• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN LITERATUR

Dalam dokumen Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaing (Halaman 90-92)

A. KERANGKA TEORI

1. Konsep Ritel

Sejarah Ritel modern di Indonesia tidak dipisahkan dari kehadiran Toserba Sarinah di jalan Thamrin-Jakarta yang dibangun tahun 1962. Sepuluh tahun kemudian (1972) hadir Hero Supermarket sebagai pionner pasar swalayan di Indonesia. Pada tahun yang sama juga hadir Gelael Supermarket yang didirikan oleh Dick Gelael.

Di Tahun 1972 juga dibuka Toserba Matahari oleh Hari darmawan, yang merupakan pengembangan Toko Matahari (Toko Pakaian). Dengan demikian dalam tahun 1972 merupakan tonggak sejarah dibukanya tiga ritel modern yakni Hero, Matahari dan Gelael.

Berikut ini adalah pembagian industri ritel berdasarkan pengelompokan pada ciri-ciri tertentu disertai pengertian atau definsi:1

1. Discount Stores/Toko Diskon

Discount store adalah toko pengecer yang menjual berbagai barang dengan harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum. Contohnya adalah Makro dan Alfa

2. Specialty Stores/Toko Produk Spesifik

Specialty store adalah merupakan toko eceran yang menjual barang-barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesifik. Contoh specialty stores

yaitu toko buku Gramedia, toko musik Disc Tarra, toko obat Guardian, dan banyak lagi contoh lainnya.

3. Department Stores

Department store adalah suatu toko eceran yang berskala besar yang pengeloaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen- departemen yang menjual macam barang yang berbeda-beda. Contohnya seperti Ramayana, Robinson, Rimo, dan sebagainya. 4. Convenience Stores

Convenience store adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh minimarket Alfa dan Indomaret.

5. Catalog Stores

Catalog store adalah suatu jenis toko yang banyak memberikan informasi produk melalui media katalog yang dibagikan kepada para konsumen potensial. Toko katalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak.

6. Chain Stores

Chain store adalah toko pengecer yang memiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama.

7. Supermarket

Super market adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk

Yoyo Arifardhani, SH.,MM., LLM. makanan dan juga sejumlah kecil produk non makanan dengan sistem

konsumen melayani dirinya sendiri/Swalayan. Contoh yaitu Hero. 8. Hypermarkets / Hipermarket

Hipermarket adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hypermarket. Contohnya antara lain hipermarket Giant, hipermarket Hypermart dan hipermarket Carrefour.

Pelbagai kebijakan atau peraturan telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur keberadaan bisnis eceran modern dan pasar modern (pertokoan) supaya tidak mematikan pengecer kecil atau pedagang kecil. Namun sampai saat ini pelaksanaan dan pengawasan peraturan tersebut belum dijalankan secara maksimal. Sejumlah kebijakan pemerintah yang telah dikeluarkan diantaranya:2 1. SK Menperindag No.420/MPP/Kep/10/1997

Dalam keputusan ini diantaranya ditetapkan bahwa:

- Pasar modern dapat dibangun di semua Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I. - Berada di lokasi yang sesuai dengan Rencana tata Ruang Wilayah Kota

(RTRWK) atau Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota (RTDRWK). - Pembangunan Pasar Modern di daerah Tingkat II (di luar ibukota

Propinsi daerah Tingkat I yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan) harus berada di lokasi sesuai dengan peruntukan sebagaimana tercantum dalam RTRWK dan RDTRWK serta harus memiliki ijin. - Daerah Dati II yang belum mempunyai RTRWK dan RDTRWK dilarang

mengajukan usul pembangunan pasar modern. 2. Liberalisasi Perdagangan Eceran

Liberalisasi perdagangan eceeran dengan mencabut larangan investasi asing di sektor perdagangan besar dan eceran. Diantaranya melalui SK. Meninvest/ No.29/SK/1998 dan Keppres No.99/1998. Kedua keputusan ini intinya memberikan kebebasan kepada investor asing untuk masuk bisnis ritel di Indonesia, dimana kedudukannya sama dan bersaing dengan riset lokal. Liberalisasi perdagangan eceran ini ditegaskan juga oleh pemerintah melalui paket restrukturisasi ekonomi Indonesia (LoI) yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan IMF pada bulan Januari 1998. Dalam kesepakatan tersebut mengisyaratkan bahwa pemerintah RI harus membuka liberalisasi secara penuh terhadap sektor perdagangan eceran. Melalui kebijakan globalisai perdagangan eceran yang dikeluarkan oleh pemerintah, maka ritel asing sudah bebas mengembangkan jaringan bisnis eceran di Indonesia. Dengan demikian ritel lokal harus bersaing secra terbuka dengan ritel asing tanpa adanya perlindungan atau kebijakan yang menguntungkan ritel lokal. 3. Perda DKI No.2 tahun 2002

Perda No.2 tahun 2002 mengatur jam buka-tutup perpasaran swasta di Jakarta. Dalam Perda tersebut ini mengatur tentang:

- Waktu pelayanan perpasaran swasta secara swalayan dimulai pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB

2. Peta Bisnis Ritel Modern di Indonesia (edisi Kedua), BIRO (Business Intelligence Report), PT. Biro Data Indonesia, Jakarta, 2006, hal 7-10.

Potensi Penambahan Syarat Dagang yang Akan Diberlakukan oleh Peritel Modern (Kajian Terhadap Penyalahgunaan Posisi Dominan)

- Untuk perpasaran swasta yang waktu pelayanannya di luar ketentuan Perda tersebut harus mendapat izin khusus dari Gubernur DKI.

4. Kepmenkeu No.253/2002

Pemerintah merivisi kebijakan teknis pemungutan PPN 10% atas produk ritel yang harus dibayar oleh perusahaan ritel modern. Kebijakan baru tersebut teruang dalam Kepmenkeu No. 253/2002 tentang Pajak Perdagangan ritel yang dikeluarkan pada 31 Mei 2003 dan diberlakukan pada 1 Juni 2003. Pengenaan PPN 10% atas penjualan produk pertanian, peternakan dan perikanan di gerai ritel modern. Kebijakan ini tidak berlaku bagi pedagang eceran di pasar tradisional.

5. Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE-14/PJ.S3/2003

Melalui surat edaran tersebut pemerintah menaikkan PPN atas service charge. Melalui surat edaran tersebut pemerintah menikkan PPN atas

service charge di pusat belanja/mal dari 4% menjadi 10%. 4. Kenaikan Tarif Parkir

Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mulai 3 Juni 2003 menaikkan tarif parkir di seluruh pusat belanja anggota APPBI dari Rp 1.000,- menjadi Rp 1.250,-. Kenikan tarif parkir tersebut diberlakukan menyusul dikeluarkannya pajak parkir sebesar 20%. Dengan kenaikan tarif tersebut maka total biaya parkir yang harus dibayar konsumen ditambah pajak parkir 20% menjadi Rp 1.500,-.

2. Kondisi Ritel Modern di Indonesia

Jabotabek menguasai sepertiga dari jumlah gerai pasar swalayan nasional. Sampai Juni 2003 di Jabotabek terdapat 225 gerai pasar swalayan, dimana gerai terbanyak di Jakarta dengan 149 gerai (24.5%). Jumlah gerai pasar swalayan di Jabotabek diperkirakan akan terus bertambah khususnya di kawaan Botabek. Jika kondisi ekonomi makro Indonesia terus membaik diperkirakan akan terus bermunculan gerai pasar swalayan.

Total pasar supermarket atau pasar swalayan di Indonesia pada tahun 2002 mencapai Rp.12,8 trilyun atau naik 8,7 % dibandingkan dengan tahun 2001 sebesar Rp. 11,7 Trilyun. Kenaikan pasar supermarket masih cukup rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Dalam dokumen Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaing (Halaman 90-92)