BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teoritis
skripsi yang akan dilakukan. Melalui tinjauan penelitian ini, penulis juga mendapat beberapa konsep baru dan memperoleh gambaran mengena i teknik-teknik dalam penulisan dan menganalisis data yang tepat serta dalam menuliskan ide-ide dan hasil penelitian yang relevan.
F. Kerangka Teoritis 1. Definisi Konseptual
a. Pemuda
Definisi pemuda secara demografis menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diwakilkan ILO (International Labor Organizat io n) adalah penduduk berusia 15-24 tahun. Sedikit berbeda dengan perundang-undangan Kepemudaan Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 1.1 yang mendefinisikan pemuda yang berusia 16-30 tahun.
Sedangkan definisi pemuda secara struktur sosial memilik i beberapa arti yakni suatu transisi kehidupan yang bahkan bisa memberikan perubahan besar (Ningrum, 2017). Konning (1997) mengungkapkan bahwa pemuda adalah dimensi ‘generasi’ yang tercermin pada tiga hal yakni, sekelompok usia tertentu (didefinis ika n secara biologis), relasional yakni pemuda sebagai kategori sosial yang memiliki relasi-relasi, perbedaan, dan ketimpangan dengan kategori sosial lainnya, dan yang terakhir adalah pemuda sebagai kategori sosial
15
yang relevan dengan sejarah perjuangan suatu bangsa (Naafs dan White, 2008).
Secara lebih terperinci, Ansori (2009) mengungkapkan bahwa pemuda adalah kelas menengah usia muda di perkotaan. Hal ini ditunjukan pada kelompok pemuda yang menjadikan gaya hidup pola konsumerisme seperti ‘nongkrong di kafe’ atau mengikuti keanggotan klub seperti ‘gym.’ (Ansori, 2009)
Generasi ini juga sudah akrab dengan penggunaan teknologi komunikasi mutakhir seperti smartphone yang di dalamnya terdapat electronic mail (email), instant messaging dan media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp dan Instagram. Lebih lanjut pemuda di era sekarang juga disebut dengan milenial, yang mana cirinya (Lyons, 2004) ialah pola komunikasinya yang sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya, pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dalam perkembangan teknologi, lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi sehingga mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya, memiliki perhatian yang lebih terhadap kekayaan (Putra, 2016).
Menurut Purwandi (2017) generasi milenial adalah generasi yang unik, berbeda dari generasi lain, hal ini karena banyak dipengaruhi oleh teknologi yang sudah maju, sehingga teknologi ini mempengaruhi pola
16
pikir dan perilaku mereka. Adanya perkembangan teknologi ini membuat generasi milenial mengalami pergeseran pemikiran terutama pada segi kebutuhan (Widjojo, 2018).
b. Konsumsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumsi artinya pemakaian barang-barang yang langsung memenuhi keperluan hidup kita, seperti bahan pakaian, makanan, dan sebagainya. Sedangkan menurut (Samuelson, 2000) konsumsi diartikan sebagai kegiatan menghabiskan nilai guna barang dan jasa. Konsumsi mempunya i pengertian yang luas yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia (Nopirin, 1997).
Konsumsi (Chaney, 2003) adalah seluruh tipe aktivitas sosial yang orang lakukan sehingga dapat dipakai untuk mencirikan dan mengenal mereka, selain apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup . Konsumsi itu sekaligus sebagai moral dan sistem komunikasi, struktur pertukaran (Hapsari, Manurung, dan Dewi, 2017).
c. Sistem Pembayaran
Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994:27) sistem pembayaran adalah peraturan, standar, serta instrumen yang digunaka n untuk pertukaran nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang terlibat untuk melepaskan diri dari kewajiban. Sedangkan menurut UU Bank Indonesia No. 6/2009 Pasal 1 ayat 6, sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanis me
17
yang digunakan untuk melakukan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Kelancaran sistem pembayaran ini diperlukan untuk mendukung pertimbanga n kebijakan pemerintah baik secara makro (moneter) dan kebijakan para pengusaha mikro di masa depan. Berdasarkan alat yang digunakan dalam sistem pembayaran, secara garis besar alat pembayaran dibagi menjadi dua, yakni:
(1) Alat Pembayaran Tunai adalah pembayaran yang menggunaka n uang kartal/uang tunai yang meliputi Uang Kertas (UK) dan Uang Logam (UL) (Firmansyah and Purwanta 2014). Saat ini, kehadiran uang kartal yang berbentuk uang kertas dan uang logam masih diperlukan, utamanya pada transaksi bernilai kecil di kehidupan sehari-hari.
(2) Alat Pembayaran Nontunai adalah pembayaran yang menggunaka n berbagai media atau instrumen selain uang tunai, seperti kartu kredit, ATM, kartu debet, dan uang elektronik (Firmansyah dan Purwanta 2014). Alat pembayaran nontunai dibagi menjadi dua berdasarkan bentuknya, yakni paper based, seperti cek, bilyet giro, dan nota debet dan electronic based seperti kartu ATM, kartu debet, kartu kredit, dan uang elektronik. Menurut PBI nomor 11/12/PBI/2009, uang elektronik diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit yang disimpan secara elektronik dalam media seperti server atau chip.
18 2. Kajian Teori
Teori Masyarakat Konsumeris Jean P. Baudrillard
Konsumsi masa kini diartikan dengan individu-individu yang memaksimalkan kepuasan mereka melalui pembelian. Menurut Jean P. Baudrillard, salah seorang tokoh postmodernisme dari Perancis mengatakan dalam buku mutakhirnya yang populer, The Consumer Society (yang sudah diterjemahkan menjadi Masyarakat Konsumeris) bahwa
Masyarakat dewasa ini sudah menggeser nilai suatu objek yang dibelinya. Dari yang awalnya suatu objek tersebut meman g sesuai dengan kebutuhannya, sampai sekarang orang sudah tidak lagi memikirkan nilai tukar dan nilai guna objek tersebut pada dirinya akan tetapi lebih ke penanda kelas sosial bagi si individu yang membelinya. Status dan kedudukan seseorang di dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh barang yang ia beli dan ia gunakan. (Baudrillard 1998)
Lebih dari itu, Baudrillard juga menganalisis bahwa objek konsumsi sebagai sesuatu ‘yang diorganisir oleh tatanan produksi’ maknanya adalah kebutuhan dan konsumsi adalah sesuatu yang sudah direncanakan dari produktif yang aktif. Klaim Baudrillard adalah objek menjadi tanda (sign) dan nilainya ditentukan oleh sebuah kode. Baudrillard (dalam Poster, 1988:46) mengatakan kegiatan konsums i adalah kegiatan komunikasi, maknanya adalah saat kita mengonsums i sesuatu berarti kita mengomunikasikan ke orang sekitar lewat perbedaan tanda/objek. Konsumerisme melalui pengonsumsian barang dan jasa saat ini telah menjadi ‘atribut masyarakat’ (Bauman, 2007:28), bukan lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan hidup.
19
Menurut Baudrillard, saat konsumen membeli barang itu bukan untuk mengekspresikan perasaan tentang jati dirinya, akan tetapi konsumen menciptakan perasaan tentang jati dirinya berdasarkan apa yang mereka beli (Bocock, 1993:67). Ritzer (2003), kita tidak membeli apa yang kita butuhkan, akan tetapi membeli apa yang kode sampaikan kepada kita tentang apa yang seharusnya dibeli (Umanailo, 2018).
Bukan berarti menafikan adanya kebutuhan serta keingina n, namun Baudrillard ingin menekankan bahwa konsumsi juga ditentuka n dari seperangkat hasrat untuk mendapatkan status, penghormatan, prestise, serta konstruksi identitas baru melalui ‘mekanisme penandaan’ (Bakti, Nirzalin, and Alwi, 2019). Sistem sign value dan symbol value menjadi dasar mekanisme sistem konsumsi saat ini terjadi (Baudrillard, 1998). Sign value dan symbol value adalah pergeseran nilai yang dirasakan Baudrilla rd dalam mengkritik konsep Karl Marx mengenai tujuan berkonsumsi karena ada use value dan exchange value. Singkatnya, konsumsi simbolis lebih mendapatkan perhatian dan penekanan daripada konsumsi atas kegunaan serta fungsional suatu barang.
Baudrillard melihat bahwa masyarakat kontemporer di masa kini telah menjadikan konsumsi sebagai motor utama (penggerak) hidupnya (Bakti et al. 2019). Hal itu dibuktikan dengan kaitan erat yang terjadi antara masyarakat konsumerisme dengan teknologi.
Teknologi menurut Baudrillard berperan penting, khususnya manusia sebagai agen yang menyebar imaji-imaji kepada khalayak luas.
20
Keputusan setiap orang untuk membeli atau tidak, benar-benar dipengaruhi oleh kekuatan imaji tersebut (Umanailo, 2018). Masyarakat yang secara pasif mengonsumsi imaji- imaji yang tersalurkan melalui iklan mulai menjadi ‘korban penipuan tanpa akal’ karena bagi masyarakat konsumeris, iklan adalah teladan yang harus mereka ikuti, sehingga masyarakat mulai menjauh dari definisi mahluk aktif dan kreatif (Paterson, 2006:26). Baudrillard melihat lebih jauh bahwa konsumsi saat ini telah menjadi proses aktif bagi konsumen untuk melibatkan konstruksi simbolik rasa identitas kolektif dan individu (Bakti et al., 2019).
G. Metode Penelitian