• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pionering dalam Kegiatan Kepramukaan sebagai Bagian dari Penguatan Pendidikan Karakter

Muhamad Heri Setiyawan, S.Pd

SD Negeri Bojongmelati Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat slamettsaqif1985@gmail.com

ABSTRAK

Pramuka dapat dijadikan sebagai wadah bagi penguatan pendidikan karakter siswa baik di tingkat sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Pionering merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh setiap anggota pramuka golongan penggalang dan penegak yang terdapat dalam SKU dan SKK dalam menggunakan peralatan tongkat dan tali untuk membuat sebuah objek seperti tandu, menara pandang, tiang bendera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pionering dalam kegiatan kepramukaan sebagai bagian dari penguatan pendidikan karakter. Banyak materi dan kegiatan kepramukaan yang bisa digunakan sebagai wahana pembentukan serta meningkatkan nilai karakter siswa baik secara pribadi maupun berkelompok (regu). Materi pionering yang dapat diterapkan diantaranya pionering, diantaranya membuat tandu baik secara perorangan maupun berkelompok, membuat tiang bendera darurat secara berkelompok. Secara umum penguatan pendidikan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui kegiatan kepramukaan. Kegiatan kepramukaan yang dapat diterapkan diantaranya pionering membuat tandu secara perorangan dan berkelompok, serta membuat tiang bendera secara berkelompok. Nilai karakter yang dapat diasah dalam

pionering tersebut diantaranya percaya diri, mandiri, tanggung jawab, dan kerjasama.

Kata Kunci : Pionering; Pramuka; Penguatan Pendidikan Karakter

Pendahuluan

Pendidikan karakter diluncurkan sebagai gerakan nasional merupakan hasil dari sarasehan nasional yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional pada tanggal 14 Januari 2010 tentang “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”. Gerakan nasional ini didasarkan pada kekhawatiran dari berbagai pihak akan merosotnya sikap sosial dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). PPK bertujuan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui: (1) olah hati (etik), (2) olah rasa (etetika), (3) olah pikir (literasi), dan (4) olah raga (kinestetik). PPK tersebut dapat dilaksanakan secara terus menerus dan

149

berkesinambungan baik di lingkungan satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Dalam pelaksanaannya di sekolah, PPK berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya sekolah yang dapat dilakukan secara terpadu melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa pendidikan kepramukaan dilaksanakan untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian pada peserta didik. Hal tersebut tertuang jelas pada Tri Satya yang merupakan janji atau sumpah setiap anggota pramuka, serta Dasa Darma yang merupakan tuntunan tingkah laku bagi setiap anggota pramuka.

Pramuka dapat dijadikan sebagai wadah bagi penguatan pendidikan karakter siswa baik di tingkat sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi yang bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup (UU nomor 10 tahun 2010). Sehingga diharapkan nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas yang menjadi pilar utama dalam penguatan pendidikan karakter dapat tertanam dalam jiwa siswa.

Gerakan pramuka di indonesia terbagi kedalam beberapa golongan diantaranya golongan Siaga, Penggalang, Penegak dan Pendega. Di sekolah dasar terdapat dua golongan anggota pramuka yaitu Siaga bagi siswa yang berusia 7 sampai 10 tahun dan Penggalang bagi siswa yang berusia 11 sampai 15 tahun. Dalam golongan siaga terdiri dari tiga tingkatan diantaranya siaga mula, bantu, dan tata, sedangkan golongan penggalang terdiri dari golongan penggalang ramu, rakit dan terap. Setiap anggota pramuka harus mampu menguasai kompetensi minimal dari setiap golongan yang tertuang dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK).

Siswa yang sudah menyelesaikan materi yang terdapat dalam SKU dan SKK maka akan mendapatkan Tanda Kecakapan Umum (TKU) dan Tanda kecakapan Khusus (TKK). Pemberian TKU dan TKK bukanlah tujuan utama dari setiap anggota tetapi merupakan salah satu alat atau

150

media untuk menjadikan setiap anggota pramuka mempunyai karakter yang baik dan kuat, serta sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Pionering merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh setiap anggota pramuka

golongan penggalang dan penegak yang terdapat dalam SKU dan SKK dalam menggunakan peralatan tongkat dan tali untuk membuat sebuah objek seperti tandu, menara pandang, tiang bendera. Dalam membuat sebuah objek pionering siswa harus memiliki rasa percaya diri, tanggungjawab, tidak mudah menyerah serta mampu untuk bekerjasama dalam satu kelompok atau regu. Nilai-nilai ini yang harus terus dikembangkan dan diperkuat oleh siswa ketika membuat pionering, karena bersifat relevan dengan permasalahan yang sering dihadapi ditengah-tengah masyarakat saat ini.

Beberapa masalah yang teridentifikasi ketika siswa mengikuti kegiatan kepramukaan di SDN Bojongmelati Kecamatan Bangodua Kabupaten Indramayu yaitu masih terdapat siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri baik ketika disuruh tampil dimuka umum maupun ketika disuruh untuk mempraktekan cara membuat simpul atau ikatan dalam pionering. Bahkan ada beberapa siswa yang terkesan mudah menyerah dan kurang bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik, serta tidak bisa bekerjasama dengan baik.

Semua masalah yang teridentifikasi di atas merupakan bagian dari komponen PPK religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas yang harus mampu kita tingkatkan dengan menerapkan tindakan yang tepat. Dengan demikian kegiatan kepramukaan tidak hanya mampu mengantarkan siswa pada keberhasilan dalam menguasai materi pionering, tetapi adanya perubahan sikap dan karakter ke arah yang lebih baik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pionering dalam kegiatan kepramukaan sebagai bagian dari penguatan pendidikan karakter? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pionering dalam kegiatan kepramukaan sebagai bagian dari penguatan pendidikan karakter.

Kajian Teori a. Pionering

Pionering (Pioneering dalam bahasa Inggris) adalah salah satu teknik pramuka dalam

151

Seperti bangunan kreatif, Tandu, Mendara Kaki tiga, menara kaki empat, dan masih banyak lagi.

Dalam tali temali kita sering mencampuradukkan antara tali, simpul dan ikatan. Hal ini sebenarnya berbeda sama sekali. Bedanya Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya (Sunardi, 2011:256).

Pionering bertujuan untuk memberi informasi, ilmu baru, dan mengasah keterampilan

peserta dalam membuat sebuah model suatu objek sederhana yang nantinya dapat diaplikasikan dikehidupan pada saat dan sesudah kegiatan kepramukaan. Seperti membuat tandu, tiang bendera, gardu pandang, gapura dan lain sebagainya.

Manfaat pionering menurut Ardiansyah (2014:26) selain dari kegiatan ikat mengikat ternyata dibalik itu semua terdapat manfaat yang sangat berguna untuk kita, berikut manfaat dari belajar Pionering

1) Memupuk rasa kebersamaan, kekompakan, dan kerjasama yang baik antar Teman Pramuka.

2) Dapat diterapkan pada saat saat-saat genting maupun P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).

3) Memproyeksi pemikiran peserta dalam merancang suatu objek sebenarnya (bukan model).

b. Kegiatan Pramuka

Menurut Azwar (2012:4), pramuka merupakan singkatan dari praja muda karana, yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya. Sedangkan yang dimaksud dengan kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan keluarga yang diselenggarakan dalam kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, dan praktis.

Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menjelaskan bahwa tujuan gerakan pramuka adalah untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia, berjiwa patriot, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa danmemiliki kecakapan hidup

152

sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

Anggota pramuka terdiri dari kaum muda yang digolongkan sebagai Pramuka Siaga (anak yang berusia 7 sampai 10 tahun), Pramuka Penggalang (berusia 11 sampai 15 tahun), Pramuka Penegak (berusia 16 sampai 20 tahun), dan Pramuka Pandega (orang dewasa muda yang berusia 21 sampai 25 tahun). Satuan terkecil dalam Pramuka Penggalang disebut regu, yang terdiri dari 5 sampai 10 orang. Regu putra dinamai dengan menggunakan nama hewan, sedangkan regu putri dinamai menggunakan nama bunga. Setiap regu diketuai oleh seorang pemimpin regu (pinru).

c. Penguatan Pendidikan Karakter

Menurut Kemendikbud (2016:17) program pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan publik dan kerjasama antar sekolah, keluarga dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai ini ingin ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-masing.

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (kurikulum) yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya

153

maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.

Pramuka merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SD Negeri Bojongmelati Kecamatan Bangodua Kabupaten Indramayu. Kegiatan ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali, yang dilaksanakan setiap hari sabtu pukul 11.00 wib sampai pukul 13.30 wib. Pramuka menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib bagi setiap peserta didik mulai dari kelas I sampai Kelas VI. Melalui kegiatan ekstrakurikuler ini diharapkan siswa dapat menggali dan mengembangkan potensi dirinya serta dapat meningkatkan nilai karakter positif yang ada didalam diri siswa.

Banyak materi dan kegiatan kepramukaan yang bisa digunakan sebagai wahana pembentukan serta meningkatkan nilai karakter siswa baik secara pribadi maupun berkelompok (regu). Salah satunya pionering, diantaranya membuat tandu baik secara perorangan maupun berkelompok, membuat tiang bendera darurat secara berkelompok. Cara dan persiapan yang penulis lakukan dalam penguatan pendidikan karakter terutama untuk nilai rasa percaya diri, mandiri, tanggungjawab, serta mampu untuk bekerjasama dalam satu kelompok atau regu, melaui materi pionering akan dijabarkan lebih lanjut dalam pembahasan dibawah ini :

a. Percaya diri

Percaya diri merupakan sikap percaya akan kemampuannya sendiri. Membangun rasa percaya diri menjadi salah satu prioritas dalam pembentukan karakter siswa, karena siswa yang memiliki rasa percaya yang tinggi diharapkan menjadi lebih mandiri, mampu berinteraksi dengan berbagai pihak serta bertanggung jawab atas perbuatannya. Dalam hal ini penulis memberikan materi pionering membuat tandu secara perorangan, selain bermanfaat untuk mengevaluasi penguasaan materi secara perorangan dan mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa, sekaligus untuk menguji SKU golongan Penggalang.

154 Gambar 1

Siswa Membuat Tandu Secara Perorangan

Setiap siswa yang sudah mendapatkan materi pionering sebelumnya dipisahkan secara perorangan oleh penulis, kemudian siswa mempersiapkan alat yang sudah penulis persiapkan sebelumnya berupa tali pramuka, tongkat ukuran 160 cm sebanyak 2 buah, dan tongkat ukuran 50 cm sebanyak 2 buah. Dalam waktu urang lebih 15 menit, siswa membuat tandu secara mandiri tanpa adanya bantuan dari pembina maupun dari rekan satu regu. Setelah selesai maka rekan satu regu menilai hasil kerja berupa ketepatan penggunaan simpul, kerapihan serta kekuatan tandu. Setelah satu siswa selesai dinilai, kemudian tandu tersebut dibongkar untuk dipergunakan oleh siswa lainnya secara bergantian.

Efektifitas dari pelaksanaan pionering secara perorangan dalam rangka membangun rasa percaya diri serta kemandirian siswa harus dilaksanakan secara terus menerus. Sehingga diharapkan rasa percaya diri siswa akan semakin tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Menurut Hakim (2009:5) orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu. 2) Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.

3) Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi. 4) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.

5) Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya. 6) Memiliki kecerdasan yang cukup.

7) Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.

8) Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya. 9) Memiliki kemampuan bersosialisasi.

10) Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.

b. Tanggung jawab

Kegiatan pramuka mengajarkan kepada setiap anggotanya untuk senantiasa menerapkan sikap tanggung jawab. Hal tersebut sesuai dengan Dasa Darma kesembilan yang berbunyi bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Menurut Sarkonah (2012 : 46) bertanggung jawab artinya setiap anggota pramuka harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

155

diperbuat baik atas perintah maupun tidak, terutama secara pribadi serta bertanggung jawab terhadap negara, bangsa, masyarakat dan keluarga.

Dengan menjadi siswa yang bertanggung jawab terhadap apa yang sudah diperbuat maupun ditugaskan kepada setiap anggota pramuka, maka akan menjadi pribadi yang berkarakter kuat. Dalam hal ini penulis memberikan materi pionering membuat tiang bendera secara beregu, dengan membagi tugas kepada masing-masing anggota regu.

Gambar 2

Siswa Membuat Tiang Bendera

Setiap regu yang terdiri dari 5 sampai 10 anak, mendapatkan materi pionering untuk membuat tiang bendera darurat berbagai bentuk. Setiap regu mempersiapkan alat yang sudah penulis persiapkan sebelumnya berupa tali pramuka dan tongkat ukuran 160 cm sebanyak 8 buah. Dalam waktu kurang lebih 20 menit, setiap regu membuat tiang bendera darurat tanpa patok dengan pembagian tugas yang jeals bagi setiap anggota. Setelah selesai maka setiap regu saling menilai hasil kerja regu yang lain berupa ketepatan penggunaan simpul, kerapihan serta kekuatan tandu.

Terkait dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tanggung jawab siswa, maka perlu memasukan unsur tekanan dan apresiasi. Unsur tekanan dalam hal ini dilakukan melalui pembatasan waktu pembuatan tiang bendera yang hanya 20 menit, sehingga diharapkan siswa akan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah ditugaskan untuk mengerjakan bagiannya masing-masing. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada siswa yang selalu mengambil inisiatif dan aktif membantu rekannya yan lain, hal ini justru memberikan nilai positif. Karena siswa yang memiliki nilai tanggung jawab yang baik maka diharapkan akan

156

mampu menjaga komitmen, konsisten dan teguh dalam melaksanakan apa yang sudah diamanatkan.

c. Kerja sama

Kerjasama memiliki arti kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah) untuk mencapai tujuan bersama. Membangun nilai kerjasama antar siswa amatlah penting, karena siswa akan belajar untuk saing menghargai, saling peduli, saling membantu, dan saling memberikan dukungan sehingga tujuan yang disepakati bersama bisa tercapai. Dalam proses bekerjasama siswa akan menemukan kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya, sehingga diharapkan siswa mampu untuk memperbaiki dan meningkatkan kompetensi dirinya. Menurut Huda (2011:55) untuk mengoordinasi setiap usaha demi mencapai tujuan kelompok, siswa harus:

1) Saling mengerti dan percaya satu sama lain. 2) Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu. 3) Saling menerima dan mendukung satu sama lain.

4) Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.

Penguatan nilai karakter kerjasama dilakukan dilakukan dengan memberikan bimbingan dan dorongan pada siswa agar mampu bekerjasama dengan baik saat membuat tandu. Untuk menyelesaikan pembuatan tandu, maka sesama anggota berlatih saling kerjasama yang baik. Dalam hal ini meliputi, 1) kerjasama dalam menyiapkan alat dan bahan; dan 2) kerjasama dalam melakukan pembuatan tandu.

Gambar 3

157

Materi pionering membuat tandu secara beregu, bertujuan untuk melatih kemampuan kerjasama siswa. Setiap regu harus membuat sebuah tandu dari bahan tali pramuka dan tongkat ukuran 160 cm sebanyak 2 buah. Dalam waktu kurang lebih 15 menit, setiap regu membuat tandu dengan menitikberatkan kepada aspek kerjasama tim. Karena kerjasama dan peran serta dari setiap anggota tim menjadi modal utama dalam mewujudkan keberhasilan tim.

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penguatan pendidikan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui kegiatan kepramukaan. Kegiatan kepramukaan yang dapat diterapkan diantaranya pionering membuat tandu secara perorangan dan berkelompok, serta membuat tiang bendera secara berkelompok. Nilai karakter yang dapat diasah dalam pionering tersebut diantaranya percaya diri, mandiri, tanggung jawab, dan kerjasama.

Daftar Pustaka

Ardiansyah, Israr. (2014). Seri Keterampilan Pramuka Tali Temali. Jakarta : Esensi. Azwar, Azrul. (2012). Mengenal Gerakan Pramuka. Jakarta : Erlangga.

Hakim, Tursan. (2009). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Yogyakarta : Graha Ilmu. Huda, Miftahul. (2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan

Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Kemendikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan

Kepramukaan sebagai Kegiatan ekstrakurikuler Wajib. Jakarta.

Peraturan Presiden nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Jakarta.

Sarkonah. (2012). Panduan Pramuka Penggalang. Bandung : Nuansa Aulia.

Sunardi, Andri Bob. (2011). Boyman Ragam Latih Pramuka. Bandung : Nuansa Muda. Undang-undang nomor 10 tahun 2010 tentang gerakan pramuka. Jakarta.

Zikir, Ridwan Sutan. (2014). Aku Siap Diramu dalam Pasukan Penggalang. Bandung : Indah Lestari.

158

Penerapan Teams Games Tournament Berbantuan Bola Bekel Untuk