• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Black Metal yang Tersisa di Surakarta

C. Komunitas Black Metal di Surakarta

1. Makam : Black Metal sebagai Kedjawen Pagan Front

Makam terbentuk pada bulan Februari 1995. Kelompok musik Black Metal yang didirikan oleh Petrus Arcwinter, Djomboth Androsarkas, Zephiry, Kristian dan Julious Kamadath ini semula bernama Sucker Grave. Tujuh bulan setelah pembentukannya, pada tanggal 28 Oktober 1995 kelompok ini mengganti namanya menjadi Makam. Menurut Jiwo, orang yang mengusulkan penggantian nama ini, nama Makam selain berarti kuburan juga merupakan sebuah kata

66 Wawancara dengan Aji di kantor biro advertising tempatnya bekerja, The Think, yang juga sekaligus distro merchandise komunitas musik underground, Belukar, dan basecamp Down for Life, kelompok musiknya, di kampung Kartopuran, Surakarta, pada tanggal 1 September 2011.

67 Wawancara dengan Jiwo pada tanggal 20 Maret 2012 di basecamp kelompok Makam yang sekaligus distro, Kartel Black Dealer: Largest Indonesian Black Metal Merchandise Online Store, Jl. HOS Cokroaminoto 41 B Jagalan, Surakarta.

68

Bagian ini disusun dari hasil wawancara dengan Jiwo pada tanggal 20 Maret dan 16 Mei 2012 di basecamp kelompok Makam yang sekaligus distro, Kartel Black Dealer: Largest Indonesian Black Metal Merchandise Online Store, Jl. HOS Cokroaminoto 41 B Jagalan, Surakarta, dan informasi dari situs web kelompok Makam: http://www.myspace.com/makamraiderklan.

kependekan dari Makabre Amuletha; modifikasi dari istilah dalam bahasa Inggris

Macabre Amulet‟yang berarti „jimat yang mengerikan‟.69

Penamaan kelompok ini sangat dipengaruhi oleh Sepultura, kelompok musik Trash Metal dari Brasil yang pernah bertandang ke Indonesia (1992). Kelompok ini pernah sangat diidolakan dan dikiblati oleh masing-masing anggota Makam (Sucker Grave) yang saat itu, seperti juga kebanyakan metalheads yang lain, sempat terlanda demam Trash Metal. Sampai akhirnya mereka meninggalkan Trash Metal dan beralih ke Black Metal, pengalaman mereka “mengenal”

Sepultura masih sangat kuat membekas. Itulah mengapa mereka menamai kelompok mereka Sucker Grave, yang kemudian berubah menjadi Makam. Senada dengan kata sepultura dalam bahasa Portugis yang berarti kuburan, makam atau grave (dalam bahasa Inggris).70

Akhir bulan Desember 1995 Jiwo (Shiva Ratriarkha71) masuk sebagai vokalis kelompok ini. Pada tahun 1997 Zephiry dan Kristian mengundurkan diri dari kelompok. Dan Petrus, karena kesibukannya bekerja, berumahtangga dan

69

Informasi ini diambil dari situs web milik kelompok ini:

http://www.myspace.com/makamraiderklan. Ada beberapa poin perbedaan dengan pernyataan Jiwo dalam wawancara tanggal 16 Mei 2012 di Kartel. Menurut Jiwo pergantian nama terjadi pada ulang tahun pertama kelompok ini setelah Jiwo masuk sebagai anggota, jadi setahun setelah terbentuknya Sucker Grave. Pergantian nama ini di antaranya karena sering terjadi kesalahtulisan pengejaan nama kelompok ini (oleh panitia penyelenggara pementasan musik underground) pada poster perhelatan. Pemaknaan nama Makam sebagai Makabre Amuletha dilakukan Jiwo

belakangan.

70 Wawancara dengan Jiwo pada tanggal 23Agustus 2013 di basecamp kelompok Makam yang sekaligus distro, Kartel Black Dealer: Largest Indonesian Black Metal Merchandise Online Store, Jl. HOS Cokroaminoto 41 B Jagalan, Surakarta.

71

Ibid. Nama panggung ini Jiwo reka sendiri. Awalnya hanya menggunakan nama panggung Ratriarkha. Djiwo Ratriarkha. Ratriarkha adalah penggabungan dua kata: „ratri‟ yang dalam bahasa Jawa kuno berarti malam dan „arka‟ yang berarti matahari. Matahari malam! Kemunculan nama

Shiva bermula dari main-main Jiwo dalam mengutak-atik kata. Jiwo digesernya menjadi Ciwo, Çiwa, Çiva dan akhirnya, agar terbaca lebih “keren”, ditulisnya Shiva. Akhir-akhir dia baru menyadari kalau nama Shiva ini menyerupai nama dewa dalam agama Hindu: Syiwa, Siwa atau Siva.

tinggal di luar kota Surakarta, tiga tahun kemudian (2000) terpaksa tidak bisa aktif dalam kelompok. Praktis sejak tahun 2000 anggota tetap Makam hanya tiga orang: Julious (drum), Jomboth (gitar) dan Jiwo (vokal). Untuk melengkapi komposisi permainan di atas panggung kelompok ini biasanya kemudian mengundang additional player. Istilah additional player ini mereka gunakan untuk mengkatagorikan anggota kelompok di luar anggota tetap (Julious, Jomboth dan Jiwo).

Sejak bergabungnya, Jiwo berperan banyak dalam pengembangan kelompok ini. Dia berada di depan dalam praktik pencitraan dan pemaknaan eksistensi Makam. Selain sebagai aktivis komunitas musik Black Metal, Jiwo juga aktif sebagai abdi dalem karaton Surakarta dan penghayat Kejawen. Sejak perkenalannya dengan Black Metal, Jiwo terus mempelajari aliran musik ini, baik estetika musiknya, sejarah, simbol-simbol identitas dan perlawanannya serta ideologinya. Pengetahuannya tentang Black Metal membuatnya cukup ditokohkan di dunia musik underground di Surakarta maupun di jaringan komunikasi komunitas Black Metal yang lebih luas.

Bersama dengan Makam, kelompoknya, Jiwo menyerukan gerakan paganisme72 Jawa dalam Black Metal. Makam sejak tahun 1998 menjadikan paganisme Jawa sebagai visi kelompok; mereka menyebut kelompoknya sebagai Kedjawen Pagan Front. Kelompok ini ”memperjuangkan” identitas kejawaan

72 Ibid. Makam sebenarnya tidak memahami benar konsep paganisme. Menurut pengakuan Jiwo klaim Makam sebagai kelompok Black Metal pagan ini merupakan upaya mereka untuk

mendekatkan “perjuangan” mereka merevitalisasi kebudayaan Jawa dengan konsep Black Metal. Di dalam Black Metal dikenal ada dua penggolongan besar, yaitu Black Metal satanic dan Black Metal pagan. Makam berupaya mendudukkan dirinya pada golongan Black Metal pagan.

yang mereka yakini, termasuk di antaranya keberadaan agama Kejawen -yang secara aktif dihayati oleh Jiwo- atas dominasi komunitas agama Islam.

Gambar 4. Personel kelompok musik Makam. Tiga anggota tetap dan dua

additional player (dari kiri ke kanan: Djomboth Androsarkas, Julious Kamadath, Shiva Ratriarkha, Poppo dan Ares Sanskrit). Pengambilan gambar dilakukan di

belakang panggung perhelatan Rock in Solo III, GOR Manahan, Surakarta.

Sumber: Dokumentasi kelompok Makam

Meskipun spiritnya sama, karena konteks kebudayaan dan persoalannya berbeda maka mereka merasa perlu melakukan pemaknaan ulang dan memodifikasi ideologi gerakan serta visualisasi simbol identitas dan perlawanan Black Metal yang mereka usung. Makam memodifikasi simbol inverted pentagram (pentagram terbalik) menjadi inverted pentagram Jawa ala Makam (dikawinkan dengan konsep papat kiblat lima pancer), menghadirkan representasi banaspati menggantikan representasi setan antikrist, memasukkan ikon-ikon di luar tradisi simbol Black Metal dalam visualitas simbol identitas mereka, dan sebagainya.

Makam berjejaring dengan komunitas Black Metal di banyak kota di Indonesia, terutama jaringan komunitas Black Metal dari Jawa Timur: Doho Pagan Front, Jenggala Pagan Front dan Ujung Galuh Pagan Front. Bersama dengan jaringan Jawa Timur ini Makam menyerukan paganisme Jawa lewat Black Metal.

Julious dan Jomboth setiap harinya bekerja sebagai operator warung internet (warnet). Posisinya sebagai operator warnet memungkinkan mereka mengelola online store dan situs web Makam dengan lebih intensif. Mereka relatif lebih intensif menginformasikan Makam lewat media ini (termasuk demo-demo musik serta video klip lagu) sekaligus berkomunikasi dengan jaringan Black Metal di seluruh dunia.

Korespondensi ini membuat mereka dikenal di jaringan komunitas Black Metal di Indonesia maupun lintas negara. Mereka pernah diwawancarai oleh blackmetallegacymagazine73; lagunya diputar dan sempat didudukkan sebagai lima besar musik Black Metal dunia pada sebuah broadcast di Amerika Selatan; lagu mereka dikenal dan dicover oleh beberapa kelompok musik Black Metal di Malaysia; diundang pentas di Malaysia74; dan aktif dalam forum-forum diskusi

73 Skrip wawancara tertulis antara Jiwo mewakili Makam dan www.myspace.com/blackmetallegacymagazine diunggah di

http://www.myspace.com/makamraiderklan. Diunduh pada 17 Mei 2012.

74 Menurut informasi dari Jiwo, Makam menamai proyek pementasan di Malaysia ini dengan tajuk Manikamaya Ekspedisi Pamalayu 2009. Mereka memaknai proyek ini sebagai napak tilas

ekspedisi Pamalayu yang pernah dilakukan orang-orang Jawa jaman kerajaan Singasari. Sebenarnya proyek ini direncanakan digelar di Singapura, Malaysia dan Thailand (Pattaya). Namun karena mereka sempat dicekal di Singapura gara-gara membawa CD musik titipan dari kelompok musik Down for Life yang judulnya dianggap terlalu ekstrim, dan adanya isu terorisme di Pattani, maka pementasan mereka di Singapura dan Thailand digagalkan lalu difokuskan di Malaysia: kota Johor Baharu dan Kuala Lumpur.

komunitas Black Metal, baik yang dikelola oleh jaringan dalam negeri maupun luar negeri.

Makam juga membuat online store dan distro yang menjual berbagai merchandise komunitas Black Metal. Online store dan distro yang mereka beri nama Kartel Black Dealer ini awalnya hanyalah online store yang dikelola oleh anggota Makam. Mereka menyebut usahanya ini sebagai Largest Indonesian Black Metal Merchandise Online Store.

Kartel sebagai online store diawali sejak tahun 2005. Menggantikan Kamadhatu Distribution, nama online store mereka sebelumnya75. Setelah berganti nama menjadi Kartel Black Dealer, online store ini sempat menumpang pada situs web myspace, gratisan, sampai akhirnya pada tahun 2010 mereka membeli domain sendiri dan resmi beralamat di www.kartelstore.com.

Berjalan tujuh tahun dengan online store, Kartel akhirnya juga membuka distro yang tetap berbasis pada online store. Distro yang mereka buat ini harapannya tidak hanya menjual berbagai macam dagangan yang berhubungan dengan Black Metal saja tetapi juga menjadi, memakai istilah yang digunakan Jiwo, rumah besar bagi komunitas Black Metal Indonesia. Distro yang juga menjadi basecamp Makam ini terletak di sebelah selatan pemakaman umum Purwoloyo, jl. H.O.S. Cokroaminoto 41 B, Jagalan, Surakarta.76

75

Dibentuk pada tahun 1998.

76 Jiwo berharap distro Kartel ini bisa seperti Helvete, distro milik Euronymus (Norwegia) yang juga memajang berbagai atribut yang berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan pergerakan Black Metal. Jiwo juga berobsesi menjadikan distro Kartel ini menjadi semacam museum yang memajang berbagai bentuk dokumentasi perjalanan sejarah Makam (foto, kliping koran, poster, CD dan kaset album musik, kostum, aksesoris, berbagai bentuk merchandise).

Makam merupakan kelompok musik Black Metal pioner di Surakarta. Mereka mengawali demam Black Metal di Surakarta, mengalami masa kejayaan dan masih tetap mengemuka ketika Black Metal menyurut. Saat ini mereka merasa menjadi kelompok Black Metal terakhir yang masih ada di Surakarta, meskipun sebenarnya masih ada satu lagi kelompok musik Black Metal yang cukup mengemuka di kota ini, Bandoso.