• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Estetika Kengerian

B. Metafora Kengerian pada Simbol Identitas Makam dan Bandoso

4. Kerapian yang Mengerikan

Artwork kaus ulang tahun ini adalah salah satu produk ikonik yang dibuat dan dirilis sendiri oleh kelompok Bandoso. Merchandise ini dirilis untuk menandai 12 tahun kiprah kelompok ini di dunia musik underground. Dalam artwork tersebut dihadirkan beberapa ikon -yang berbeda-beda sejarah, identitas dan ideologinya- yang ditata sedemikian rupa sebagai sebuah karya seni rupa populer (grafis) sekaligus media propaganda bagi mereka.

Kaus seri ini dirilis oleh Bandoso selain sebagai merchandise ulang tahun juga sebagai ”pamflet”: pernyataan kemengadaan mereka di dunia musik underground. Seperti kelompok-kelompok musik ekstrim metal umumnya,

”pamflet” ini juga berupaya menghadirkan metafora kengerian dalam visual

artworknya. Imaji simbol freemason dan imaji tengkorak bertanduk, simbol identitas dan perlawanan dalam tradisi simbol komunitas Black Metal Skandinavia, mereka gunakan sebagai bagian dari elemen visual artwork ini. Simbol-simbol tersebut dalam tradisi simbol komunitas Black Metal merupakan sebuah pernyataan perlawanan yang kuat terhadap apa-apa saja yang dianggap sebagai kebudayaan dominan yang menindas. Kekuatan simbol ini terlihat pada visualitasnya yang membangkitkan rasa ngeri siapa saja yang melihatnya. Tapi tidak dalam visual artwork kaus merchandise ulang tahun Bandoso ini.

Pada artwork kaus merchandise ulang tahun Bandoso ini kedua simbol tersebut dihadirkan dalam kaidah desain grafis yang sederhana dan rapi. Begitu juga imaji-imaji lain yang digunakan (ikon keris, kitab yang diacungkan dan

angka ‟12‟ yang ditulis dalam aksara Jawa). Tidak ada kesan ngeri dalam artwork ini, bahkan meskipun simbol tengkorak dan tanduk di komunitas musik underground biasa digunakan sebagai metafora dari rasa seram yang suram.

Ikon tengkorak manusia memang tidak selalu digunakan sebagai simbol kengerian atau simbol maut (simbol klasik bajak laut sampai tanda peringatan bahaya pada kawasan instalasi listrik bertegangan tinggi) tapi bahkan juga simbol kesucian. Kultus tengkorak merupakan salah satu agama tertua (purba) di

dunia196. Hari-hari ini ikon tengkorak juga digunakan sebagai bagian dari mode fesyen, tren dalam gebyar kebudayaan populer yang menyenangkan197. Ikon ini diaplikasikan pada tato, kaus, jaket, sampul album musik, bandul kalung, mata cincin, dan sebagainya. Dan rupanya ikon tengkorak bertanduk (dan simbol freemason) dalam artwork kaus ulang tahun Bandoso ini juga merupakan bagian dari mode fesyen: tren simbol identitas komunitas Black Metal.

Ikon keris. Seperti halnya sumping kudhup pada fesyen panggung Jiwo, imaji keris dalam artwork ini adalah praktik pengambilan dan pemakaian begitu saja imaji-imaji simbol yang sebenarnya tidak saling cocok. Ikon keris tentu bukan bagian dari tradisi simbol identitas Black Metal. Keris lebih dikenal sebagai simbol identitas kebudayaan Jawa198, penanda identitas yang santun dan adiluhung (bagian dari simbol kebudayaan dominan). Begitu juga dengan ikon kitab. Meskipun dalam visualisasinya digambarkan dibawa dengan tangan teracung, ikon kitab ini condong menjadi simbol kebudayaan dominan daripada

simbol semangat perlawanan: ”inilah jalan yang benar!” Dan tentu saja bukan

bagian dari kode (simbol) identitas Black Metal.

Ikon angka ‟12‟. Aksara Jawa, yang digunakan untuk menuliskan (imaji) angka ‟12‟ pada artwork ini, di masyarakat Jawa sendiri sebenarnya sudah relatif terasing. Kehilangan fungsi-guna domestiknya. Selain sebagai salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah, aksara Jawa dalam kesehari-harian ”hanya” dikenal sebagai salah satu simbol identitas Jawa

196 Lihat, B. Calne, Donald. 2004. Batas Nalar: Rasionalitas dan Perilaku Manusia. Tr.Parakitri T. Simbolon. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hh.211-214.

197

Lihat, Death’s Head Symbol, http://www.designboom.com/history/death.html.

198

Meskipun sebenarnya jenis senjata tradisional ini tidak hanya digunakan oleh masyarakat Jawa saja.

(stereotip). Seperti halnya ikon keris. Aksara Jawa pada artwork ini tidak lagi terbaca sebagai tulisan tetapi terlihat sebagai tanda visual yang archaic.

Keseluruhan imaji yang digunakan pada visual artwork kaus ulang tahun Bandoso ini ternyata tidak merepresentasikan kengerian. Visual artwork pada kaus merchandise ulang tahun Bandoso ini agaknya memang diupayakan dibuat seartistik mungkin. Seperti halnya visualisasi banaspati pada boneka wayang setanan. Apa-apa saja yang seharusnya memunculkan ketercekaman, kengerian dan ketakutan terluruhkan oleh eksekusi kreatif artwork yang rapi. Luruh

bersamaan dengan terluruhkannya semua ideologi ”asal” simbol-simbol yang ditempelkan (bricolage) dalam visual artwork ini; menjadi simbol-simbol yang tidak autentik lagi makna simbolnya.

Masing-masing simbol pada artwork ini mempunyai sejarah identitas dan ideologinya sendiri. Ada yang mempunyai kedekatan, seperti misalnya aksara Jawa dan ikon keris, namun ada juga yang sebenarnya sama sekali tidak berhubungan. Dengan konsep bricolage simbol-simbol tersebut dimaknai ulang tanpa memahami benar kedalamannya. Hanya permukaan199. Kesemena-menaan ini sebenarnya berpotensi membangkitkan sensasi kengerian. Lebih mengerikan lagi masing-masing simbol yang sebenarnya tidak saling berhubungan, tidak saling cocok, ini nekat dipertemukan menjadi satu kesatuan.

Konsep kreatif pada artwork kaus ulang tahun Bandoso ini hampir mirip dengan gaya pemberontakan pada subkultur Punk. Bedanya, subkultur Punk menggunakan metonimi kejijikan, kengerian, dan tiruan artistik untuk

199

Meskipun ada juga yang sebelumnya memang sudah kehilangan makna dalamnya dan menjadi simbol identitas yang artificial.

membangun metafora kejijikan pada ”karya seni”nya, sementara artwork pada kaus ulang tahun Bandoso ini justru dikemas sebagai sebuah karya seni grafis yang sederhana dan rapi. Kesederhanaan dan kerapian inilah yang akhirnya justru menyamarkan kengerian-kengerian yang sebelumnya hampir muncul dalam bricolage dan homologi.

Namun ”kegagalan” ini justru menjadi kekuatan retorik simbol identitas Bandoso: metafora yang malas membangkitkan sensasi kengerian yang akhirnya justru menjadi metafora kengerian itu sendiri. Kesederhanaan dan kerapian, yang berlebihan, pada visual artwork kaus ulang tahun Bandoso ini mengerikan bahkan untuk sense of aesthetic komunitas Black Metal sendiri; kengerian dalam keindahan.