• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMP Negeri 17 Rejang Lebong biosuwanto5@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini berjudul Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Metoda Eksperiman

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemagnetan, dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan

model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada pokok bahasan Kemagnetan dan kemampuan siswa dalam membuat magnet. Prosedur yang digunakan mencakup 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil yang diperoleh dari data menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dilihat dari kondisi awal sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Data yang diperoleh adalah ; (1) siswa yang tuntas dalam belajar adalah kondisi awal 25%, siklus I 70%, dan siklus II 95%, (2) aspek pengamatan ketrampilan dalam pratikum kemagnetan, yaitu merangkai perangkat pratikum dengan benar, dari 92,5% menjadi 100,00%, melakukan kegiatan dengan prosedur yang benar, dari 87,5% menjadi 91,25%, menentukan kutub utara dan kutub selatan magnet dengan benar dari 61,25% menjadi 87,50%, menentukan faktor yaang mempengaruhi kekuatan magnet dari 63,75% menjadi 87,50%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Kemagnetan pada siswa kelas IX-A.

Kata kunci : belajar kemagnetan; inkuiri terbimbing; metode eksperimen PENDAHULUAN

Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat suatu proses yang menjadi inti kegiatan belajar disebut dengan pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam mempelajari sesuatu, tak terkecuali dalam mata pelajaran IPA Terpadu. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 17 Rejang Lebong, ketuntasan belajar siswa masih tergolong rendah. Pada pelaksanaan evaluasi melalui ulangan harian KD 3.4 (Energi dan Daya Listrik), dari 20 siswa kelas IX-A, hanya 5 siswa atau 25% saja yang tuntas belajar (KKM = 64,8).

Menurut WS. Winkel (1984: 36), belajar adalah sesuatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang berhasil mengadakan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Nasution, belajar adalah perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan (1995: 34).

Menurut Agung Prudent dalam Nely Andriani, dkk. (2011: 133), pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya

26

guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Guru memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai kemampuan berpikir rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan. Karli dan Yuliarianingsih dalam Nely Andriani, dkk. (2011: 134-135), sintaks model pembelajaran inkuiri adalah (a) penyajian masalah, (b) pengumpulan dan verifikasi data, (c) eksperimen, (d) mengorganisir data dan merumuskan penjelasan, dan (e) analisis tentang proses inkuiri.

Hubungan antara eksperimen, pengamatan, dan pengalaman oleh Pieter Soedojo dalam Subroto dkk. (1988: 48), digambarkan dengan bagan seperti di bawah ini.

Gambar 1.

Hubungan antara Eksperimen, Pengamatan, dan Pengalaman Dalam Fisika (Sumber: Subroto dkk. (1988: 48).

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam Himitsu Qalbu (himitsuqalbu.wordpress.com), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 64), kelebihan metode eksperimen adalah (a) membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri, (b) anak didik dapat mengeksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, (c) terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya. Dan Syaiful Bahri Djamarah (2000: 65), menyebutkan kekurangan metode eksperimen adalah (a) tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen, (b) eksperimen yang memerlukan jangka waktu lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran, (c) metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan (plan), melaksanakan tindakan (acting), mengawasi

27

(observing), dan refleksi (reflecting). Hasil refleksi terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil.

Gambar 2. Bagan Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Suyadi (2015: 50)

Rumuskan masalah pada penelitian tindakan kelasdifokuskan pada; 1) apakah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar Kemagnetan siswa kelas IX-A SMP Negeri 17 Rejang Lebong Tahun Pelajaran 2016/2017 ? Dan apakah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dapat meningkatkan ketrampilan pratikum Kemagnetan siswa kelas IX-A SMP Negeri 17 Rejang Lebong Tahun Pelajaran 2016/2017?

Tujuan yang ingin dicapai adalah 1) untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar Kemagnetan siswa kelas IX-A SMP Negeri 17 Rejang Lebong Tahun Pelajaran 2016/2017. Dan 2) untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dapat meningkatkan ketrampilan pratikum Kemagnetan siswa kelas IX-A SMP Negeri 17 Rejang Lebong Tahun Pelajaran 2016/2017.

Metode

Seting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Rejang Lebong yang beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantara Desa Kampung Melayu Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017, yaitu dari bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Juni 2017. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu

28

jenis penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya (metode, pendekatan, penggunaan media, teknik evaluasi dan sebagainya). Penelitian tindakan kelas jenis eksperimen adalah penelitian yang dilakukan sebagai upaya menerapkan berbagai teknik, metode, strategi atau media dalam pembelajaran secara efektif dan efisien. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-A SMP Negeri 17 Rejang Lebong tahun pelajaran 2016/2017. Siswa kelas IX-A berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Sumber Data

Data penelitian ini dikumpulkan dari beberapa sumber yaitu; (1) informan atau narasumber, yaitu guru dan siswa kelas IX-A SMP Negeri 17 Rejang Lebong, Kabupaten Rejang Lebong, dan (2) tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan aktivitas lain yang bertalian. Dalam hal ini lokasinya adalah SMP Negeri 17 Rejang Lebong, Kabupaten Rejang Lebong.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Observasi dan Teknik Tes

2. Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik tes, maka alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi dan instrumen tes.

3. Analisa Data

Untuk menganalisa data dalam penelitian ini digunakan teknik analisa data kualitatif dan data analisa kuantitatif. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA kelas IX SMP Negeri 17 Rejang Lebong adalah 64,80 maka standar ketuntasan individu dianggap telah “tuntas belajar” apabila daya serap siswa mencapai 64,80.dan standar ketuntasan klasikal dianggap telah “tuntas belajar” apabila mencapai 75% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 64,80. Ketuntasan belajar (KB) secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:

29

4. Indikator Kinerja

Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi yang diajarkan. Dengan kriteria siswa telah dinyatakan tuntas belajar adalah telah mencapai tingkat penguasaan materi pelajaran mencapai 64,80%, yang telah ditetapkan sebagai kriteria ketuntasan minimal (KKM IPA = 64,80).

Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah berhasil jika 75% dari jumlah siswa memiliki penguasaan materi pelajaran minimal mencapai 64,80%.

Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hasil Belajar Siswa

Data lengkap hasil belajar yang dikumpulkan melalui tes formatif dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 1.

Data Hasil Tes Formatif Kelas IX-A Selama Dua Siklus Nomor Nama Siswa L/ P Nilai awal Nilai Setelah Perlakuan

Urut Induk Siklus I Siklus II

1 ADEVIA SUCI MAHARANI P 50 65 75

2 AFITA NNGSIH P 60 75 80

3 AISAH RAHMI P 70 80 85

4 ANISA ALTAF ZHAFIRAH P 60 70 70

5 BAGAS DWI PUTRA L 60 65 80

6 BAMBANG IRAWAN L 50 55 65 7 DELLA SAPIRA P 80 85 90 8 DESTA KRISTINA P 60 60 70 9 DIAN SURYADI L 50 55 65 10 EKE KRISTINA P 40 65 65 11 GILANG KIRANA L 60 70 85 12 M.NURUL WAHID L 60 70 70

30

13 MEZA JEKIA P 40 50 65

14 REVI MONICA P 70 80 85

15 RISQI WAHYU JATI UTAMA P 60 85 85

16 ROLIK ARI ZANDO L 70 80 90

17 SINTIA OKTAVIA P 60 75 80 18 SISWANTORO L 40 45 60 19 SUDARMONO L 70 85 85 20 SUZAL AABDULLAH L 50 65 65 Jumlah 1160 1375 1515 Rata-rata 58 68,75 75,75

Siswa Tuntas ( Nlai ≥ 65 ) 5 14 19

Siswa Belum Tutas (Nilai < 65 ) 15 6 1

Pada siklus I, melalui tes formatif diperoleh data hasil belajar yaitu dari 20 siswa, terdapat 14 siswa (70%) yang tuntas belajar (nilainya 64,80 atau lebih), dan masih ada 6 siswa (30%) yang belum tuntas belajar (nilainya kurang dari 64,80). Karena jumlah siswa yang tuntas belajar belum mencapai 75%, maka perlu adanya suatu tindakan lagi sehingga peneliti akan melanjutkan penelitian pada siklus II

Pada siklus II, melalui tes formatif diperoleh data hasil belajar siswa, yaitu dari 20 siswa terdapat 19 siswa (95%) siswa yang tuntas belajar (nilainya mencapai 64,80 atau lebih) dan hanya 1 siswa (5%) saja yang belum tuntas belajar (nilainya kurang dari 64,80). Karena peningkatan hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan (75% tuntas belajar), maka ditetapkan penelitian ini berakhir pada siklus II.

2. Ketrampilan Siswa dalam Pratikum Kemagnetan

Data ketrampilan siswa dalam pratikum kemagnetan dikumpulkan dengan teknik observasi menggunakan lebar observasi dengan skala 1-4. Data ketrampilan siswa dalam membuat magnet pada siklus I disajikan pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 2.

Ketrampilan Siswa dalam Pratikum Kemagnetan pada Siklus I

No. Indikator Skor

4 3 2 1

1 Merangkai perangkat pratikum dengan

benar. 14 6 0 0

2 Melakukan kegiatan dengan prosedur

31

3 Menentukan kutub utara dan kutub

selatan magnet dengan benar. 4 5 7 4

4 Menentukan faktor yang mempengaruhi

kekuatan kemagnetan. . 5 4 8 3

Sedangkan Data ketrampilan siswa dalam pratikum Kemagnetan pada siklus II disajikan pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 3.

Ketrampilan Siswa dalam Pratikum Kemagnetan pada Siklus II

No. Indikator Skor

4 3 2 1

1 Merangkai perangkat pratikum dengan

benar. 20 0 0 0

2 Melakukan kegiatan dengan prosedur

yang benar 14 5 1 0

3 Menentukan kutub utara dan kutub

selatan magnet dengan benar. 12 6 2 0

4 Menentukan faktor yang mempengaruhi

kekuatan kemagnetan. . 13 4 3 0

a. Siklus I

Data ketrampilan siswa dalam pratikum Kemagnetan dikumpulkan dengan teknik observasi dengan skala 1-4. Pada aspek merangkai peragkat pratikum dengan benar, sebagian besar siswa (14 siswa) melakukan dengan sangat baik, sisanya (6 siswa) dapat memilih dengan baik. Pada aspek melakukan kegiatan dengan prosedur benar, sebagian besar siswa (12 siswa) melakukan dengan sangat baik, 6 siswa melakukan dengan baik, 2 siswa melakukan cukup baik. Pada aspek menentukan kutub utara dan kurub selatan dengan benar, hanya 4 siswa yang melakukan dengan sangat baik, 5 siswa melakukan dengan baik, 7 siswa melakukan dengan cukup baik dan sisanya 4 siswa melakukan dengan kurang baik.. Demikian juga pada aspek menentukan faktor yang mempengaruhi kekuatan magnet, sebagian besar siswa (8 siswa) dapat menentukan dengan cukup baik, 5 siswa yang dapat melakukan dengan sangat baik, 4 siswa yang dapat melakukan dengan baik dan hanya 3 siswa yang melakukan dengan kurang baik.

32

Data ketrampilan siswa dalam pratikum Kemagnetan dikumpulkan dengan teknik observasi dengan skala 1-4. Pada aspek merangkai perangkat pratikum dengn benar, seluruh siswa dapat melakukan dengan sangat baik. Pada aspek melakukan kegiatan dengan prosedur yang benar, sebagian besar siswa (14 siswa) melakukan dengan sangat baik, 5 siswa melakukan dengan baik, hanya 1 siswa yang melakukan dengan cukup baik. Pada aspek menentukan faktor yag mempengaruhi kekuatan kemagnetan, sebagian besar siswa (13 siswa) dapat menentukan dengan sangat baik, 4 siswa dapat menentukan dengan baik dan 3 siswa menentukan cukup baik dan tidak ada siswa yang kurang baik. Pada aspek menentukan kutub utara dan kutub selatan dengan benar, karena unsur ketrampilannya dipengaruhi oleh ketrampilan menentukan faktor yang mempengruhi kekuatan kemagnetan, sehingga ada 12 siswa yang dapat menentukan dengan sangat baik, 6 siswa yang dapat menentukan dengan baik, hanya 2 siswa yang menentukan dengan cukup baik dan tidak ada siswa yang kurang baik.

3. Pembahasan Antar Siklus

Rangkuman hasil belajar siswa selama dua siklus pembelajaran dan kondisi awal siswa disajikan pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 4.

Rangkuman Hasil Belajar Siswa Selama Dua Siklus

No. Uraian Siswa Tuntas Belajar Siswa Belum Tuntas Belajar Frekuensi % Frekuensi % 1 Studi Awal 5 25% 15 75% 2 Siklus I 14 70% 6 30% 3 Siklus II 19 95% 1 5%

Dari data pada tabel 4. di atas terliat bahwa pada tiap siklusnya hasil belajar siswa mengalami kanaikan sebagai berikut:

a. Dari studi awal ke siklus 1 mengalami kenaikan sebesar 45%. b. Dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami kenaikan sebesar 25%.

Data pada tabel tersebut di atas, dapat dibandingkan hasil belajarnya dalam bentuk grafik sebagai berikut:

33

Gambar 4.

Grafik Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Kemagnetan

Peningkatan juga terjadi pada ketrampilan siswa dalam pratikum Kemagnetan. Untuk melihat kenaikan ketrampilan siswa, maka data pada tabel 3 dan tabel 4 harus dinyatakan dengan persen, dengan cara mengalikan jumlah siswa pada tiap aspek dengan bobot masing-masing aspek (sangat baik= 4, baik = 3, cukup = 2, kurang = 1), kemudian dibagi dengan skor maksimal (4) dikalikan jumlah siswa (20), atau dibagi dengan 80. Rangkuman data ketrampilan siswa dalam pratikum Kemagnetan selama dua siklus disajikan pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5.

Rangkuman Data Ketrampilan Siswa dalam Pratikum Kemagnetan

No Indikator Persentase

Siklus I Siklus II