• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab sebelumnya telah membahas perkembangan pengetahuan dan praktik kepemimpinan kepala sekolah, praktik mengajar guru dan hasil belajar siswa. Secara umum, meskipun terdapat peningkatan pengetahuan, namun implementasi praktik kepemimpinan pembelajaran oleh kepala sekolah masih terbatas. Lebih lanjut, praktik pengajaran yang efektif masih tergolong rendah dan hasil belajar siswa cenderung tidak mengalami perbaikan. Bab ini mecoba untuk mengidentifikasi conversion factors, yakni faktor-faktor eksternal yang belum termasuk di dalam dalam teori perubahan namun relevan dalam menentukan terjadi atau tidaknya capaian atau dampak yang diinginkan.

Conversion factors ini diitentifikasi melalui wawancara kualitatif dengan kepala sekolah dan guru serta diskusi dengan fasilitator program. Identifikasi conversion factors ini penting untuk dilakukan mengingat lingkungan dan konteks program telah banyak mengalami perubahan akibat diberlakukannya pembelajaran jarak jauh. Indentifikasi conversion factors ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih utuh terkait alur perubahan dari program rintisan INSPIRASI yang dapat dipertimbangkan untuk perencanaan program-program berikutnya.

Gambar 8.1 Kerangka logis dan conversion factors KERANGKA LOGIS

Hasil belajar siswa yang lebih baik

Praktik pengajaran yang lebih efektif

Pengetahuan guru tentang pengajaran semakin baik

Sikap guru yang lebih baik untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi mengajar mereka

Praktik kepemimpinan kepala sekolah yang lebih baik mendukung pembelajaran siswa yang efektif

Pengetahuan & keterampilan kepala sekolah yang lebih baik terkait pemecahan masalah, supervisi akademik,

dan perencanaan sekolah

Pelatihan dan pendampingan

Intervensi Dampak

Capaian

Keluaran

• Kompetensi profesional dan pedagogik guru.

• Pemberlakuan PJJ, ketersediaan sarana dan literasi digital guru.

• Budaya sekolah dan faktor personal kepala sekolah;

• Forum kepala sekolah;

• Pemberlakuan PJJ dan disrupsi lain akibat pandemi.

• Fasilitas dan partisipasi orang tua dalam PJJ CONVERSION FACTORS

Gambar 8.1 mengilustrasikan teori perubahan dari program rintisan INSPIRASI. Tujuan yang ingin dicapai dari program ini adalah terlaksananya pembelajaran yang efektif dan meningkatnya hasil belajar siswa. Untuk mencapai dampak tersebut, intervensi berupa pelatihan dan pendampingan kepada kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan pembelajaran. Kepemimpinan pembelajaran kemudian dipraktikkan oleh kepala sekolah sehingga terbentuk sebuah manajemen sekolah yang berorientasi pada pembelajaran yang efektif dengan meningkatkan kualitas pengetahuan dan pengajaran guru. Pada akhirnya, pembelajaran yang efektif akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Conversion factors yang mempengaruhi perubahan dari meningkatnya pengetahuan kepala sekolah ke perbaikan praktik kepemimpinan pembelajaran dan perbaikan sikap guru untuk mengembangkan kompetensi. Masih terbatasnya peningkatan praktik kepemimpinan pembelajaran di sekolah mitra dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

• Budaya sekolah dan faktor personal kepala sekolah. Budaya sekolah mengacu pada pola interaksi dan komunikasi antara kepala sekolah dengan guru yang telah terbentuk di sekolah. Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa pola interaksi antara guru dan kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh karakter individu kepala sekolah dan kepercayaan diri mereka sebagai pemimpin. Kepala sekolah yang memiliki karakter terbuka atau memiliki kepercayaan diri untuk memimpin cenderung memiliki interaksi yang hangat dengan guru sehingga menjadi modal yang baik untuk mengimplementasikan praktik kepemimpinan pembelajaran. Sementara itu, kepala sekolah yang tertutup atau kurang percaya diri cenderung memiliki interaksi yang terbatas dengan para guru sehingga penerapan praktik kepemimpinan tidak dapat dilakukan secara optimal.

• Forum kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki jejaring yang cukup kuat dengan rekan sejawat melalui Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS) di tingkat gugus atau kecamatan.

Pada praktiknya, FKKS cenderung dijadikan acuan oleh kepala sekolah untuk menjalankan kegiatan atau praktik-praktik kepemimpinan di sekolahnya. Oleh karena itu, kepala sekolah akan menjalankan kegitatan yang mirip dengan aktivitas yang dilakukan rekannya.

Sementara itu, implementasi praktik-praktik kepemimpinan pembelajaran yang merupakan hal baru bagi kepala sekolah cenderung kurang mendapatkan prioritas. Hal ini karena peer effect dari FKKS cukup dominan sehingga kepala sekolah lebih memilih aktitivtas yang familiar bagi mereka, sementara itu cenderung lambat untuk mengadopsi praktik-praktik di luar hal yang lumrah dilakukan oleh kepala sekolah lainnya.

• Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan disurpsi lain akibat pandemi. Pemberlakuan PJJ memberikan tantangan tersendiri bagi kepala sekolah karena harus memimpin pembelajaran dengan metode yang baru. Selain itu, pemberlakuan PJJ memiliki hambatan tersendiri yang sebelumnya tidak ditemui pada pembelajaran tatap muka, misalnya terbatasnya ketersediaan fasilitas pendukung untuk pembelajaran daring, kurangnya pengusasaan teknologi oleh guru, kurangnya dukungan orang tua dan kemangkiran siswa, dsb. Dalam kondisi seperti ini, kepala sekolah cenderung beralih dari praktik kepemimpinan kondisi ideal ke kepemimpinankondisi darurat. Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa kepala sekolah lebih mengedepankan praktik-praktik yang memungkinkan untuk dilakukan (practicability) ketimbang mengejar praktik kepemimpinan pembelajaran yang ideal. Dengan demikian, dibandingkan kondisi normal, hambatan yang terjadi akibat PJJ dan pandemi menurunkan kualitas praktik kepemimpinan kepala sekolah karena harus menyesuaikan dengan segala keterbatasan yang dihadapi.

Conversion factors yang mempengaruhi perubahan dari perbaikan sikap guru untuk mengembangkan kompetensi ke peningkatan pengetahuan guru dan praktik pengajaran guru.

Masih terbatasnya praktik pengajaran yang efektif di tingkat guru berasosiasi dengan faktor-faktor berikut:

• Kompetensi profesional dan pedagogik guru. Kualitas pengajaran guru berkaitan erat dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Namun demikian, hasil survei awal dan akhir menunjukkan penguasaan guru terkait materi ajar dan kemampuan pedagogik relatif rendah. Rendahnya kemampuan yang dimiliki guru saat ini mengakibatkan upaya mereka untuk meningkatkan kompetensi melalui pelatihan, seminar, atau forum guru, belum cukup untuk mendorong adanya perubahan yang berarti untuk memberpaiki kualitas pengajaran. Selain karena kompetensi awal yang cukup rendah, upaya peningkatan kompetensi guru sering kali tidak efektif karena tidak dilakukan secara sisematis. Selain itu, saat ini belum terdapat sistem akuntabilitas yang secara objektif dan berkelanjutan dapat menilai tingkat kompetensi guru, dan belum adanya mekanisme insentif yang senantiasa dapat memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya.

• Pemberlakuan PJJ, ketersediaan sarana dan literasi digital guru. Pemberlakukan PJJ mempengaruhi kualitas pengajaran karena waktu interaksi antara siswa dan guru yang berkurang secara signifikan dan metode pengajaran yang cenderung satu arah. Hambatan PJJ lainnya seperti kurangnya ketersediaan fasilitas penunjang yang memadai dan terbatasnya literasi digital guru menjadi tantangan bagi guru untuk mengimplementasikan praktik mengajar efektif ke dalam konteks PJJ. Secara umum, PJJ membatasi guru untuk dapat menerapkan praktik pembelajaran efektif yang sebelumnya dapat dilakukan pada pembelajaran tatap muka. Terlebih lagi, guru yang memiliki hambatan teknis maupun non-teknis dalam menyelenggarakan PJJ akan semakin terbatas dalam menyelenggarakan pemebelajaran.

Conversion factors yang mempengaruhi perubahan dari praktik pengajaran guru yang efektif ke meningkatnya hasil belajar siswa. Akumulasi kemampuan siswa selama 5 tahun bersekolah cenderung datar, bahkan sedikit menurun untuk kemampuan numerasi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan numerasi kelas atas tidak jauh berbeda atau bahkan lebih rendah dibandingkan jenjang sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi hal ini adalah sebagai berikut:

• Fasilitas dan partisipasi orang tua dalam PJJ. Selain rendahnya kompetensi guru dan terbatasnya waktu belajar efektif selama PJJ, kualitas pembelajaran selama PJJ juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas dan partisipasi orang tua. Ketersediaan fasilitas yang memadai adalah prasyarat agar siswa dapat berinteraksi dan mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Lebih lanjut, keterlibatan orang tua dalam PJJ sangat penting untuk mengawasi dan memastikan siswa berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Namun demikian, hasil survei dan wawancara kualitatif menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang tidak memiliki akses fasilitas yang memadai untuk mengikuti PJJ.

Terlebih lagi, dukungan orang tua untuk ikut mengawasi siswa cukup beragam dan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kesejahteraan orang tua. Dengan demikian, PJJ mengurangi kesempatan siswa untuk belajar secara optimal. Hal ini karena selain berkurangnya waktu untuk belajar, proses pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh faktor di luar kendali guru seperti ketersediaan fasilitas untuk PJJ di rumah dan pengawasan dari orang tua.