• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Proses Pembelajaran Selama Pandemi

III. PEMBELAJARAN JARAK JAUH

3.1 Perubahan Proses Pembelajaran Selama Pandemi

Perubahan proses pembelajaran dari metode tatap muka menjadi metode jarak jauh yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 secara umum telah menyebabkan penurunan kualitas KBM.

Hal ini terlihat pada menurunnya waktu interaksi antara guru dan siswa yang hanya rata-rata 1 jam per hari. Selain itu, penurunan kualitas KBM juga terlihat dari cara penyampaian materi. Sebagian besar guru hanya menyampaikan materi secara satu arah misal melalui pemberian tugas atau bacaan tanpa adanya proses pembelajaran yang interaktif. Proses pembelajaran daring juga memiliki tantangan karena terdapat guru dan siswa yang kurang aktif atau tidak aktif sama sekali dalam mengikuti PJJ. Masalah ketidakaktifan ini cenderung lebih terjadi di sekolah dasar dibandingkan sekolah Madrasah. Bagian ini akan membahas secara singkat gambaran proses PJJ yang dilakukan oleh sekolah mitra selama pandemi COVID-19.

3.1.1 Transisi Moda Pembelajaran

Sejak pertengahan Maret 2020, beberapa daerah di Indonesia termasuk Kabupaten Karawang telah membuat kebijakan untuk meniadakan kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah. Akibat dari kebijakan ini, sekolah harus melakukan perubahan moda pembelajaran dari kegiatan klasikal di dalam kelas menjadi PJJ berbasis media daring atau melakukan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar kecil. Dari 24 kepala sekolah mitra yang diwawancarai, 19 orang (79%) di antaranya mengaku bahwa sekolahnya telah melakukan PJJ sejak Maret 2020.

Terkait dengan perubahan moda pembelajaran ini, hampir seluruh sekolah mitra melakukan upaya tertentu untuk melancarkan proses transisi dari pembelajaran tatap muka menjadi PJJ dan hanya 1 sekolah yang tidak melakukan upaya tertentu sama sekali (Tabel 3.1). Mayoritas upaya yang dilakukan sekolah adalah pelaksanaan diskusi atau rapat untuk membahas pelaksanaan PJJ, diikuti dengan pemetaan kesiapan untuk PJJ. Salah satu hal penting dalam kesuksesan pelaksanaan PJJ adalah keterlibatan aktif serta kemampuan orang tua siswa dalam mendampingi anaknya belajar.

Namun demikian, hanya 11% SD mitra yang telah melakukan sosialisasi dan pelatihan PJJ untuk orang tua, sementara pada mitra MI sebanyak 40% telah melakukannya.

Tabel 3.1 Upaya transisi moda pembelajaran

Upaya yang dilakukan sekolah untuk melakukan transisi dari metode belajar tatap muka menjadi metode belajar jarak jauh

Sumber: Survei Kepala Sekolah (2021)

3.1.2 Proses Pembelajaran Selama PJJ

Moda yang paling sering digunakan oleh mayoritas guru untuk melaksanakan PJJ adalah menggunakan media daring baik itu melalui aplikasi pesan instan (Whatsapp), platform kelas online (misalnya Google Classroom), maupun platform pertemuan virtual (misalnya Zoom dan Google Meet) (Tabel 3.2). Sementara itu, sebagian guru yang lain juga memadukan pembelajaran melalui media daring dengan pembelajaran luring seperti kunjungan ke rumah siswa maupun pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil siswa. Meskipun memerlukan biaya serta usaha lebih, pembelajaran luring dapat menjangkau siswa yang kurang memiliki akses terhadap teknologi digital maupun siswa yang memiliki kendala untuk belajar sendiri.

Tabel 3.2 Metode pelaksanaan PJJ

Metode pelaksanaan PJJ

Sepenuhnya melalui media daring/online (misalnya menggunakan Whatsapp, Zoom, Google Classroom, dsb).

80 55% 64 55% 16 55%

Sepenuhnya melalui media luring/offline (misalnya melalui pembagian lembar kerja langsung ke rumah siswa, belajar bersama guru di kelompok belajar kecil, dsb)

9 6% 9 8% 0 0%

Kombinasi antara media daring serta luring 56 39% 43 37% 13 45%

Sumber: Survei guru (2021)

Dengan tidak dapat dilaksanakannya pembelajaran secara klasikal di dalam kelas, durasi pelaksanaan kegiatan interaksi guru dengan siswa mengalami penurunan yang signifikan.

Berdasarkan data dari survei guru, rata-rata jam kegiatan belajar siswa bersama guru dalam satu pekan hanya 6,1 jam atau sedikit lebih dari 1 jam per hari (Tabel 3.3). Khusus pada sekolah mitra MI, rata-rata jam belajar siswa bersama guru bahkan lebih singkat yakni 5,1 jam tiap pekan.

Tabel 3.3 Jam kegiatan belajar siswa dalam satu minggu (1 jam = 60 menit)

n Rata-rata Standar

Deviasi Minimum Maksimum

Semua sekolah 145 6,1 5,8 0,0 24,5

Sekolah Dasar (SD) 116 6,3 5,7 0,0 24,0

Madrasah (MI) 29 5,1 6,0 0,8 24,5

Sumber: Survei guru (2021)

Singkatnya durasi belajar siswa bersama guru ini berkaitan dengan metode penyampaian materi yang dipilih oleh guru. Mayoritas guru hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa menjelaskannya lalu meminta siswa mengumpulkannya kembali atau memberikan pemaparan materi secara satu arah melalui video/rekaman suara lalu memberikan tugas berdasarkan materi tersebut (Tabel 3.4). Hanya kurang dari sepertiga guru SD yang melakukan pembelajaran secara interaktif melalui kelas daring padahal kegiatan interaktif dan pelibatan siswa sangat penting dalam proses pembelajaran. Sementara itu, persentase pada guru Madrasah yang melakukan pembelajaran interaktif cukup tinggi, yakni sebesar 62%.

Meskipun guru menggunakan kelas daring interaktif, durasi belajar siswa bersama guru memang sangat sulit untuk dibuat sama seperti durasi belajar normal (pra pandemi). Hal ini karena adanya kendala-kendala fasilitas (misalnya kuota internet, kemampuan gawai) maupun kondisi lingkungan (rumah) yang menyulitkan pelaksanaan proses pembelajaran yang berkesinambungan dan tanpa gangguan. Penggunaan model pembelajaran dalam kelompok kecil juga menuntut guru untuk membagi waktu mengajarnya sehingga waktu belajar tiap kelompok menjadi terbatas.

Tabel 3.4 Metode penyampaian materi selama PJJ

Cara guru menyampaikan materi kepada siswa selama PJJ

Semua

sekolah Sekolah Dasar (SD)

Madrasah (MI)

n % n % n %

Memberikan penjelasan di awal dengan

video/rekaman suara, kemudian memberikan tugas 137 94% 109 94% 28 97%

Melalui kelas online yang memiliki interaksi secara

langsung. 55 38% 37 32% 18 62%

Menjelaskan materi secara tatap muka di kelompok

belajar/rumah siswa 18 12% 18 16% 0 0%

Lainnya 11 8% 9 8% 2 7%

Sumber: Survei guru (2021)

Selain durasi belajar bersama guru yang singkat, kualitas kegiatan PJJ yang dilakukan juga kurang optimal. Menurut pengakuan guru, mayoritas kegiatan siswa pada saat guru terakhir kali mengajar kelas secara daring adalah sebatas pada kegiatan-kegiatan pasif seperti menghafal, mendengarkan ceramah, menyalin, membaca, atau menjawab soal (Tabel 3.5). Hanya sekitar seperempat guru yang kegiatan pembelajarannya sampai pada mempraktikkan konsep yang dipelajari, dan lebih sedikit lagi persentase guru yang melakukan proses pengajaran sampai pada tingkatan mengevaluasi dan menciptakan sesuatu.

Tabel 3.5 Kegiatan Pembelajaran saat terakhir kali mengajar

Kegiatan yang dilakukan siswa pada saat guru terakhir kali mengajar kelas secara daring

Semua

Merangkum atau menceritakan kembali sebuah

konsep 16 11% 14 12% 2 7%

Mempraktikan konsep yang dipelajari (menggunakan

media, wawancara) 36 25% 28 24% 8 28%

Menganalisis konsep (membuat peta konsep atau diagram, menyusun pertanyaan, menghubungkan konsep yang dipelajari dengan konsep lain atau fenomena ang ada di kehidupan)

4 3% 4 3% 0 0%

Berdebat, mengomentari, menilai, berpendapat, melakukan prediksi, membuat penilaian setelah

melakukan percobaan 11 8% 10 9% 1 3%

Membuat desain/ide/ karya/ pertunjukan yang isi

dan alurnya diciptakan sendiri oleh siswa 3 2% 3 3% 0 0%

Lainnya 13 9% 12 10% 1 3%

Sumber: Survei guru (2021)

Untuk mengetahui pemahaman siswa selama PJJ, mayoritas metode asesmen formatif yang dilakukan guru adalah melalui penilaian tertulis (Tabel 3.6). Selain itu, cukup banyak pula guru yang menggunakan penilaian lisan terutama pada guru Madrasah. Senada dengan temuan pada metode dan kegiatan pembelajaran sebelumnya, bentuk-bentuk penilaian yang menuntut siswa secara aktif berbicara dan menciptakan sesuatu, seperti kegiatan presentasi, praktik, serta membuat proyek masih sangat minim digunakan oleh guru selama PJJ.

Tabel 3.6 Metode asesmen formatif selama PJJ

Cara asesmen formatif yang digunakan guru untuk memeriksa pemahaman siswa selama PJJ

Asesmen lisan (tanya jawab, video

menghafal) 57 39% 43 37% 14 48%

Presentasi 2 1% 1 1% 1 3%

Proyek / praktik (video praktek) 13 9% 10 9% 3 10%

Lainnya 16 11% 12 10% 4 14%

Sumber: Survei guru (2021)

3.1.3 Keterlibatan Guru dan Siswa Selama PJJ

Akibat adanya kendala-kendala fasilitas maupun kondisi akibat pandemi, serta dampak dari perubahan moda pembelajaran, baik siswa maupun guru dari kelompok tertentu dapat mengalami penurunan keterlibatan dalam proses PJJ. Tabel 3.7 menunjukkan bahwa di 10 dari 24 sekolah mitra, setidaknya terdapat 1 guru yang tidak atau kurang aktif mengajar selama pandemi. Dari jawaban-jawaban yang muncul ketika survei, diketahui bahwa guru yang tidak atau kurang aktif pada umumnya adalah guru berusia lanjut yang kurang menguasai teknologi serta guru-guru mata pelajaran spesifik misalnya olahraga yang kesulitan menyesuaikan pelajaran yang diampunya dengan kondisi PJJ.

Tabel 3.7 Persentase guru yang tidak/kurang aktif selama PJJ

Jumlah guru yang tidak/kurang aktif mengajar selama pandemi

Sumber: Survei kepala sekolah (2021)

Sementara itu, dari sisi siswa, rata-rata terdapat 14% siswa dalam satu kelas SD yang kurang aktif dan 5% siswa dalam satu kelas SD yang tidak aktif sama sekali dalam mengikuti PJJ (Tabel 3.8).

secara umum keterlibatan siswa dalam PJJ di Madrasah relatif lebih baik dibandingkan siswa SD.

Keaktifan siswa dalam PJJ ini berkaitan erat dengan akses terhadap sarana pendukung PJJ seperti kepemilikan gawai dan askes internet.

Tabel 3.8 Persentase siswa yang tidak/kurang aktif selama PJJ

Persentase siswa

deviasi Minimum Maksimum Rata- rata

Rata-rata

Tidak aktif 144 4,1% 7,1% 0% 50% 4,7% 1,8%

Kurang aktif 145 12,8% 14,0% 0% 85% 13,8% 9,1%

Sumber: Survei guru (2021). Keterangan: persentase merupakan estimasi dari guru kelas masing-masing

3.1.4 Akses Terhadap Fasilitas PJJ serta Dukungan dari Sekolah

Kelancaran pelaksanaan PJJ sangat bergantung pada akses guru dan siswa terhadap fasilitas penunjangnya terutama teknologi telekomunikasi digital. Pada sekolah Madrasah, hampir seluruh guru telah memiliki akses internet pribadi (melalui WiFi pribadi maupun koneksi pada ponsel) serta smartphone (Tabel 3.9). Di sisi lain, pada sekolah mitra SD, masih terdapat sekitar 15% guru yang tidak memiliki akses internet pribadi maupun smartphone. Sementara itu, kepemilikan komputer atau laptop terlihat sangat timpang antara guru SD dan Madrasah. Pada guru Madrasah, tingkat kepemilikan hampir 90% sementara hanya separuh dari guru SD hanya yang memiliki komputer/laptop. Di sisi siswa, pola yang sama juga terlihat. Lebih dari 90% siswa dari sekolah Madrasah telah memiliki akses internet pribadi maupun smartphone (Tabel 3.10), sementara hanya 76% siswa SD yang memiliki smartphone dan 69% yang memiliki akses internet pribadi.

Tabel 3.9 Kepemilikan fasilitas penunjang PJJ oleh guru

Persentase guru di setiap sekolah yang memiliki dan terampil menggunakan fasilitas pendukung PJJ

Semua

sekolah Sekolah Dasar (SD)

Madrasah (MI) Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Akses internet pribadi 88% 84% 99%

Smartphone 88% 85% 100%

Tablet 16% 14% 21%

Komputer/laptop 58% 50% 88%

Sumber: Survei kepala sekolah (2021)

Tabel 3.10 Kepemilikan fasilitas penunjang PJJ oleh siswa

Persentase siswa dalam satu kelas yang memiliki fasilitas pendukung PJJ

Semua

sekolah Sekolah

Dasar (SD) Madrasah (MI) Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Akses internet pribadi 73% 69% 93%

Smartphone 80% 76% 94%

Tablet 3% 4% 3%

Komputer/laptop 5% 4% 12%

Sumber: Survei guru (2021). Keterangan: persentase merupakan estimasi dari guru kelas masing-masing

Karena masih terdapat guru dan siswa yang kesulitan mengakses fasilitas penunjang PJJ, sekolah menyediakan fasilitas untuk mendukung PJJ. Mayoritas sekolah menyediakan pulsa atau kuota internet untuk guru, serta menyediakan perangkat (gawai, komputer, dsb.) untuk guru yang tidak memiliki perangkat (Tabel 3.11). Mayoritas Madrasah juga memberikan tambahan gaji kepada guru selama pandemi serta mengadakan pelatihan penggunaan teknologi agar guru dapat melaksanakan PJJ dengan baik. Sementara itu, mayoritas fasilitas yang diberikan sekolah kepada siswa adalah modul belajar. Sebanyak 3 dari 5 Madrasah mitra juga memberikan pulsa/kuota internet bagi siswanya. Namun demikian, masih terdapat 4 sekolah (semuanya adalah SD) yang tidak menyediakan fasilitas penunjang PJJ sama sekali kepada siswa.

Tabel 3.11 Penyediaan fasilitas penunjang PJJ oleh sekolah

Fasilitas penunjang PJJ yang disediakan sekolah

Semua

Berlanggan media belajar online berbayar (Zoom,

dsb.) 2 8% 1 5% 1 20%

Sumber: Survei kepala sekolah (2021)

3.2 Dampak PJJ terhadap Pengukuran Dampak Program