8. 1. Kesimpulan
1. Kontribusi, keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda agroindustri dalam
perekonomian wilayah Provinsi Lampung lebih besar daripada peranan,
keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda non agroindustri.
a. Kontribusi output sektor-sektor agroindustri terbesar dibandingkan sektor-
sektor lain dalam perekonomian Provinsi Lampung
b. Sektor agroindustri di Provinsi Lampung mempunyai keterkaitan ke
belakang paling besar di antara sektor-sektor ekonomi yang lain. Sektor
agroindustri mempunyai nilai keterkaitan ke belakang yang tertinggi adalah
industri pengolahan ikan dan udang. Sektor yang mempunyai nilai
keterkaitan ke depan yang tinggi adalah industri pengolahan karet.
c. Keterkaitan antarsektor ke belakang sektor agroindustri ditujukan pada
sektor-sektor yang menyediakan bahan baku, sedangkan keterkaitan
antarsektor ke depan sektor agroindustri pada sektor perdagangan dan
transportasi.
d. Nilai pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja terbesar dalam
perekonomian Provinsi Lampung diberikan oleh sektor industri pengolahan
ikan dan udang, industri pakan ternak, dan industri pengolahan karet.
e. Sektor-sektor agroindustri yang merupakan industri prioritas (nilai ranking
keterkaitan dan pengganda yang besar) yaitu industri pengolahan ikan dan
udang, industri pakan ternak, industri pengolahan karet, industri tapioka dan
tepung lain, industri gula dan industri makanan lainnya.
2. Terjadinya konsentrasi spasial dan aglomerasi pada sektor agroindustri di
a. Sebagian besar agroindustri berkonsentrasi (berklaster) dan berspesialisasi
pada satu atau beberapa kabupaten/kota. Industri yang berklaster adalah
industri buah sayur, industri pengolahan ikan dan udang, industri tapioka dan
tepung lain, industri padi, industri gula, industri kopi, industri pakan ternak,
industri makanan lainnya, dan industri pengolahan karet. Sedangkan industri
yang tidak berklaster adalah industri minyak/lemak, industri kopra/kelapa,
dan industri minuman.
b. Adanya ketidakmerataan lokasi sektor agroindustri di Provinsi Lampung
pada industri makanan lainnya, diikuti oleh industri gula, industri buah
sayur, industri tapioka dan tepung lain, serta industri ikan, daging dan udang.
c. Sektor agroindustri di Provinsi Lampung yang mempunyai kekuatan atau
dorongan aglomerasi terbesar adalah industri makanan lainnya, diikuti
industri gula, industri buah sayur, industri tapioka dan tepung lain, serta
industri ikan, daging, dan udang.
3. Sektor agroindustri di Provinsi Lampung sebagian besar mengalami
penghematan akibat aglomerasi (agglomeration economies) yang mempengaruhi output produksi.
a. Penghematan akibat aglomerasi pada setiap sektor agroindustri berbeda.
Setiap penghematan akibat aglomerasi yang terjadi memberikan pengaruh
yang positif dan negatif terhadap output produksi.
b. Industri yang mengalami penghematan akibat lokalisasi dan penghematan
akibat urbanisasi terjadi pada industri buah dan sayur, industri pengolahan
ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain, industri padi,
industri gula, industri kopi, dan industri makanan lainnya.
c. Penghematan akibat lokalisasi terjadi dan memberikan pengaruh terhadap
penghematan akibat lokalisasi yaitu: industri buah dan sayur, industri
pengolahan ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain,
industri padi, industri gula, industri kopi, industri makanan lainnya, dan
industri minuman.
d. Penghematan akibat urbanisasi terjadi dan memberikan pengaruh terhadap
output industri. Agroindustri yang mempunyai pengaruh positif terhadap
output dari penghematan akibat urbanisasi yaitu : industri buah dan sayur,
industri pengolahan ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung
lain, industri minyak/ lemak, industri padi, industri gula, industri kopi,
industri pakan ternak, industri makanan lainnya, dan industri pengolahan
karet.
e. Klasifikasi sektor-sektor agroindustri beraglomerasi dan sektor-sektor
agroindustri yang tidak beraglomerasi berpengaruh terhadap output produksi.
4. Kebijakan ekonomi pada sektor agroindustri yang beraglomerasi pada
pencapaian output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja
menunjukkan kinerja lebih besar dibandingkan sektor agroindustri yang tidak
beraglomerasi. Skenario kebijakan yang memberikan dampak perubahan output,
pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja terbesar adalah kebijakan
kombinasi/gabungan yang terdiri dari kebijakan peningkatan pengeluaran
pemerintah, investasi, dan ekspor yang dialokasikan pada semua sektor
agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional.
8.2. Impikasi Kebijakan
1. Pengembangan sektor agroindustri memerlukan dukungan kelembagaan dan
fasilitasi dari pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan dan program pemerintah
agroindustri sebagai prioritas, tanpa mengabaikan potensi dan peluang sektor-
sektor lainnya.
2. Pengembangan agroindustri hendaknya memperhatikan konsentrasi dan
spesialisasi industri, daya dorong yang menyebabkan terjadinya aglomerasi, dan
promosi pengembangan ekonomi daerah melalui promosi pentingnya manfaat
dari aglomerasi industri. Oleh karena itu, pemerintah daerah seyogyanya
memberi ruang bagi dunia usaha yang berinvestasi di sektor agroindustri
berlokasi dengan mempertimbangkan keterkaitan dan kedekatannya dengan
industri lainnya.
3. Pengembangan agroindustri yang beraglomerasi hendaknya didukung oleh
kebijaksanaan fiskal guna pengembangan produktivitas dan pembangunan
infrastruktur (penataan ruang kawasan industri, sarana transportasi, pengendalian
pencemaran dan lainnya). Infrastruktur yang diperlukan untuk peningkatan
ekspor adalah sarana transportasi, komunikasi dan pelabuhan ekspor yang
memadai bagi transportasi komoditas agroindustri.
4. Pengembangan agroindustri harus disertai penciptaan iklim investasi yang
kondusif dari pemerintah daerah bagi peningkatan peran dunia usaha dan swasta,
guna meningkatkan output sektor agroindustri dan pendapatan masyarakat.
8.3. Saran Penelitian Lanjutan
1. Penelitian tentang aglomerasi dengan model persamaan simultan yang
menggambarkan hubungan antar persamaan produksi industri yang
beraglomerasi, pendapatan regional, pengeluaran pemerintah, investasi dan
2. Untuk menganalisis keterkaitan antarindustri antarwilayah disarankan untuk
membangun Tabel Input-Output Interregional kabupaten/kota ataupun antar
provinsi.
3. Pengembangan model penelitian integrasi Input-Output-Ekonometrika tipe
Coupling yang menggabungkan penyesuaian output dan harga guna menganalisis perekonomian wilayah.
4. Penelitian aglomerasi dengan memasukkan variabel-variabel lain seperti