• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan masyarakat dalam administrasi dan keuangan

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 69-89)

Community knowledge juga dapat dikaji dari pengetahuan masyarakat sasaran

dalam pengelolaan administrasi dan keuangan. Hasil penelitian meunjukkan masyarakat lokal memiliki pengetahuan yang memadai terkait pengelolaan administrasi dan

commit to user

keuangan ini. Hal ini terutama terlihat dalam pengelolaan administrasi dan keuangan Program PAMSIMAS di Desa Plosorejo. Bendahara BP-SPAMS Desa Plosorejo, A02, memiliki latar belakang pendidikan di bidang akuntansi, sehingga tidak menemui kendala dalam pengelolaan administrasi maupun keuangan. Selain itu, pengurus telah mengikuti berbagai macam diklat terkait administrasi dan keuangan. Berikut ini seperti yang dinyatakan A02 selaku Bendahara BP-SPAMS Desa Plosorejo :

“Tidak ada kesulitan. Kebetulan basic saya akuntansi. Dulu juga pernah ikut pelatihan di Semarang. Pelatihan di DPU, disini, di Semarang untuk BPS. Satu kali program satu kali. Sebelum pelaksanaan ada pelatihan. Jadi, tiap tahun ada. Itu setelah terbentuk BPS. Pertama di desa dulu itu sebelum program berjalan. Itu keuangan, jadi bendahara.”

(wawancara 26 Agustus 2015) Pernyataan senada diungkapkan A03 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo lainnya, sebagai berikut :

“Kalau bendahara itu A02 sudah sangat memahami dan sudah terampil. Lancar. Kebetulan dia kan juga lulusan Akuntansi Undip. Mbak A02 itu dari lulusan Undip jurusan Akuntansi. Lha garwane (suaminya) itu kan justru juga akuntan. Pelatihan juga pernah dan sering.”

(wawancara 29 Agustus 2015) Di sisi lain, hasil penelitian menunjukkan pengurus BP-SPAMS Desa Katelan melakukan pengelolaan administrasi dan keuangan secara sederhana sesuai pengetahuan dasar mereka. Meskipun demikian, pengelolaan administrasi dan keuangan ini dapat dikatakan sudah memadai. Berikut ini seperti yang diungkapkan B03 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Katelan :

“Pembukuan kami buat sederhana. Kita sudah paham pembukuannya. Pembukuannya itu kami laporkan ke Ketua BP-SPAMS, Pak B01. Pembukuannya ya sederhana. Kalau untuk pelatihan biasanya yang diikutkan ketuanya.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan membenarkan pernyataan B03, sebagai berikut :

“Selama ini pembukuannya dilakukan secara sederhana saja. Pembukuannya itu hanya semacam perincian uang masuk sekian, uang keluar sekian. Dulu kami juga pernah mengikuti diklat terkait pengelolaan keuangan. Yang menyelenggarakan itu kan dari DPU, mas. Jadi, diklat keuangan pernah diikutkan.”

commit to user Tabel IV.16 Hasil Observasi

Aspek Community Knowledge

dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

Community Knowledge

Aspek Pengetahuan

Desa Plosorejo Desa Katelan

SB B K SB B K Pengetahuan Teknis Pengetahuan dalam perbaikan jaringan perpipaan V - - V - - Pengetahuan dalam perbaikan pompa - V - - V - Pengetahuan dalam kelistrikan - V - V - - Pengetahuan Administrasi dan Keuangan Pengetahuan dalam laporan keuangan V - - - V - Pengetahuan dalam penghitungan rekening meter air

V - - - V - Pengetahuan dalam pembuatan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) V - - - - V Keterangan :

SB : Sangat Baik B : Baik K : Kurang Sumber: Data Primer.

Beranjak dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa masyarakat sasaran dan pengurus organisasi lokal telah memiliki pengetahuan yang memadai terkait pengelolaan administrasi dan keuangan. Pengelola tidak menemui kendala dalam pengelolaan administrasi maupun keuangan. Pengurus juga telah mengikuti berbagai macam diklat terkait administrasi dan keuangan. Pengurus BP-SPAMS di Desa Plosorejo bahkan memiliki pengetahuan dasar terkait akuntansi sesuai basic pendidikan formal di Perguruan Tinggi. Di sisi lain, pengurus BP-SPAMS Desa Katelan melakukan pengelolaan administrasi dan keuangan secara sederhana sesuai pengetahuan dasar mereka. Meskipun demikian, pengelolaan administrasi dan keuangan ini dapat dikatakan sudah memadai.

Untuk lebih jelasnya dalam memahami aspek -aspek Community Knowledge terkait pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen, berikut ini penulis sajikan analisisnya dalam Tabel IV.17 :

commit to user Tabel IV.17

Matriks Community Knowledge

dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

No. Aspek Community

Knowledge

Hasil Penelitian

Desa Katelan Desa Plosorejo

(1) (2) (3) (4) 1. Pengetahuan masyarakat dalam operasional teknik Pengetahuan masyarakat dalam kelistrikan

memadai, namun untuk

kerusakan berat perlu

mengundang teknisi dari luar. Pengurus ikut serta

dalam diklat untuk

meningkatkan kapasitasnya.

Pengetahuan masyarakat

dalam membersihkan

pompa masih minim,

sehingga mengundang

teknisi dari luar. Selain itu, pengurus ikut serta

dalam diklat untuk

meningkatkan kapasitasnya. 2. Pengetahuan masyarakat dalam administrasi dan keuangan Masyarakat memiliki pengetahuan memadai terkait pengelolaan administrasi dan keuangan, meskipun pengelolaannya secara

sederhana. Hal ini

diperkuat dengan diklat.

Pengetahuan masyarakat dalam administrasi dan

keuangan memadai,

pengurus memiliki

background pendidikan

akuntansi. Pengurus juga

diikusertakan dalam

berbagai diklat. Sumber: Data Primer.

f. Politics

Politics disini diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam

kepentingan-kepentingan politik yang mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini mengacu pula pada pondasi dasar pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dan daya tawarnya, serta memperoleh akses yang lebih baik, melalui pastisipasi aktif dalam pembangunan dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Politik terkait pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen ini dapat dilihat dari kapasitas dan daya tawar masyarakat dalam politik.

Kapasitas politik dalam pemberdayaan masyarakat dapat dikaji dari kemampuan, kesadaran, dan daya tawar masyarakat dalam politik kaitannya dengan pelaksanaan program. Masyarakat yang memiliki kapasitas politik yang baik ialah masyarakat yang dapat dikategorikan memiliki keberdayaan. Kapasitas politik yang baik ini akan mampu mendorong masyarakat dalam menyuarakan suaranya dan

commit to user

meningkatkan keputusan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Di sisi lain, masyarakat yang terisolasi dari politik merupakan masyarakat yang dapat dikatakan sangat jauh dari kata berdaya.

Hasil penelitian menunjukkan masyarakat sasaran memiliki kesadaran politik yang baik. Hal ini ditunjukkan dari keterlibatan masyarakat di Desa Plosorejo dalam mengajukan kritik dan saran dan bantuan terkait pengelolaan Program PAMSIMAS ke Bupati dalam acara Srawung Warga. Daya tawar masyarakat cukup baik, terbukti dengan didengarnya suara mereka oleh Bupati dan jajarannya dengan menyanggupi permintaan warga. A04 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo mengakui hal ini sebagai berikut :

“Niku usulan teng Srawung Bupati niku (itu usulan di Srawung Bupati itu) dari masyarakat sendiri. Ini berawal dari kebayanan sini kan kekurangan air. Apalagi Sidoharjo itu kekurangan air bersih. Warga protes, ada gejolak. Jadi, kami usulkan ke Bupati waktu acara tersebut.”

(wawancara 26 Agustus 2015) A05 selaku Ketua LP2MD Desa Plosorejo membenarkan pernyataan A04. A05 menyebutkan, suara masyarakat dalam Srawung Warga tersebut didengar oleh Bupati beserta jajarannya dengan menurunkan bantuan keberlangsungan Program PAMSIMAS, yaitu Program Dana Alokasi Khusus (DAK) pada 2014/2015 lalu. DAK ini berwujud sumur beserta tower dan jaringan perpipaaan. Berikut ini pernyataan A05 : “Setelah ada Srawung Warga, DAK turun. Begini, kan PAMSIMAS Reguler dan HID sudah di Kebayanan Dawung, ternyata oleh ketuanya dan Pak Lurah itu Dukuh tidak diberikan, dibawa ke Dawung lagi. Lha akhirnya orang sini itu seolah-olah agak berontak, wes ora usah demo yen ono opo-opo ngko matur

Pak Bupati, ndelalah ono Srawung Warga (sudah tidak perlu demo kalau ada

apa-apa nanti bilang Pak Bupati, kebetulan ada Srawung Warga). Terus kita sampaikan Pak Bupati. Dijawab nanti Mbak A02 disuruh buat proposal, akhirnya dapat DAK. Lha disini kalau musim kemarau gini banyak sumur digunakan di sawah itu.”

(wawancara 31 Agustus 2015) C01 selaku Staff Teknik Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen, membenarkan pernyataan A05 dan A04 ini sebagai berikut :

“Itu awal mulanya Pak Bupati datang di Srawung Warga desa disini, di perempatan. Kan seperti biasanya pejabat membuat janji, Pak Lurah dari masukan warga waktu itu lapor kalau masyarakat kekurangan air. Lalu dijawab supaya mengajukan saja proposal, akhirnya warga mengajukan proposal, dengan dalih yang sudah terlealisasi PAMSIMAS Reguler dan HID sekian, yang belum untuk Sidoarjo sekitar 100 kk belum dapat air bersih

commit to user

akhirnya mengajukan proposal itu akhirnya dapat. Awal mulanya kan ya Srawung Warga desa itu, umbar janji, tapi sudah disiapkan dulu mas, srawungnya tanggal sekian, terus warga rencanakan sumur saja yang diajukan.”

(wawancara 30 Agustus 2015) Hasil penelitian menunjukkan kepentingan politik dalam Program PAMSIMAS sebatas ditunjukkan dari kedekatan Ketua LP2MD Desa Plosorejo terhadap Bupati Kabupaten Sragen Periode 2011/2015, Agus Fatchurohman. Selama kepemimpinan dijabat oleh Bupati Kabupaten Sragen Periode 2001/2011, Untung Wiyono, Desa Plosorejo memang cenderung tidak dikembangkan dalam berbagai bantuan. Hal ini dikarenakan ketidakharmonisan hubungan politik antara Bupati dengan Kepala Desa Plosorejo saat itu. Setelah berganti kepemimpinan, berbagai bantuan mulai diterima Desa Plosorejo, dikarenakan beberapa pengurus organisasi lokal di Desa Plosorejo merupakan basis relawan Bupati Agus Fathurohman saat pemilihan bupati (pilbub). Berikut ini seperti yang diungkapkan A05 selaku Ketua LP2MD Desa Plosorejo :

“Karena Pak Bupati Untung Wiyono itu berseberangan dengan Pak Lurah saat itu, maka setiap ada proposal apapun selama saya sebagai LP2MD dan Mas Hartoyo itu menjadi BPD, belum pernah ada bantuan masuk Plosorejo. Satu

sak semen pun belum pernah masuk Plosorejo. Akhirnya, pada tahun 2010 itu

ada pilkada, nah, termasuk saya relawan, mas. Relawan untuk memenangkan Pak Agus. Kenapa? karena sama sekali tidak dijamah, karena berseberangan dengan Pak Lurah. Apalagi mung (cuma) minta bantuan semen aja ndak bisa.”

(wawancara 31 Agustus 2015) Kapasitas politik yang memadai ini muncul pula dalam pengelolaan Program PAMSIMAS di Desa Katelan. Pengurus BP-SPAMS Desa Katelan memiliki kemampuan politik dalam mengekspos pemberitaan rawan air di daerahnya melalui media massa. Hal ini dikarenakan Ketua BP-SPAMS Desa Katelan berprofesi sebagai wartawan harian lokal. Melalui media massa, pengurus melakukan komunikasi politik dengan menyuarakan kondisi rawan air di Desa Katelan, dimana hal ini mampu menggerakkan berbagai pihak untuk menyalurkan bantuan mobil tangki air ke daerah ini. Berikut ini seperti yang disampaikan B01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan :

“Seringnya daerah sini masuk di koran sangat menguntungkan. Lha PAMSIMAS disini kok kekeringan, wartawan tanya, terus tanya saya. Bahkan, ada paguyupan warga Klaten sampai kesini memberi bantuan tangki air. Warga Klaten ngirim kesini berkat media massa juga. Kebetulan saya wartawan dari Jawa Pos. Kebetulan yang mengangkat berita ini memang saya.

commit to user

Daerah sini sering masuk di Joglosemar, Solopos. Dari media massa itu kan jadi sering bantuan masuk ke sini. Jadi sorotan perhatian, mas. Bantuan mobil tangki air dari parpol juga sering masuk. Itu bantuan sosial. Kemarin itu yang

ngasih bantuan tangki air ada yang dari perusahaan, perorangan, sampai dari

pemerintah.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B03, selaku Pengurus BP-SPAMS Desa Katelan membenarkan pernyataan B01 sebagai berikut :

“Bantuan air masuk dari parpol juga sering. Parpol-parpol itu malah sering kirim tangki air. Tangki air bantuan PDAM juga sering masuk. Dari BRI, PMI juga sering. Itu dari pengurus yang calling mereka. Kita punya link-nya. Kebetulan Pak B01 itu sebagai Ketua BP-SPAMS sini kan wartawan, jadi bisa

masukin koran beritanya.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B02 selaku Ketua LKM Desa Katelan menyatakan bahwa selama ini pengurus sebatas mengajukan bantuan mobil tangki air selama musim kemarau ke berbagai pihak, termasuk partai politik. Namun demikian, pihaknya mengakui tidak ada ikatan politik untuk memilih calon bupati/wakil bupati (cabup/cawabup) tertentu dalam pemilihan bupati (pilbup) 2015 ini. Berikut pernyataan B02 :

“Kalau bantuan tangki air selama ini dari PMI, Kepolisian, parpol, macam-macam. Mereka tahu disini rawan air dari koran atau di-calling pengurus. Sampai saat ini belum ada gagasan mengajukan proposal bantuan pencarian sumber PAMSIMAS ke parpol. Meskipun ini kan kesempatan pilkada, tapi

kan kalau ada ikatan ini-itu warga takut. Ya misalkan kami menerima bantuan

yang ada ikatannya itu, kan kita juga harus menggerakkan warga memilih salah satu caleg yang memberi bantuan, kan nggak bisa, lha pilihannya beda-beda, malah nanti berseteru. Kita nggak pernah intervensi warga memilih mana. Ini murni bantuan air bersih.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Hasil penelitian menunjukkan kepentingan politik yang masuk hanya sebatas pada kemudahan akses politik masyarakat sasaran dan pengurus ke aktor-aktor politik. Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen cenderung minim dari intervensi politik. Hal ini terlihat dari kondisi tahun 2014 lalu, dimana alokasi Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen menurun drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Ini merupakan bentuk proteksi untuk menghindari kepentingan politik menjelang pemilu legislative (pileg) tahun 2014 lalu. Berikut ini seperti yang diberitakan dalam Majalah Berita Online Timlo.net, 26 Maret 2014 :

commit to user

“Khawatir dimanfaatkan untuk kepentingan politik menjelang pemilu legislative (pileg), 2014, Pemkab Sragen hanya mengalokasikan 5 titik pembangunan lokasi Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (PAMSIMAS) 2014 ini. Alokasi tersebut menurun drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 40 titik. Penurunan alokasi anggaran untuk pembuatan sumur tersebut dikarenakan di tahun 2014 ini akan berlangsung pelaksanaan pemilu. Oleh karena itu alokasi pembangunan PAMSIMAS belum disetujui. Ada kekhawatiran pembangunan sumur di sejumlah kawasan rawan air bersih tersebut ditunggangi kepentingan politik (Widodo, 2014).”

Beranjak dari pemaparan tersebut, menunjukkan bahwa masyarakat sasaran sudah memiliki kesadaran politik yang baik. Hal ini ditunjukkan dari keterlibatan masyarakat sasaran dalam mengajukan bantuan terkait pengelolaan Program PAMSIMAS ke aktor-aktor politik, seperti Kepala Desa sampai dengan Bupati. Daya tawar masyarakat cukup baik, terbukti dengan didengarnya suara mereka. Bentuk akses politik yang ada selama ini hanya sebatas pada kemudahan akses politik masyarakat sasaran dalam membina hubungan yang baik dengan aktor-aktor politik. Hasil penelitian menunjukkan Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen cenderung minim dari intervensi politik. Untuk lebih memahami aspek Politics terkait pemberdayaan masyarakat dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen, berikut ini dapat dilihat dalam Tabel IV.18 :

Tabel IV.18 Matriks Politics

dalam Program PAMSIMAS di Kabupaten Sragen

Aspek Politics Analisis

Desa Katelan Desa Plosorejo

(1) (2) (3)

Kapasitas dan

daya tawar

masyarakat dalam politik

Masyarakat memiliki kesadaran politik yang baik, dilihat dari pengurus yang mempolitisasi ekspoitasi kondisi rawan air ke media massa. Namun demikian, program ini minim intervensi politik.

Masyarakat memiliki

kesadaran politik yang baik,

dilihat dari keterlibatan

masyarakat dalam

mengajukan bantuan program

ke Bupati dalam acara

Srawung Warga. Kepentingan politik yang masuk hanya

sebatas pada kemudahan

akses politik dikarenakan

adanya hubungan yang baik dengan Bupati.

commit to user

g. Legality

Legalitas organisasi lokal dalam hukum menjadi aspek yang perlu diperhatikan dalam mengkaji pemberdayaan masyarakat. Kesadaran masyarakat terhadap hukum akan mampu meningkatkan keberdayaan mereka di mata hukum. Masyarakat yang memiliki pengetahuan hukum yang baik akan mampu memegang akuntabilitas penyelenggara program. Selain itu, legalitas organisasi lokal dirasa perlu dikarenakan dengan adanya legalitas ini penyelenggaraan program akan lebih memenuhi kaedah hukum. Organisasi lokal dan masyarakat dapat melakukan tindakan hukum apabila ada sengketa, penyimpangan, atau penyalahgunaan. Selain itu, organisasi lokal akan lebih berkembang dalam pelaksanaannya karena semakin terbuka dengan kontrak hutang-pihutang dan lain sebagainya dalam pengelolaan dana.

Hasil penelitian menunjukkan kondisi yang berbeda antara Desa Katelan dengan Desa Plosorejo terkait kapasitas masyarakat dan legalitas organisasi lokal dalam hukum. Kapasitas dan legalitas hukum lebih memadai di Desa Katelan daripada di Desa Plosorejo, dimana organisasi lokal di Desa Katelan telah memiliki badan hukum atau akta notaris. Hal ini berbeda dengan organisasi lokal di Desa Plosorejo yang belum berbadan hukum. B02 selaku Ketua LKM Desa Katelan menyatakan sebagai berikut :

“Mulai sejak awal kan sudah di akta-notariskan LKM-nya. Sejak mulai mau menerima bantuan itu sudah dinotariskan. Sudah berbadan hukum LKM disini. Jadi, LKM-nya berbadan hukum. Kalau menurut keterangan dari Desa kan itu aturan pusat harus berbadan hukum.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B04 selaku Staff Kaur Pemerintahan Kleurahan Katelan juga menyatakan bahwa LKM Desa Katelan telah berbadan hukum dan dilegalitaskan dalam akta notaris. Berikut ini pernyataan B04 :

“Untuk LKM disini sudah berbadan hukum. Jadi, sudah ada legalitas secara hukum. LKM disini itu sudah ada akta notarisnya. LKM ini kan juga yang mengurusi persoalan air minum di PAMSIMAS itu bersama BP-SPAMS. Jadi, secara hukum sudah legal.”

(wawancara 1 Oktober 2015) B01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan membenarkan pernyataan B02 dan B04, sebagai berikut :

“Itu yang berbadan hukum LKM-nya. Untuk LKM disini sudah berbadan hukum. Organisasi LKM ini sudah dinotariskan sejak lama, mas. Jadi legalitas

commit to user

hukumnya sudah ada. Jadi, sudah berpayung hukum dan sah di mata hukum. Kalau ada apa-apa sudah ada payung hukumnya.”

(wawancara 1 Oktober 2015) Lebih lanjut, B01 menyatakan bahwa legalitas hukum ini penting termasuk dalam pemberian Surat Keputusan (SK) terkait pengurus BP-SPAMS. Oleh karena itu, B01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Katelan mengajukan permintaan SK ke pihak Desa. Berikut ini pernyataan B01 :

“Dulu saat saya ditunjuk sebagai ketua BP-SPAMS, SK tidak dikasih ke kami.

Kan harusnya ada SK-nya itu. Lha terus kami protes, gimana kalau ada

kesalahan kerja dan metu sakwayah-wayah kan iso (dan keluar sewaktu-waktu

kan bisa). Terus saya komplain ke Pak Lurah, gini pak, kalau saya ditunjuk

jadi ketua BP-SPAM ini, tapi tidak ada SK-nya, saya mending mundur saja.

Gak gelem mas, lha nyambut gawe gak ono payung hukume, terus dikekne, mas.” (tidak mau mas, kalau bekerja tidak ada payung hukumnya, terus

dikasihkan, mas).

(wawancara 1 Oktober 2015) Hasil penelitian menunjukkan kapasitas masyarakat dan legalitas dalam hukum justru belum memadai di Desa Plosorejo. Hal ini ditunjukkan belum adanya perangkat hukum semacam akta notaris untuk Kelompok Masyarakat (Pokmas) di Desa Plosorejo. Ketidakadanya legalitas organisasi lokal ini mengakibatkan bantuan program terkait Sanitasi dan Air Minum yang seharusnya diperoleh BP-SPAMS Desa Plosorejo menjadi terhambat. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BKBPMD) Kabupaten Sragen yang seyogyanya memberikan bantuan senilai Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) sesuai proposal yang diajukan untuk penambahan sumur, menunda proses pencairan karena belum adanya legalitas hukum tersebut. A01 selaku Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo membenarkan hal ini sebagai berikut :

“Lha niki kolomben ajeng angsal meleh bantuan saking BKBPMD. Jane niki

angsal 30 juta ning sampai sekarang belum cair. Kan untuk buat sumur lagi, ajeng ngebor lagi. Sudah buat proposal, kulo malah pun sampai semarang mau pencairan. Jane perjanjiannya bulan Juni-Juli, tapi nggak cair sampai sekarang. Sidane yo niku dipending dereng cair, amargi dereng wonten akta notaris.” (Ini dulu mau dapat lagi bantuan dari BKBPMD. Sebenarnya kita

dapat 30 juta, tapi sampai sekarang belum cair. Kan untuk membuat sumur lagi, mau ngebor lagi. Sudah buat proposal, saya malah sudah sampai Semarang mau pencairan. Sebenarnya perjanjiannya bulan Juni-Juli, tapi

nggak cair sampai sekarang. Akhirnya ya itu di-pending belum cair, karena

belum ada akta notaris).

commit to user

Lebih lanjut, A01 menambahkan bahwa pihaknya sebagai Ketua BP-SPAMS Desa Plosorejo sebenarnya telah menerima pemberitahuan terkait turunnya bantuan. Bahkan pihaknya telah menerima pemberitahuan tersebut secara simbolis langsung dari Bupati dalam sebuah acara publik. Namun demikian, karena Kelompok Masyarakat (Pokmas) di Desa Plosorejo belum berbadan hukum, maka bantuan tersebut belum dapat dicairkan. Berikut ini pernyataan A01 :

“Padahal kulo sampun nompo (saya sudah menerima) tulisan menerima bantuan 30 juta di kunjungan Bupati di Tunggul, sudah di-shoting, malah sampai sekarang bantuan belum ada. Kudune kan caire sesuk, let tiga hari (seharusnya kan cairnya besok, jangka tiga hari) kan harusnya saya ke Semarang pencairan. Sampai disana proposalnya disuruh perbaiki lagi. Suruh buat akta notaris. Istilahnya berbadan hukum. Pokmas itu harus berbadan hukum, karepe ngeten (perintahnya begitu). Selama ini belum berbadan hukum, belum mengurus, kan regine nggih larang (biayanya mahal). Harus berbadan hukum itu. Lha kok malah dipending.”

(wawancara 29 Agustus 2015) A03 selaku pengurus BP-SPAMS Desa Plosorejo membenarkan pernyataan A01 sebagai berikut :

“Kita pernah pengajuan proposal untuk pembuatan sumur tambahan dengan nominal 30 juta ke BKBPMD. Itu bahkan sudah difoto penyerahan pencairannya langsung dengan Pak Bupati, ternyata dibatalkan. Katanya batal, harus ada badan hukum. Kalau badan hukum kan istilahnya ke notaris.”

(wawancara 29 Agustus 2015) Senada dengan A03 dan A01, A05 selaku Ketua LP2MD Desa Plosorejo menyatakan hal berikut :

“Dulu mau dapat dana 30 juta untuk yang Dawung, dari BKBPMD itu, tetapi sayangnya di BP-SPAM Plosorejo belum ada badan hukum akhirnya mental. Itu harus berbadan hukum BP-SPAM-nya. Jadi BP-SPAM dipatenkan dibuat badan hukum, kalau ada pantauan kan lewatnya BP-SPAMS. Lha akhirnya dana pending, aturan harus punya badan hukum, sampai sekarang belum cair.”

(wawancara 31 Agustus 2015) Belum adanya legalitas hukum pada organisasi lokal di Desa Plosorejo ini selain menyebabkan dana bantuan terhambat juga berdampak pada lemahnya tata kelola organisasi. Kepengurusan Program PAMSIMAS di Desa Plosorejo cenderung belum mengarah pada sebuah kesatuan BP-SPAMS. Unit DAK cenderung berdiri sendiri dan kurang terkoordinasi dengan pengurus inti di BP-SPAMS yang sebelumnya sudah membawahi Program PAMSIMAS Reguler dan Program PAMSIMAS HID.

BP-commit to user

SPAMS di Desa Plosorejo ini memang memiliki 3 (tiga) sumur dari dana bantuan proyek yang berbeda, yaitu Sumur I di Dawung dari dana Program PAMSIMAS

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 69-89)