• Tidak ada hasil yang ditemukan

35 Kelengkapan fasilitas pendidikan di Kota Sungai Penuh ditunjukan

Dalam dokumen WALIKOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI (Halaman 68-71)

BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANA

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

D. Letusan Gunung Berapi

II- 35 Kelengkapan fasilitas pendidikan di Kota Sungai Penuh ditunjukan

dengan keberadaan sarana pendidikan yang ada, mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah pendidikan tinggi setingkat universitas, distribusi masing-masing jenis pendidikan disetiap kecamatan pada umumnya cukup merata, Adapun kondisi kegiatan pendidikan yang dirinci menurut tingkat pendidikan dan kecamatan Kota Sungai Penuh dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.19

Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pendidikan di Kota Sungai Penuh Tahun 2015

No KECAMATAN TK SD SLTP SLTA/

SMK PERGURUAN TINGGI

MIS/MTS/

MAN/

MAS

1 Sungai Penuh 6 9 2 3 2 4

2 Pesisir Bukit 3 9 2 2 1 3

3 Hamparan

Rawang 7 11 1 1 - 4

4 Tanah Kampung 2 10 1 1 - 2

5 Kumun Debai 3 10 1 2 - 2

6 Pondok Tinggi 7 10 2 1 1 -

7 Sungai Bungkal 4 11 3 1 2 1

8 Koto Baru 4 4 1 1 - -

Jumlah 36 73 13 12 6 16

Sumber : LPPD Dinas Pendidikan Kota Sungai Penuh Tahun 2015

2.2.2.2. Kesehatan

Perkembangan kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan di Kota Sungai Penuh dapat dilihat dari Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, Balita Gizi buruk serta angka kesakitan di Kota Sungai Penuh.

Angka Harapan Hidup (AHH), adalah perkiraan rata-rata tambahan umur seseorang yang diharapkan dapat terus hidup. Perkiraan ini didasarkan pada age specific death rate (ASDR) pada tahun tertentu. Biasanya, AHH dibuat terpisah berdasarkan jenis kelamin, umur sekarang, dan suku/etnik. Ukuran yang umum digunakan adalah AHH pada saat lahir mencerminkan kondisi kesehatan pada saat itu.

Angka harapan hidup yang terus meningkat tersebut memperlihatkan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dinilai cukup berhasil.

Karena angka harapan hidup merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja pemerintah dari segi peningkatan kesehatan penduduk.

Perkembangan angka harapan hidup penduduk menunjukkan perkembangan berarti, dimana terlihat pada gambar di bawah ini, angka harapan hidup penduduk Kota Sungai Penuh dari tahun 2010-2015 terus menunjukkan peningkatan, yang semula pada tahun 2010, angka harapan hidup sebesar 70,96 tahun meningkat menjadi sebesar 71,61 pada tahun 2015, Dengan rata-rata pertahun 71,23.

II-36 Gambar 2.25

Angka Harapan Hidup di Kota Sungai Penuh Tahun 2010-2015

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2016

Angka Kematian Bayi, per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) di Kota Sungai Penuh pada tahun 2015 adalah 7/1.000 KH. Hal ini mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2011 di Kota Sungai Penuh angka kematian bayi adalah 15/1.000 KH, pada tahun 2012 adalah 12/1.000 KH dan tahun 2014 adalah 6/1.000 KH. Data kematian neonatal, bayi dan balita di kota sungai penuh tahun 2015 bersumber dari Data Dasar Kesehatan Anak yang tercatat dan dilaporkan oleh puskesmas angka Absolut Kematian Bayi sebanyak 10 kasus yang disebabkan oleh Aspiksia, BBLR dan Penyakit Lainnya.

Walaupun terjadinya penurunan namun, AKB ini perlu menjadi perhatian serius bagi kita, karena angka kematian bayi merupakan salah saru indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Mosley dan Chen (dalam SDKI 2007) menerangkan bahwa ada berbagai faktor sosial ekonomi yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kematian bayi antara lain, yaitu karakteristik ibu seperti umur, paritas, ataupun selang kelahiran; pencemaran lingkungan; gizi; kecelakaan; dan penyakit.

Sedangkan untuk Angka Kematian Ibu atau Angka kematian Maternal (MMR) adalah jumlah kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan kelahiran anak per 100.000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. Kasus kematian ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak di Indonesia masih cukup tinggi. Beberapa penyebab kematian maternal dapat dicegah dengan adanya penanganan profesional dalam pemeliharaan antenatal dan kelahiran, serta peningkatan gizi ibu hamil.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Angka Kematian Ibu di Kota Sungai Penuh tahun 2015 adalah 130 per 100.000 KH. Menurut angka Absolut kematian ibu melahirkan di Kota Sungai Penuh Tahun 2015 adalah 2 Orang yang disebabkan oleh Pendarahan, Eklamsi dan Penyakit Lainnya. Hal ini lebih rendah dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu pada Tahun 2014 yaitu 214 kematian ibu setiap 100.000 KH.

70,96 71,03 71,09 71,19

71,51 71,61

70,60 70,80 71,00 71,20 71,40 71,60 71,80

2010 2011 2012 2013 2014 2015

AHH

II-37 Gambar 2.26

Angka Kematian Bayi dan Ibu di Kota Sungai Penuh Tahun 2010-2015

Sumber : Dinas Kesehatan, 2016

Balita Gizi Buruk, Tingkat kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi yang menyebabkan tercapainya kesehatan tersebut. Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum (eunutritional state). Dalam kondisi ini jaringan jenuh oleh semua zat gizi tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya

Perkembangan gizi buruk sejak tahun 2011-2015 di Kota Sungai Penuh, menunjukan penurunan. Dimana pada tahun 2011 sebanyak 10 jiwa turun menjadi 4 jiwa pada tahun 2013, namun sampai dengan tahun 2014 terjadi stagnasi dengan jumlah gizi buruk sebanyak 4 jiwa/orang.

Gambar 2.27

Perkembangan Balita Gizi Buruk di Kota Sungai Penuh Tahun 2011-2015

Sumber : Dinas Kesehatan, 2016

Dalam upaya penanganan masalah gizi buruk, diperlukan adanya keterkaitan dengan sektor/bidang lain khususnya dalam pencegahan sebelum kasus gizi buruk terjadi. Kasus gizi buruk dapat teridentifikasi lebih dini melalui kegiatan penimbangan balita yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan, namun kendala yang ditemui belum semua ibu yang mempunyai balita datang secara rutin setiap bulan hal ini bisa dilihat dari capaian penimbangan balita yang belum mencapai 100%. Berkaitan dengan itu maka revitalisasi posyandu menjadi penting untuk dilaksanakan sehingga fungsinya akan semakin meningkat. Selain itu pemenuhan dan peningkatan kemampuan kader juga perlu terus dilakukan sebagai pelaksana posyandu. Upaya lain dalam penanganan balita gizi buruk adalah pengembangan puskesmas dengan klinik gizi.

Hal ini juga terkait dengan status ekonomi masyarakat setempat yang tidak menunjukkan peningkatan yang lebih baik. Penanggulangan gizi buruk bukan saja tugas dinas kesehatan, namun sangat dibutuhkan juga peran serta

178 105 30 - 214 130

34

15 12

6 6 7

50 100 150 200 250

2010 2011 2012 2013 2014 2015 0

10 20 30 40

AKI AKB

10 10

4 4 4

2011 2012 2013 2014 2015

2 4 6 8 10 12

Gizi Buruk

II-38

Dalam dokumen WALIKOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI (Halaman 68-71)