• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL BELAJAR SISWA

6.1 Kemampuan Literasi Siswa

Kemampuan literasi mengacu pada kemampuan Bahasa Indonesia siswa yang mencakup pengetahuan terhadap huruf dan kata, pengidentifikasian informasi secara eksplisit, membuat kesimpulan langsung, mengintegrasikan dan menginterpretasikan informasi, serta mengevaluasi konten dan elemen tekstual. Hasil asesmen literasi menunjukkan bahwa rata-rata skor literasi siswa pada saat end-line adalah 45,8419. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata skor literasi pada saat baseline yang sebesar 54,17. Selain itu, baik dari data baseline dan endline dapat dilihat bahwa skor literasi siswa dari madrasah sedikit lebih rendah dibandingkan dengan skor siswa di sekolah dasar non-madrasah.

Gambar 6.1 Rata-rata kemampuan literasi siswa (survei awal dan survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2019 dan 2021.

Namun, perlu diperhatikan bahwa ada beberapa faktor yang mungkin memengaruhi perbedaan skor literasi siswa pada saat baseline dan endline. Pertama, proses belajar mengajar pada saat baseline dilakukan secara tatap muka antara guru dan siswa, sementara pada saat endline proses belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh (daring/luring terbatas) karena pandemi COVID-19.

Hal ini berpotensi memengaruhi kualitas pembelajaran siswa. Kedua, ada penyesuaian teknis pelaksanaan asesmen antara baseline dan endline untuk menghindari penyebaran virus COVID-19.

Asesmen pada saat baseline dilakukan langsung ke siswa oleh enumerator di sekolah sedangkan pada saat endline, booklet dikirimkan ke rumah-rumah siswa yang menjadi sampel20.

19 Skor literasi siswa memiliki rentang dari 0 sampai dengan 100.

20 Untuk meminimalisir terjadinya kecurangan (misalkan, siswa dibantu mengerjakan soal), tim studi lapangan melakukan pengecekan random ke rumah-rumah siswa untuk memastikan siswa mengerjakan soal yang diberikan secara mandiri dan mengisikan jawaban sesuai dengan petunjuk pengisian. Di samping itu, tim peneliti pun menekankan kepada orang tua (melalui deskripsi pada instrumen/booklet soal) bahwa asesmen yang dilakukan tidak akan mempengaruhi

Selain itu, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian awal pembahasan hasil belajar siswa, kami menggunakan metode psikometri (vertical equating strategy) untuk dapat memperkirakan perkembangan kemampuan literasi siswa dari kelas 2—6. Perkembangan yang dimaksud adalah peningkatan rata-rata skor literasi siswa mulai dari kelas 2 sampai dengan kelas 6. Data hasil asesmen menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa pada saat endline diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 11,72 poin (setara dengan 1,17 standar deviasi) selama 5 tahun. Sebagai contoh, siswa kelas 2 dengan skor kemampuan literasi 50 diperkirakan akan memiliki skor 61,72 (50+11,72) ketika nanti siswa tersebut di kelas 6. Selain itu, pola peningkatan kemampuan literasi siswa ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara siswa sekolah dasar umum dan siswa madrasah. Hal ini berbeda dibandingkan dengan perkembangan kemampuan literasi siswa pada saat baseline yang justru menunjukkan penurunan kemampuan literasi selama 6 tahun siswa bersekolah. Hal ini ditunjukkan dari penurunan skor sebesar 10,20 poin (1,02 standar deviasi) dari 60,29 (kelas 1) menjadi 50,09 (kelas 6).

Walaupun kemampuan literasi siswa mengalami peningkatan sebesar 11,72 poin, perkembangan ini hanya setengah dari rata-rata peningkatan kemampuan membaca siswa di Amerika Serikat.

Scammacca et.al. (2015)21 menyebutkan bahwa peningkatan kemampuan membaca siswa selama 5 tahun paling tidak sebesar 28,4 poin. Hal ini sekaligus memperkuat temuan Beatty et.al. (2018)22 yang menyebutkan bahwa siswa di Indonesia tidak mengalami peningkatan kemampuan belajar yang signifikan selama mereka bersekolah.

Gambar 6 2 Kemampuan literasi siswa tiap jenjang kelas (survei awal dan survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2019 dan 2021.

Jika dianalisis lebih jauh, kemampuan literasi siswa dapat dibagi kedalam beberapa tingkat sesuai dengan ranah kognitifnya. Tingkatan pertama ialah kemampuan siswa untuk mengidentifikasi informasi secara eksplisit. Tingkatan kedua melakukan inferensi langsung. Tingkatan berikutnya yaitu kemampuan untuk mengintegrasikan dan menginterpretasikan informasi. Sedangkan pada tingkatan yang paling tinggi yaitu kemampuan untuk mengevaluasi dan mengkritisi konten dan elemen tekstual.

21 Scammacca, NK., Fall, AM., Roberts, G (2015). Benchmarks for Expected Annual Academic Growth for Students in the Bottom Quartile of the Normative Distribution. HHS Public Access.

22 Beatty, A. et al. (2018) Indonesia Got Schooled: 15 Years of Rising Enrolment and Flat Learning Profiles.

RISE-WP-18/026. Oxford. Available at: https://www.riseprogramme.org/sites/

www.riseprogramme.org/files/publications/RISE_WP-026_Indonesia.pdf

Asesmen literasi untuk siswa kelas bawah lebih difokuskan kepada tiga kemampuan dasar yaitu mengidentifikasi informasi secara eksplisit, mengambil kesimpulan secara langsung, dan mengintegrasikan dan menginterpretasikan informasi. Data endline menunjukkan bahwa secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif yang diperlukan, kemampuan siswa cenderung semakin rendah (kecuali siswa kelas 2) dan pola yang sama pun dapat dilihat baik pada siswa sekolah dasar umum maupun siswa madrasah. Tingginya kemampuan kognitif siswa kelas 2 relatif dibandingkan kemampuan kognitif siswa kelas 3 mungkin disebabkan karena materi yang dipelajari oleh siswa kelas 2 lebih berupa pengayaan dari materi-materi kelas 1. Di satu sisi, materi Bahasa Indonesia yang dipelajari siswa kelas 3 merupakan materi yang relatif baru dan lebih mendalam dibandingkan kelas 1 dan 2 seperti menggali informasi dari teks yang dibaca.

Gambar 6.3 Kemampuan literasi siswa kelas bawah berdasarkan domain kognitif (survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2021.

Hal serupa juga ditemukan pada siswa kelas atas. Data endline menunjukkan bahwa kendati mayoritas siswa pada kelas atas (kelas 4—kelas 6) sudah mampu membaca dan mengidentifikasi informasi secara eksplisit, mereka masih mengalami kesulitan dalam memahami konten yang mereka baca. Sebagian besar dari siswa kelas atas mengalami kesulitan dalam mengevaluasi dan mengkritisi konten yang mereka baca. Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 41% siswa kelas 4 dan kelas 5 serta sekitar 51% siswa kelas 6 yang mampu memahami secara lebih kompleks konten yang mereka baca. Pola ini tidak banyak berbeda antara siswa Sekolah Dasar umum dengan Madrasah. Jika dikaitkan dengan kemampuan kognitif yang menjadi fokus K-13, kesulitan ini wajar terjadi karena kemampuan mengevaluasi & mengkritisi ini memang belum menjadi fokus capaian siswa.

Gambar 6.4 Kemampuan literasi siswa kelas atas berdasarkan domain kognitif (survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2021.

Lebih jauh lagi, instrumen yang kami gunakan juga dapat melihat aspek terkait dengan kemampuan literasi siswa berdasarkan content domain yang dikuasai oleh siswa. Secara umum, kemampuan membaca dan menulis siswa kelas 2 relatif tinggi dengan nilai persentase masing-masing sebesar sebesar 92% dan 85%. Selain itu, kemampuan membaca dan menulis siswa kelas 2 Madrasah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas 2 sekolah dasar umum. Namun demikian, jika kita melihat kemampuan membaca dan menulis siswa pada kelas yang lebih tinggi (3—6), secara umum dapat kita lihat bahwa kemampuan menulisnya lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan membaca. Hal ini mungkin disebabkan karena kemampuan menulis siswa terbatas pada kemampuan mekanikal, namun kemampuan untuk memahami bacaan masih perlu terus ditingkatkan.

Gambar 6.5 Kemampuan literasi siswa berdasarkan content domain (survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2021.

Dari data mengenai kemampuan literasi siswa, dapat kita simpulkan bahwa secara umum sebagian besar siswa di sekolah mitra INSPIRASI sudah mampu menguasai keterampilan literasi secara mekanikal seperti membaca teks dan menulis. Namun, kemampuan untuk memahami bacaan masih terbatas karena masih relatif sedikit siswa yang mampu mengintegrasikan informasi dan mengevaluasi serta mengkritik konten dari bacaan.