• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sragen, sebuah kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah. Kabupaten ini terletak pada koordinat 71o5‟ -7o30‟ LS, 110o

45‟-111o10‟BT. Kabupaten Sragen berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di sebelah

utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Boyolali di sebelah barat, dan Kabupaten Karanganyar di sebelah selatan. Kabupaten Sragen terdiri atas 20 Kecamatan, yang terbagi menjadi 208 Desa. Luas wilayah Kabupaten Sragen 941,55

km2, dengan populasi penduduk sejumlah 883.464 jiwa dan kepadatan 938,31 jiwa/km2.

Kabupaten Sragen berada di lembah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke arah timur.

Penelitian terkait pemberdayaan masyarakat dalam Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini mengambil lokasi di 2 (dua) Desa di Kabupaten Sragen yang memiliki spesifikasi geografis yang berbeda, yaitu Desa Katelan dan Desa Plosorejo. Desa Katelan yang berada di Kecamatan Tangen terletak di wilayah Kabupaten Sragen bagian utara memiliki kondisi tanah yang gersang dan tandus, dikenal dengan wilayah “lor bengawan” (Utara Sungai Bengawan Solo). Di sisi lain, Desa Plosorejo yang berada di Kecamatan Gondang secara geografis terletak di wilayah selatan lebih banyak sumber mata air. Namun demikian, sumber air ini sangat dalam kedalamannya. Daerah ini dikenal dengan wilayah “kidul bengawan” (Selatan Sungai Bengawan Solo). Kondisi geografis ini menyebabkan perbedaan kedalaman kontur tanah, sehingga mempengaruhi ketersediaan air bawah tanah. Berikut ini dideskripsikan kondisi geografis dan demografis Desa Plosorejo dan Desa Katelan :

1. Kondisi Geografis

Penelitian terkait pemberdayaan masyarakat dalam Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini mengambil lokasi di 2 (dua) Desa di Kabupaten Sragen yang memiliki spesifikasi geografis yang berbeda, yaitu Desa Katelan dan Desa Plosorejo. Desa Plosorejo merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. Jarak lokasi ke ibu kota kecamatan

(2)

commit to user

sejauh 3 km, sedangkan untuk jarak ke ibu kota kabupaten sejauh 15 km. Luas wilayah Desa Plosorejo 333,2400 Ha. Wilayah Desa terbagi menjadi dua dusun dan 20 RT. Batas-batas wilayah Desa Plosorejo adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Bumiaji

b. Sebelah Timur : Desa Glonggong, Desa Gondang

c. Sebelah Selatan : Desa Kaliwedi

d. Sebelah Barat : Desa Wonotolo

Lokasi penelitian berikutnya ialah Desa Katelan. Desa Katelan merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen. Luas wilayah Desa Katelan 703,01 Ha, terdiri dari 122,17 Ha tanah sawah dan 607,84 Ha tanah kering. Desa Katelan terdiri dari 23 Dusun dan 24 RT. Batas-batas wilayah Desa Katelan adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Dukuh

b. Sebelah Timur : Desa Jenar

c. Sebelah Selatan : Desa Ngrampal

d. Sebelah Barat : Desa Gesi

2. Kondisi Demografis

Kondisi demografis dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Jumlah penduduk Desa Plosorejo sebanyak 3320 orang. Jumlah ini terdiri dari 1695 orang laki-laki dan 1631 orang perempuan, dengan 924 Kepala Keluarga. Komposisi jumlah penduduk Desa Plosorejo menurut kelompok umur dapat dilihat dalam Tabel IV.1 berikut ini :

Tabel IV.1

Komposisi Penduduk Desa Plosorejo Menurut Kelompok Umur

Kelompok umur Jumlah Persentase

(1) (2) (3) 0-3 tahun 23 0,6 % 1-5 tahun 194 5,8 % 5-6 tahun 75 2,3 % 7-15 tahun 553 16,6 % 16-21 tahun 456 13,8 % 22-59 tahun 1664 50,2 % 60 tahun ke atas 375 11,3 % Jumlah 3320 100 %

(3)

commit to user

Tabel IV.1 tersebut menunjukkan bahwa golongan usia penduduk Desa Plosorejo yang paling banyak berada pada kelompok umur 22-59 tahun, yaitu sebanyak 1664, atau sekitar 50,2 %. Kelompok umur di bawahnya, yaitu 16-21 tahun, sebanyak 456, atau sekitar 13,8 %. Jadi, dapat dilihat bahwa kelompok usia produktif 16-59 tahun sebanyak 2120, atau sekitar 64 %. Data ini menunjukkan jumlah penduduk usia produktif di Desa Plosorejo cukup baik. Kondisi ini dapat dibandingkan dengan total penduduk di kelompok umur 0-15 dan 60 tahun ke atas sejumlah 1220 orang, atau sekitar 36,6 % penduduk yang dapat dikategorikan tidak masuk ke dalam usia produktif.

Jumlah penduduk Desa Katelan sebanyak 5640 orang. Kuantitas ini terdiri dari 2879 orang laki-laki dan 2761 orang perempuan. Terdapat sejumlah 1673 Kepala Keluarga di Desa Katelan. Untuk lebih jelasnya dalam mengkaji jumlah penduduk usia produktif di Desa Katelan, berikut ini komposisi penduduk Desa Katelan menurut kelompok umur dapat dilihat dalam Tabel IV.2 :

Tabel IV.2

Komposisi Penduduk Desa Katelan Menurut Kelompok Umur

Kelompok umur Jumlah Persentase

(1) (2) (3) 0-9 tahun 1069 18,95 % 10-19 tahun 1153 20,4 % 20-29 tahun 916 16,2 % 30-39 tahun 863 15,3 % 40-49 tahun 667 11,8 % 50-59 tahun 425 7,5 % 60-69 tahun 386 6,8 % 70- ke atas 161 2,8 % Jumlah 5640 100 %

Sumber: Laporan Monografi Desa Katelan, 2015.

Dari Tabel IV.2 tersebut dapat dilihat bahwa golongan usia penduduk Desa Katelan yang paling banyak berada pada kelompok umur 10-19 tahun yaitu sebanyak 1153 orang atau sekitar 20,4 %. Jumlah ini diikuti kelompok umur di bawahnya, 0-9 tahun yaitu sebanyak 1069 orang, atau sekitar 18,95 %. Penduduk usia produktif dari kategori kelompok umur 20-59 tahun, sejumlah 2871 orang, atau sekitar 50,8 %. Penduduk usia tidak produktif di atas 60 tahun sebanyak 547 orang, atau sekitar 9,6 %.

(4)

commit to user

Data tersebut menunjukkan kuantitas penduduk usia produktif di Desa Katelan rendah. Kondisi ini tidak diimbangi dengan tingkat pendidikan yang baik.

Di sisi lain, tingkat pendidikan penduduk di Desa Plosorejo tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kuantitas terbanyak kelompok pendidikan penduduk berada pada kategori Tamat SLTA ke bawah, yaitu sebanyak 1579 orang, atau sekitar 93,9 %. Komposisi penduduk di Desa Plosorejo pada tingkat pendidikan Tamat Perguruan Tinggi hanya sebanyak 107 orang, atau sekitar 6,6 %. Bahkan, ironisnya terdapat sejumlah 15 orang, atau sekitar 0,9 % penduduk di Desa Plosorejo yang belum pernah mengeyam pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan ini, berkonsekuensi pada mata pencaharian penduduk di Desa Plosorejo yang cenderung mayoritas bekerja pada sektor non formal dibandingkan sektor formal. Komposisi penduduk Desa Plosorejo dan Desa Katelan menurut mata pencaharian dapat dilihat dalam Tabel IV.3 berikut ini :

Tabel IV.3

Komposisi Penduduk Desa Plosorejo dan Desa Katelan Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Desa Plosorejo Desa Katelan

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(1) (2) (3) (4) (5) Belum/Tidak Sekolah 679 40,3 % 934 16,6 % Tidak Tamat SD 53 3,2 % 993 17,7 % Tamat SD 223 13,3 % 1493 26,6 % Tamat SLTP 372 22,1 % 635 11,3 % Tamat SLTA 252 15 % 745 13,2 % Akademi/PT 107 6,6 % 138 2,4 % Jumlah 1686 100 % 5605 100 %

Sumber: Laporan Monografi, 2015.

Tabel IV.3 tersebut menunjukkan tingkat pendidikan penduduk Desa Katelan rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya kelompok penduduk tidak tamat SD sejumlah 993, atau sekitar 17,7 %. Kelompok penduduk yang tamat SD sejumlah 1493 orang, atau sekitar 26,6 %. Penduduk di kelompok tingkat pendidikan Akademi/Perguruan Tinggi juga hanya sejumlah 138 orang, atau sekitar 2,4 %. Penduduk di Desa Katelan yang tamat SLTA sejumlah 745 orang, atau sekitar 13,2 %. Kuantitas ini diikuti oleh kelompok tamat SLTP sejumlah 635 orang, atau sebanyak 11,3 %. Rendahnya tingkat pendidikan ini mengakibatkan penduduk Desa Katelan mayoritas bekerja di sektor non formal. Penduduk yang bekerja pada sektor formal, yaitu PNS dan ABRI, hanya 158

(5)

commit to user

orang, atau sekitar 10,2 %. Kategori kelompok penduduk yang bekerja sebagai petani menduduki peringkat tertinggi, yaitu 804 orang, atau sekitar 52,3 %. Kategori ini diikuti kelompok buruh tani, sebanyak 465 orang, atau sekitar 30,2 %. Data ini menunjukkan mayoritas penduduk Desa Katelan dalam kategori perekonomian yang rendah.

Tabel IV.4

Komposisi Penduduk Desa Katelan Menurut Mata Pencaharian Mata

Pencaharian

Desa Plosorejo Desa Katelan

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(1) (2) (3) PNS 62 3,1 % 142 9,2 % ABRI 15 0,8 % 16 1,04 % Wiraswasta/Pedagang 250 12,3 % 45 2,9 % Petani 1115 55,2 % 804 52,3 % Pertukangan 104 6,9 % 39 2,5 % Buruh Tani 93 4,6 % 465 30,2 % Lain-lain 576 30,1 % 24 1,5 % Jumlah 2018 100 % 1535 100 %

Sumber: Laporan Monografi Desa Katelan, 2015.

Tabel IV.6 tersebut menunjukkan fakta bahwa mayoritas penduduk Desa Plosorejo bermata pencaharian petani, yaitu sebanyak 1115 orang, atau sekitar 55,2 %. Penduduk yang bekerja di sektor formal sebanyak 77 orang, atau sekitar 3,9 %. Selebihnya, penduduk bekerja sebagai buruh, pedagang, pengusaha, peternak, buruh tani/ternak, dan tukang, sebanyak 790 orang, atau sekitar 40,7 %. Bahkan, sebanyak 36 orang atau sekitar 1,7 % penduduk dalam kategori pengangguran. Data ini menunjukkan bahwa penduduk di Desa Plosorejo termasuk dalam kategori perekonomian rendah.

Beranjak dari data kependudukan, dapat disimpulkan bahwa Desa Katelan dan Desa Plosorejo masih menemui permasalahan terkait kependudukan. Permasalahan tersebut meliputi rendahnya usia produktif, yang diikuti pula tingkat pendidikan yang rendah, sampai dengan rendahnya perekonomian. Berlandaskan data tersebut, maka Desa Katelan dan Desa Plosorejo dirasa tepat untuk dijadikan lokasi penelitian terkait pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen. Penduduk di Desa Katelan dan Desa Plosorejo dirasa perlu diberdayakan dalam pemenuhan air minum dan sanitasi dasar melalui program tersebut.

(6)

commit to user B. Pembahasan

1. Proses Pemberdayaan Masyarakat dalam Program PAMSIMAS

Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang melaksanakan Program PAMSIMAS. Seperti dilansir dalam website Pemerintah Kabupaten Sragen (Sragen News Online, 2014), Kabupaten Sragen bahkan menjadi salah satu daerah dengan Program PAMSIMAS terbanyak di Indonesia. Sampai dengan tahun 2014 lalu, Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen telah melayani 116 desa dari total 208 desa yang ada. Proses pembangunan Program PAMSIMAS ini sudah mencapai 58 %. Hasil kajian menunjukkan Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini merupakan pemenuhan dari paradigma Human Governance, Good Governance dan

New Public Service. Berikut ini dikaji pemenuhan paradigma-paradigma Ilmu

Administrasi Negara tersebut pada pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen.

a. Human Governance dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

Pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen merupakan manifestasi dari paradigma Human Governance. Program PAMSIMAS ini dilaksanakan sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah dalam pemenuhan hak publik atas air minum dan sanitasi. Pemenuhan air minum dan sanitasi dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini diperkuat dengan beberapa regulasi pendukung. Program ini dilaksanakan dalam rangka penerapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang “Pengairan”. Pada Pasal 2 Bab II, terkait fungsi, menyebutkan air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, seperti dimaksud dalam Pasal 1 angka 3, 4 dan 5 Undang-Undang ini mempunyai fungsi sosial serta digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pada Pasal 10, Bab V, perihal pembinaan, disebutkan pemerintah menetapkan tata cara pembinaan dalam rangka kegiatan pengairan menurut bidangnya masing-masing sesuai dengan fungsi-fungsi dan peranannya, meliputi :

1) Menetapkan syarat-syarat dan mengatur perencanaan, perencanaan teknis, penggunaan, pengusahaan, pengawasan dan perizinan pemanfaatan air dan atau sumber-sumber air;

2) Mengatur dan melaksanakan pengelolaan serta pengembangan sumber-sumber air dan jaringan-jaringan pengairan (saluran-saluran beserta bangunan-bangunannya) secara lestari dan untuk mencapai daya guna sebesar-besarnya;

(7)

commit to user

3) Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang dapat merugikan penggunaannya serta lingkungannya;

4) Melakukan pengamanan dan atau pengendalian daya rusak air terhadap daerah-daerah sekitarnya;

5) Menyelenggarakan penelitian dan penyelidikan sumber-sumber air; dan; 6) Mengatur serta menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan khusus

dalam bidang pengairan.

Regulasi pendukung lainnya ialah Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang “Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)”. Pada Pasal 1 Bab I, perihal ketentuan umum, poin 6, disebutkan bahwa SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Lebih lanjut, pada poin 7, pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Pasal 4, disebutkan bahwa pengaturan pengembangan SPAM bertujuan untuk : a) terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau; b) tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan; dan c) tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

Regulasi pendukung lainnya, ialah Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2004 tentang “RPJMN Renstra 2004 – 2009” yang mengatur tentang pembangunan prasarana dan saranan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan membutuhkan adanya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat guna perbaikan kualitas hidup, tidak hanya berfokus pada infrastruktur tetapi juga berbasis masyarakat.

Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen telah melayani 116 desa dari total 208 desa yang ada, dimana hal ini menunjukkan pemerintah telah mengacu pada prinsip-prinsip dalam paradigma Human Governance terkait pemenuhan hak publik atas air minum dan sanitasi. Proses pembangunan Program PAMSIMAS ini sudah mencapai 58 %. Berikut ini dapat dilihat dalam Tabel IV.5 yang menunjukkan progres pembangunan Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen dari tahun 2008 sampai dengan 2014 pada desa reguler :

(8)

commit to user Tabel IV.5 Desa Reguler

Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

No Tahun Jumlah Desa Sambungan terpasang Pemanfaat (jiwa) (1) (2) (3) (4) (5) 1 2008 9 2.143 7.501 2 2009 15 2.953 10.336 3 2010 12 1.846 6.461 4 2011 13 1.586 5.551 5 2012 16 1.958 6.853 6 2013 32 1.105 3.868 7 2014 4 3.817 13.360 TOTAL 101 15.408 53.928

Sumber: Data Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen 2015

Tabel IV.5 tersebut menunjukkan sampai dengan tahun 2014, jumlah desa yang telah terlayani Program PAMSIMAS sebanyak 101 desa reguler, dengan pemanfaat 53.928 jiwa. Desa regular ialah desa yang mendapat bantuan langsung dalam Program PAMSIMAS dari pemerintah pusat. Hal ini berbeda dengan desa replikasi yang mendapat bantuan dari pemerintah daerah. Desa replikasi dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini sejumlah 15 desa, dengan 6363 jiwa pemanfaat. Berikut ini Tabel IV.6 yang menunjukkan data desa replikasi dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen :

Tabel IV.6 Desa Replikasi

Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

No Tahun Jumlah Desa Sambungan terpasang Pemanfaat (jiwa) (1) (2) (3) (4) (5) 1 2010 1 146 511 2 2011 3 335 1.173 3 2012 2 232 812 4 2013 8 1105 3.868 5 2014 1 0 0 TOTAL 15 1.818 6.363

Sumber: Data Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen 2015

Kabupaten Sragen juga mengeluarkan bantuan pengembangan Program PAMSIMAS Reguler yang sudah berjalan, yaitu dengan mengeluarkan Program Hibah Insentif Desa (HID) dan Program Hibah Khusus PAMSIMAS (HKP). Program

(9)

commit to user

PAMSIMAS HID ditujukan untuk menjaga keberlangsungan program yang mengacu pada keberhasilan pengelolaan dan kinerja baik dalam Program PAMSIMAS Reguler sebelumnya. Di sisi lain, Program PAMSIMAS HKP ditujukan untuk meningkatkan keberfungsian Sistem Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi (SPAMS) yang sudah tidak berfungsi atau berfungsi sebagian melalui optimalisasi. Berikut ini dapat dilihat dalam Tabel IV.7 terkait Program PAMSIMAS HID dan PAMSIMAS HKP di Kabupaten Sragen :

Tabel IV.7

Program HID dan HKP dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen Program/ Tahun 2011 2012 2013 2014 Total HID 3 10 7 4 24 HKP 0 0 0 4 4 Jumlah 3 10 7 8 28

Sumber: Data Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen 2015

Tabel IV.6 tersebut menunjukkan sampai dengan tahun 2014 lalu, Program PAMSIMAS HID telah digulirkan sebanyak 24 program sejak tahun 2011. Lebih lanjut, Program PAMSIMAS HKP telah digulirkan sebanyak 4 (empat) program sejak tahun 2014. Jadi, dari Tabel IV.5, Tabel IV.6, dan Tabel IV.7 dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sragen telah melaksanakan Program PAMSIMAS sebanyak 116 Program PAMSIMAS regular, 24 Program PAMSIMAS HID, dan 4 (empat) Program PAMSIMAS HKP. Pada tingkat Desa, Program PAMSIMAS ini dikelola oleh Badan Pengelola – Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP-SPAMS).

Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini memenuhi prinsip-prinsip dalam Human Governance karena dilaksanakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi di daerah rawan air bersih, seperti di Desa Katelan dan Desa Plosorejo. Desa Katelan berada di Kecamatan Tangen, terletak di wilayah Kabupaten Sragen bagian utara kondisinya gersang dan tandus, dikenal dengan wilayah “lor

bengawan” (Utara Sungai Bengawan Solo). Selain termasuk daerah rawan air bersih,

Desa Katelan masih menemui berbagai permasalahan terkait kependudukan, meliputi rendahnya usia produktif yang diikuti dengan tingkat pendidikan yang rendah, serta rendahnya perekonomian, sehingga Program PAMSIMAS yang berbasis pemberdayaan masyarakat dirasa tepat dilaksanakan di lokasi ini. Desa Katelan mendapat Program

(10)

commit to user

PAMSIMAS Reguler pada tahun 2011. Perkembangan selanjutnya, untuk meningkatkan keberfungsian sumur, pada tahun 2014 lalu Desa Katelan mendapatkan Program PAMSIMAS HKP.

B01, selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan memberikan informasi terkait pelaksanaan PAMSIMAS Reguler dan HKP di Desa Katelan ini sebagai berikut :

“Itu untuk PAMSIMAS Reguler, Katelan mendapat di tahun 2011. Kita mendapatkan PAMSIMAS karena termasuk daerah rawan air. Itu regular tahun 2011. Untuk HKP berwujud tower tambahan, karena tower sebelumnya tidak mencukupi distribusi airnya. Dulu kan towernya satu, lalu dapat HKP

kan jadi dua. Satu di Brakbunder, satu di Grabagan. Untuk yang HKP itu dapat

tahun 2014 lalu.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Senada dengan B01, B03 selaku Pengurus BP-SPAMS Desa Katelan lainnya, memberikan informasi sebagai berikut :

“Desa Katelan ini sejak tahun 2012 lalu mendapat PAMSIMAS Reguler. Terakhir ini dapat HKP untuk bikin tower baru. Tahun 2014 kemarin dapatnya. Itu dapat bantuan berwujud tower. Sekarang ada dua tower, untuk mencukupi kapasitas yang banyak itu.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Lokasi penelitian berikutnya ialah Desa Plosorejo. Desa Plosorejo berada di Kecamatan Gondang, secara geografis terletak di wilayah selatan yang lebih banyak sumber mata air, meskipun sangat dalam kedalamannya. Wilayah ini dikenal dengan wilayah “kidul bengawan” (Selatan Sungai Bengawan Solo). Selain permasalahan ketersediaan air bersih, Desa Plosorejo masih menemui berbagai permasalahan terkait kependudukan, meliputi tingkat pendidikan yang rendah, hingga rendahnya perekonomian dan tingkat pengangguran yang tinggi, sehingga Program PAMSIMAS yang berbasis pemberdayaan masyarakat dirasa tepat dilaksanakan di lokasi ini. Desa Plosorejo mendapat Program PAMSIMAS Reguler pada tahun 2009. Perkembangan selanjutnya, untuk menjaga keberlangsungan program, dimana mengacu pada keberhasilan pengelolaan dan kinerja yang baik dalam Program PAMSIMAS Reguler sebelumnya, maka selanjutnya pada tahun 2012 lalu Desa Plosorejo mendapatkan Program PAMSIMAS HID.

A02, selaku Pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo memberikan informasi terkait pelaksanaan Program PAMSIMAS Reguler dan HID di Desa Plosorejo ini sebagai berikut :

(11)

commit to user

“Tahun 2012 kita dapat HID, setelah sebelumnya tahun 2009 dibangun PAMSIMAS Reguler. HID itu kayak semacam hadiah, kalau HKP itu bagi desa yang mati. HKP kita nggak dapat, karena kita lancar. Karena dianggap berkembang, ada peningkatan Sambungan Rumah, terus sumber airnya ada, kemudian pengelolaannya bagus.”

(wawancara 26 Agustus 2015) A03, selaku pengurus BPSPAMS Desa Plosorejo lainnya, membenarkan pernyataan A02, sebagai berikut :

“Reguler itu tahun 2009. Sebetulnya gini, kalau kendalanya kalau sini itu musim kemarau kan airnya habis. Tahun 2009 kita juga dapat HID. Terus ada syarat, saat sudah ikut PAMSIMAS Reguler, maka harus punya MCK. Itu kan syaratnya dapat HID. Syaratnya dulu kan satu kebayanan 70% punya MCK.”

(wawancara 29 Agustus 2015) Beranjak dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Desa Plosorejo dan Desa Katelan mendapatkan Program PAMSIMAS Reguler dikarenakan pada saat kemarau kedua desa ini termasuk dalam kategori daerah rawan air. Hal ini menunjukkan bahwa Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini memenuhi prinsip-prinsip dalam paradigma Human Governance terkait pemenuhan air minum dan sanitasi. Program ini dilaksanakan sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah dalam pemenuhan hak publik atas air minum dan sanitasi. Pemenuhan hak publik atas air minum dan sanitasi ini dalam Program PAMSIMAS ini juga telah diperkuat dengan beberapa regulasi pendukung.

b. Good Governance dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

Pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini merupakan cerminan dari paradigma Good Governance. Pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini sejalan dengan konsep Good

Governance, dimana mengetengahkan pada 3 (tiga) aktor yang harus dipertemukan

dalam proses pemberdayaan masyarakat. Ketiga aktor yang dipersyaratkan menjalin hubungan kemitraan yang selaras dalam Good Governance tersebut ialah pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hal ini seperti yang termaktub dalam Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat (CPMU, 2012 : 8), sebagai berikut :

PAMSIMAS melaksanakan pengelolaan program penguatan keberlanjutan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat di tingkat kabupaten/kota dan di tingkat masyarakat/desa. Program penguatan keberlanjutan melibatkan berbagai pengambil keputusan dan pemangku

(12)

commit to user

kepentingan baik dari pihak pemerintah, masyarakat dan swasta atau lembaga non pemerintah (Non Government Organization/NGO).

(Sumber: Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat, 2010) Program PAMSIMAS ini melibatkan pemerintah di tingkat lokal sebagai aktor pertama dalam pemberdayaan masyarakat. Pemerintah Desa setempat melaksanakan Program PAMSIMAS dengan arahan dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Pemerintah Desa berperan melakukan sosialisasi, fasilitasi, mediasi dan koordinasi untuk memperlancar pelaksanaan Program PAMSIMAS. Pemerintah Desa sebagai aktor pertama dalam pelaksanaan Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen memiliki tugas, antara lain :

1) Memfasilitasi sosialisasi di desa/Desa dan memfasilitasi musyawarah Desa dan turut menandatangani daftar hadir sosialisasi di tingkat Desa, dalam kapasitas mengetahui;

2) Turut memfasilitasi musyawarah desa dan menandatangani Berita Acara Hasil Musyawarah Desa, dalam kapasitas mengetahui;

3) Turut menandatangani Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan PAMSIMAS (SPMKM) yang ditetapkan Masyarakat, dalam kapasitas mengetahui, kemudian mengirimkannya kepada Tim Koordinasi Kecamatan (TKK) dan tembusan ke Distric Project Management Unit (DPMU).

4) Turut memfasilitasi forum musyawarah masyarakat tingkat desa untuk

membentuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) dengan

menetapkan anggota-anggota yang dipilih masyarakat, dan

menandatangani hasilnya dalam kapasitas mengetahui.

5) Membantu kelancaran proses persiapan usulan kegiatan sebagai tindak lanjut dari hasil musyawarah desa. Turut mengetahui hasil perencanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan PAMSIMAS yang ditetapkan masyarakat di desa.

6) Turut menandatangani Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) yang dibuat oleh Ketua LKM, dalam kapasitas mengetahui;

7) Turut memfasilitasi Badan Pengelola untuk pengawasan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan hasil infrastruktur terbangun.

8) Turut memfasilitasi serah terima pengelolaan aset Pamsimas kepada Badan Pengelola.

9) Mencatat, memantau dan menindak-lanjuti keluhan yang diterima. (Sumber: Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat, 2012) Aktor kedua dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ialah masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam Program PAMSIMAS ini ialah berbasis masyarakat. Pendekatan berbasis masyarakat ini berarti bahwa Program PAMSIMAS menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan utama dan penanggung jawab kegiatan dan pengelolaan

(13)

commit to user

sarana air minum dan sanitasi. Hal ini seperti yang dipersyaratkan dalam Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat (CPMU, 2012 : 8), sebagai berikut :

Sebagai program stimulan dengan pendekatan berbasis masyarakat, Program PAMSIMAS menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Program PAMSIMAS dilaksanakan dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui pelibatan masyarakat dan pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive approach).

(Sumber: Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat, 2012) Masyarakat merupakan aktor yang penting dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen. Hal ini didasari oleh pendekatan dalam program ini yang berbasis

masyarakat. Pendekatan ini dilakukan melalui proses pemberdayaanmasyarakat untuk

menumbuhkan prakarsa, inisiatif, dan partisipasi aktif masyarakat dalam memutuskan, merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara sarana air minum dan sanitasi yang telah dibangun. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat diikutsertakan dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen untuk berkontribusi sebesar 20% dari total Rencana Kerja Masyarakat (RKM), dalam bentuk tunai (in-cash) minimal 4% dan in-kind minimal 16%, yang merupakan dana pendukung bagi pembiayaan kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, direncanakan oleh masyarakat dan dituangkan di dalam RKM.

Aktor ketiga dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat pada Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ialah pihak swasta. Penyediaan air minum dan sanitasi ini mendapatkan dukungan kemitraan yang selaras dari pihak swasta, terutama dalam pelaksanaan operasional dan pemeliharaan. Pihak swasta yang terlibat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen salah satunya ialah teknisi operasional perpompaan. Selama ini pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo maupun Desa Katelan mengatasi permasalahan kerusakan teknis dengan mengundang teknisi swasta dari luar. Masyarakat sasaran belum memiliki pengetahuan yang memadai dalam membersihkan filter perpompaan. Untuk mengatasi permasalahan ini, pengurus mengundang teknisi swasta dari luar untuk pembersihan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Berikut ini seperti yang dinyatakan A02 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo :

“Panelnya nggak bisa ganti. Panelnya rusak, stavolnya akhirnya diganti. Filternya sering kotor karena lumpur. Itu memang sumbernya yang nggak bagus, tapi tetap tiga bulan sekali kita kuras. Karena nggak bisa, kita menggunakan tenaga luar untuk membersihkan pompa. Harusnya kita sendiri

(14)

commit to user

karena sudah dilatih, tapi karena tidak yakin akhirnya mengundang. Sekarang kalau nggak pakai alat juga susah. Jadi, tenaga dan alatnya pakai pihak ketiga. Dari BPS cari sendiri. Bayarnya 350 ribu. Tiga bulan sekali membersihan pompa.

(wawancara 26 Agustus 2015) A01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo membenarkan pernyataan A02 bahwa pengurus menggunakan jasa teknisi swasta dari luar untuk perbaikan kerusakan mesin. Berikut ini pernyataan A01 :

“Gonta-ganti mesin niku mriki tasih ngundang teknisi luar. Tiga bulan sekali

nyeluk teknisi. Lha niki pun langganan Pak Harno saking dusun Sumber Lawang. Bayarnya diambil dari dana kas. Kados pengeluaran rutin tiga bulanan niku.” (Mengganti mesin itu disini masih mengundang teknisi luar.

Tiga bulan sekali memanggil teknisi. Disini sudah langganan Pak Harno dari Desa Sumber Lawang. Bayarnya diambil dari dana kas. Ini sudah seperti pengeluaran rutin tiga bulanan sekali).

(wawancara 29 Agustus 2015) Kondisi yang serupa ditunjukkan di Desa Katelan. Masyarakat setempat menggunakan jasa teknisi dari luar untuk perbaikan kelistrikan. Berikut ini seperti yang diungkapkan B03 selaku pengurus teknis BP-SPAMS Desa Katelan :

“Kalau perbaikan ringan seumpama pipa bocor, pipa-pipa itu saya bisa menangani. Tapi, kalau masalah kelistrikan, mesin rusak gitu, saya tidak bisa. Biasanya yang mengerjakan bayar orang teknis. Dulu pernah kerusakan pompa kebakar, lalu bayar orang lain. Kan mbayar kadang habis 500 ribuan. Itu belum tambah lain-lain. Itu urunan lagi. Itu kalau tidak ada dana kan urunan lagi.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B05, selaku masyarakat sasaran di Desa Katelan menyatakan hal senada sebagai berikut :

“Tukang teknisi itu biasanya manggil dari luar. Kalau nggak bisa ya manggil. Kalau bisa ya dikerjakan pengurus sendiri. Masalah pembersihan pompa itu biasanya manggil. Soalnya petugas teknisnya belum terlalu paham terkait perbaikan yang berat-berat itu.”

(wawancara 2 Oktober 2015) Selain menekankan pada 3 (tiga) aktor yang perlu selaras dalam kemitraan (yaitu pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta), paradigma Good Governance juga memfokuskan pada prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, seperti akuntabilitas dan partisipatif. Hasil penelitian menunjukkan pengelola memiliki akuntabilitas yang baik dalam memberikan informasi pada masyarakat, baik di Desa Plosorejo maupun di Desa

(15)

commit to user

Katelan. Hal ini terlihat dari sosialisasi yang secara langsung maupun tidak langsung dilakukan oleh pengelola. Sosialisasi secara langsung dilakukan pada pertemuan atau forum warga, sedangkan sosialisasi tidak langsung menggunakan media pamflet atau selebaran. Berikut ini pernyataan A08 selaku masyarakat sasaran di Desa Plosorejo :

“PAMSIMAS itu disosialisasikan rutin oleh Pak Lurah. Pada pertemuan-pertemuan RT itu juga sering banget disampaikan pengurus. Pak RT itu iya. Kebanyakan informasi dari pertemuan RT itu. Selebaran juga dikasih. Biasanya waktu pertemuan dibagikan.”

(wawancara 3 September 2015) B02 selaku Ketua LKM Desa Katelan juga menyatakan bahwa pengelola telah memberikan informasi dengan baik kepada masyarakat sasaran. Berikut ini pernyataan B02 :

“Itu kan ada sosialisasi dari pendamping atau fasilitator. Di rapat-rapat juga. Rapat RT atau forum lainnya. Ada juga sosialisasi berwujud pamflet, spanduk juga. Sosialisasi ini sering lewat langsung di pertemuan atau melalui spanduk dan pamfletisasi.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Pengelola BP-SPAMS Desa Plosorejo telah menerapkan prinsip transparansi dalam pengunaan dana program PAMSIMAS. Pengelola BP-SPAMS Desa Plosorejo menginformasikan penggunaan dana program melalui pertemuan yang melibatkan warga, semisal pertemuan rapat RT. Selain itu, pengelola juga menempelkan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) di bawah tower sumur PAMSIMAS setiap bulannya. Hal ini diungkapkan A07 selaku masyarakat sasaran di Desa Plosorejo yang menyatakan setiap bulan laporan disampaikan ke warga dan ditempel di tower sumur PAMSIMAS. Selain itu, terdapat forum pertanggung jawaban pengelola di akhir tahun bertempat di Kantor Desa Plosorejo. Berikut ini penjelasan A07 :

“Penguruse nggih tertib pembukuan bulanan kaleh tahunan. Termasuk

pemberitahuan laporane neng konsumen di temple nang tower. Tertib, tiap tutup tahun anggota kan dikumpulke nang bale deso. Itu tiap satu tahun. Kan tokoh-tokoh diwenehi laporane.” (Pengurusnya tertib pembukuan bulanan dan

tahunan. Termasuk pemberitahuan laporannya ke konsumen ditempel di tower. Tertib, tiap tahun anggota kan dikumpulkan di Balai Desa. Itu tiap satu tahun.

Kan tokoh-tokoh diberi laporannya).

(wawancara 3 September 2015) Hasil penelitian menunjukkan pertanggung jawaban pengelola dalam penggunaan dana cenderung lebih tranparan SPAMS Desa Plosorejo daripada

(16)

BP-commit to user

SPAMS Desa Katelan. Pengelolaan Program PAMSIMAS di Desa Katelan cenderung kurang transparan, dilihat dari tidak adanya Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) yang disampaikan pengurus kepada pihak Desa Katelan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh B04 selaku Staff Kaur Pemerintahan Desa Katelan, sebagai berikut :

“Kondisi di lapangan itu mbok yo lapor ke Desa. Lha pengurusnya ini nggak pernah datang asosiasi, nggak pernah laporan ke Desa. Lha Desa mau melangkah piye? (bagaimana?). Kenapa tidak ada pengurus yang laporan ke pihak Desa?”

(wawancara 2 Oktober 2015) Pengelola BP-SPAMS telah memberikan pelayanan kepada masyarakat sasaran dengan baik. Pelayanan yang baik ini telah dilakukan oleh pengurus BP-SPAMS, baik untuk BP-SPAMS Desa Plosorejo maupun BP-SPAMS Desa Katelan. Petugas telah melakukan pelayanan dengan baik dalam teknis perbaikan perpipaan maupun pelayanan administrative. Hal ini diakui oleh A06 selaku masyarakat sasaran di Desa Plosorejo, sebagai berikut :

“Petugase sampun sae, laporane warga tanggapane cepet, langsung teko. Nggih mas, Pak A01 ingkang ketua mawon nggih purun turun nglayani kebocoran. Pak A01 nggih malah tumut masang meteran. Mbak A02 pelayane nggih sae.” (Petugasnya sudah bagus, laporan warga cepat ditanggapi,

langsung datang. Iya mas, Pak A01 sebagai Ketua saja mau turun melayani kebocoran. Pak A01 juga ikut turun melayani pemasangan meteran. Mbak A02 pelayanannya juga bagus.”

(wawancara 3 September 2015) B05, selaku masyarakat sasaran di Desa Katelan juga menyatakan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh pengelola BP-SPAMS telah baik. Berikut ini pernyataan B05 :

“Kalau pelayanannya itu memang baik, mas. Kalau pelayanannya petugas baik juga, selain itu mereka juga ramah-ramah. Kalau ada laporan kebocoran dari masyarakat cepat diperbaiki. Petugasnya sangat sigap. Penarikan pembayaran juga baik pelayanannya.”

(wawancara 2 Oktober 2015) Akuntabilitas dapat dianalisis juga melalui pertanggung jawaban pengelola BP-SPAMS dalam merespon aspirasi masyarakat sasaran terkait Program PAMSIMAS. Aspirasi ini dapat berupa kritik, saran, ataupun komplain. Hasil penelitian menunjukkan pengelola BP-SPAMS Desa Plosorejo maupun Desa Katelan telah merespon aspirasi

(17)

commit to user

masyarakat sasaran dengan baik. Berikut ini pernyataan A06, selaku masyarakat sasaran di Desa Plosorejo :

“Wonten keluhan pipo sing bocor nggih cepet digarap pengurus. Langsung

ngrespon. Mriko bocor nggih langsung ditangani (ada keluhan pipa yang

bocor juga langsung ditangani pengurus. Langsung direspon. Disana bocor ya langsung ditangani). Disini responnya cepat, mas.”

(wawancara 3 September 2015) B05, selaku masyarakat sasaran di Desa Katelan juga menyatakan bahwa pengurus telah merespon aspirasi masyarakat dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pengajuan dana bantuan keberlangsungan program. Berikut ini pernyataan B05 :

“Riyen kan tower naming setunggal (dulu kan tower hanya satu) untuk mencukupi 100 konsumen, sekarang towernya dibagi dua. Di Brakbunder sendiri dan Grabagan sendiri. Dulu sumur dua satu tower, sekarang sumur dua untuk tower dua. Dulu semua sumur di Brakbunder, tapi penampung towernya satu. Sekarang towernya di Grabagan satu, Brakbunder satu, tapi sumurnya di Brakbunder. Itu usulan warga yang disampaikan ke pengurus, dan ditanggapi dengan mengajukan bantuan.”

(wawancara 2 Oktober 2015) Partisipatif sebagai prinsip Good Governance ini dapat dilihat juga dari keterlibatan masyarakat sasaran dalam kegiatan-kegiatan keberlanjutan program. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat di Desa Plosorejo sangat antusias untuk melibatkan diri dalam program keberlanjutan. Masyarakat juga aktif dalam pembayaran rekening air setiap bulannya. Hal ini diungkapkan A01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo, berikut ini :

“Sampai sekarang kan masyarakat masih antusias dalam program cuci tangan bersih yang awalnya dikelola di SD-SD itu. Di sekolah-sekolah itu masih ada tempatnya cuci tangan. Dulu kan programnya PAMSIMAS Reguler dan HID. Sampai sekarang masih berlanjut. Pembayaran rekening air juga sampai sekarang tidak ada kendala.”

(wawancara 29 Agustus 2015) Kondisi yang berbeda ditunjukkan di Desa Katelan. Masyarakat sasaran di Desa Katelan cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan keberlanjutan program. Selain itu, masyarakat juga tidak tertib di dalam pembayaran rekening air. Hal ini menimbulkan defisit pendanaan, karena arus uang yang masuk tidak sebanding dengan pengeluaran rutin. Kondisi ini juga merupakan konsekuensi dari air yang tidak lancar karena sumber air berkurang di musim kemarau. Berikut ini pernyataan B03 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Katelan :

(18)

commit to user

“Kalau iuran warga kadang lancar, kadang tidak, mas. Jadi, kalau airnya lancar iuran lancar. Sebaliknya, kalau airnya tidak lancar, warga ya banyak

nunggaknya. Warga disini tidak lancar membayar jika airnya tidak mengalir

dengan lancar.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Keterlibatan masyarakat dalam organisasi lokal dan mekanisme pemilihan pengurus menunjukkan sejauhmana partisipasi/inklusi masyarakat sasaran dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat kurang aktif terlibat dalam organisasi lokal. Kondisi ini terlihat di Desa Katelan. Masyarakat sasaran tidak aktif dalam organisasi lokal, bahkan pemilihan pengurus di organisasi lokal tersebut dipilih secara langsung oleh pihak desa setempat. B01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan membenarkan hal ini, sebagai berikut :

“Dulu saya langsung ditunjuk ketua oleh Desa. Bahkan, awalnya SK tidak dikasih ke saya. Kan harusnya ada nya itu, lalu akhirnya dibuatkan SK-nya dan diserahkan ke saya. Jadi, dulu sistemSK-nya langsung ditunjuk oleh pihak Desa. Pengurus-pengurusnya juga sama.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B03 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Katelan menegaskan, sebagai berikut : “BPS mriki kan pak B01 ketuane niku (BPS disini Pak B01 ketuanya). Dulu saya nggak ikut terjun langsung. Itu dulu waktu ada rapat kan dibagi antara siapa pengurus di Brakbunder dan Grabagan. Grabagan sing nariki sopo

ditunjuk langsung kulo niki (yang menarik siapa ditunjuk langsung saya).”

(wawancara 1 Oktober 2015) Kondisi yang serupa ditunjukkan di Desa Plosorejo. Masyarakat kurang aktif terlibat dalam organisasi lokal. Selain itu, pemilihan pengurus organisasi lokal dipilih secara langsung oleh pihak Desa. Ironisnya pemilihan pengurus dilakukan pihak Desa setempat tanpa melibatkan partisipasi masyarakat sebagai syarat demokrasi. Hal ini dikarenakan minimnya masyarakat yang bersedia untuk ditunjuk sebagai pengurus. Berikut ini pernyataan A08 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo :

“Dari Desa yang secara langsung menujuk panitia. Itu dulu kan katanya sudah melalui musyawarah pertemuan. Padahal dulu waktu pertemuan pemilihan pengurus itu saya kan tidak hadir. Cuma kok tahu-tahu ditunjuk. Saya ditunjuk

ya tidak ada pilihan lagi.”

(wawancara 30 Agustus 2015) Hal ini ditegaskan A01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo, berikut ini : “Pengurusnya itu ya orang itu-itu saja. Soalnya kalau di kampung itu nggak banyak orang yang mau kerja kayak gini, mas. Jadi, ini seperti sukarelawan

(19)

commit to user

saja. Dulu saya pernah jadi sekretaris BP-SPAMS, terus terakhir ini saya ditunjuk jadi ketua. Penunjukannya ya langsung dari Desa.”

(wawancara 29 Agustus 2015) Beranjak dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen masih menemui kendala dalam prinsip Good Governance, khususnya dalam akuntabilitas dan partisipatif. Masyarakat pasif dalam mengikuti kegiatan keberlanjutan program, tidak tertib dalam pembayaran rekening air, dan kurang aktif terlibat dalam organisasi lokal. Bahkan, pemilihan pengurus di organisasi lokal yang bersangkutan dipilih secara langsung oleh pihak Desa setempat, dengan mengabaikan prinsip democratic participation.

c. New Public Service dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

Paradigma New Public Service terlihat dengan diikutsertakannya masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen. Paradigma ini mensyaratkan birokrasi harus dibangun dengan mengikutsertakan masyarakat, sehingga penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat. Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini memiliki pendekatan berbasis masyarakat, yang artinya Program PAMSIMAS menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan utama dan penanggung jawab kegiatan dan pengelolaan sarana air minum dan sanitasi. Program ini juga mensyaratkan keikutsertaan masyarakat dalam berkontribusi sebesar minimal 20 % dari total biaya Rencana Kerja Masyarakat (RKM), yakni dalam bentuk tunai (in cash) minimal 4 %, dan dalam bentuk natura (in kind), berupa tenaga kerja, material lokal, atau peralatan minimal 16 %. Untuk lebih jelasnya dalam memahami sebaran dana dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini, berikut ini dapat dilihat dalam Tabel IV.8:

Tabel IV.8 Dana Program

PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

Sumber: Data Sekunder.

Sumber Nominal Persentase

(1) (2) (3)

APBN 192,5 juta 70 %

APBD 27,5 juta 10 %

In cash 11 juta 4 %

(20)

commit to user

Kontribusi swadaya masyarakat dimaksudkan sebagai wujud dari komitmen membangun rasa memiliki dan rasa bertanggungjawab, terhadap kegiatan maupun hasil kegiatan yang dilakukan masyarakat sendiri. Semakin besar kontribusi masyarakat, maka semakin tinggi pula komitmen untuk memiliki dan bertanggungjawab pada pelaksanaan kegiatan di Program PAMSIMAS. Dengan demikian, dana bantuan Program PAMSIMAS pada hakekatnya hanya berfungsi sebagai stimulan atau insentif atas tumbuhnya kepedulian, prakarsa, inisiatif dan rasa memiliki dan bertanggungjawab (Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat, 2012).

Pemenuhan in cash oleh masyarakat di Desa Plosorejo memadai, yaitu 111 orang. Masyarakat di Desa Plosorejo juga aktif dalam penggalian dan pemasangan pipa, pengecoran sumur, dan pembuatan tower. Hal ini seperti yang diungkapkan A02 selaku Bendahara BP-SPAM Desa Plosorejo, sebagai berikut :

“Keikutsertaan pendanaan 4 %. Kan 20 % itu kan swadaya. Yang 4 % itu in

cash, berbentuk uang, yang 16 % itu in kind, itu kerja bakti, material. Yang

2009, 11 juta. Ya itu, per-konsumen ditariki Rp 100.000,- itu kan pertama kali Rp 100.000,-. Kan ada 111 orang. Kasnya kan waktu itu di LKM yang mengurusi. Kalau regular pembiayaan APBN, APBD, terus swadaya masyarakat in kind dan in cash. Kalau HID murni APBN, 200 juta itu.”

(wawancara 26 Agustus 2015) Hasil penelitian menunjukkan in kind yang memadai dari masyarakat sasaran. A06, selaku masyarakat sasaran di Desa Plosorejo membenarkan keterlibatan masyarakat dalam bentuk in kind ini, sebagai berikut :

“Wargane tumut danten. Kan ken nduduk ngajenge kiyambak. Diukur pinten

meter. Ngajeng omah diduduk kiyambak-kiyambak. Niku wajib danten. Mengke diborongke menawi mboten saged, pados kiyambak. Misale kerjane kantoran kan mboten wonten wektu, dados golek tiyang. Sing ngrapikke dudukan nggih kiyambak. Niku gerakan kerja bakti sosial.” (Warganya ikut

semua. Kan disuruh menggali di depannya masing-masing. Diukur berapa meter. Di depan rumah digali sendiri-sendiri. Itu wajib semua. Misalnya kerjanya kantoran kan tidak ada waktu, jadi mencari pengganti. Yang merapikan galian ya sendiri. Ini gerakan kerja bakti sosial).

(wawancara 3 September 2015) Di sisi lain, pemenuhan in cash oleh masyarakat di Desa Katelan juga memadai, yaitu 100 orang. Namun demikian, keterlibatan masyarakat rendah dengan memborongkan pekerjaan hanya pada 3 (tiga) orang pengurus. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam program berkelanjutan, kerutinan dalam pembayaran rekening air, dan keterlibatan sebagai pengurus dalam organisasi lokal juga rendah. Hal ini tidak

(21)

commit to user

sesuai dengan arahan paradigma New Public Service, dimana dalam paradigma ini tidak ada lagi pihak yang menjadi penonton, karena semua pihak dilibatkan menjadi pemain

dan ikut bermain, serta mensyaratkan birokrasi harus dibangun dengan

mengikutsertakan masyarakat. B02, selaku Ketua LKM Desa Katelan menyatakan bahwa PAMSIMAS Reguler mensyaratkan adanya in cash sebesar 4 % dan dapat dipenuhi oleh masyarakat. Berikut ini pernyataan B02 :

“Dulu sebanyak sebelas juta rupiah itu berwujud in cash 4 %. Swadaya 11 juta itu berbentuk in cash. Itu waktu dulu konsumen 100 orang. Dari fasilitator

kan dulu mensyaratkan harus terpenuhi 100 konsumen. Akhirnya didapat in cash sekian itu.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Hasil penelitian menunjukkan partisipasi yang sangat tinggi seperti yang ditunjukkan oleh masyarakat sasaran di Desa Plosorejo tidak diikuti oleh masyarakat sasaran di Desa Katelan. Meskipun pemenuhan in kind memadai, namun masyarakat sasaran di Desa Katelan pasif dalam melibatkan diri dalam program kerberlanjutan. Hal ini ditunjukkan pemenuhan in kind justru diborongkan pada 3 (tiga) orang pengurus saja, karena masyarakat enggan ikut dalam pengerjaan jaringan perpipaan. Berikut ini seperti yang disampaikan B03, selaku pengurus BP-SPAMS Desa Katelan :

“Warga nggak ikut. Nduduke (penanaman) nggak ikut. Pemasangan pralon (pipa) juga nggak ikut. Kan tiba-tiba jadi. Nggak semua warga terlibat, mas,

cuma 3 (tiga) orang saja yang ikut. Sing tumut nduduk niku (yang ikut

menanam itu) 3 (tiga) orang saja. Itu mbayar sakben meter (itu membayar setiap meter) 10 ribu. Lha aku yo melu (saya juga ikut). Sini langsung borongan kok, mas. Terima bersih warganya. Langsung terima mengalir.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Partisipasi sebagai syarat dalam paradigma New Public Service dapat dikaji pula dari keaktifan masyarakat dalam memberikan saran kepada pengelola terkait pelaksanaan program. Semakin sering masyarakat memberikan saran dan masukan, maka hal tersebut menunjukkan masyarakat peduli dan semakin terlibat serta berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat sasaran sangat aktif dalam memberikan saran kepada pengelola, baik di Desa Plosorejo maupun di Desa Katelan.

A07 selaku masyarakat sasaran di Desa Plosorejo, menyatakan keaktifan masyarakat dalam memberikan saran dan masukan ke pengelola sebagai berikut :

(22)

commit to user

“Laporan niku sering, masyarakat wonten mriki pro aktif. Umpomo mati

banyunye ngebel. Kan penguruse wonten mriki, yo ngebel penguruse mriki.Pernah nate mati, terus warga aktif langsung ngebel penguruse.”

(Laporan itu sering, masyarakat disini pro aktif. Semisal airnya tidak mengalir, menelpon. Kan pengurunya disini, ya menelpon pengurusnya. Pernah airnya tidak mengalir, terus masyarakat aktif langsung menelpon pengurusnya).

(wawancara 3 September 2015) Hal yang senada juga diungkapkan A02 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo, sebagai berikut :

“Masyarakat sangat aktif, biasanya masyarakat itu sering laporan lisan, langsung ke petugas. Bisasanya juga SMS. Tanya, kok mati, mbak. Di akhir tahun ada forum di Desa di Balai Desa, masyarakat juga aktif memberi saran dan masukan.”

(wawancara 26 Agustus 2015) A03, selaku pengurus BP-SPAMS di Desa Plosorejo lainnya membenarkan pernyataan A03 sebagai berikut :

“Masyarakat disini sangat aktif. Misalnya ada komplain dari mereka, oh, disini airnya kurang, ini kok reget (kotor). Pas pertemuan RT ada banyak masyarakat yang kasih saran, yang langsung laporan ke petugas juga ada, komplain juga ada banyak.”

(wawancara 29 Agustus 2015) Kondisi serupa juga terlihat dari masyarakat sasaran di Desa Katelan. B01, selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan menyatakan bahwa masyarakat sasaran di Desa Katelan sangat aktif dalam memberikan saran, kritik, dan masukan kepada pengurus terkait keberlangsungan program. Berikut ini pernyataan B01 :

“Justru saya sebagai ketua BPSPAMS risih mendengar tiap ada sesuatu sedikit saja komplainnya sangat keras. Seperti air sudah penuh di tower, airnya

ngalirnya tidak merata, yang tidak komanan (kebagian) itu lari kesini, lapor,

pak, airnya nggak sampai saya. Jadi, respeknya masyarakat itu sangat peka.” (wawancara 1 Oktober 2015) Beranjak dari pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sasaran, baik di Desa Katelan maupun Desa Plosorejo sangat aktif dalam memberikan saran dan masukan pada pengelola. Keaktifan ini merujuk pada semua masyarakat sasaran, baik masyarakat sasaran di Desa Plosorejo maupun Desa Katelan. Keaktifan ini menunjukkan kepedulian dan daya dukung masyarakat sasaran yang tinggi pada Program PAMSIMAS tersebut.

(23)

commit to user Tabel IV.9

Matriks Paradigma Ilmu Administrasi Negara

Pada Pemberdayaan Masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

No. Paradigma Hasil Penelitian

Desa Katelan Desa Plosorejo

(1) (2) (3)

1. Human Governance Program PAMSIMAS

dilaksanakan dalam rangka pemenuhan hak publik atas air di Desa Katelan yang merupakan daerah rawan air bersih di Sragen Utara.

Program PAMSIMAS

dilaksanakan dalam

rangka pemenuhan hak publik atas air di Desa Plosorejo yang merupakan daerah rawan air bersih di Sragen Selatan.

2. Good Governance Program PAMSIMAS

dilakukan dengan

kemitraan yang selaras

antara 3 (tiga) aktor, yaitu

pemerintah, masyarakat,

dan swasta. Namun,

akuntabilitas pengelola dan

partisipatif masyarakat

kurang memadai.

Program PAMSIMAS

dilakukan dengan

kemitraan yang selaras antara 3 (tiga) aktor, yaitu

pemerintah, masyarakat,

dan swasta. Akuntabilitas pengelola dan partisipatif

masyarakat sangat

memadai.

3. New Public Service Masyarakat diikusertakan

dalam penyediaan air

minum dan sanitasi.

Keikutsertaan masyarakat dalam in cash memadai, namun kurang memadai dalam in kind.

Masyarakat diikusertakan

dalam penyediaan air

minum dan sanitasi.

Keikutsertaan masyarakat dalam in cash maupun in

kind memadai.

Sumber: Data Primer dan Data Sekunder.

2. Aspek-aspek Pemberdayaan Masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

Penelitian ini memaparkan aspek-aspek pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen. Aspek-aspek ini merupakan kajian penulis terhadap beberapa aspek yang mempengaruhi dan sering digunakan dalam mengkaji pemberdayaan masyarakat yang dirumuskan para ahli, yaitu Acces to Information,

Inclusion/Participation, Accountability, Local Organizational Capacity, Community Knowledge, Politics, Legality, dan Local Culture Acces to information, Inclusion/Participation, Accountability, Local Organizational Capacity, Community Knowledge, Politics, Legality, dan Local Culture (Masrukin, dkk, 2016; Mardikanto dan

(24)

commit to user

Soebianto, 2015; Nerkar, dkk, 2013; Singh, dkk, 2012; Adamson, 2010; Mirumachi dan Wykt, 2010; Soetomo, 2009; Smith, 2008; Wulfhrost, dkk, 2008; Wrihatnolo dan Dwijowidjoto, 2007; Alsop, dkk, 2006; Wandersman, dkk, 2005; Sulistiyani; 2004; PREM– The World Bank, 2002). Berikut ini dikaji masing-masing aspek pemberdayaan masyarakat dalm Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen :

a. Acces to Information

Acces to information, atau dapat dialihbahasakan sebagai aksesbility atau akses

ke informasi, merupakan salah satu aspek -aspek yang terpenting dalam pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang mendapatkan informasi dengan baik akan lebih baik pula dalam memperoleh pelayanan dan memanfaatkan berbagai program yang berlangsung. Hal ini terlihat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen, dimana akses ke informasi memiliki peran penting dalam pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat dikaji dari ketersediaan akses masyarakat, pengelola, dan pemerintah terhadap informasi terkait program yang berlangsung, dan ketersediaan informasi terkait berbagai bantuan dana program yang berlangsung.

1) Akses informasi masyarakat terhadap kegiatan program

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan akses masyarakat terkait kegiatan dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen sudah memadai. Akses informasi yang memadai ini secara menyeluruh tampak dalam Program PAMSIMAS di Desa Plosorejo maupun Desa Katelan. Hal ini terlihat dari kerutinan pengurus program ini, yaitu Badan Pengelola Sarana Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP-SPAMS), dalam melakukan sosialisasi Program PAMSIMAS tersebut di masing-masing Desa. Sosialisasi dilakukan melalui pertemuan dalam rapat RT atau forum tertentu. Hal ini seperti yang diungkapkan A06 selaku masyarakat sasaran di Desa Plosorejo, sebagai berikut :

“Ngertose saking Pak A01, Pak RT (tahunya dari Pak A01, Pak RT). Ya di

rapat itu diumumkan. Sing rapat RT kan Bapake (yang ikut rapat RT kan Bapak). Warga diberi pengarahan. Diumumke sing ndherek PAM sinten, sinten

sing purun (diumumkan yang ikut PAM siapa, siapa yang mau).”

(wawancara 3 september 2015). Senada dengan A06, pernyataan yang sama juga diungkapkan A07 yang juga merupakan masyarakat sasaran lainnya di Desa Plosorejo, sebagai berikut :

(25)

commit to user

“Pertama kan RT sing dikumpulke teng Bale Desa (dikumpulkan di Balai

Desa). Terus diadakan sosialisasi warga. Semua ada sosialisasi, baik PAMSIMAS Reguler, HID, maupun DAK. Juga sumur baru DAK ada sosialisasi, meskipun biayane benten-benten (biayanya beda-beda).”

(wawancara 3 September 2015) B05, selaku masyarakat sasaran di Desa Katelan juga menyatakan hal yang senada, sebagai berikut :

“Yang ikut arisan kan suami-suami, bapak-bapak. Itu sering dilakukan sosialisasi di pertemuan RT, ada juga di pertemuan di Desa, pertemuan dari Dinas Pekerjaan Umum. Sosialisasi ini ya membahas Program PAMSIMAS, bagaimana caranya, dan lain sebagainya. ”

(wawancara 2 Oktober 2015) Sosialisasi dilakukan oleh pengurus BP-SPAMS secara langsung maupun menggunakan media. Fasilitas media semacam pamflet, spanduk, dan brosur digunakan dalam sosialisasi ini. Strategi ini dilakukan pengurus untuk memperkuat arus informasi program tersebut agar sampai pada masyarakat sasaran dengan baik. Hal ini seperti yang diungkapkan B01, selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan, sebagai berikut :

“Informasinya langsung dari DPU. Diinformasikan kalau di Desa Katelan itu akan ada PAMSIMAS. Sosialisasi dulu sering dilakukan melalui pertemuan di Balai Desa, setelah di Balai Desa selesai, diadakan pendaftaran konsumen, terus kita mendapatkan 100 konsumen. Itu ada pamflet dan spanduk juga untuk informasinya.”

(wawancara 1 Oktober 2015) A02 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo juga menyatakan hal senada, sebagai berikut :

“Sosialisasi ada yang lewat pamflet. Ada yang di pasang di balai desa, di dekat sumur ada juga spanduk besar. Ada 3 (tiga). Dari kesehatan juga ada penyuluhan. Sosialisasinya per RT juga ada, siapa yang berminat ditawarkan. Jadi, waktu Rapat RT dikasihkan informasinya.”

(wawancara 26 Agustus 2015). Hal ini diperkuat oleh pernyataan A03, selaku pengurus teknis BP-SPAMS Desa Plosorejo sebagai berikut :

“Pamflet-pamflet nggih wonten. Istilahe disini akan dibangun. Wonten informasi biayayane. Wonten bantuan. Inggih wonten pamflet-pamflet dilarang buang air sembarangan, tentang sanitasi.” (Pamflet-pamflet juga

ada. Istilahnya disini akan dibangun. Ada informasi biayanya. Ada bantuan. Ada pamflet-pamflet dilarang buang air sembarangan, tentang sanitasi).

(26)

commit to user

A06, selaku masyarakat sasaran di Desa Plosorejo membenarkan pernyataan A03 dan A02, sebagai berikut :

“Inggih wonten edaran PAM niku, wonten selebaran.” (Iya, ada edaran PAM

itu, ada selebaran). Selebarannya itu disebarkan pengurus ke masyarakat, isinya tentang informasi PAMSIMAS. Dulu saya dapatnya waktu di pertemuan warga itu.”

(wawancara 3 September 2015) B06, masyarakat sasaran di Desa Katelan juga menyatakan bahwa pengurus telah memberikan sosialisasi secara langsung maupun tidak langsung menggunakan media pamfletisasi atau spanduk. Berikut ini pernyataan B06 :

“Kita mendapat informasi dari rapat pertemuan RT. Ada juga pamflet maupun spanduk. Intinya menginformasikan kalau Desa Katelan disini akan dibangun sumur PAMSIMAS. Ada informasi soal sanitasi dan kebersihan juga di pamflet itu.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Beranjak dari pernyataan-pernyataan tersebut, maka dapat dilihat bahwa masyarakat sasaran mendapatkan akses informasi yang lancar terhadap Program PAMSIMAS, baik di Desa Plosorejo maupun di Desa Katelan. Aksesbilitas ini diperoleh melalui sosialisasi yang dilakukan pengelola. Sosialisasi tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, sosialisasi dilakukan melalui pertemuan rapat RT atau forum-forum tertentu. Secara tidak langsung, sosialisasi dilakukan menggunakan media pamflet, spanduk, maupun brosur.

2) Akses informasi pengelola terhadap program bantuan

Selain akses informasi masyarakat sasaran terhadap Program PAMSIMAS, riset ini mengkaji pula ketersediaan informasi yang diperoleh pengelola terhadap program batuan yang berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

pengelola mendapatkan informasi terkait berbagai bantuan-bantuan dana

keberlangsungan Program PAMSIMAS Reguler semacam Program Hibah Insentif Desa (HID), Program Hibah Khusus PAMSIMAS (HKP), maupun berbagai program pendukung lainnya. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo mendapatkan askes informasi terkait program PAMSIMAS ini dengan baik.

(27)

commit to user

Pengelola mendapatkan informasi Program PAMSIMAS Reguler dari pihak aparat desa. Hal ini seperti diungkapkan A01, selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo, berikut ini :

“Kolo riyen wonten pawartosan saking Pak Lurah. Pak Lurah kan riyen rapat teng sambirejo kunjungan Pak Bupati. Di Buper, jaman Pak Lurah Gimanto. Dua tahun itu sudah ada beritanya. Pak Lurahe niku Bapake Mbak A02, pengurus.”(Dulu ada pemberitahuan dari Pak Lurah. Pak Lurah kan dulu rapat

di Sambirejo, kunjungan Pak Bupati. Di Bumi Perkemahan, sewaktu Pak Lurah Gimanto. Dua tahun itu sudah ada beritanya. Pak Lurah itu Bapaknya Mbak A02, pengurus).

(wawancara 29 Agustus 2015) Senada dengan A01, A03 selaku pengurus teknis BP-SPAMS Desa Plosorejo menyatakan bahwa informasi terkait Program PAMSIMAS Reguler bersumber dari aparat desa. Selain itu, informasi juga bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen selaku institusi yang menaungi program tersebut. Berikut ini pernyataan A03 :

“Nek riyen pertama kali wonten fasilitator saking DPU berkunjung ke desa, ke Desa, waktu niku ndelalah mriki lurah mboten wonten, wontene Pjs, penanggung jawab sementara. Sing dados lurah niku Pak Carik. Kulo angsal informasi dari Kecamatan, menawi Plosorejo taun 2009 angsal bantuan PAMSIMAS.” (Kalau dulu pertama kali ada fasilitator dari DPU berkunjung ke

desa, ke Desa, waktu itu kebetulan disini lurah tidak ada, adanya Pjs, penanggung jawab sementara. Yang jadi lurah itu Pak Carik. Saya mendapat informasi dari Kecamatan, kalau Plosorejo tahun 2009 dapat bantuan PAMSIMAS).

(wawancara 29 Agustus 2015) Setelah berjalan selama hampir 3 (tiga) tahun, Program PAMSIMAS Reguler di Desa Plosorejo ini menunjukkan hasil yang menggembirakan yang ditunjukkan dengan manajemen pengelolaannya yang bagus, baik secara teknis maupun administratif. Oleh karena itu, Desa Plosorejo ini mendapatkan nominasi sebagai penerima Program Hibah Insentif Desa (HID) dengan syarat melengkapi berkas-berkas tertentu. Informasi terkait Program PAMSIMAS HID ini diperoleh dari Distric Project

Management Unit (DPMU) dan Satuan kerja (Satker) yang menanungi program

tersebut. Hal ini seperti diungkapkan A02 selaku Bendahara BP-SPAMS Desa Plosorejo, sebagai berikut :

“Awalnya dapat pemberitahuan dari DPMU dan Satker. Kan setiap pertemuan dikasih tahu, ada HID, oh, tahun ini ada sekian juta bantuan untuk HID, lalu siapa yang mau harus mengajukan syaratnya semacam ini-ini, terus

(28)

commit to user

diverifikasi di tingkat kabupaten, setelah lolos terus diverifikasi provinsi. Setengah tahunan lah prosesnya.”

(wawancara 26 Agustus 2015) A02 menambahkan bahwa arus informasi terkait berbagai dana program berkelanjutan Program PAMSIMAS ini diterimanya dengan lancar. Hal ini dikarenakan A02 tergabung dalam asosiasi BP- SPAMS se-Kabupaten Sragen, sehingga berbagai informasi terkait program diperolehnya dengan baik. Berikut ini pernyataan A02 :

“Ada program ini, dananya sekian. Cuma pengurus asosiasi yang tahu. Pengurus kalau tidak ikut asosiasi kan ya nggak tahu. Kebetulan saya ikut asosiasi. Jadi, sebenarnya aturannya itu satu BPS harus mewakilkan ke asosiasi satu orang saja.”

(wawancara 26 Agustus 2015) Pernyataan A02 ini diperkuat oleh A01, selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo sebagai berikut :

“Kadhosto program HID niku tahune dari Mbak A02. Mbak A02 kan tumut asosiasi. Terus ada info mriki dapat jatah masuk nominasi dapat HID niku.”

(Semacam program HID itu tahunya dari Mbak A02. Mbak A02 kan ikut asosiasi. Terus, ada info kalau disini mendapat alokasi masuk nominasi HID itu).

(wawancara 29 Agustus 2015) Perkembangan selanjutnya, pada tahun 2014 lalu Program PAMSIMAS di Desa Plosorejo mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK). Informasi terkait DAK ini diperoleh pengurus dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen saat ada pertemuan srawung dengan Bupati di Desa Plosorejo. Hal ini seperti yang diungkapkan A05, selaku Ketua LP2MD Desa Plosorejo. A05 mengungkapkan bahwa pengurus mendapatkan akses informasi terkait Program DAK ini karena program ini merupakan program berkelanjutan dari Program PAMSIMAS Reguler dan Program PAMSIMAS HID yang sudah berjalan sebelumnya. Berikut ini pernyataan A05 :

“Tahunya dari DPU. Disini mau ada DAK. Untuk wilayah Plosorejo kan ada dua kebayanan, kebayanan Dawung kan sudah teraliri PAMSIMAS dan sebagian sudah teraliri yang HID. Dan masyarakat yang kebayanan Dukuh belum teraliri air minum, sehingga dimintakan DAK itu. Ndelalah (kebetulan) ada srawung, terus kita sampaikan Pak Bupati. Dijawab nanti Mbak A02 disuruh buat proposal, akhirnya dapat DAK.”

(29)

commit to user

Penyataan senada diungkapkan C01, selaku Staff Teknik Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen bahwa pengurus mendapatkan akses informasi dari Srawung Warga. Berikut ini pernyataan C01 :

“Itu awal mulanya Pak Bupati srawung desa di sini. Pak Lurah waktu itu lapor masyarakat kekurangan air, lalu dijawab agar mengajukan saja proposal, akhirnya mengajukan proposal, dengan dalih yang sudah terealisasi PAMSIMAS dan HID sekian, yang belum untuk Sidoarjo sekitar 100 KK belum dapat air bersih akhirnya mengajukan proposal itu akhirnya dapat. Dapat DAK karena waktu itu HID-nya berhasil. Desa kan mengajukan proposal lagi dengan syarat kalau HID berhasil untuk narik DAK.”

(wawancara 30 Agustus 2015) Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa akses informasi yang lancar diperoleh pengelola terkait berbagai bantuan program. Kelancaran akses informasi yang lancar ini merata dalam Program PAMSIMAS Reguler, PAMSIMAS HID, maupun DAK. Aksesbilitas pengelola terhadap program didapat melalui aparat desa, maupun pihak dinas terkait yaitu DPU. Selain itu, pengelola BP-SPAMS Desa Plosorejo juga diuntungkan dengan keaktifan seorang pengurusnya dalam asosiasi BP- SPAMS Se-Kabupaten Sragen, sehingga berbagai informasi terkait bantuan program PAMSIMAS diperoleh dengan lancar.

Kondisi yang berbeda ditunjukkan pada pengelolaan Program PAMSIMAS di Desa Katelan. Pengurus BP-SPAMS Desa Katelan kurang mendapatkan askes informasi yang baik terkait berbagai bantuan Program PAMSIMAS. Hal ini berawal dari ketidakaktifan pengurus BP-SPAMS Desa Katelan dalam asosiasi BP-SPAMS Se-Kabupaten Sragen, sehingga seringkali tidak mengetahui berbagai informasi terkait pengembangan Program PAMSIMAS. Hal ini diakui oleh Ketua Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Desa Katelan, B02, sebagai berikut :

“Itu kan BP-SPAMS setiap satu bulan sekali pertemuan asosiasi tingkat kabupaten di DPU. Kadang-kadang pengurus sini jarang masuk kesitu, padahal semua informasi harus lewat kesitu. Semua satu kabupaten kan harus masuk anggota asosiasi.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B01, selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan menyanggah pendapat B02 bahwa pihaknya ikut asosiasi BP-SPAMS Se-Kabupaten Sragen. Berikut ini pernyataan B01 :

“Saya ikut asosiasi, sebagai anggota. Paguyuban itu. Itu tiap bulan sekali pertemuan. Itu setiap bulan sekali ada undangan, pertemuannya pindah-pindah

Gambar

Tabel IV.1
Tabel  IV.1  tersebut  menunjukkan  bahwa  golongan  usia  penduduk  Desa  Plosorejo yang paling banyak berada pada kelompok umur 22-59 tahun, yaitu sebanyak  1664, atau sekitar 50,2  %
Tabel IV.3
Tabel IV.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara kategori sikap kemandirian belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika menunjukkan : kategori sikap siswa selalu sebanyak 22.53 % (16 dari 71 siswa) atau

Penurunan tekanan vakum menyebabkan laju alir massa steam yang masuk ke kondensor lebih banyak, sehingga laju alir massa steam hasil ekstraksi dari Low Pressure Turbine ke Feed

IMANDA KARTIKA SARI, D1214038, PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI NON REGULER, KOTA KREATIF DESAIN DALAM MEDIA KOMUNIKASI (Strategi Penggunaan Media Komunikasi

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa dari 20 responden 8 atau sebesar 40%, menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dalam membina potensi diri

Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna. Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi

Perairan Muara Badak memiliki 24 jenis plankton, dari hasil analisis indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa perairan ini

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Media dan metode pembelajaran berisi tentang informasi pembelajaran yang akan dipakai oleh para guru atau pengajar untuk menyampaikan sebuah pelajaran.. SDN Kalikuning II