• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL BELAJAR SISWA

6.2 Kemampuan Numerasi Siswa

Kemampuan numerasi yang diukur pada studi ini mengacu pada pengetahuan siswa terhadap konsep dan terminologi Matematika, pengaplikasian konsep, dan penalaran matematis. Secara umum, rata-rata skor numerasi secara keseluruhan pada baseline sebesar 46,3623 sementara rata-rata skor kemampuan numerasi siswa pada saat endline sebesar 53,6424. Selain itu, siswa sekolah madrasah memiliki kemampuan numerasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan siswa sekolah dasar umum.

Gambar 6.6 Kemampuan numerasi siswa (survei awal dan survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2019 dan 2021.

Jika dilihat lebih jauh, kemampuan numerasi siswa pada saat endline mengalami kemunduran sepanjang 5 tahun bersekolah. Pada saat endline, kemampuan numerasi siswa mengalami penurunan sebesar 10,09 point (sebesar 1 standar deviasi) selama 5 tahun. Skor numerasi siswa kelas 2 sebesar 60,30 sementara skor numerasi kelas 6 hanya sebesar 50,21. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena dengan kata lain, pengetahuan siswa selama 5 tahun bersekolah bukannya terakumulasi justru mengalami penurunan. Hal ini berbeda dengan situasi pada saat baseline yang menunjukkan kemampuan numerasi siswa mengalami peningkatan selama 6 tahun bersekolah.

23 Skor numerasi siswa memiliki rentang dari 0 – 100.

24 Rata-rata skor kemampuan numerasi siswa tidak dapat dibandingkan secara langsung antara rata-rata nilai baseline dan endline untuk melihat dampak program INSPIRASI terhadap kemampuan numerasi siswa. Hal ini disebabkan karena tingginya faktor pengganggu (noise factors) yang mungkin berpengaruh cukup signifikan terhadap perbedaan data baseline dan endline seperti pelaksanaan kegiatan mengajar secara jarak jauh dan cara pelaksanaan asesmen yang berbeda antara baseline dan endline.

Salah satu hal yang dapat menjelaskan terjadinya penurunan kemampuan numerasi siswa ini adalah terganggunya proses belajar mengajar akibat pendemi COVID-19. Engzell et.al. (2020) 25 menyatakan bahwa penutupan sekolah dan perubahan metode belajar dari tatap muka ke pembelajaran jarak jauh mengakibatkan siswa kehilangan kemampuan numerasi sebesar 0,08 standar deviasi. Hal ini bahkan terjadi pada siswa di Belanda yang sebetulnya memiliki akses internet yang relatif cukup lebih baik dibandingkan dengan siswa di negara lain.

Gambar 6.7 Kemampuan numerasi siswa tiap jenjang kelas (survei awal dan survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2019 dan 2021.

Lebih jauh, analisis kemampuan numerasi siswa dapat dilihat secara lebih dalam dengan membagi keterampilan numerasi berdasarkan ranah kognitifnya (cognitive domain). Dalam studi ini, ranah kognitif numerasi siswa dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu pengetahuan, pengaplikasian, dan penalaran matematis. Pada tingkat pengetahuan, hal yang diukur ialah bagaimana pengetahuan siswa mampu mengingat konsep dan terminologi matematika, mengenali kuantitas dan nilai dari suatu objek matematis, menyelesaikan persoalan matematis, menarik informasi dari grafik, mengukur objek, mengklasifikasikan dan mengurutkan objek matematis. Pada tingkatan yang lebih tinggi seperti pengaplikasian, kemampuan yang diuji adalah berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memilih operasi matematika yang sesuai dalam menyelesaikan persoalan matematis sehari-hari atau bahkan dalam bentuk informasi matematis atau model seperti diagram dan persamaan matematis. Tingkatan selanjutnya yaitu kemampuan penalaran matematis. Hal yang diukur terkait dengan penalaran matematis adalah kemampuan siswa dalam menganalisis hubungan antar variabel atau objek matematis, menganalisis permasalahan yang memiliki pola yang sama, serta mengkombinasikan beberapa rumus matematika untuk menyelesaikan persoalan matematis.

Data endline menunjukkan kemampuan numerasi siswa berdasarkan ranah kognitifnya bervariasi antar jenjang kelas. Tingkat pemahaman numerasi siswa kelas bawah (kelas 2 dan kelas 3) cukup tinggi. Sekitar 87,58% siswa kelas 2 mampu menjawab soal-soal yang menguji pengetahuan matematis dengan benar. Sementara itu, proporsi siswa yang mampu menjawab soal-soal yang menguji pengaplikasian dan penalaran matematis siswa sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat pemahaman numerasi siswa. Hal yang serupa pun dapat dilihat pada siswa kelas 3, walaupun secara proporsi untuk masing-masing ranah kognitifnya lebih rendah dibandingkan dengan siswa kelas 2.

Tingkat pengetahuan siswa kelas atas relatif lebih rendah dibandingkan tingkat pengetahuan siswa

25 Engzell, P., Frey, A., Verhagen, MD. (2020). Learning loss due to school closure during COVID-19 pandemic.

kelas bawah. Bahkan tingkat pengetahuan siswa kelas 4 dan 5 hanya sebesar 37.29% dan 26.81%.

Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa konsep matematika seperti pecahan, bilangan negatif, dan pengukuran volume bangun ruang baru diperkenalkan. Selain itu, tidak ada perbedaan pola yang berarti antara kemampuan siswa sekolah dasar umum dengan siswa madrasah.

Gambar 6.8 Kemampuan numerasi siswa berdasarkan domain kognitif (survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2021.

Dilihat dari aspek content domain-nya, secara umum siswa sudah mampu menguasai materi terkait angka dan pecahan, tetapi masih memiliki keterbatasan kemampuan terkait dengan geometri.

Sebagai contoh, lebih dari 90% siswa kelas 2 telah menguasai materi tentang angka dan pecahan, namun hanya sebesar 66% yang menguasai geometri. Pola yang sama juga dijumpai baik pada siswa sekolah dasar umum ataupun madrasah.

Gambar 6.9 Kemampuan numerasi siswa kelas bawah berdasarkan content domain (survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2021.

Sedikit berbeda dengan materi yang diukur pada siswa kelas bawah, materi yang diukur untuk siswa kelas atas terdiri dari pecahan, geometri, dan statistik. Secara umum, dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan materi terkait dengan pecahan dan geometri di antara siswa kelas atas hanya berkisar 25% sampai 44%. Namun, tingkat penguasaan materi terkait dengan statistik relatif lebih tinggi dibandingkan dengan materi terkait bilang pecahan dan geometri. Bahkan, rata-rata tingkat penguasaan data dan statistik siswa kelas 6 mencapai 77%. Pola ini tidak berbeda antara siswa dari sekolah dasar umum dan madrasah. Tingginya tingkat penguasaan data dan statistik di antara siswa kelas atas dibandingkan dengan materi pecahan dan geometri ini mungkin disebabkan karena materi pecahan dan geometri yang dipelajari di kelas atas merupakan materi lanjutan sementara materi yang diujikan terkait dengan statistik lebih sederhana dibandingkan dengan dua materi lainnya.

Gambar 6.10 Kemampuan numerasi siswa kelas atas berdasarkan content domain (survei akhir)

Sumber: Student Learning Assessment (SLA) 2021.

Dari data mengenai kemampuan numerasi siswa, dapat disimpulkan bahwa secara umum kemampuan numerasi siswa masih terbatas pada kemampuan numerasi dengan tingkat kemampuan berpikir rendah. Siswa masih memiliki keterbatasan dalam menguasai kemampuan dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) dan hal ini ditemukan baik pada siswa sekolah dasar umum maupun madrasah.

Dengan demikian, hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa upaya peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi masih menempuh perjalanan panjang dan perlu terus melakukan pengarusutamaan peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam proses belajar siswa di sekolah.