• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH

4.6 Manajemen Sekolah

Kepala sekolah sebagai pengelola (manager) sekolah memiliki peran utama dalam menentukan arah tujuan sekolah. Kepala sekolah merupakan pembuat keputusan terkait target sekolah di 8 Standar Nasional Pendidikan dan bagaimana mencapai target tersebut melalui program kerja sekolah. Sebagai manajer, kepala sekolah diharapkan mampu mengalokasikan sumber daya sekolah yang terbatas dengan memprioritaskan program-program sekolah yang relevan untuk mencapai target sekolah. Dalam konteks program INSPIRASI, kompetensi kepala sekolah tersebut digunakan untuk mendukung manajemen sekolah yang berfokus pada pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Secara umum, perubahan paradigma kepala sekolah untuk mengutamakan aspek-aspek pembelajaran dalam manajemen sekolah belum berjalan secara optimal. Meskipun kepala sekolah semakin memperhatikan perkembangan belajar siswa, ketersediaan fasilitas masih mendominasi target sekolah. Kepala sekolah yang mengutamakan program sekolah terkait pembelajaran siswa dan pengembangan kompetensi guru masih relatif rendah. Namun demikian, terdapat perbaikan dalam proses penentuan target dan pengembangan program sekolah. Target sekolah semakin disusun dengan partisipatif dan dikomunikasikan dengan baik. Selain itu sebagian besar kepala sekolah telah mampu mengidentifikasi serta mengatasi faktor penghambat pelaksanaan program sekolah. Meskipun demikian, kemampuan kepala sekolah dalam menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki perencanaan program masih perlu ditingkatkan.

4.6.1 Target Sekolah

Kepala sekolah yang memiliki fokus kepemimpinan pada pembelajaran akan menjadikan peningkatan kualitas pembelajaran sebagai prioritas target sekolah dan mengupayakan program sekolah yang mendukung pencapaiannya. Target sekolah yang dimaksud dalam hal ini adalah capaian terpenting yang ingin diperoleh sekolah yang kemudian diterjemahkan ke dalam program - program dalam RKT/RKAS. Meskipun penyusunan RKT/RKAS dikategorikan berdasarkan 8 Standar Nasional Pendidikan, namun persepsi kepala sekolah terhadap target/capaian terpenting dari 8 standar tersebut akan mendasari aksi mereka dalam mengelola sumber daya sekolah. Secara umum, meskipun kepala sekolah semakin memperhatikan perkembangan belajar siswa, namun ketersediaan fasilitas masih mendominasi target sekolah. Pada Tabel 4.33 terlihat bahwa

persentase kepala sekolah yang menyatakan menetapkan target perkembangan belajar siswa meningkat dari 21% menjadi 38%. Sekitar sepertiga kepala sekolah menyatakan memiliki target terkait kegiatan belajar mengajar. Sementara itu, persentase sekolah yang menyatakan memiliki target terkait capaian nilai ujian siswa mengalami penurunan dari 58% menjadi 38%. Hal ini menunjukkan bahwa paradigma kepala sekolah terhadap pembelajaran siswa cenderung bergeser dari capaian nilai ujian menjadi perkembangan belajar.

Namun demikian, perbaikan paradigma tersebut belum berjalan secara optimal. Hal ini terlihat dari target sekolah terkait ketersediaan fasilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan target-target terkait pembelajaran. Meskipun ketersedian fasilitas dan sarana yang memadai adalah hal yang esensial dalam mendukung pembelajaran yang efektif, namun hal ini dapat menjadi indikasi bahwa kepala sekolah belum sepenuhnya mengutamakan aspek pembelajaran siswa. Melainkan, sebagian besar kepala sekolah masih terpaku pada pemenuhan sarana dan fasilitas fisik sebagai target yang ingin dicapai.

Tabel 4.33 Target sekolah

Target sekolah

Semua sekolah Sekolah Dasar (SD) Madrasah (MI) Survei

Keterangan: Persentase dihitung dari total kepala sekolah pada masing-masing survei Sumber: Survei kepala sekolah (2019 & 2021)

Tabel 4.34 Dasar penentuan target sekolah

Dasar penentuan target sekolah

Semua sekolah Sekolah Dasar (SD) Madrasah (MI) Survei

Keterangan: Persentase dihitung dari total kepala sekolah pada masing-masing survei Sumber: Survei kepala sekolah (2019 & 2021)

Di sisi lain, proses penentuan target sekolah mengalami perbaikan yang signifikan. Penentuan target sekolah semakin didasarkan atas bukti (data, fakta temuan) dan dalam proses penentuannya kepala sekolah cenderung menggunakan pendekatan yang partisipatif. Tabel 4.34 menunjukkan kepala sekolah yang menentukan target sekolah berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah (EDS) mengalami peningkatan dari 33% menjadi 54%. Begitu pula terlihat bahwa lebih dari sepertiga kepala sekolah menyatakan menetapkan target sekolah berdasarkan hasil supervisi akademik dan hasil belajar siswa. Selain itu, semakin banyak kepala sekolah menyusun target sekolah melalui diskusi dengan perangkat sekolah (dari 54% menjadi 71%). Dengan dasar penentuan target yang lebih menggunakan data, temuan/fakta di lapangan serta prosesnya lebih partisipatif, target sekolah akan lebih objektif dan lebih berpotensi untuk dicapai oleh perangkat sekolah.

Selain dilibatkan dalam penyusunan target sekolah, perangkat sekolah juga diinformasikan terkait target-target yang ingin dicapai sekolah untuk tahun ajaran tertentu. Hasil survei menunjukkan bahwa semakin banyak kepala sekolah yang menyampaikan target sekolah secara formal kepada guru dan komite sekolah. Namun peningkatan ini hanya terjadi pada Sekolah Dasar, hal yang sebaliknya terjadi di Madrasah. Di sisi lain, semakin banyak pula kepala sekolah yang hanya menyampaikan target sekolah secara informal kepada guru, baik di Sekolah Dasar maupun Madrasah. Hal ini mengindikasikan bahwa perbaikan kualitas penyampaian informasi terkait target sekolah kepada perangkat sekolah belum terjadi secara menyeluruh.

Tabel 4.35 Cara penyampaian target sekolah

Cara kepala sekolah dalam menyampaikan target sekolah

Semua sekolah Sekolah Dasar (SD) Madrasah (MI) Survei

Keterangan: Persentase dihitung dari total kepala sekolah pada masing-masing survei Sumber: Survei kepala sekolah (2021)

4.6.2 Program Sekolah

Target sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai melalui program-program sekolah yang tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT). Pada praktiknya program sekolah yang terdapat dalam RKT adalah program yang disusun berdasarkan 8 Standar Nasional Pendidikan. Pada survei akhir, kepala sekolah diminta untuk menyebutkan program-program sekolah yang terdapat pada RKT. Dari program yang telah disebutkan, kepala sekolah diminta untuk mengidentifikasi beberapa program yang pelaksanaannya perlu diprioritaskan. Kepala sekolah diharapkan memprioritaskan program sekolah yang berkaitan langsung dengan pembelajaran atau pengembangan kompetensi guru.

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.36, masih relatif sedikit kepala sekolah yang mengutamakan program sekolah terkait pembelajaran siswa dan pengembangan kompetensi guru. Hanya 17%

kepala sekolah yang menyatakan peningkatan kompetensi dan hasil belajar siswa sebagai program sekolah yang diutamakan, sementara 13% kepala sekolah persen mengutamakan program evaluasi hasil belajar siswa, misal ujian akhir semester. Hanya sekitar 21% kepala sekolah yang mengutamakan pengembangan kompetensi guru. Jika dilihat secara jumlah maupun persentase, lebih banyak kepala sekolah di Madrasah yang mengutamakan pengembangan kompetensi guru dibandingkan di Sekolah Dasar.

Sekitar seperempat kepala sekolah mengutamakan program sekolah terkait pengadaan dan perbaikan fasilitas penunjang pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas pembelajaran masih menjadi perhatian penting bagi kepala sekolah yang dapat mengindikasikan kurangnya ketersediaan fasilitas atau kepala sekolah yang masih terpaku pada program-program pengadaan fisik.

Tabel 4.36 Program utama sekolah

Program utama sekolah

Pelaksanaan evaluasi kompetensi dan hasil belajar siswa

(ulangan, ujian akhir semester, dsb) 3 13% 3 16% 0 0%

Peningkatan kompetensi dan hasil belajar siswa 4 17% 3 16% 1 20%

Penerimaan siswa baru 0 0% 0 0% 0 0%

Pengiriman delegasi siswa untuk kegiatan eksternal

(kompetisi, lomba, festival, dsb) 0 0% 0 0% 0 0%

Penyusunan dan pengembangan kurikulum 1 4% 1 5% 0 0%

Penyusunan dan pengembangan sistem asesmen/penilaian 0 0% 0 0% 0 0%

Peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan

(pelatihan, diskusi, dsb) 5 21% 2 11% 3 60%

Pengiriman guru untuk kegiatan eksternal (pelatihan, lomba,

dsb) 0 0% 0 0% 0 0%

Perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana sekolah 1 4% 1 5% 0 0%

Pengadaan fasilitas penunjang pembelajaran 5 21% 5 26% 0 0%

Pelaksanaan dan perbaikan manajemen dan administrasi

sekolah 1 4% 1 5% 0 0%

Pembinaan kesiswaan dan kegiatan ekstrakurikuler 1 4% 0 0% 1 20%

Penggalian sumber dana sekolah 0 0% 0 0% 0 0%

Menyiapkan AKM 2 8% 2 11% 0 0%

Belum memiliki program kerja 1 4% 1 5% 0 0%

Keterangan: Persentase dihitung dari total kepala sekolah pada survei akhir. Sumber: Survei kepala sekolah (2021)

4.6.3 Refleksi Pelaksanaan Program Sekolah

Informasi yang diperoleh dari proses pemantauan program sekolah dapat digunakan sebagai bahan refleksi untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang telah berjalan baik dan faktor-faktor penghambat pelaksanaan program. Kepala sekolah diharapkan mampu untuk mengidentifikasi dan menggunakan informasi tersebut untuk mengatasi hambatan pelaksanaan program sekolah sekaligus memperbaiki perencanaan program pada tahun berikutnya.

Secara umum, terjadi peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan program sekolah. Tabel 4.37 menunjukkan bahwa kepala sekolah yang mampu mengidentifikasi faktor pendukung sekaligus faktor penghambat

pelaksanaan program sekolah meningkat dari 42% menjadi 63%. Demikian pula kepala sekolah yang tidak mampu sama sekali mengidentifikasi faktor penghambat atau faktor pendukung menurun dari 17% menjadi 0%.

Tabel 4.37 Persentase kepala sekolah yang dapat mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat program sekolah

Kemampuan kepala sekolah mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung program sekolah

Semua sekolah Sekolah Dasar (SD) Madrasah (MI) Survei

Keterangan: Persentase dihitung dari total kepala sekolah pada masing-masing survei Sumber: Survei kepala sekolah (2019 & 2021)

Peningkatan ini terjadi karena kepala sekolah merasa dibekali kemampuan untuk menginventarisasi kekurangan program sekolahnya dan menyusun prioritas urutan masalah yang bisa diselesaikan, seperti yang digambarkan dalam kutipan berikut ini:

“Kadang-kadang kita mohon maaf, kita banyak kekurangan tapi gak paham kekurangannya. Sehingga kita merasa sudah cukup. Padahal kekurangan kita banyak. Tapi dengan [program] INSPIRASI ini memberikan dorongan kepada kita, bagaimana kita menginventarisir kekurangan kita. Setelah mengetahui kekurangan kita, tidak harus kekurangan kita diselesaikan pada saat itu. Tetapi mana yang paling urgent diselesaikan.”(FGD 3_02)

Selain melakukan proses evaluasi sendiri, kepala sekolah juga lebih melibatkan guru dalam melaksanakan evaluasi program sekolah, khususnya yang terkait langsung pada proses pembelajaran, seperti pada kutipan berikut ini:

“Ibu dulu ngga pernah yang namanya rapat itu seminggu sekali. Setelah adanya INSPIRASI, adanya observasi, kita dengan guru itu seminggu sekali itu pasti ada pertemuan. Selain masuk ke dalam kelas, kepala sekolah itu pasti di ruangan itu kita berbicara [dengan guru] tentang bagaimana meningkatkan siswa agar lebih baik. Terus meningkatkan kemajuan sekolah agar sekolah itu lebih dikenal oleh masyarakat. Sedikit demi sedikit, jadi semangat.. Jadi semangat dengan menambah ilmu dari INSPIRASI.” (FGD 3_03)

Dari kutipan di atas, dapat kita amati bagaimana kepala sekolah menunjukkan kesadaran akan pentingnya peran guru dalam menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah juga mengakui bahwa pendampingan berupa observasi oleh fasilitator INSPIRASI telah mendorong serta mengkondisikan peningkatan intensitas frekuensi diskusi antara guru dan kepala sekolah. Temuan ini juga mengilustrasikan bagaimana pengetahuan terkait merefleksikan program sekolah yang diberikan oleh INSPIRASI juga turut mendorong semangat kepala sekolah untuk mempraktikkan langsung, salah satunya melalui meningkatkan keterlibatan guru.

Setelah melakukan refleksi dan mengidentifikasi faktor pendukung/penghambat pelaksanaan program sekolah, kepala sekolah diharapkan mampu menggunakan informasi tersebut untuk mengatasi hambatan dan memperbaiki program sekolah. Tabel 4.38 menunjukkan bahwa sebagian besar kepala sekolah mampu menggunakan informasi tersebut untuk mengambil tindakan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan program sekolah. Namun demikian meskipun terjadi sedikit peningkatan, masih kurang dari seperlima kepala sekolah yang menggunakan hasil refleksi tersebut untuk memperbaiki program sekolah. Perbaikan program sekolah yang dimaksud adalah penyesuaian program kegiatan sesuai dengan faktor pendukung dan faktor penghambat yang telah dihadapi. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat banyak ruang yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah, khususnya dalam memanfaatkan hasil pemantauan dan refleksi untuk memperbaiki perencanaan program sekolah berikutnya.

Tabel 4.38 Persentase kepala sekolah yang menggunakan hasil refleksi untuk memperbaiki pelaksanaan program sekolah

Kemampuan kepala sekolah menggunakan hasil refleksi untuk memperbaiki program sekolah

Semua sekolah Sekolah Dasar (SD) Madrasah (MI) Survei

awal Survei

akhir Survei

awal Survei

akhir Survei

awal Survei akhir

n % n % n % n % n % n %

Kepala sekolah tidak melakukan

tindakan 5 21% 4 17% 4 21% 4 21% 1 20% 0 0%

Kepala sekolah melakukan

tindakan untuk mengatasi masalah 16 67% 16 67% 16 84% 13 68% 0 0% 3 60%

Kepala sekolah melakukan

tindakan untuk mengatasi masalah

dan memperbaiki program sekolah 3 13% 4 17% 0 0% 2 11% 3 60% 2 40%

Keterangan: Persentase dihitung dari total kepala sekolah pada masing-masing survei Sumber: Survei kepala sekolah (2019 & 2021)