• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan organisasi lokal dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 58-61)

Kapasitas organisasi lokal juga dapat dianalisis melalui kemampuan organisasi lokal dalam pengambilan keputusan dan memecahkan berbagai permasalahan terkait Program PAMSIMAS. Hasil riset menunjukkan organisasi lokal pengelola utama dari program ini, yaitu BP-SPAMS, memiliki kapasitas yang memadai dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah. Kondisi ini berlaku sama di Desa Plosorejo maupun di Desa Katelan.

A02 selaku Pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo, menyatakan bahwa pengurus BP-SPAMS tersebar dalam dukuh-dukuh yang teraliri jaringan air dari program, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan dengan cepat. Berikut ini pernyataan A02 :

“Untuk pengurus BP-SPAMS kan tersebar. Jadi, kalau ada keluhan akan cepat tersampaikan. Ada pengurus yang di Candi, ada yang di Dawung, dan Dukuh. Satu kampung harus ada satu pengurus. Selama ini kalau ada masalah ya cepat terselesaikan.”

commit to user

(wawancara 26 Agustus 2015) A01, selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo memberikan bukti nyata keikutsertaan organisasi lokalnya dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah terkait pengelolaan PAMSIMAS sebagai berikut :

“Kan pernah air ngalir tidak lancar, terus kita putuskan untuk menyambung

maneh (lagi) 700 meter penambahan untuk mengaliri Pondokrejo. Kan

awalnya pralonnya (pipanya) gabung Plosorejo, pralonnya (pipanya) satu,

nggak sampai Pondokrejo, sekarang dua jadi langsung mengalir ke Pondokrejo

dan airnya lancar. Penyambungan pralon niku ya (pipa itu ya) pengajuan lewat asosiasi diajukan BP-SPAMS lewat Mbak A02.”

(wawancara 29 Agustus 2015) Di sisi lain, organisasi lokal lainnya yang turut mendukung pelaksanaan Program PAMSIMAS, yaitu LP2MD, turut andil memberikan saran dalam pemecahan permasalahan terkait program. Berikut ini pernyataan A02 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo :

“Kalau untuk LP2MD itu bagi kami sudah seperti tempat konsultasi bagi BP-SPAMS. Misalnya ada problem kekurangan air, lalu dicarikan solusi bersama bagaimana pemecahannya. Jadi, kami dari pengurus BP-SPAMS konsultasi permasalahan kesana itu.”

(wawancara 26 Agustus 2015) A01, selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo mengakui peran LP2MD sangat signifikan dalam pelaksanaan Program PAMSIMAS. LP2MD selain sebagai sebagai organisasi lokal yang menjalankan fungsi administrative juga dijadikan sarana bermusyawarah dalam pengambilan keputusan terkait permasalahan program. Berikut ini pernyataan A01 :

“LP2MD ikut berkecimpung juga dalam PAMSIMAS, itu kan bagian pembangunan desa juga. Tanda tangan tetap masuk LP2MD, proposal harus seijin LP2MD, pembangunan apa-apa harus masuk situ. LP2MD itu untuk sarana kami bermusyawarah. Waktu rapat kan juga harus ada.”

(wawancara 29 Agustus 2015) A05 selaku Ketua LP2MD Desa Plosorejo membenarkan bahwa organisasinya ikut turut serta dalam memberikan saran terkait berbagai permasalahan dalam pelaksanaan Program PAMSIMAS di Desa Plosorejo. Berikut ini pernyataan A05 :

“Selama ini LP2MD ikut aktif. Ya ikutnya begini, kalau ada keluhan misalnya masalah PAMSIMAS itu kan kami juga rapat dulu. Kalau di LP2MD, sekretarisnya kebetulan Pak A01. LP2MD selalu koordinasi kalau ada apa-apa, kalau ada kerusakan atau ada misalnya perbaikan, perbaikan untuk mesinnya

commit to user

barangkali ini mau diservice terus ngomong ke kita. Pak, ini pompa di Dawung mau diservice, pompa HID mau diperbaiki dan sebagainya.”

(wawancara 31 Agustus 2015) Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa organisasi lokal di Desa Plosorejo memiliki kapasitas yang memadai terkait pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Organisasi lokal semacam BP-SPAMS memiliki kapasitas memadai dalam memecahkan berbagai permasalahan terkait program PAMSIMAS. BP-SPAMS dalam pelaksanannya didukung organisasi lokal lainnya, yaitu LP2MD. LP2MD ini selain difungsikan sebagai organisasi lokal yang menjalankan fungsi administrative, juga dijadikan sarana bermusyawarah dan konsultasi dalam pengambilan keputusan terkait permasalahan program.

Kondisi yang hampir serupa ditunjukkan di Desa Katelan. Organisasi lokal yang menangani Program PAMSIMAS, yaitu BP-SPAMS dan LKM, memiliki kapasitas yang memadai dalam pengambilan keputusan dan memecahkan permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan, pada saat musim kemarau di Bulan Juli 2015 lalu, pengurus BP-SPAMS beserta LKM melakukan terobosan dengan mendatangkan mobil tangki air untuk memenuhi kebutuhan air selama lebaran. Hal ini dikarenakan kapasitas air di sumur Program PAMSIMAS tidak mencukupi kebutuhan masyarakat sasaran. Berikut ini pernyataan B03 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Katelan :

“Kita dulu pernah membahas keterlambatan air. Lha terus kita usahakan

di-suplly tiga tangki air itu pas hari lebaran. Itu pakai uang kas. Ini menghabiskan

dana 850 ribu. Harga per tangki 250 ribu sampai 300 ribu. Itu belinya di Perusahaan Air Tirta Jaya. Itu 6000 liter per tangki. Pertama kan harganya 250 ribu, menginjak hari-H lebaran naik 300 ribu. Jadi, total pengeluarannya 850 ribu. Itu untuk memenuhi air warga.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Senada dengan B03, B02 selaku Ketua LKM Desa Katelan menyatakan sebagai berikut :

“Ya, untuk memenuhi kebutuhan air, kita mendatangkan tangki air. Itu memang swadaya. Itu sistemnya di ecer dari mobil tangki air ke ember-ember atau jerigen warga. Lha kalau ditaruh di tower kadang ada yang ngeluh, kok bantuan dimasukkan tower, kan pemakaian berbeda-beda.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan memperkuat pernyataan informan sebelumnya, sebagai berikut :

commit to user

“Kita cari solusi sing penting entuk banyu (yang penting dapat air). Kemarin sewaktu lebaran kami sempat mendatangkan mobil tangki air dengan dana sendiri. Kita mengkoordinir masyarakat agar mau untuk ikut swadaya dalam mendatangkan mobil tangki air ini.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Lebih lanjut, B01 menyatakan bahwa selain mendatangkan mobil tangki air, pengurus juga melakukan tindakan solutif untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sasaran dengan mengalirkan air langsung dari pompa tanpa harus masuk ke tower penampungan terlebih dahulu, dengan harapan air langsung dapat digunakan warga. Selain itu, pengelola telah mengajukan berkas-berkas proposal bantuan untuk pengelolaan Program PAMSIMAS lebih lanjut. Berikut ini pernyataan B01 :

“Kami mempunyai suatu kebijakan supaya warga tidak perlu jauh-jauh kesana minta-minta air, air dari pompa itu saya alirkan di tempat. Jadi, air yang dari pompa mesin itu langsung keluar, tidak dialirkan ke pipa warga dulu. Jadi, mereka biar ngambil disitu untuk sementara, karena kalau ditarik ke tower sudah tidak mungkin. Jadi, itu bisa mengatasi sementara masalah penanganan krisis air itu dalam tempo lima bulan terakhir ini. Proposal pengoptimalan sumber air juga sudah kami ajukan dan sampai ke DPU.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Beranjak dari pernyataan-pernyatan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi lokal di Desa Plosorejo maupun Desa Katelan memiliki kapasitas yang memadai terkait pengambilan keputusan dan pemecahan masalah terkait Program PAMSIMAS. BP-SPAMS di Desa Plosorejo didukung oleh LP2MD dalam menangani permasalahan seputar Program PAMSIMAS. Di sisi lain, meskipun tanpa dukungan LP2MD, BP-SPAMS Desa Katelan bekerjasama dengan LKM setempat memiliki kapasitas yang memadai dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah terkait Program PAMSIMAS.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 58-61)