• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan KIRAT (Berkirim Surat) untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa SD

Wahyu Nur Hidayati, S. Pd., M. Pd SDN Citarik 1, Karawang, Jawa Barat

wahyunh81@gmail.com Abstrak

Siswa di SDN Citarik I masih terbiasa dan kental dengan bahasa ibu, yaitu bahasa Sunda, sehingga mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi sedikit terhambat karena siswa kurang terlatih untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran mereka menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, salah satu strategi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia, terutama pada aspek menulis yaitu dengan belajar secara nyata dengan berkomunikasi langsung dengan siswa dari daerah lain melalui kegiatan KIRAT (Berkirim Surat). Kegiatan KIRAT adalah kegiatan berkirim surat yang bertujuan meningkatkan dan menumbuhkembangkan minat dan kemampuan siswa terhadap Bahasa Indonesia, terutama pada aspek menulis sekaligus dalam rangka menumbuhkembangkan literasi dasar di SD. Keterampilan menulis siswa SD di kelas tinggi akan terpupuk oleh banyak latihan yang diberikan. Kegiatan KIRAT ini sesuai dan telah diujikan selama tiga tahun untuk siswa kelas tinggi di SDN Citarik I. Hasil dari kegiatan ini, siswa mengalami kemajuan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia terutama dalam hal menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Kata Kunci: Keterampilan Berbahasa; Literasi Dasar; KIRAT

Pendahuluan

Manusia adalah makhluk yang hidupnya membutuhkan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia memerlukan bahasa. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar. Fungsi pelajaran Bahasa Indonesia di jenjang Sekolah Dasar sangat penting. Selain Bahasa Indonesia dikenalkan sebagai bahasa persatuan, di jenjang pendidikan dasar, Bahasa Indonesia dijadikan sebagai salah satu alat pengukur untuk mengembangkan kepribadian siswa yang santun dan berbudi pekerti luhur. Kemampuan berbahasa Indonesia dipupuk sejak dini. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat aspek

170

keterampilan bebahasa tersebut, kemampuan menulis lebih sulit diaplikasikan kepada siswa daripada keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.

Oleh karena itu, Pemerintah sekarang sedang giat mencanangkan program Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan ini menjadi salah satu cara mengembangkan strategi dan diplomasi demi menumbuhkan budi pekerti siswa. Gerakan Literasi Sekolah merupakan penerapan dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti. Pada hakikatnya, kegiatan literasi ini tidak hanya membaca. Gerakan ini termasuk dengan kegiatan menulis. Hal ini perlu diterapkan karena tujuan gerakan literasi ini sebenarnya tidak hanya ingin meningkatkan kemampuan membaca tapi menulis juga. Menurut Komisi Pendidikan untuk Abad XX1 (dalam Delors, Unesco 1996: 85) melihat bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya UNESCO pun mencanangkan empat prinsip belajar abad 21, yakni: Learning to think (belajar berpikir); Learning to do (belajar berbuat); Learning to be (belajar untuk menjadi); Learning to live together (belajar hidup bersama). Keempat pilar prinsip pembelajaran ini sepenuhnya didasarkan pada kemampuan literasi (Literary skills).

Penanaman budaya cinta dan gemar berbahasa Indonesia di lingkungan pendidikan menjadi tantangan tersendiri bagi daerah yang siswanya lebih dominan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pembiasaan berbahasa Indonesia tentu tidak akan seketika diterima. Pembiasaan ini membutuhkan ketelatenan dan beberapa strategi agar siswa menjadi termotivasi untuk mencintai dan gemar berbahasa Indonesia. Tulisan ini merupakan salah satu upaya yang penulis lakukan selama beberapa tahun, untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada bahasa Indonesia dan mengembangkan kemampuan mereka terutama pada aspek menulis. Rancangan ini penulis beri nama KIRAT (berkirim surat), yaitu kegiatan mencari sahabat pena melalui kegiatan nyata berkirim surat.

Menurut pengamatan penulis, permasalahan pembelajaran yang dihadapi di SDN Citarik I pada mata pelajaran Bahasa Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah, menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia menjadi kurang

171

b. Kegiatan Bahasa Indonesia lebih banyak mendengarkan, menyimak, dan mencatat tanpa diberikan umpan balik

c. Maraknya tulisan anak muda jaman sekarang, sehingga kepedulian siswa untuk taat pada aturan penulisan menjadi terabaikan (bahasa alay)

d. Gemar membaca dan menulis belum membudaya di lingkungan sekolah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merancang pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan penulis dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia dituangkan dalam visi dan misi berikut ini:

Visi :

a. Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu sarana pengembangan kepribadian siswa yang mahir berkomunikasi secara santun,

b. Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu alat ukur pengembangan kepribadian siswa yang mahir berkomunikasi secara lisan dan tulisan dengan bahasa yang baik dan benar. Misi :

a. Membina siswa agar bangga dan cinta terhadap Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan baik dan benar

b. Memotivasi siswa agar memiliki semangat membaca dan menulis yang tinggi sebagai salah bagian dari penanaman budaya Literasi Indonesia

c. Memotivasi siswa untuk merefleksikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

Dari paparan visi misi di atas, penulis merancang dan melakukan kegiatan yang penulis namai pembelajaran KIRAT (Berkirim Surat) yang telah penulis praktekkan sejak penulis diangkat menjadi PNS di tahun 2010. Kegiatan KIRAT ini dirancang dan dilakukan untuk siswa kelas tinggi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia terutama kemampuan dalam hal menulis.

Kajian Teori

Keterampilan Berbahasa

SDN Citarik I memiliki visi, misi, tujuan, dan program sekolah yang dituangkan dalam RKAS. Visi, misi, tujuan, dan program-program tersebut disusun serta disesuaikan dengan

172

kondisi lingkungan yang ada di SDN Citarik I. Pembelajaran KIRAT (Berkirim Surat) menjadi salah satu strategi pembelajaran untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap Bahasa Indonesia dan meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia. Keterampilan adalah suatu kemampuan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Dalam KBBI (2007: 1180) “keterampilan adalah kecakapan untuk menyeleksikan tugas”. “Skill (keterampilan) adalah suatu kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan ke dalam praktik sehingga tercapai hasil kerja yang diinginkan” (Suprapto, 2009: 135). Ada empat kemampuan keterampilan Bahasa Indonesia yang dijabarkan secara ringkas sebagai berikut:

a. Membaca

Broto (dalam Abdurrahman, 2003: 200) mengemukakan bahwa ‘membaca merupakan kegiatan berbahasa berupa proses melisankan dan mengolah bahan bacaan secara aktif’. Membaca tidak semudah hanya melafalkan bentuk dan tanda tulisan tetapi juga perlu proses untuk memahami isi bacaan. Adapun Marabimin (dalam Suwarjo, 2008: 94) menyatakan bahwa ‘keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif’. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah kemampuan yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Adapun tujuan utama dalam membaca adalah mendapatkan informasi yang tepat dan benar. Hal ini disampaikan oleh Rahim (2007: 11) bahwa “membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi atau pesan dari teks”. Menurut Tarigan (2008: 9), “tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna, arti erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan atau intensif kita dalam membaca”.

b. Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Banyak ahli telah mengemukakan pengertian menulis. Menurut pendapat Abbas (2006:125), “keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis”. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 3), “keterampilan

173

menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain”. Jadi dapat dikemukakan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik.

Menulis memiliki banyak fungsi. Seperti yang diungkapkan oleh D’Angelo dalam Tarigan, (2008), pada prinsipnya ‘fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung’. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena para pelajar akan merasa mudah dan nyaman dalam berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita.

c. Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. “Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara” (Tarigan, 2008: 3). Menurut Arsjad dan Mukti (1993:23), “kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”. Jadi, bisa disimpulkan bahwa berbicara adalah keterampilan untuk mengucapkan untaian kata sehingga apa yang ada di dalam pikiran dapat tergambarkan dengan jelas dan diterima oleh para penyimaknya.

d. Mendengarkan / Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat esensial, sebab keterampilan menyimak merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa. Anak kecil yang mulai belajar berbahasa, dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang didengarnya, belajar menirukan, kemudian mencoba untuk menerapkan dalam pembicaraan. Setelah masuk sekolah, anak tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau bunyi bahasa yang diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kegiatan menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini, anak sudah mulai menulis.

174

Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan, dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu memiliki perbedaan pengertian. Banyak orang yang masih kurang memahami perbedaan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sutari,1997:16), ‘mendengar mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga’. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Mendengarkan adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, disamping membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan mendengarkan merupakan dasar keterampilan berbicara yang baik.

Literasi Dasar

Menurut pendapat Kharizmi (2015) bahwa “literasi pada abad ke-21 tidak bisa lagi didefinisikan sebatas kemampuan membaca dan menulis”. Akibat perkembangan yang sangat pesat di bidang informasi, maka literasi dimaknai dalam beberapa sudut pandang, mulai dari sudut pandang literasi dasar (basic literacy), literasi sains (science literacy), literasi ekonomi (economic literacy), literasi teknologi (technologi literacy), literasi visual (visual literacy), literasi informasi (information literacy), literasi multikultural (multicultural literacy) sampai pada sudut pandang kesadaran global (global awareness). Literasi dasar (basic literacy) merupakan bagian dari literasi pada abad 21.

Menurut Hasan (dalam Farihatin, 2013) mengemukakan bahwa ‘kemampuan literasi dasar memiliki peran penting dalam kehidupan seseorang untuk kesuksesan akademiknya’. Kemampuan literasi inilah yang harus menjadi senjata utama bagi generasi bangsa Indonesia dan harus diajarkan sejak usia dini. Menurut Clay dan Ferguson dalam Kemendikbud (2016: 8), ‘Literasi dasar (Basic Literacy) yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung (counting) yang berkaitan dengan kemampuan analisis untuk

175

memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi’. Literasi dasar di jenjang sekolah dasar sedang digalakkan melalui Gerakan Literasi Sekolah.

Menurut Kemendikbud (2016: 7), Gerakan Literasi Sekolah adalah “Suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat mempresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan”. Menurut Kemendibud (2016: 7) “Gerakan literasi sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen.” Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembahasan membaca peserta didik. Hal ini diperkuat dan diperjelas dalam UUD Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yaitu pada bagian mengembangkan potensi diri peserta didik secara utuh yang berbunyi: “Setiap siswa mempunyai potensi yang beragam. Sekolah hendaknya memfasilitasi secara optimal agar siswa bisa menemukenali dan mengembangkan potensinya”. Kegiatan wajib dalam Gerakan Literasi Sekolah adalah menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca teks buku selain buku mata pelajaran (setiap hari) dan seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan, siswa) memanfaatkan waktu sebelum memulai hari pembelajaran pada hari-hari tertentu untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani, dilaksanakan secara berkala dan rutin, sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu.

Gerakan literasi diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan pendidikan dan masyarakat untuk ikut dalam upaya menumbuhkan budaya literasi di seluruh elemen. Dan diharapkan dengan adanya gerakan literasi ini maka generasi bangsa ini semakin sadar akan pentingnya budaya literasi di zaman yang modern ini. Selain itu, diharapkan gerakan literasi ini juga dapat membentuk manusia pembelajar sepanjang hidup (long life

education).

176

Kegiatan KIRAT adalah kegiatan berkirim surat yang bertujuan meningkatkan dan menumbuhkembangkan minat dan kemampuan siswa terhadap Bahasa Indonesia, terutama pada aspek menulis. Kegiatan KIRAT seperti kegiatan mencari sahabat pena namun sahabat pena yang dicari berasal dari sekolah-sekolah resmi yang ada dalam daftar sekolah di Kemdikbud. Diawali dari berkirim surat meminta perkenalan dengan niat menjalin komunikasi, diharapkan kegiatan ini memupuk kecintaan siswa pada Bahasa Indonesia. Sahabat yang dicari adalah sahabat dari luar daerah sehingga selain menjalin persahabatan, siswa mampu menambah wawasan tentang berbagai macam budaya daerah, Kegiatan KIRAT ini mulai disosialisasikan ketika siswa masuk di semester pertama. Kegiatan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Secara ringkas, jadwal pelaksanaan KIRAT bisa ditulis sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan KIRAT

Kegiatan Minggu ke-

1 2 3 4

Persiapan √ √

Pelaksanaan √

Evaluasi dan Timbal Balik √ dst

Untuk tahap evaluasi dan timbal balik, waktu yang dibutuhkan menyesuaikan dengan kedatangan surat balasan. Kegiatan KIRAT membutuhkan kerjasama antara guru, kepala sekolah, siswa dan orangtua, serta guru dari sekolah yang dituju.

Kegiatan KIRAT tidak dilakukan secara instan. Guru dan siswa perlu mempersiapkan dari awal dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap Persiapan:

a. Guru menyiapkan tempat tujuan berkirim surat, nama-nama sekolah yang akan dituju harus lengkap dan benar.

b. Guru melatih siswa menulis surat pribadi selama 2-3 kali

c. Guru meminta siswa mengumpulkan uang saku untuk membeli perangko agar tidak merepotkan orangtua (harga Rp 3000,00)

d. Daftar nama sekolah yang akan dituju dibagikan kepada siswa dan siswa memilih sekolah yang berbeda dengan teman lainnya

177

f. Setelah surat yang akan dikirim selesai dibuat oleh siswa, guru memeriksa terlebih dahulu isi surat mereka.

g. Siswa memasukkan ke dalam amplop surat dan menulis alamat penerima dan pengirim dengan jelas dan benar.

h. Guru memberitahukan kapan surat akan dikirim, sehingga siswa diminta untuk ijin kepada orangtuanya

Tahap Pelaksanaan:

a. Siswa pergi ke kantor pos didampingi guru dengan membawa surat yang telah dimasukkan ke dalam amplop

b. Siswa membeli perangko kepada petugas kantor pos dan menempelkannya c. Siswa memasukkan surat ke dalam bis surat/diberikan kepada petugas kantor pos Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut:

a. Guru akan mengevaluasi kegiatan KIRAT ini setelah ada surat balasan. Walaupun tidak semua siswa mendapat balasan, namun aktifitas menunggu balasan surat terasa sangat menyenangkan dan mendebarkan.

b. Surat balasan akan dilihat oleh guru dan meminta siswa untuk membalas kembali surat balasan tersebut. Siswa yang mendapat balasan, bisa menambahkan siswa lain dalam perkenalannya agar kegiatan mencari sahabat pena semakin luas

c. Setelah 3-4 kali aktifitas balas membalas surat dicek oleh guru, siswa bisa melanjutkan sendiri komunikasi dengan sahabat pena barunya, dengan nasihat bahwa kegiatan tersebut untuk kebaikan saja. Orangtua juga perlu diikutsertakan dalam upaya mengawal kelanjutan komunikasi tersebut.

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan KIRAT dilaksanakan dengan beberapa perencanaan terlebih dahulu. Siswa perlu dikondisikan di awal sebelum kegiatan dilakukan. Perencanaan dan persiapan yang matang akan memberikan hasil yang lebih baik. Biasanya siswa sangat antusias di awal kegiatan. Apalagi karena kegiatan Kirat membutuhkan kantor pos yang jaraknya cukup jauh dari sekolah, sehingga menambah semangat siswa untuk menulis surat dan mengirimkannya melalui kantor pos.

178

Walaupun begitu, kendala tetaplah ada. Beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan KIRAT ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Jarak sekolah ke kantor pos cukup jauh, sehingga membutuhkan waktu khusus untuk mengirimkan suratnya.

b. Beberapa siswa yang masih terkendala menulis, membutuhkan bimbingan tersendiri atau diberikan tugas lain untuk menulis dahulu sebelum menulis surat.

c. Surat yang terbalas, harus dipantau, agar komunikasi yang terjalin tidak keluar dari tujuan pendidikan. Namun, siswa terkadang tidak mau menunjukkan isi balasan suratnya.

d. Tidak semua siswa mendapatkan balasan surat kembali

e. Rata-rata siswa bertahan 4-6 kali balas membalas, dan kemudian komunikasi mereka terputus f. Membutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari persiapan hingga terkirimnya surat.

Kegiatan KIRAT berjalan dengan lancar di SDN Citarik I karena ada faktor pendukung yang memotivasi guru dan siswa. Di antara faktor pendukung tersebut adalah sebagai berikut: a. Siswa SDN Citarik I terbiasa berjalan kaki, sehingga berjalan kaki dan naik angkot ke kantor

pos justru menyenangkan

b. Kepala Sekolah mengapresiasi kegiatan KIRAT ini dengan memberi dukungan dan memfasilitasi perangko gratis di awal pengiriman.

c. Pemberian reward bagi siswa yang bisa balas berbalas lebih lama dari siswa lainnya semakin menyemangati siswa

d. Orangtua mendukung kegiatan ini dan tidak mengeluhkan jika biaya perangko harus membeli sendiri.

e. Guru dari sekolah tujuan memberi respon positif sehingga kegiatan ini berjalan lancar.

Kegiatan KIRAT ini dilakukan dengan harapan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, baik dalam proses maupun hasil belajarnya. Beberapa peningkatan proses pembelajaran yang terjadi selama kegiatan KIRAT ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa lebih aktif karena mereka mencari pengalaman mencari sahabat pena secara langsung. Keaktifan siswa mulai terlihat sejak pemberitahuan oleh guru bahwa akan diadakan kegiatan KIRAT untuk mencari sahabat pena dari luar daerah, siswa menjadi aktif berkomunikasi dengan guru.

179

b. Siswa lebih termotivasi karena mereka sangat berharap surat mereka mendapat respon dan terjalin komunikasi lanjutan. Mereka sangat senang ketika surat mereka dibalas, dan mereka kecewa ketika tak ada balasan. Guru meminta siswa yang mendapat balasan, untuk menyertakan perkenalan dengan beberapa temannya sehingga kekecewaan siswa yang tidak mendapat balasan bisa terobati.

c. Siswa menjadi lebih mengenal lingkungan karena mereka berjalan kaki menuju kantor pos. Hal ini menjadi salah satu kegiatan yang disukai siswa karena mereka bisa berjalan keluar dari lingkungan sekolah bersama-sama teman sekelasnya dengan tujuan yang sama. Selain itu, dengan bersama-sama, rasa persatuan dan kerjasama mereka terlihat meningkat.

d. Siswa belajar menyisihkan uang saku untuk membeli perangko demi membalas surat-surat balasan berikutnya. Proses ini secara tidak langsung mengajarkan kepada siswa untuk berjuang dalam menggapai sebuah keinginan.

e. Siswa mengetahui fungsi kantor pos. Selain kegiatan KIRAT memfokuskan pada pengembangan Bahasa Indonesia, namun penanaman wawasan juga akan mengiringi selama proses ini, siswa menjadi tahu letak kantor pos, lambang kantor pos, fungsi kantor pos, dll. f. Siswa mengenal budaya dari daerah sahabat pena mereka melalui cerita-cerita yang mereka

tuliskan di surat. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat disenangi siswa karena mereka bisa bertukar budaya, bertukar cerita, bertukar pengalaman, dsb dari sahabat luar daerah.

Adapun peningkatan hasil belajar karena kegiatan KIRAT tersebut, secara umum yaitu meningkatkan hasil dari empat aspek kemampuan Bahasa Indonesia yang diuraikan sebagai berikut:

a. Membaca

Kemampuan membaca meningkat dilihat dari hasil tes membaca yang diadakan di akhir semester. Kegiatan KIRAT ini memfasilitasi siswa bertukar budaya, sehingga siswa rajin membaca tentang budaya daerah sahabat pena mereka.

b. Menulis

Pelajaran menulis dianggap pelajaran yang paling sulit di antara aspek berbahasa yang lain. Selain menulis membutuhkan ketelatenan, menulis juga membutuhkan kejelasan dan kerapian tulisan agar si penerima tulisan bisa memaknai maksud penulis dengan benar. Hasil peningkatan kualitas menulis yang terlihat yaitu:

180

b. Kemampuan menyusun kalimat meningkat, terlihat dalam hasil tes Bahasa Indonesia c. Hasil karangan siswa semakin bagus baik dari segi konten maupun penulisan.

c. Mendengarkan/Menyimak

Kemampuan menyimak beriringan dengan kemampuan lainnya. Peningkatan hasilnya terlihat ketika siswa selesai menyimak, mereka bisa menceritakan dan menuliskan apa yang mereka simak.

d. Berbicara

Kemampuan menceritakan pengalaman dan mengungkapkan pendapat meningkat terlihat