• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEN UTUP

B. Saran

Jean Baudrillard telah memberikan kita pemahaman bahwa konsumsi yang kita lakukan saat ini adalah konsumsi tanda. Konsumsi tanda yang bertujuan untuk meningkatkan status sosial dan juga harga diri (prestise). Mengetahui realitas ini, kita sebagai masyarakat modern yang berpikiran maju serta berpendidikan hendaklah tidak terjebak pada delusi konsumsi seperti ini. Hendaknya konsumsi kita harus didasarkan pada kebutuhan diri dan kesanggupan diri untuk membayarnya, bukan untuk meningkatkan prestise, terbujuk rayuan iklan, dan motivasi lainnya. Hal-hal tersebut nantinya jika dilakukan secara terus menerus oleh banyak orang akan membentuk masyarakat konsumeris yang lebih memilih untuk menjadi konsumen daripada menjadi produsen. Selain itu, masyarakat konsumeris juga bisa tak sehat secara mental karena identitas dirinya sendiri saja harus ditentukan dari sesuatu yang berasal dari luar dirinya, komoditi yang melekat pada tubuhnya. Memperhatikan skala prioritas kebutuhan, tidak boros, serta tidak terbujuk oleh rayuan iklan adalah langkah-langkah yang tepat untuk digunakan.

100

Bagi pemerintah provinsi DKI Jakarta dan pemerintah kota Jaka Selatan serta pihak lain yang berkepentingan, tentunya diharapkan untuk melihat sisi dampak sosial dari konsumsi, bukan hanya pada perkembanga n angka ekonomi. Konsumsi memang harus berjalan demi tingkat ekonomi yang stabil, namun melihat kota Jakarta Selatan memiliki tingkat konsums i tertinggi se-Indonesia selama beberapa waktu juga perlu diperhatika n alasannya. Apakah hal ini terjadi karena tingkat kemakmuran masyarakat kian meningkat atau karena ada unsur sosial lain yang dilakukan masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsi.

Terakhir bagi peneliti selanjutnya bisa melakukan penelit ia n dengan tema yang sama di lokasi yang berbeda. Penelitian ini bisa dilakuka n dengan baik karena melihat kota Jakarta Selatan sebagai penyangga ibukota yang tingkat kesejahteraan masyarakatnya tinggi, pendidikan yang baik, memiliki penduduk dengan rata-rata di usia produktif, dan lain sebagainya. Peneliti berharap, penelitian selanjutnya bisa dilakukan di lokasi-lokasi lain dengan mempertimbangkan kriteria yang ada. Secara khusus, penelit ia n selanjutnya juga bisa melakukan diferensiasi dari sisi pertanyaan penelitia n, fokus kajian, subjek dan lokasi penelitian, hingga metode penelitian.

101

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

BPS. 2020. Kota Administrasi Jakarta Selatan Dalam Angka 2020 (Jakarta Selatan Municipality Figures). Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. 2020. Kota Jakarta Selatan dalam Infografis 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. 2020. Peta Tematik Kota Jakarta Selatan 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. 2019. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. 2019. Statistik Daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Baudrillard, Jean. 2008. Masyarakat Konsumsi. Seventh. edited by A. Sumrahadi. Jogjakarta: KREASI WACANA.

Firmansyah, Herlan, and Wiji Purwanta. 2014. Buku Panduan Guru Ekonomi SMA/MA Muatan Kebanksentralan. Bank Indonesia; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2004. “Metodologi Penelitian Kualitatif.” Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber Jurnal:

Ansori, Mohammad Hasan. 2009. “Consumerism and the Emergence of a New Middle Class in Globalizing Indonesia.” Explorations 9:87–97. Bakti, Indra Setia, Nirzalin Nirzalin, and Alwi. 2019. “Konsumerisme

Dalam Perspektif Jean Baudrillard.” Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) 13(2):147–66.

Dewi, Fransisca Iriani Roesmala, and P. Tommy Y. Sumatera Suyasa. 2017. “Perbandingan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Metode Pembayaran Perbandingan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Metode Pembayaran.” Jurnal Phronesis 7(2):172–99.

Fadhilah. 2011. “Relevansi Logika Sosial Konsumsi Dengan Budaya Konsumerisme Dalam Epistemologi Jean Baudrillard.” Jurnal Kybernam 2(12):19.

Firmansyah, Herlan, and Wiji Purwanta. 2014. Buku Panduan Guru Ekonomi SMA/MA Muatan Kebanksentralan. Bank Indonesia;

102

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Hapsari, Paramita W., Sudung M. Manurung, and Putri Andam Dewi. 2017. “Perilaku Konsumsi Dan Produksi Komunitas Penggemar.” Wahana 1(12):44–52.

Huwaydi, Yasir, and Satria Fadil Persada. 2018. “Analisis Deskriptif Pengguna Go-Pay Di Surabaya.” Jurnal Teknik ITS 7(1):1–5. Iryana;, and Rizky Kawasati. 2018. “Teknik Pengumpulan Data Metode

Kualitatif.” Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Islam Negeri (STAIN) Sorong 4(1):17.

Kushendrawati, Selu Margaretha. 2006. “Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan Kapitalisme Global: Fenomena Budaya Dalam Realitas Sosial.” Makara Human Behavior Studies in Asia 10(2):49.

Mufidah, Nur Lailatul. 2006. “Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt Oleh Keluarga.” Biokultur 1(2):157– 78.

Nelasari, Putri Ratna;, and Hendry Cahyono. 2018. “Pengaruh Sistem Transaksi Non Tunai Terhadap Tingkat Konsumsi Masyarakat Di Surabaya.” Jurnal Ekonomi Islam 1(2):165–71.

Ningrum, Vanda. 2017. Pemuda Dalam Studi Sosial. Jakarta.

Pawanti, Mutia Hastiti. 2013. “Masyarakat Konsumeris Menurut Konsep Pemikiran Jean Baudrillard.” 1–9.

Putra, Yanuar Surya. 2016. “Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi.” Among Makarti (1952):123–34.

Rafa’al, Mubaddilah. 2017. “Identitas Gaya Hidup Dan Budaya Konsumen Dalam Mengkonsumsi Brand The Executive.” Jurnal Komunikasi Profesional 1(1):49–57.

Raharjo Jati, Wasisto. 2015. “Less Cash Society: Menakar Mode Konsumerisme Baru Kelas Menengah Indonesia.” Jurnal Sosioteknologi 14(2):102–12.

Ramadani, Laila. 2016. “Pengaruh Penggunaan Kartu Debit Dan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa.” Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Studi Pembangunan 8(1):1–8.

Umanailo, M. Chairul Basrun. 2018. “Konsumerisme.” Kajian Dan Analisis Sosiologi Dalam Bentuk Kumpulan Essay, Makalah Dan Opini

(March):107.

WIDJOJO, AHMAD TANOE. 2018. “ANALISIS NILAI-NILAI MODAL SOSIAL SEBAGAI KONSTRUKSI KESEJAHTERAAN GENERASI MILLENIAL.” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

103 Sumber Internet:

Bank Indonesia. Edukasi Financial Technology.

https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/fintech/Pages/default.aspx, diunduh pada 16 April 2020.

Bank Indonesia. Sistem Pembayaran.

https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/pbi_184016.aspx, diunduh pada 16 April 2020. Analisa.id. 2019. “Sejarah Panjang Ovo : Startup Unicorn Kelima

Indonesia.”

DetikInet, Rachmatunnisa. 2019. “10 Fakta Persaingan GoPay, Ovo, LinkAja, Dan Dana Cs.” Retrieved April 20, 2020

(https://inet.detik.com/business/d-4666061/10-fakta-persaingan- gopay-ovo-linkaja-dan-dana-cs).

IPrice, Vivin Dian. 2019. “Siapa Aplikasi E-Wallet Dengan Pengguna Terbanyak Di Indonesia?” Retrieved June 30, 2020

(https://iprice.co.id/trend/insights/e-wallet-terbaik-di- indonesia/). Katadata, Desy Setyowati. 2019. “Riset: Kalahkan OVO, GoPay Paling

Banyak Digunakan Tahun Ini.” Retrieved April 20, 2020

(https://katadata.co.id/berita/2019/11/27/riset-kalahkan-ovo- gopay-paling-banyak-digunakan-tahun- ini,).

Katadata, Pingit Aria. 2019. “OVO Jadi Dompet Digital Terbesar Di Indonesia Berkat Ekosistem Grab.” Retrieved June 30, 2020 (https://katadata.co.id/berita/2019/09/25/ovo-jadi-dompet-digital-terbesar-di-indonesia-berkat-ekosistem-grab).

Katadata, Tim Publikasi. 2019. “Transaksi Digital Ubah Pola Konsumsi Masyarakat.” Katadata. Retrieved April 16, 2020

(https://katadata.co.id/infografik/2019/04/11/transaksi-digital-ubah-pola-konsumsi- masyarakat#).

Suara.com, Tri Apriyani. 2019. “E-Wallet Alat Transaksi Dan Pembayaran Zaman Now.” Retrieved June 25, 2020

(https://www.suara.com/yoursay/2019/12/19/140313/e-wallet-alat-transaksi-dan-pembayaran-zaman-now?page=1,).

Tirto.id, Ahmad Zaenudin. 2019. “Gopay Vs OVO Dompet Digital

Bertarung Memaksimalkan Dukungan.” Retrieved November 1, 2019

(https://tirto.id/gopay-vs-ovo-dompet-digital-bertarung-memaksimalkan-dukungan-egmF).

104

Milenial.” Retrieved April 17, 2020 (https://tirto.id/candu-uang-elektronik-para- milenial-c5jY).

www.jakarta.go.id

Diunduh pada 20 Juni 2020. gojek.com

Diunduh pada 20 Juni 2020.

www.grab.com

Diunduh pada 20 Juni 2020. dana.id

Diunduh pada 20 Juni 2020.

https://kbbi.kemdikbud.go.id

Diunduh pada 20 Juni 2020.

http://statistik.jakarta.go.id/jumlah-penerbitan-akta-kelahiran-dan-kematian-penduduk-dki-jakarta-sepanjang-tahun-2018-dan-2019/

Diunduh pada 19 Oktober 2020.

Sumber Wawancara:

Wawancara pribadi dengan informan G (Karyawan), 02 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan W (Karyawan), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan Ad (Karyawan), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan N (Mahasiswa), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan Ang (Mahasiswa) 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan Z (Mahasiswa), 03 Juni 2020

Wawancara pribadi dengan informan I (Mahasiswa), 03 Juni 2020

105

Wawancara pribadi dengan informan S (Karyawan), 05 Juni 2020

xv LAMPIRAN LAMPIRAN 1: PEDOMAN WAWANCARA A. Gambaran Umum

No. Pertanyaan Pokok

1. Pemasukan dalam sebulan 2. Pengeluaran dalam sebulan

3. Mempertimbangkan pandangan orang lain terkait konsumsi dengan e-wallet

B. Konsumerisme

No. Pertanyaan Pokok

1. Definisi Konsumerisme

2. Tujuan konsumsi menggunakan e-wallet

3. Perubahan gaya konsumsi sebelum dan sesudah menggunakan e-wallet

4. Ada pertimbangan saat memulai konsumsi 5. Citra terbangun dari barang-barang mahal

6. Tergiur dengan iklan, promo, cashback, diskon dari e-wallet 7. Dampak positif dan negatif saat berbelanja secara berlebihan 8. Pandangan atas orang lain yang konsumtif

xvi C. Dompet Digital

D. Milenial

No. Pertanyaan Kunci

1. Menjelaskan milenial Jakarta Selatan

2. Perbedaan milenial Jakarta Selatan dengan milenial daerah lain 3. Pengaruh identitas diri dengan gaya konsumsi

No. Pertanyaan Pokok

1. Waktu memulai menggunakan e-wallet 2. Jumlah kepemilikan e-wallet

3. Fitur tersering yang digunakan di e-wallet 4. Sarana top up e-wallet

5. Batasan maksimal dan minimal saat top up e-wallet 6. Frekuensi penggunaan e-wallet dalam seminggu

xvii

xviii LAMPIRAN 3: TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 1 Keterangan Pn: Peneliti Nr: Narasumber Nama : V Usia : 25 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Profesi : Karyawan

Tanggal Wawancara : 14 Juni 2020/11:28 WIB Sarana : Google Docs

Pn: Berapa pemasukan Anda dalam sebulan?

Nr: Dibuat dalam bentuk range aja yaa :) 15 - 25 juta

Pn: Berapa pengeluaran Anda dalam sebulan menggunakan e-wallet? Nr: Sekitar 4 jutaan kayaknya

Pn: Apakah Anda mempertimbangkan pandangan orang lain tentang diri Anda? Nr: Tergantung sih yaa. Kalau memang pandangan tersebut merupakan suatu feedback yang membangun/konstruktif pasti bakal aku pertimbangkan dengan sangat karena fungsinya untuk perbaikan diri. Namun, kalau kritik yang sifatnya menjelekkan, tidak didasari bukti dan masukan-masukan agar lebih baik lagi gak terlalu aku pikirin sih..

Pn: Menurut Anda, apakah konsumerisme itu?

Nr: Kayaknya sih ketika individu atau seseorang telah mengonsumsi sesuatu secara berlebihan.. Di luar kemampuan diri atau mungkin untuk sesuatu yang bersifat tersier, bukan untuk memenuhi kebutuhan primer

xix Nr: Tidak

Pn: Apa tujuan Anda saat melakukan konsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Untuk bayar transportasi online, food delivery, untuk bayar tagihan, bayar kopi di kantor atau daerah sekitar kantor, pengiriman paket, beberapa kali pakai untuk bayar makan di restoran atau jajan-jajan minuman to-go seperti Tuku, Chatime, Kokumi, dll

Pn: Apakah terjadi perubahan gaya konsumsi Anda di masa sebelum dan sesudah penggunaan e-wallet?

Nr: Sebenernya sejak punya tools financial kayak m-banking, e-wallet gitu jadi lebih banyak konsumsinya sih dibanding sebelumnya yang mengandalkan cash Pn: Jika iya, sejauh mana perubahan itu terjadi?

Nr: Hmm mungkin ini juga dipengaruhi oleh daya beli dan kebutuhan aku di usia sekarang dengan di usia sebelumnya. Kalau sekarang kebutuhannya lebih banyak jadi spendings lebih banyak, tapi itu semua kebutuhan primer sih. Mungkin untuk hal-hal tersier atau mungkin yang gak aku butuhin banget sih ga terlalu jauh ya. Semua masih aku kontrol atau dalam budget aku.

Pn: Menurut Anda, apa yang membuat pola konsumsi Anda jadi berubah setelah berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Kalau pake e-wallet tuh sebenernya intensi untuk membeli sesuatu lebih tinggi dibanding sebelumnya saat belum menggunakan e-wallet. Karena kemudahan untuk membayar yang ditawarkan. Dan ga kerasa gitu kalau uangnya keluar karena kita lihat angka aja di HP bukan liat secara fisik seberapa banyak uang yang dikeluarkan. Makanya aku kontrol dengan budgeting. Jadi menjaga aku untuk ga boros juga. Walaupun kadang suka kaget kok tiba-tiba saldo GoPay habis wkwk Pn: Apakah kemudahan yang ditawarkan e-wallet membuat pola konsumsi Anda berubah?

Nr: Aku merasa kayak ga lagi melakukan pembayaran sih sangking gampangnya. Semua juga dalam satu device, di HP aja, dan jujur aku suka yang lebih praktis sih emang. Jadi seneng pake e-wallet. Terus ga perlu ke ATM, nyari kembalian, bikin dompet tebal karena koin atau kertas selembaran haha agak males sih.

xx

Pn: Adakah pertimbangan yang Anda pikirkan saat memulai, sedang dan akan berkonsumsi?

Nr: Harganya, barangnya lagi dibutuhin atau ga, masih dalam budget atau ga Pn: Menurut Anda, apakah perubahan itu terjadi karena anda mulai bingung saat mendefinisikan kebutuhan dan keinginan?

Nr: Hmm aku agak bingung sama pertanyaan ini.. Oh ngerti2 sekarang. Iya itu juga bisa sih. Kadang ingin, tapi ga begitu butuh. Kalau lagi kayak gini posisinya aku pasti ngobrol sama orang terpercaya sih buat diajak ngobrol. Biar bisa bantu ngasih perspektif juga haha. Biasanya kalau kayak gini2 mungkin untuk barang2 ya ng harganya lumayan.. Haha. Kalau kayak jajan kopi2 gitu udah aku masukkin budget juga karena aku suka minum kopi. Selama ini pun pengeluaran untuk kopi ga lebay sih..

Pn: Apakah Anda membeli barang dari sisi kebutuhan dan kegunaan? Atau ada gengsi, prestise dan gaya hidup yang jadi patokan?

Nr: Ngga sih ga ngikutin gaya hidup tertentu wkwk. Aku sadar kebutuhan aku. Ya adalah ya beberapa spendings memang sifatnya tersier, sesuatu yang aku inginka n bukan aku butuhin banget, untuk self-care haha. Tapi semua itu tetep under my control. Memang aku jadwalkan aja.

Pn: Apakah pola konsumerisme Anda didasari oleh bagaimana orang lain akan melihat diri Anda?

Nr: Nope, ngga sih..

Pn: Menurut Anda, apakah ada citra yang terbangun dari barang-barang mahal? Nr: Menurutku sih ada yaa pasti. Orang-orang tuh pasti akan sangat jeli dengan barang mahal terutama untuk brand yang cukup dikenal orang banyak. Pasti akan dikira orang yang emang kaya banget atau gimana.

Pn: Apakah Anda membeli barang karena barang itu akan membuat status Anda terangkat?

Nr: Ngga wkwk. Jadi kebetulan aku dan temen-temenku lifestyle dan preferensi sama gitu sih. Hmm misalnya pemilihan HP pun juga karena itu preferensi dan aku memang bisa untuk belinya. Jadi ga maksain beli hal tersebut untuk mengangka t status.

xxi

Pn: Apakah menurut Anda, status sosial ditentukan dari gaya konsumsi seseorang? Nr: Hmm aku melihat ada perbedaan aja sih. Mungkin bisa dibilang cukup menentukan. Karena kalau orang yang mungkin daya belinya rendah bisa dilihat dari barang2 yang dibeli atau brand2 yang jadi preferensi, bisa dilihat juga dari kualitas atau tampilan barangnya. Hal tersebut akan beda banget dengan orang yang memiliki daya beli tinggi. Beda kebutuhan juga sih untuk orang yang SESnya tinggi pun akan memiliki kebutuhan yang berbeda juga dengan yang SES rendah. Tapi kalau suatu pola perilaku (apakah dia berlebihan atau tidak) terlepas dari barang yang dibeli itu akan sama2 aja. Bisa jadi orang dengan SES rendah jajannya sering bangeeet sedangkan SES yang lebih tinggi belanja sesuai kebutuhan aja atau sebaliknya. Sama aja itu udah disebut pola konsumsi berlebihan.

Pn: Untuk lebih spesifiknya, apakah Anda tergiur iklan, promo, cashback, diskon, atau bahkan star ambassador untuk membeli barang?

Nr: Haha star ambassador ga memengaruhi sama sekali. Paling itu cuma membantu ningkatin awareness aja terhadap barang tersebut. Aku pun juga jadinya tahu ada barang tertentu.

Nr: Nah untuk barang-barang promo sebenernya sama, ningkatin awareness, dan aku jadi pengen ngeliat juga. Ada intensi untuk membeli NAMUN aku akan kembali melihat pada kualitas dan fungsi barang. Males banget kalau beli barang promo tapi ga tahan lama. Sering banget ngeliat barang2 yang kurang bagus gitu dijual dengan promo. Jadi males . Mending sekalian mahal tapi tahan lama. Jadi ga perlu beli2 lagi. Itung2 investasi.

Pn: Adakah dampak positif dan negatif saat Anda melakukan konsumsi di luar kebutuhan Anda?

Nr: Dampak positifnya adalah aku seneng aja sih mendapatkan barangnya, ada rasa kepuasan haha. Negatifnya adalah karena barang tersebut bukan sesuatu yang aku butuhkan jadi masa penggunaannya ga lama.

Pn: Pada hal apa biasanya Anda berlebihan saat berkonsumsi? Makanan? Gadget? Baju? Sepatu? Atau yang lain?

Nr: Jujur ya selama ini banyak hal yang aku beli selalu kepake, jadi ga berlebihan karena tetap ada fungsinya, tidak useless. Tapi ada hal yang baru-baru ini aku

xxii

collect lebih dari yang aku butuhkan sih wkwk yaitu make up! Suka banget soalnya sama make up mata jd beli beberapa hal terkait make up mata gitu haha

Pn: Bagaimana pandangan Anda terhadap orang yang berlebihan saat berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Hmm ngga punya pandangan tertentu sih. Karena aku ga tau juga ketika orang tersebut membeli sesuatu sudah tergolong berlebihan atau ga. Karena itu lebih ke persoalan pribadi masing- masing ya. Paling cuma mikir aja kayak ini orang kalau konsumsinya “terlihat” berlebihan memang sudah diprediksi oleh orang tersebut atau impulsif aja.

Pn: Apakah Anda memiliki kenalan yang Anda rasa dia berlebihan saat berkonsumsi menggunakan e-wallet?

Nr: Ngga sih..

Pn: Setelah berbagai pertanyaan di atas, apakah Anda berani dan menilai diri Anda juga termasuk orang yang berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet?

Nr: Aku ga menilai diri aku berlebihan saat berkonsumsi dengan e-wallet.

Pn: Bisakah kamu ceritakan pandangan kamu soal e-wallet? Seperti, kapan kamu mengetahui dan menggunakan e-wallet?

Nr: E-wallet itu ya dompet digital ya.. Kapan aku mengetahuinya itu sekitar beberapa tahun ke belakang lupa, 2 tahun lalu kali ya. Karena aku pakai Gojek dan waktu itu Gojek ngeluarin GoPay terus aku coba2 pake karena waktu itu masih mahasiswa dan banyak promo kan (maklum saat itu mahasiswa) jd yaudah coba pake deh.

Pn: Apakah kamu memiliki OVO, Go-Pay atau Dana? Nr: Iya aku punya tiga-tiganya

Pn: Mana yang paling kamu sering gunakan di antara ke-tiga e-wallet di atas? Alasannya kenapa?

Nr: GoPay dan OVO

-GoPay karena aku kerja di Gojek haha jadi semua transaksi di kantor pakai GoPay. Terus kalau pergi2 pun aku juga lebih sering pakai Gojek dibanding Grab, pesen makanan juga gitu jadi lebih ke GoPay.

xxiii

-Karena aku cukup sering belanja kebutuhan di e-commerce Tokped, jadi bayarnya pakai OVO. Kalau belanja suka dapat points, bisa dipake untuk hal lainnya seperti bayar tagihan

Pn: Dari sekian banyak fitur yang ada di OVO, Go-Pay dan Dana yang mana yang paling sering kamu gunakan? Kendaraan? Beli makanan? Pengantaran barang? Membeli barang; baju, sepatu, dll? Membayar kebutuhan; token listrik, PAM, pulsa, dll?

Nr: Transportasi online, food delivery, bayar tagihan (listrik, pascabayar, dll) Pn: Biasanya top up e-wallet lewat sarana apa?

Nr: M-banking/langsung dari dalam aplikasi

Pn: Apakah ada batasan nominal dan target waktu saat kamu top up? Atau kamu akan top up asal di waktu yang tidak tertentu dengan nominal sesuka hati?

Nr: Aku budgetin gitu sih per minggu

Pn: Jika kamu memberikan batasan nominal pada saat top up, berapa minimal dan maksimal uang yang kamu top up di e-wallet kamu?

Nr: 500 - 800 ribu per minggu

Pn: Jika dihitung dalam waktu seminggu, berapa nominal jumlah penggunaan e-wallet Anda?

Nr: Sekitar segitu kayak diatas atau lebih dikit mungkin 900 ribu (sekarang karena bunda capek masak, jadi sering beli makanan lewat gofood)

Pn: Jika dihitung salam waktu seminggu, berapa kali kamu menggunakan fitur e-wallet?

Nr: Berapa kali yaa cukup banyak wkwk. Ga ngitungg. Pn: Bagaimana kamu menjelaskan milenial Jakarta?

Nr: Hmm menjelaskannya gimana yaa. Di Jakarta pun bisa terbagi-bagi sih, ada perbedaan gaya hidup dan akses pada milenial yang tinggal di daerah deket Jakarta Selatan atau Pusat, atau di daerah lainnya seperti Jakarta Utara, Timur, Barat. Aku mungkin menjelaskan dari Jakarta Selatan atau Pusat yaa karena banyak banget kegiatan aku dan kalau main sama temen-temen di daerah sini. Gaya hidup, akses terhadap suatu hal (macem2 ya), preferensi itu cukup berbeda sih kalau aku coba bandingkan dengan teman aku yang dari Jakarta lainnya. Banyak juga

tempat-xxiv

tempat nongkrong atau kopi-kopi enak, atau mall yang terkenal adanya di daerah Jakarta Selatan atau Pusat, terpusat di sini. Banyak juga akses transportasi terbaru (MRT misalnya) di daerah sini.

Aku bisa bilang anak-anak milenial di sini lebih dahulu terpapar hal-hal baru, lebih terkini mencoba hal-hal ter-update yang lagi ngetrend, terutama soal lifestyle. Baik itu tempat nongkrong (banyak banget tempat nongkrong yang suasanya high- end atau ngetrend di sini), cara berpakaian sangat modern and fashionable wkwk, cara bicara ya sering banget campur2 Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris. Behaviornya juga beda banget ya, kalau temen-temenku udah cukup liberal, lebih western.

Pn: Apakah ada perbedaan antara milenial Jakarta dengan milenial di kota-kota lain?

Nr: Ada banget sih

Pn: Apakah sebagai millenial Jakarta, identitas kamu dipengaruhi oleh gaya konsumsi?

xxv Transkrip wawancara (2) Keterangan Pn: Peneliti Nr: Narasumber Nama : Z Usia : 21

Jenis Kelamin : Perempuan