• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Model Sel Dengan Memanfaatkan Sampah Pinggir Pantai Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Peserta Didik

Yunita Hartati, M.Pd.Si SMPN 15 Kota Bengkulu

Yunitahartati74@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui pembuatan model sel dengan memanfaatkan sampah pinggir pantai. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembuatan model sel dengan memanfaatkan sampah pinggir pantai dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik? Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan PTK yang dilaksanakan di SMPN 15 Kota Bengkulu pada kelas VII A dengan jumlah 34 siswa yang terdiri atas 20 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan dengan instrument yang digunakan lembar observasi terhadap keberhasilan peserta didik. Data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus 1 ke siklus 2. Pada pengamatan di siklus 2 terlihat bahwa adanya peningkatan aktivitas peserta didik dan hasil belajar dalam memanfaatkan barang bekas dalam pembuatan model sel dengan skor 4,0 yang dikategorikan baik. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan model sel dengan memanfaatkan sampah pinggir pantai dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Kata kunci : Model sel, Pemanfaatan sampah pinggir pantai, Hasil belajar Pendahuluan

Dalam berbagai proses pembelajaran di Indonesia, peranan guru masih sangat dominan walaupun sebagian dari mereka telah berupaya untuk menjadi fasilitator disamping sebagai sumber informasi. Hingga saat ini guru masih dianggap sebagai orang yang mempunyai jawaban terhadap semua pertanyaan siswanya sehingga seringkali guru merasa dirinya sebagai satu-satunya sumber informasi. Namun pada kenyataannya pengetahuan manusia sangat terbatas sehingga kita perlu sumber-sumber informasi lainnya baik dalam belajar maupun membelajarkan orang lain. Guru sebagai penyampai materi pelajaran tidak hanya menyampaikan bahan ajar yang sesuai dengan rancangan program pembelajaran. Guru juga dituntut untuk bisa memberikan kemudahan bagi para siswa dengan proses pembelajaran yang mudah dipahami dan menyenangkan. Siswa diharapkan memperoleh dan menemukan nilai ilmu pengetahuan yang disampaikan guru. Oleh sebab itu pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan pelajaran perlu diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan dan pengharapan siswa dengan menggunakan berbagai sumber informasi. Namun untuk menciptakan suasana

47

pembelajaran seperti itu bukan persoalan yang mudah. Diperlukan komponen-komponen lain untuk mendukung proses pembelajaran agar mudah dan menyenangkan. Salah satu komponen yang bisa memudahkan siswa belajar adalah pemanfaatan media (Johnson, 2009). Media mempunyai klasifikasi mulai dari yang sederhana hingga yang canggih. Bahan yang digunakan untuk membuat media pun bisa diperoleh dengan cara dibeli atau memanfaatkan barang yang sudah tidak berguna atau lazim disebut dengan sampah.

Pemanfaatan sampah sebagai media bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Sebelum media modern hadir, para guru telah menggunakan berbagai media dan alat peraga buatannya sendiri untuk menjelaskan materi pelajarannya. Para guru terdahulu mungkin lebih banyak memiliki kreativitas karena dipaksa oleh keadaan yang masih serba terbatas. Mereka harus bekerja keras agar siswanya bisa belajar dan menyerap materi pelajaran semaksimal mungkin. Dengan datangnya media berteknologi modern menyebabkan berbagai masalah yang selama ini tidak dapat dipecahkan telah mampu dipecahkan dan memungkinkan mata pelajaran apapun diajarkan dan dijelaskan dengan sebaik-baiknya. Namun, banyak guru di kota-kota besar yang telah terlena dengan kemajuan teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan. Media modern telah memudahkan mereka memecahkan berbagai masalah didalam proses belajar mengajar. Ketika dalam keadaan tertentu mereka harus jauh dari media tersebut mereka menjadi bingung karena ketergantungan pada media tersebut. Mereka telah melupakan media yang bisa dikembangkan dari bahan-bahan sederhana disekitar mereka. Akibatnya mereka menjadi kurang peka terhadap potensi disekitar lingkungan mereka. Sehingga menyebabkan guru tidak mempunyai banyak ide tentang media apa yang harus dibuat untuk memudahkan siswa belajar, guru juga tidak mengerti bahan apa yang harus digunakan untuk membuat media yang diinginkan sehingga guru tidak mempunyai cukup keterampilan untuk membuat suatu media. Sebenarnya, kreativitas seorang guru bias terlihat ketika ia mencoba memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang bisa dijadikan suatu media didalam mata pelajarannya misalnya memanfaatkan sampah.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang memberikan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hamalik (2001). Ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif dan kreatif sehingga muncullah aktivitas dalam proses pembelajaran. Aktivitas pembelajaran adalah suatu

48

rangkaian kegiatan yang dilakukan sseorang dalam melukukan perubahan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang akan diterima oleh seseorang.

Pembelajaran akan lebih menarik dan gampang diterima oleh peserta didik dengan menggunakan alat bantu atau media maupun alat peraga pembelajaran. Alat peraga yang digunakan tidak perlu mahal tetapi dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar lingkungan. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar bagi penulis untuk mencoba membuat alat peraga (model) atau media bantu bagi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar . Alat dan bahan yang dibuat merupakan alat yang gampang didapati dengan memanfaatkan sampah dipinggir pantai. Dengan membuat model tersebut peserta didik merasa belajar sambil bermain untuk meningkatkan penguasaan mereka akan materi pelajaran yang akhirnya bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Metode Penelitian

Ide dasar pada media pembelajaran ini adalah peneliti melihat peserta didik senang sekali melakukan pengamatan terhadap sel dengan menggunakan mikroskop. Tetapi pada pengamatan itu peserta didik tidak bisa melihat bagian sel seperti organel-organel sel. Melihat antusias peserta didik tersebut maka peneliti mengajak siswa untuk membuat model sel dengan memanfaatkan sampah yang ada dipinggir pantai.

Alat peraga atau media dalam penelitian ini dinamakan model sel. Pembuatan model sel menggunakan barang-barang bekas yang berada dipinggir pantai. Selama ini barang bekas terebut dianggap sampah yang mengotori pantai, tapi seteja digunakan untuk membuat model sel barang bekas tersebut menjadi lebih bermanfaat. Adapun tahapan pembuatan model sel tersebut adalah adalah sebagai berikut:

Tahap 1 : Peserta didik menyiapkan barang bekas yang diperoleh dari pinggir pantai ( sendal jepit, gabus atau busa) dan lem, gunting.

Tahap 2 : Peserta didik membersihkan barang bekas/sampah tersebut. Tahap 3 : Memotong sandal menyerupai bentuk organel sel.

Tahap 4 : Menenpel bagian-bagian yang menyerupai organel sel pada gabus atau busa. Adapun rangkaian proses pembuatan model sel dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

49

Gambar 1. Proses pembuatan model sel

Gambar 2. Model sel

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengacu pada Arikunto (2008) yang telah dilakukan dengan 4 tahap yaitu rencana tindakan, pelaksana tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi.

Tahapan penelitian tindakan kelas sebagai berikut: 1. Tahap Refleksi Awal

Refleksi awal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal SMPN 15 Kota Bengkulu 2. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan bertujuan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran (RPP), mempersiapkan model sel dan mempersiapkan format lembar observasi siswa dan guru. 3. Tahap Tindakan

Melaksanakan proses belajar mengajar melalui penggunaan model sel sebagai alat peraga pada awal pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan informasi kepada siswa mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari dengan menggunakan alat peraga model sel. Pada saat pembelajaran berlangsung,

50

observer terdiri dari (2 orang) yaitu 1 orang melakukan pengamatan untuk melihat aktivitas siswa dengan mengisi lembar observasi siswa, sedangkan 1 orang lagi melakukan pengamatan untuk melihat aktivitas guru dengan mengisi lembar observasi guru dalam pelaksaan pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, peneliti merefleksi apa yang belum tercapai di siklus I dan membuat rencana perbaikan pada siklus selanjutnya.

Tempat penelitian adalah SMPN 15 Kota Bengkulu yang beralamat di Jalan Cempaka X Kelurahan Kebun Beler Kota Bengkulu dan penelitian penulis lakukan sejak bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Maret 2017 semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMPN 15 Kota Bengkulu pada tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa dalam kelas penelitian adalah 34 siswa terdiri atas 20 laki-laki dan 14 perempuan.

Adapun mekanisme tentang penggunaan model sel dapat dijelaskan dibawah ini :

Siklus I

1. Persiapan dan Perencanaan

Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari 2 siklus dengan materi pembelajaran dengan menggunakan model sel.

2. Tahap Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2018, dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam penelitian ini peneliti hanya bertindak sebagai guru tetap dalam proses belajar mengajar yang biasa dilaksanakan dan pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan proses belajar mengajar.

3. Observasi

Berdasarkan pengamatan dan observasi yang dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran dapat diperoleh :

1. Guru kurang menjelaskan bagian-bagian sel sehinggaa siswa masih bingung.

2. Penggunaan waktu kurang efektif di dalam pembuatan alat peraga model seperti banyak menghabiskan waktu di saat pemotongan dan penempelan.

51

Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus I ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki oleh peneliti untuk ditindaklanjuti pada siklus II, yaitu:

1. Guru harus berupaya dengan tekun untuk memberikan penjelasan yang dapat dipahami oleh siswa dengan mudah apa-apa saja yang harus dilakukan dalam pembuatan model sel.

2. Memanajemen waktu yang efektif sehingga proses pembuatan model sel dapat selesai sesuai dengan waktu yang diberikan.

Siklus II

1. Persiapan dan Perencanaan

Peneliti merevisi perangkat pembelajaran yang ke-2 dengan materi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga/ model sel.

2. Tahap Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2018, dengan jumlah siswa 34 siswa.

3. Observasi

Berdasarkan pengamatan dan observasi yang dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran dapat diperoleh :

1. Guru telah menjelaskan bagian-bagian sel dan fungsinya sehingga siswa tidak bingung. 2. Siswa terlihat antusias dan gembira dalam pembuatan alat peraga/model sel sesuai dengan

waktu yang disediakan 4. Refleksi

Dilihat dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran sudah sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa terhadap sel.

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dikumpulkan dari pelaksanaan tindakan melalui observasi aktivitas siswa dan guru, pada pengamatan di siklus 2, terlihat bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pemanfaatan barang bekas dalam pembuatan model sel dengan skor 4,0 yang dikategorikan baik.

Pada pengukuran tingkat efektivitas peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

52 Tabel 2. Hasil efektivitas siswa.

No Aspek yang diukur Siklus 1 Siklus 2

1 Jika menyebutkan nama-nama organel, menunjukkan dan mengetahui fungsinya antara 7-9

Kurang (K) Baik (B) 2 Jika menyebutkan nama-nama organel, menunjukkan dan

mengetahui fungsinya antara 4-6

Baik (B) Baik (B) 3 Jika menyebutkan nama-nama organel, menunjukkan dan

mengetahui fungsinya antara 1-3

Tidak Ada Tidak Ada

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan efektifitas siswa terhadap pemanfaatan sampah untuk pembuatan model sel dilihat pada Grafik 1 dibawah ini :

Gambar 3. Grafik perbandingan observasi aktifitas dan efektivitas belajar.

Pada Tabel 1 diatas yang dicantumkan pada data hasil aplikasi praktis inovasi pembelajaran dapat dikatakan bahwa hasil efektivitas siswa dalam peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model sel melalui pemanfaatan sampah yang digunakan sebagai alat peraga mengalami efektivitas yang baik.

Dari gambar 3 diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perbandingan observasi aktivitas dan efektivitas pada peningkatan hasil belajar siswa mengalami signifikan kenaikan yaitu berkisar 75 % - 80 % dengan kriteria keberhasilan siswa dan keaktifitas siswa tinggi di dalam menggunakan pemanfaatan sampah untuk pembuatan model sel.

Pembelajaran IPA khususnya peningkatan kemampuan siswa untuk memahami bagian-bagian sel beserta fungsinya dapat dilakukan dengan menggunakan media yang sederhana mudah didapat dan murah yaitu dengan memanfaatkan sampah dipinggir pantai untuk membuat model sel. Model sebagai alat peraga memberikan manfaat bagi siswa, diantaranya sebagai berikut: mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan,materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai

0 20 40 60 80 Efektivitas Siklus 1 Siklus 2

53

taraf ketuntasan belajar secara klasikal, membuat siswa lebih termotivasi dan aktif, dinamis serta suasana belajar berlangsung dalam suasana yang menyenangkan, mudah menggunakan dan memperbanyak alat sesuai dengan kebutuhan dan jumlah siswa karena harganya yang sangat terjangkau. Dengan membuat model sel akan membuat siswa mengalami situasi belajar sambil bermain, sehingga tidak menimbulkan rasa bosan serta lebih meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa, memberi pengaruh positif secara psikologi pada siswa karena bahan yang digunakan dalam pembuatan media merupakan daur ulang sehingga siswa peduli terhadap lingkungan.

Karya inovatif pembelajaran ini telah disajikan pada rekan sejawat pada hari Sabtu 17 Maret 2018 bertempat dilaboratorium IPA SMPN 15 Kota Bengkulu dengan tema pembuatan media inovatif bagi guru mata pelajaran IPA. Pertemuan ini mengundang teman sejawat yang bergabung di MGMP IPA (berita acara dan daftar hadir seminar terlampir).

Simpulan dan Saran Simpulan

Dari hasil penilaian proses, refleksi, dan diskusi serta pembahasan yang dilakukan pada penelitian, maka peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan model sel dengan memanfaatkan sampah pinggir pantai sebagai alat peraga pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peran aktif dan kreatifitas guru sangat mendukung untuk keberhasilan siswa. Dengan demikian profesionalitas sebagai guru pembelajar meningkat melalui inovasi media pembelajaran (alat peraga).

Saran

Harapan penulis agar para guru termotivasi untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar peserta didik di dalam kelas, sehingga profesionalitas sebagai guru pembelajar meningkat. Sebaiknya guru menggunakan ataupun memanfaatkan media pembelajaran untuk menyampaikan konsep-konsep pembelajaran lebih bermakna. Disamping itu juga, guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam memilih dan menetapkan media dan metode pembelajaran yang menarik, mudah didapat, efisien dan murah agar proses pembelajaran lebih menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

54

Daftar Pustaka

Arikunto,S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Bumi Aksara

Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada

Asyhar, R. (2011). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Gaung

Persada(GP) Press.

Hamalik, O. (2001). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung. Sinar Baru.

Johnson, L. (2009). Pengajaran Yang Kreatif dan Menarik : Cara Membangkitkan Minat

Siswa Melalui Pemikiran. Jakarta.

55

Tirai Literasi sebagai Sarana untuk Melejitkan Pemahaman Siswa