• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Teams Games Tournament Berbantuan Bola Bekel Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik

Suryan Nuloh Al Raniri, S.Pd

SMP Negeri 1 Surian, Sumedang, Jawa Barat

kanguyan85@gmail.com

Abstrak

Rendahnya motivasi dan hasil belajar peserta didik diakibatkan oleh sajian pembelajaran yang kurang menyenangkan. Oleh karena itu perlu inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik yaitu melalui permainan bola bekel. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik melalui model kooperatif tipe Teams Games Tournament dengan permainan bola bekel pada materi klasifikasi makhluk hidup di SMP Negeri 1 Surian. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas Kemmis & McTaggart dengan subjek penelitian peserta didik kelas VII A sejumlah 30 yang terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan teknik persentase dan distribusi frekuensi Sturgess. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I motivasi belajar peserta didik sebesar 80% menjadi 86% pada siklus II dengan kategori sangat baik, sedangkan ketuntasan hasil belajar peserta didik siklus I sebesar 60% menjadi 76,67% pada siklus II dengan kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model kooperatif tipe Teams Games Tournament dengan permainan bola bekel dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik.

Kata kunci: Teams Games Tournament; Motivasi Belajar; Hasil belajar Pendahuluan

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang selanjutnya disebut IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada struktur kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya dinamakan SMP dengan jumlah jam pelajaran setiap minggunya sebanyak 5 jam pelajaran, dengan jumlah tatap muka sebanyak 2 kali setiap minggu yang dibagi menjadi 2 jam pelajaran dan 3 jam pelajaran. Karakteristik mata pelajaran IPA seperti yang terdapat pada kurikulum 2013 adalah adanya konsep integrative science atau IPA terpadu. Dengan adanya konsep terpadu tersebut membuat guru-guru yang background akademiknya seperti fisika, kimia dan biologi harus lebih keras lagi untuk meningkatkan kompetensi profesional nya yang diluar dasar akademiknya. Selain perubahan konsep tersebut, dalam proses pembelajaran pun harus berorientasi pada suatu proses penemuan sebuah fakta, konsep, prinsip dan hukum-hukum alam guna menjadi ikatan ilmu science yang utuh dengan menghasilkan suatu produk ilmiah, melalui proses ilmiah dan sikap ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berarti dalam

159

menemukan pengetahuan IPA dari gejala alam, peserta didik sudah ada pengetahuan yang didapatkan nya sendiri pada lingkungan dan hasil pengamatannya sendiri, oleh sebab itu dengan adanya pengetahuan awal dari peserta didik memudahkan seorang guru untuk membimbing dan membangun pengetahuan yang baru lagi atau yang lebih dikenal dengan paham konstruktivis. Melalui pandangan paham konstruktivis ini, proses pembelajaran IPA harus memuat pendekatan saintifik (scientific approach) yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan atau yang sering disebut 5M, walaupun dengan metode dan model pembelajaran yang berbeda-beda.

Setelah berefleksi dan merenung pada saat akhir semester, memunculkan berbagai macam pertanyaan yang mendasar yaitu 1) bagaimana membelajarkan IPA yang menyenangkan? 2) bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik? 3) mengapa konsentrasi peserta didik sering kali terganggu? 4) mengapa ada dominasi peserta didik? 5) mengapa peserta didik sering minta izin keluar saat pembelajaran berlangsung?. Pertanyaan-pertanyaan diatas muncul bukan tanpa sebab, hal ini berdasarkan pengamatan dan pencatatan masalah pada jurnal pembelajaran yang sering muncul di kelas. Berdasarkan hasil rata-rata nilai ulangan harian pada kelas VII A yaitu 52 dibawah KKM sebesar 70, sehingga hampir 70% peserta didik mengikuti program remedial. Peserta didik kurang berkonsentrasi saat pembelajaran terutama setelah 15 menit pembelajaran berlangsung, adanya peserta didik yang bercanda sehingga mengganggu teman lainnya, seringnya peserta didik yang meminta izin untuk ke kamar mandi, peserta didik malu untuk bertanya dan menjawab atau untuk mengemukakan pendapatnya, dan adanya dominasi peserta didik yang menjawab dan berani untuk mengemukakan pendapat.

Berdasarkan uraian masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu, Apakah penerapan model teams games tournament berbantuan bola bekel dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik?. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan melalui Model Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan bola bekel. Dari hasil penelitian Ni Kadek Ayu Sintya Dewi (2016) menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan mice target board dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan penelitian yang dilakukan oleh Pipin Marfia Susanti (2016) menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT media dart board dapat meningkatkan motivasi belajar akuntansi.

160

Teams Games Tournament atau Turnamen-Permainan-Kelompok merupakan tipe model

pembelajaran kooperatif yang mengharuskan peserta didik mengikuti permainan dengan anggota kelompok lain untuk menambah angka ke nilai kelompok mereka (Slavin :2011). Langkah-langkah pembelajaran TGT, seperti pada gambar berikut :

Gambar 1. Tahapan Model Pembelajaran TGT

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah meningkatkan:

a) motivasi belajar peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dengan permainan bola bekel pada materi klasifikasi makhluk hidup.

b) hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dengan permainan bola bekel pada materi klasifikasi makhluk hidup.

Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 1 Surian yang beralamatkan di jalan Surianata No. 134 Surian kecamatan Surian kabupaten Sumedang. Adapun subjek penelitian yaitu kelas VII-A, di kelas ini terdapat 30 siswa yang terdiri atas 14 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki yang secara keseluruhan memiliki karakteristik yang cukup aktif dalam belajar.

Instrumen yang diperlukan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar IPA melalui lembar observasi, angket dan dokumentasi foto. Sedangkan instrumen yang diperlukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik adalah tes kognitif.

Adapun bagan alir penelitian tindakan kelas ini berdasarkan Kemmis & Mc Taggart.

Menyampa ikan tujuan dan memotivas i peserta didik Menyajik an Informasi Mengorga nisasi siswa ke dalam kelompok membimb ing kelompok belajar Pertandin gan antar Kelompo k Memberik an Pengharg aan

161

Gambar 2. Desain PTK Kemmis & Mc Taggart

Ada dua jenis data yang akan di ambil yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data nilai hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui tes kognitif, pada penelitian ini test yang digunakan adalah tes isian. Data kualitatif diambil dari angket motivasi belajar peserta didik.

Hasil dan Pembahasan Siklus I

Pengumpulan data motivasi belajar peserta didik dilakukan dengan angket, karena motivasi belajar sulit diamati secara langsung dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi klasifikasi tumbuhan. Pengisian angket dilaksanakan selama 10 menit setelah kegiatan akhir, rekapitulasi datanya disajikan seperti berikut ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Angket Motivasi Belajar

Kondisi Rata-rata Nilai (%) Kategori Interpretasi

Attention (Perhatian) 83 A Sangat Baik

Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Refleksi Rencana yg direvisi Rencana yg direvisi Rencana awal Siklus 1 Siklus 2 Laporan

162

Relevance (Relevansi) 81 A Sangat Baik

Confidence (Percaya

Diri)

67 B Baik

Satisfaction (Kepuasan) 90 A Sangat Baik

Rata-rata Motivasi Belajar 80 B Baik

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi kepuasan peserta didik dalam pembelajaran kali ini lebih besar dibandingkan dengan kondisi yang lainnya yaitu 90% dengan kategori sangat baik dan rata-rata motivasi belajar peserta didik pada siklus I sebesar 80% dengan kategori baik. Berdasarkan data tersebut dapat digambarkan diagram histogram berbagai kondisi yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik seperti berikut ini.

Gambar 3. Diagram Histogram Kondisi Motivasi Belajar Siklus I

Hasil belajar peserta didik kelas 7A pada materi klasifikasi tumbuhan diukur dengan bentuk soal isian sebanyak delapan butir soal yang diikuti oleh 30 peserta didik.

Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I

Keberhasilan Jumlah siswa % KKM Nilai rata-rata

Tuntas 18 60 67

Tidak tuntas 12 40 67

Jmlah 30 100

Rata-rata 67

Tabel 2 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik sebesar 60% dan belum tuntas sebesar 40%, karena indikator keberhasilan minimal 80%. Ternyata ada 5 siswa yang masih jauh dari ketercapaian hasil tes di bawah KKM = 67, yaitu Wahyudin (53), Royda (53),

0 50

163

Selli Marselina (40), Mujiyanti (53) dan Delia (53). Nilai rata-rata penilaian hasil belajar pada siklus I sebesar 67 pas dengan KKM.

Diagram histogram tingkat ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus I disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar 4. Diagram Histogram Ketuntasan Belajar Siklus I

Berdasarkan diagram histogram pada gambar 4 terlihat bahwa tingkat ketuntasan belajar peserta didik pada materi klasifikasi tumbuhan lebih besar dari pada tingkat belum tuntasnya dan masih jauh dari indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu 70%.

Siklus II

Pengumpulan data motivasi belajar peserta didik dilakukan dengan angket, karena motivasi belajar sulit diamati secara langsung dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi klasifikasi hewan. Pengisian angket dilaksanakan selama 10 menit setelah kegiatan akhir.

Tabel 3. Rekapitulasi Data Hasil Angket Motivasi Belajar

Kondisi Rata-rata Nilai (%) Kategori Interpretasi

Attention (Perhatian) 88,7 A Sangat Baik

Relevance (Relevansi) 87 A Sangat Baik

Confidence (Percaya Diri) 75 B Baik

Satisfaction (Kepuasan) 93,7 A Sangat Baik

Rata-rata Motivasi Belajar 86 A Sangat Baik

0% 20% 40% 60%

164

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa kondisi kepuasan peserta didik, perhatian, dan relevansi dalam pembelajaran kali ini lebih besar yaitu berada pada kategori sangat baik bila dibandingkan dengan kondisi percaya diri dengan kategori baik dan rata-rata motivasi belajar peserta didik pada siklus II sebesar 86% dengan kategori sangat baik.

Berdasarkan data tersebut dapat digambarkan diagram histogram berbagai kondisi yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik seperti berikut ini.

Gambar 5. Diagram Histogram Kondisi Motivasi Belajar Siklus II

Hasil belajar peserta didik kelas VII A pada materi klasifikasi hewan diukur dengan bentuk soal isian sebanyak delapan butir soal yang diikuti oleh 30 peserta didik.

Tabel. 4. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II

Keberhasilan Jumlah siswa % KKM Nilai rata-rata

Tuntas 23 76,67 67

Tidak tuntas 7 23,33 67

Jmlah 30 100

Rata-rata 74

Tabel 4 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik sebesar 76,67% dan belum tuntas sebesar 23,33% berarti belum berhasil, karena indikator keberhasilan minimal 75%. Ternyata ada 7 siswa yang masih belum tuntas.

Diagram histogram tingkat ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus II disajikan pada gambar berikut ini.

0 20 40 60 80 100 88.7 87 75 93.7 86

165

Gambar 6. Diagram Histogram Ketuntasan Belajar Siklus II

Berdasarkan diagram histogram pada gambar 6 terlihat bahwa tingkat ketuntasan belajar peserta didik pada materi klasifikasi hewan lebih besar dari pada tingkat belum tuntasnya dan sudah mencapai indikator keberhasilan pembelajaran yaitu sebesar 75%.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian siklus I dan siklus II dapat dibandingkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian sebagaimana dalam tabel 6 berikut ini:

Tabel 6 Rangkuman Perbandingan Hasil Penelitian

No. Aspek Hasil siklus Rata-rata

I II

1 Motivasi Belajar 80 86 83

2 Ketuntasan Hasil Belajar 60 76,67 68,3

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 2 aspek yang diteliti, ternyata pada masing-masing aspek terjadi perbaikan, yaitu:

1. Motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan sejak pembelajaran menggunakan model kooperatif TGT melalui permainan bola bekel dari siklus I sebesar 80% menjadi 86% pada siklus II dengan rata-rata 83% berada pada kategori sangat baik.

2. Ketuntasan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan sejak pembelajaran menggunakan model kooperatif TGT melalui permainan bola bekel dari siklus I sebesar 60% menjadi 76,67% pada siklus II dengan rata-rata 68% berada pada kategori baik.

Perbandingan pencapaian hasil setiap siklus untuk 2 aspek yang diteliti terbukti terjadi perbaikan atau peningkatan motivasi dan ketuntasan belajar peserta didik.

0.00% 50.00% 100.00%

166 3. Pembahasan Hasil Penelitian

Siklus I

a. Motivasi Belajar Peserta Didik

Pembelajaran IPA identik dengan praktikum dan rumus serta menghitung, sehingga dianggap kurang menarik dan menyenangkan. Akibatnya persentase kehadiran dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran berada pada kategori rendah. Hal ini berkorelasi positif dengan motivasi belajar juga rendah. Sehingga diperlukan kreativitas dari guru untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yaitu dengan banyak melibatkan peserta didik dalam pembelajaran serta dengan permainan bola bekel. Keaktifan peserta didik dapat diamati secara langsung dalam pembelajaran, sedangkan motivasi belajar sulit diamati secara langsung, namun menggunakan angket atau kuesioner yang diberikan setelah selesai pembelajaran.

Kehadiran peserta didik dengan jumlah 30 dengan hasil motivasi belajar yang menggunakan pendekatan ARCS (Attention, Relevance, Confidence dan Satisfaction) diperoleh hasil penelitian untuk aspek Attention (perhatian) sebesar 83%, aspek Relevance (Relevansi) sebesar 81%, aspek Confidence (Percaya Diri) sebesar 67%, dan aspek Satisfaction (kepuasan) sebesar 90% dengan rata-rata motivasi belajar sebesar 80%. Dari keempat aspek yang diteliti ada satu aspek yang masih rendah yaitu aspek Confidence (Percaya Diri), hal ini membuat peserta didik tidak berani untuk mencoba dan melakukan kegiatan pembelajaran secara mandiri. Sehingga terjadi dominan pada setiap kelompoknya yaitu mengandalkan peserta didik yang dianggap pintar saja. Hal ini dapat terlihat saat pengamatan tumbuhan, peserta didik yang melakukan pengamatan sesuai dengan prosedur hanya beberapa peserta didik saja dan peserta didik yang menjadi perwakilan pada permainan bola bekel tidak semua mencoba pada saat berlatih bola bekel.

Untuk meningkatkan percaya diri peserta didik, peneliti selalu menyemangati dan memberikan penghargaan berupa menyebut nama, tepuk tangan memberikan kata-kata positif seperti ayo kamu bisa, kamu pasti bisa, hebat kamu.

b. Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik

Keadaan hasil belajar peserta didik kelas 7 SMPN 1 Surian tergolong masih rendah dengan nilai rata-rata sebesar 48 dan ketuntasan belajarnya sebesar 38%. Dengan memperhatikan hal

167

tersebut, dilakukan suatu variasi dalam menyampaikan materi pembelajaran yaitu dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT melalui permainan bola bekel pada konsep klasifikasi tumbuhan.

Sehingga diperoleh hasil penelitian untuk ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I yaitu sebesar 60% berarti yang belum tuntasnya sebesar 40%, dengan KKM sebesar 67. Berarti ada perbaikan peningkatan ketuntasan dari 38% ke 60%, hal ini belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yang sebesar 70%, sehingga refleksi nya pada siklus I yaitu untuk memperbaiki RPP dan memfasilitasi peserta didik yang kurang aktif dengan cara melibatkannya pada kegiatan pembelajaran, dan mengurangi dominansi pada setiap kelompok.

Siklus II

a. Motivasi Belajar Peserta Didik

Pencapaian motivasi belajar peserta didik pada siklus II sebesar 86% lebih besar dari siklus I sebesar 80%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perbaikan pada pembelajaran dan sikap peserta didik semakin bertambah positif terhadap motivasi belajar salah satu buktinya adalah dari keempat aspek yang diteliti yaitu diperoleh hasil penelitian untuk aspek Attention (perhatian) sebesar 88,7%, aspek Relevance (Relevansi) sebesar 87%, aspek Confidence (Percaya Diri) sebesar 75%, dan aspek Satisfaction (kepuasan) sebesar 93,7% mengalami peningkatan, peserta didik puas setelah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT melalui permainan bola bekel. Sehingga motivasi belajar peserta didik pada siklus II berada pada kategori sangat baik.

b. Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik

Pada siklus II yang hasil refleksi siklus I menyampaikan materi pembelajaran yaitu dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT melalui permainan bola bekel pada konsep klasifikasi hewan.

Sehingga diperoleh hasil penelitian untuk ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I yaitu sebesar 60% berarti yang belum tuntasnya sebesar 40%, sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar peserta didik mencapai 76,7% dan rata-rata nilainya sebesar 68 dengan KKM sebesar 67. Berarti ada perbaikan peningkatan ketuntasan dari 60% ke 76,7%, hal ini berarti sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang sebesar 70%. Sehingga penelitian

168

tindakan kelas ini dihentikan sampai siklus II, yang sudah berhasil meningkatkan motivasi belajar dan ketuntasan hasil belajar peserta didik.

4. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tindakan kelas dapat ditarik simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) melalui permainan bola bekel dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 1 Surian untuk kompetensi klasifikasi makhluk hidup pada tahun pelajaran 2017/2018.

5. Daftar Pustaka

Azizah, Tsara.(2014). Beklen Sebagai Salah Satu Permainan Jawa Barat. Tersedia di

http://tsaraazizah.blog.upi.edu/2015/10/18/makalah-permainan tradisional/diunduh

tangga; 16/09/2017

Aqib, Zainal. (2010). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.

Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Dewi, Ni Kadek Sintya, dkk. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Berbantuan Mice Target Board Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPS.

E-Journal : Jurusan PGSD Undiksha. (Vol : 4 No : 1)

Gintings, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran. Bandung : Humaniora.

Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks Susanti, Pipin Marfia. (2016). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatfi Tipe TGT

Media Dart Board Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi. Skripsi.

169

Kegiatan KIRAT (Berkirim Surat) untuk Meningkatkan Keterampilan