dan tidak atau kurang persaingannya

Dr. Ir. Tresna Priyana Soemardi, S.E.,M.S. di pasar, bisa juga menyebabkan perusahaan tersebut akan tetap

mempertahankan produk yang sudah ada apa adanya, sehingga mengurangi semangat utnuk menentukan inovasi baru.

d. Alat Investasi

Terutama bagi merger yang memerlukan pembayaran sejumlah dana dari pihak yang menggabungkan diri, maka merger seperti ini merupakan alat utnuk investasi bagi perusahaan yang menggabungkan diri tersebut. Apabila perusahaan yang menggabungkan diri tersebut merupakan perusahaan asing atau perusahaan campuran asing, maka investasi tersebut dapat dipandang sebagai suatu investasi asing. Dan jika nanti investasi tersebut ditarik kembali (divestasi), maka diharapkan akan banyak didapat capital gain dari merger tersebut.

e. Sarana Alih Teknologi

Jika terjadi merger, perusahaan yang satu dapat menimba mengalaman dan teknologi dari perusahaan yang lain. Dengan demikian merger dapat merupakan sarana pengalihan teknologi.

f. Mendapatkan Akses Internasional

Biasanya tidak mudah bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan akses ke pasar internasional. Untuk itu dapat ditempuh dengan merger dengan suatu perusahaan asing sehingga pasar dari perusahaan asing tersebut dapat diakses.

g. Peningkatan Daya Saing

Merger dapat meningkatkan efisiensi dan melakukan berbagaiinovasi. Hal tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan daya saing, baik daya saing ekspor maupun impor.

h. Memaksimalkan Sumber Daya

Dengan merger, maka sumber daya yang ada si sua atau lebih perusahaan yang bergabung dapat dimanfaatkan secara maksimal. Di samping

itu, dapat pula dilakukan pengurangan duplikasi dan memaksimalkan penggunaan aktiva yang menganggur, sehingga produksinya dapat didorong secara maksimal.

i. Menjamin Pasokan Bahan Baku

Khususnya terhadap merger vertical, yakni merger antara perusahaan hulu dengan hilir, maka merger seperti ini dapat menjamin tersedianya bahan baku karena mempunyai perusahaan pemasok bahan bakunya sendiri.

Tujuan daripada merger secaa langsung adalah sebagai (pembuktian diri atas) pertumbuhan dan ekspansi aset perusahaan, penjualan dan pangsa pasar pihak yang menggabungkan diri (tujuan jangka menengah). Tujuan merger yang lebih mendasar adalah pengembangan kekayaan para pemegang saham yang ditujukan pada pengaksesan atau pembuatan penciptaan keunggulan kompetitif yang dapat diandalkan bagi perusahaan yang menggabungkan diri.15 Merger merupakan salah satu metode untuk menyembuhkan perusahaan yang sedang sakit dalam waktu sekejap.

15. P.S. Sudarsaman, 1999, The Essence of Merger dan Akuisisi, Prentice Hall International (UK) Ltd., Simon &Schuster (Asia) Pte. Ltd., Yogyakarta, Penerbit ANDI, hlm. 5.

Pengendalian Praktek Merger dan Akuisisi dalam Kegiatan Usaha di Indonesia: Menuju Kegiatan Usaha yang Bersih dari Perilaku Anti Persaingan dan Praktek Monopoli

Jika melihat beberapa contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia, maka merger dan akuisisi umumnya didorong oleh keinginan untuk melakukan ekspansi. Contoh kasus yang telah dituangkan dalam Bab II menunjukkan tren yang hampir serupa, yakni penjualan perusahaan kepada pihak asing, dengan alasan serta cara yang berbeda pada tiap kasus. Hal seperti ini tidak hanya populer di kalangan perseroan terbatas, tetapi juga pada BUMN yang merupakan perusahaan milik negara. Perlindungan terhadap aset nasional tampaknya sudah kendor. Contoh yang paling memprihatinkan adalah ketika PT Indosat dikuasai oleh asing, yang hingga saat ini masih menyisakan permasalahan yang sangat kompleks. Demikian pula kasus PT. Krakatau Steel yang harus dikaji dengan cermat karena PT. Krakatau Steel merupakan aset nasional yang bernilai strategis dalam industri manufaktur nasional, sehingga alternatif revitalisasi malalui IPO , merger atau akuisisi, benar-benar harus dikaji sehingga kepastian peningkatan daya saing global dan nasional dapat tercapai.

Dalam dokumen Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaing (Halaman 191-194)