• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan organisasi lokal dalam dukungan dana

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 61-66)

Kapasitas organisasi lokal dapat dilihat dari kemampuan organisasi lokal dalam dukungan dana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan dalam kapasitas dukungan dana yang ditunjukkan dari SPAMS Desa Plosorejo dengan BP-SPAMS Desa Katelan. Kapasitas dukungan dana BP-BP-SPAMS Desa Plosorejo sangat memadai, ditunjukkan dengan kemandirian finansial dalam pendanaan program. Di sisi lain, kapasitas dukungan dana BP-SPAMS Desa Katelan kurang memadai, ditunjukkan dengan kondisi kas yang minus dan lemahnya dalam pendanaan program.

commit to user

A02 selaku Bendahara BP-SPAMS Desa Plosorejo menyatakan bahwa organisasinya memiliki kemandirian secara finansial. Berikut ini pernyataan A02 :

“Dana itu semua dari bantuan kabupaten dan kas sendiri. Bahkan, kita seringkali dikira mengelola uang. Kalau ada kegiatan Desa dikit-dikit malah kita yang mengeluarkan. Iya, seringkali dari BP-SPAMS malah mendanai kegiatan.”

(wawancara 26 Agustus 2015) A01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo juga menyatakan bahwa organisasinya telah memiliki kemandirian secara finansial dalam pendanaan Program PAMSIMAS. Hal ini terlihat dari kemampuan organisasi lokal dalam pemenuhan pengeluaran-pengeluaran rutin. Berikut ini pernyataan A01 :

“BP-SPAMS memiliki pengeluaran rutin untuk nguras dan membersihkan dalamnya mesinnya itu. Bayarnya kisaran 600 ribuan. Diambil dari dana kas.

Kados (seperti) pengeluaran rutin tiga bulanan niku (itu). Jadi, kita

menggunakan dana kas untuk perbaikan teknis rutin.”

(wawancara 29 Agustus 2015) Hasil penelitian menunjukkan kemandirian finansial ini ditunjukkan dengan pendapatan rata-rata setiap bulannya yang diterima BP-SPAMS Desa Plosorejo, sejumlah Rp 6.500.000,- (enam juta lima ratus ribu rupiah). Biaya per bulan yang harus dikeluarkan sejumlah Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah), meliputi pengeluaran listrik Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) dan honor pengurus yang dihitung 20 % dari pendapatan bersih. Untuk lebih jelasnya memahami pendapatan/pengeluaran BP-SPAMS Desa Plosorejo, berikut ini dapat dilihat dalam Tabel IV.13 :

Tabel IV.13

Pendapatan/Pengeluaran BP-SPAMS Desa Plosorejo

No Pendapatan/Pengeluaran Nominal

(1) (2) (3)

1. Pendapatan Rata-rata Rp 6.500.000, -

2. Biaya Per Bulan RP 3.000.000,-

3. Pengeluaran Rutin Listrik Rp. 1.500.000,-

4. Honor Pengurus 20 % dari pendapatan

bersih Sumber: Data Sekunder.

Kapasitas dukungan dana yang memadai dari BP-SPAMS Desa Plosorejo terhadap Program PAMSIMAS ini berawal dari penetapan tarif biaya pengelolaan yang

commit to user

dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya. Penetapan tarif biaya ini telah diatur dalam Keputusan Kepala Desa Plosorejo Kecamatan Gondang Nomor: 140/6/SK/2015 Tentang Penetapan Badan Pengelola Sarana (BP-SPAMS) and Penetapan Tarif Biaya Pengelolaan SPAMS Program PAMSIMAS. Untuk lebih jelasnya memahami penetapan tarif biaya pengelolaan ini, berikut ini dapat dilihat dalam Tabel IV.14 :

Tabel IV.14

Daftar Penetapan Tarif Biaya Program PAMSIMAS No Keterangan Harga (1) (2) (3) 1. 0 s/d 10 m3 Rp 700,- 2. 11 s/d 20 m3 Rp 900,- 3. 21 s/d 30 m3 Rp 1.400,- 4. 31 – ke atas Rp 1.900,- 5. Biaya Beban Rp 3.000,-

Sumber: Data Sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan kondisi yang berbeda ditunjukkan pada kapasitas dukungan dana BP-SPAMS Desa Katelan. Kondisi keuangan di BP-SPAMS Desa Katelan sangat tidak memadai, terbukti dengan kondisi kas yang minus atau defisit. Meskipun BP-SPAMS Desa Katelan menggunakan penetapan tarif biaya yang sama digunakan BP-SPAMS Desa Plosorejo seperti terlihat dalam Tabel IV.14, namun kondisi air yang tidak lancar menyebabkan penarikan iuran tidak lancar pula. Bahkan, penarikan dihentikan selama lima bulan terakhir di musim kemarau semenjak Juli 2015 sampai dengan November 2015, dikarenakan air tidak mengalir sebagaimana mestinya. Hal ini mempengaruhi kondisi kas yang cenderung minus. B01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan menyatakan sebagai berikut :

“Lima bulan ini ada kebijakan jangan ditarik, karena tidak ada air mengalir. Nanti kalau seketika akhir bulan wayahe (waktunya) narik iuran, tapi ndelalah (kebetulan) air mati, masyarakat yo ngomong suk mben didobel aja nggak

popo (ya bilang nanti didobel saja tidak apa-apa). Kan sudah ada tulisan

meterannya, 5 meter, 10 meter. Sukmben yo mbayar ganda (nanti ya mbayar ganda). Sekarang kasnya minus.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B02, selaku Ketua LKM Desa Katelan menyatakan bahwa kondisi kas yang minus pendapatan atau defisit ini menyebabkan masyarakat sasaran harus swadaya lagi untuk setiap penggantian mesin. Selain itu, pengeluaran terbesar dalam pengelolaan

commit to user

Program PAMSIMAS ini terletak pada biaya listrik. Hal ini tidak diimbangi pendapatan yang memadai karena rekening tagihan bulanan masyarakat sasaran tidak lancar akibat sumber air tidak memadai pula. Berikut ini pernyataan B02 :

“Berhubung hasil setiap bulan kasnya minus, dadose (jadi) untuk penggantian mesin itu swadaya lagi. Itu satu bulan itu rata-rata pengeluaran listrik satu juta tiga ratus rupiah. Lha pengeluaran pulsa listrik saja satu koma tiga juta ini. Kendalanya itu, di sumber, jadi operasionalnya di kas kan juga terganggu.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B03, selaku pengurus BP-SPAMS Desa Katelan menegaskan sebagai berikut : “Kayak kemarin itu ada kerusakan padahal kan dana kasnya minus. Terus kalau kerusakan biaya satu juta, dua juta, ya swadaya lagi. Kan kasnya minus juga semisal buat beli pulsa listrik. Kan ini kasnya minus, kadang nariki (menarik) warga swadaya warga untuk beli pulsa listrik. Warganya mau. Dulu pernah perbaikan pompa, lima puluh ribu rupiah diwajibkan untuk 100 orang anggota. Dulu kan pompa seharga 3 jutaan.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Lebih lanjut, B03 menyatakan bahwa kondisi kas yang minus atau defisit ini tidak memungkinkan pengurus mendapatkan honor. Padahal, honor yang ditetapkan ialah Rp 1.000,- (seribu rupiah) per satu rekening bulanan. Jadi, pada awalnya seribu rupiah per rekening ini ditujukan untuk pengurus. Namun demikian, ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya. Berikut ini pernyataan B03 :

“Honor sudah lama ini nggak jalan, pertama nariki (menarik) dulu itu memang kita dapat honor seribu rupiah per rekening Sambungan Rumah (SR). Seribu rupiah saja. Selain itu nggak ada. Sekarang airnya kan tidak lancar, ya tidak bisa ditariki.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Beranjak dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kapasitas dukungan dana antara BP-SPAMS Desa Katelan dengan BP-SPAMS Desa Plosorejo. Kondisi keuangan di BP-SPAMS Desa Katelan tidak memadai, dimana kas minus pendapatan atau defisit, sehingga masyarakat harus melakukan swadaya untuk keberlanjutan program. Kondisi kas yang minus ini merupakan konsekuensi logis dari sumber air yang kurang di musim kemarau, sehingga air tidak mengalir dengan baik ke pelanggan. Hal ini menyebabkan rekening air juga tidak dapat diklaimkan. Ironisnya, kondisi kas yang tidak memadai ini tidak memungkinkan untuk memberi honor kepada pengurus. Kondisi ini berbeda dengan BP-SPAMS Desa Plosorejo yang memiliki kemandirian finansial, ditunjukkan dengan pendapatan rata-rata yang tinggi, yaitu Rp

commit to user

6.000.000,- (enam juta rupiah) per bulan. Selain itu, organisasi lokal ini mampu memberikan honor ke pengurus sebesar 20 % dari pendapatan bersih.

Untuk lebih jelasnya memahami aspek Local Organizational Capacity terkait pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen, berikut ini penulis sajikan analisisnya dalam Tabel IV.15 :

Tabel IV.15

Matriks Local Organizational Capacity dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen No. Aspek Local

Organizational Capacity

Hasil Penelitian

Desa Katelan Desa Plosorejo

(1) (2) (3) (4) 1. Kemampuan organisasi lokal dalam mengkoordinir masyarakat BP-SPAMS memiliki

kapasitas memadai dalam

mengkoordinir masyarakat

terlibat dalam program

melalui sosialisasi.

BP-SPAMS hanya diperkuat

oleh LKM saja dalam

mendorong masyarakat

untuk terlibat dalam

program.

BP-SPAMS memiliki

kapasitas memadai dalam

mengkoordinir masyarakat

terlibat dalam program

melalui sosialisasi.

BP-SPAMS diperkuat oleh TP- PKK dan LP2MD. TP-PKK

ikut serta mengkoordinir

masyarakat menerapkan

Program PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). LP2MD

terlibat dalam berbagai

sosialisasi program. 2. Kemampuan organisasi lokal dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah BP-SPAMS mampu memberikan solusi

permasalahan rawan air pada saat musim kemarau dengan mendatangkan mobil tangki air.

BP-SPAMS memiliki

kapasitas memadai terkait pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, yang didukung LP2MD sebagai sarana konsultasi. 3. Kemampuan organisasi lokal dalam dukungan dana

Kas defisit ditunjukkan

BP-SPAMS, sehingga

masyarakat melakukan

swadaya ulang. Sumber air yang kurang mengakibatkan air tidak mengalir lancar dan rekening air tidak terklaim,

sehingga tidak mampu

memberikan honor pengurus.

BP-SPAMS memiliki

kemandirian finansial,

ditunjukkan pendapatan rata-rata yang tinggi, sehingga mampu memberikan honor ke pengurus sebesar 20 % dari pendapatan bersih.

commit to user e. Community Knowledge

Community Knowledge atau pengetahuan masyarakat, merupakan aspek

lainnya dalam pemberdayaan masyarakat. Community Knowledge mengacu pada pengetahuan masyarakat lokal atau setempat dalam meningkatkan keberdayaannya melalui program pemberdayaan yang berlangsung. Community Knowledge terkait pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini dapat dilihat dari kapasitas pengetahuan masyarakat dalam hal operasional teknik maupun pengetahuan masyarakat secara administrative dan pengelolaan keuangan.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 61-66)