III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Teor
3.1.1. Tabel Input-Output, Perekonomian Wilayah dan Industr
Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dikenal sejak pertengahan abad ke-18,
khususnya oleh Francois Quesnay pada tahun 1758 dengan Tableau
De'economique-nya. Semula Quesnay hanya mengkonstruksi model makro ekonomi I-O khususnya antara petani dan buruh (farmers and laborers), tuan tanah (landowners) dan pihak lainnya (others, sterile class). Leon Walras pada tahun 1877 dengan general equilibrium membuatnya menjadi lebih terinci melalui pemisahan sektor yang lebih baik dan jelas. Perkembangan Tabel Input-Output menuju bentuk
yang mendasari Tabel Input-Output modern adalah Tabel I-O yang dikembangkan
oleh Leontief pada tahun 1947.
Tujuan Leontief mengembangkan Tabel I-O adalah untuk menjelaskan
besarnya arus interindustri dalam hal tingkat produksi dalam tiap-tiap sektor. Saat
ini, analisis I-O telah berkembang luas menjadi model analisis standar untuk melihat
struktur keterkaitan perekonomian nasional, wilayah dan antar wilayah, serta
dimanfaatkan untuk berbagai peramalan perkembangan struktur perekonomian.
Menurut Nicholson (2001), model keseimbangan umum dari Walras
menjelaskan adanya dua lembaga ekonomi yaitu rumah tangga dan perusahaan. Di
antara kedua lembaga tersebut terjadi, penawaran barang-barang jadi (final good) dari perusahaan dan permintaan terhadap barang-barang jadi oleh rumahtangga,
tetapi secara bersamaan terjadi permintaan terhadap faktor-faktor produksi dari
perusahaan terhadap rumah tangga. Apabila jumlah yang diminta sama dengan
Konsep dasar Model Input-Output Leontief adalah: (1) struktur
perekonomian tersusun dari berbagai sektor atau industri yang satu sama lain
berinteraksi melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor
lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan
modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah
tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak
langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat
linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisa selama satu tahun, total input sama
dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan.
Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output yang dihasilkan oleh suatu teknologi.
Model dasar Tabel Input-Output disajikan pada Tabel 5.
Tabel input-output digunakan untuk: (1) memperkirakan dampak permintaan
akhir terhadap output, nilai tambah, impor, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai
sektor produksi, (2) menyusun proyeksi variabel-varibel ekonomi makro, (3)
menganalisis perubahan harga, (4) mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya
paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang pengaruhnya
paling dominan terhadap pertumbuhan perekonomian nasional, (5) melihat
komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa, terutama dalam analisis
terhadap kebutuhan dan kemungkinan substitusinya, dan (6) melihat konsistensi dan
kelemahan berbagai data statistik yang pada gilirannya dapat digunakan sebagai
landasan perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut (BPS, 2000).
Model input-output juga dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain
sebagai: (1) analisis struktural yang melukiskan hubungan permintaan dan
penawaran pada tingkat keseimbangan, (2) alat evaluasi pengaruh ekonomi pada
investasi masyarakat terhadap perekonomian wilayah dan nasional, (3) alat
dan interregional, (5) analisis dampak antar sektor ekonomi, tenaga kerja,
pendapatan, dan lain-lain, (6) analisis kepekaan dan uji kelayakan, (7) bersama-sama
dengan metode linear programming dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, dan
(8) bersama-sama dengan analisis comparative cost, untuk analisis industrial kompleks dalam suatu rangkaian analisis ekonomi regional (BPS, 2000).
Tabel 5. Model Dasar Tabel Input-Output
Sektor 1 2 … J … N C G I E Total Output 1 X11 … … Xij … Xin C1 G1 I1 E1 X1 2 X21 … … X2j … X2n C2 G2 I2 E2 X2 … … … … … … … … … … I … … … Xij … … Ci Gi Ii Ei Xi .. … … … … … … … … … Input Antara N Xn1 … … Xnj … Xnn Cn Gn In En Xn W W1 … … Wj … Wn CW GW IW EW W T T1 … … Tj … Tn CT GT IT ET T Input Primer S S1 … … Sj … Sn CS GS IS ES S Impor M M1 Mj Mn CM GM IM - M Total Input X1 Xj Xn C G I E X Keterangan :
i,j : Sektor ekonomi, i =1,2,...n, dan j =1,2, ...n
Xij : Total output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j
Xi : Total ouput sektor i, X j total input sektor j, untuk sektor yang sama
(i=j) , total output sama dengan total input (Xi= Xj).
Ci : Pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap output sektor i
Gi : Pengeluaran pemerintah yaitu belanja rutin dan pembangunan terhadap
output sektor i.
Ii : Pengeluaran pembentukan modal tetap netto (investasi) dari output
sektor i, output i, ouput sektor i yang menjadi barang modal.
Ei : Ekspor barang dan jasa sektor i, output sektor i yang disekpor/ dijual ke
luar wilayah, permintaan wilayah eksternal terhadap output sektor i.
Yi : Total permintaan akhir terhadap output sektor i (Yi=Ci+Gi+Ii+E i)
Wj : Balas jasa rumah tangga yaitu upah dan gaji dari sektor j, nilai tambah
sektor j yang dialokasikan sebagai upah dan gaji anggota rumah tangga yang bekerja di sektor j.
Tj : Pendapatan pemerintah yaitu pajak dari sektor j, nilai tambah sektor j
yang menjadi pendapatan asli daerah dari sektor j.
Sj : Surplus usaha sektor j, nilai tambah sektor j yang menjadi surplus usaha
Mj : Impor sektor j, komponen input produksi sektor j yang diperoleh/ dibeli
Secara sederhana, tabel input output pada Tabel 5 terdiri dari : pemintaan
antara, permintaan akhir, input antara, input primer, total input dan total output.
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa pada sektor 1, output sebesar X1 dialokasikan
sebesar X11, X21, X31 dan X14 berturut-turut kepada sektor 1, 2, 3 dan 4, sebagai
permintaan antara, serta Fi yaitu konsumsi rumahtangga, pengeluaran pemerintah,
investasi, dan ekspor, untuk memenuhi permintaan akhir. Alokasi output secara
keseluruhan dapat dirumuskan ke dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut :
1 1 13 12 11 X X F X X + + + = 2 2 23 22 21 X X F X X + + + = 3 3 33 32 31 X X F X X + + + =
Persamaan diatas selanjutnya ditulis kembali sebagai berikut :
1 1 1 13 1 12 1 11X a X a X F X a + + + = 2 2 2 13 2 22 2 21X a X a X F X a + + + = 3 3 3 33 3 32 3 31X a X a X 3 X a + + + =
Dimana aij = Xij/Xj dan menyatakan koefisien (teknik) secara langsung. Dalam bentuk matriks persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :
AX + F = X (3.1)
Dimana : [αij] merupakan matriks koefisien, X menyatakan matriks total dan F menyatakan matriks permintaan akhir. Persamaan 3.1 dapat dinyatakan sebagai
berikut :
F A I
X =( − )−1. (3.2)
Tabel input-output sederhana dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu
kuadran I, II, III dan IV. Menurut Bendavid (1991), pembagian tabel input-output
ke dalam empat kuadran tersebut sangat penting untuk memahami ketergantungan
Kuadran Antara (kuadran I) atau intermediate quadrant disebut juga kuadran interindustri atau kuadran prosesing, yaitu suatu matriks dalam tabel input-output
yang menunjukkan transaksi antar sektor produksi atau industri dalam
perekonomian. Menurut Bendavid (1991), analisis input output berbeda dengan
perhitungan sosial, dimana pendapatan dan nilai tambah sudah dalam permintaan
akhir (final demand). Kuadran ini merupakan sumber yang membedakan antara sistem perhitungan sosial (misalnya pendapatan dan pengeluaran) nasional atau
regional dengan perhitungan sosial lainnya, karena transaksi antara yang
menyebabkan timbulnya perhitungan ganda terhadap nilai output transaksi.
Analisis keterkaitan antar sektor atau ketergantungan ekonomi bertitik tolak
dari kuadran ini sehingga kuadran ini menjadi suatu bagian terpenting dalam model
input-output. Dari kuadran ini pula akan dapat disusun matriks koefisien input yang
merupakan dasar analisis linkages, yaitu perbandingan antara penggunaan input antara dengan nilai output dari sektor yang bersangkutan atau dengan kata lain
kuadran antara (kuadran I) memiliki peranan penting karena kuadran inilah yang
menunjukkan antara sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. Kuadran
antara menunjukkan keterkaitan antar sektor perekonomian. Keterkaitan ini penting
untuk melihat perubahan output suatu sektor terhadap pendapatan, ketenagakerjaan
dan output sektor-sektor lainnya.
Kuadran pemintaan akhir (kuadran II) atau final demand quadrant
menunjukkan penjualan barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor-sektor
perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Isian sel pada kuadran II ada dua
jenis, yaitu: (1) transaksi permintaan akhir, dan (2) komponen penyediaan pada
masing-masing sektor produksi. Permintaan akhir terdiri dari enam komponen, yaitu
pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi pemerintah,
Jumlah permintaan merupakan jumlah permintaan antara ditambah dengan jumlah
permintaan akhir.
Isian sepanjang baris pada kuadran II memperlihatkan komposisi permintaan
akhir terhadap suatu sektor produksi dan bagaimana komposisi penyediaannya.
Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan distribusi masing-masing
komponen permintaan akhir dan penyediaan menurut sektor. Secara umum
komponen permintaan akhir yang terdiri dari pengeluaran rumahtangga, pengeluaran
pemerintah, pembentukan modal, perubahan stok, dan ekspor merupakan sisi
pengeluaran dalam sistem perhitungan nasional atau merupakan komponen
perhitugan gross domestic regional product dari sisi pengeluaran.
Kuadran input primer (kuadran III) atau primary input quadrant disebut juga dengan kuadran nilai tambah yang menunjukkan pembelian input yang dihasilkan
diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Isian kuadran III
terdiri dari sel-sel nilai tambah bruto atau input primer. Nilai tambah bruto terdiri
dari upah dari gaji, surplus usaha/penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi. Isian
sepanjang baris pada kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan masing-masing
komponen nilai tambah bruto menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom
menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah bruto oleh masing-masing sektor
menurut komponennya.
Dalam banyak analisis, nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh masing-
masing sektor pada umumnya dikonversikan ke produk domestik regional bruto.
Untuk keperluan ini maka nilai tambah bruto sektor perdagangan terlebih dahulu
harus ditambah pajak penjualan impor dan bea masuk. Di samping melalui nilai
tambah bruto, dapat juga diturunkan dari permintaan akhir, yaitu jumlah seluruh
Kuadran input primer permintaan akhir (kuadran IV) atau kuadran input
primer permintaan akhir menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input
primer dan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.
Umumnya kuadran IV ini jarang terdapat dalam tabel input-output. Tabel transaksi
menggambarkan tentang arus (flow) komoditi barang dan jasa yang dinyatakan dalam nilai uang diantara sektor-sektor dalam satuan waktu dan sistem ekonomi
tertentu. Penjualan dan pembelian diantara sektor ekonomi diproyeksikan dalam
suatu matriks yang terdiri dari baris dan kolom, pada suatu sektor tertentu ke sektor-
sektor lainnya serta kepada konsumen akhir, seperti ditunjukkan pada Tabel 5.
Pembelian sektor tertentu terhadap output sektor lainnya serta pembelian
faktor-faktor produksi primer (nilai tambah bruto didistribusikan menurut kolom).
Sedangkan isian angka menurut baris memperlihatkan bagaimana output suatu
sektor dialokasikan unruk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Isian
angka menurut kolom menunjukkan permintaan input antara maupun input primer
yang disediakan oleh input-input lain untuk melaksanakan proses produksi.
Menurut Kuncoro (2004b), analisis tabel input-output dapat dipergunakan
untuk mengukur struktur dan perilaku industri. Untuk mengetahui struktur industri
digunakan analisis keterkaitan antarsektor ke depan dan ke belakang dan analisis
konsentrasi industri. Perilaku industri dipergunakan analisis angka pengganda
output, pendapatan dan tenaga kerja. Analisis perilaku (conduct) merupakan salah satu elemen dasar analisis klasik yang dikenal pada ekonomi industri. Perilaku
perusahaan-perusahaan dalam suatu industri tidak pernah lepas dari struktur industri
dan pasar yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan.
Menurut Miller and Blair (1985), ada tiga angka pengganda yang
dipergunakan untuk mengestimasi efek dari perubahan eksogen guna mengukur
Output Multiplier (Efek Pengganda Output)
Rumus efek pengganda output adalah sebagai berikut :
∑
= = n i ij j O 1 α (3.3) dimana : i = nomor baris j = nomor kolomOj = efek pengganda sektor j
α = elemen dalam matriks Leontief invers
Income Multiplier (Efek Pengganda Pendapatan)
Rumus efek pengganda pendapatan adalah sebagai berikut :
∑
= = = n i ij i n j a H 1 ... 1 α (3.4) dimana :Hj = efek pengganda pendapatan
a = koefisien pendapatan
α = elemen dalam matriks Leontief invers
Employment multipler (Efek pengganda tenaga kerja)
ij n i n j W E
∑
α = + = 1 1 (3.5) dimana:Eij = efek pengganda tenaga kerja
w = koefisien tenaga kerja
α = elemen dalam matriks Leontief invers
Rasmussen (1956) mengukur keterkaitan antarsektor berdasarkan
belakang dan keterkaitan ke depan menurut metode ini masing-masing diukur dengan cara :
∑
= = n i ij R j g BL 1 (3.6) dan,∑
= = n j ij R j g FL 1 (3.7) Di mana R j BL dan R jFL berturut-turut menunjukkan ukuran keterkaitan ke belakang
dan keterkaitan ke depan untuk metode Rasmussen, sedangkan guj adalah elemen
pada matriks invers Leontief, (I–A)-1. Oleh karena model Rasmussen menggunakan matriks invers Leontief, maka ukuran keterkaitan antarsektor yang diperoleh bisa
dikatakan merupakan ukuran keterkaitan secara tidak langsung, yang menghitung
dampak tidak langsung dari suatu sektor dalam perekonomian.
Rasmussen (1956) juga memberikan dua jenis ukuran indeks lainnya yang
disebut : (1) kemampuan penyebaran (power of dispersion), dan (2) kepekaan penyebaran (sensitivity of dispersion). Dengan dua indeks ini kita bisa melakukan perbandingan besarnya derajad keterkaitan antarsektor, yang nantinya bisa
ditentukan sektor-sektor mana saja yang dapat dijadikan sebagai sektor kunci atau
sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi.
∑∑
∑
= = i j ij n n j i ij j g g a 1 (3.8) dan, j β =∑∑
∑
= i j ij n n j i ij g g 1 (3.9)Dari persamaan 3.8 dan 3.9, αj menunjukkan indeks daya penyebaran dari sektor j
dalam perekonomian, dan βi merupakan indeks derajat kepekaan dari sektor i. Sedangkan gii adalah elemen matriks invers Leontief, G = (1-A)-1. Invers Leontief dipergunakan untuk multiplier (angka pengganda), baik pengganda output, pendapatan rumah tangga (RT) dan tenaga kerja.
Analisis keterkaitan dipergunakan untuk mengukur keterkaitan antara sektor
pertanian dan industri. Salah satu syarat perlu (necessary condition) agar dapat mencapai transformasi struktural dari pertanian ke industri manufaktur adalah
adanya keterkaitan sektor pertanian dan sektor industri yang tangguh. Kaitan yang
paling sesuai menuju industri yang tangguh adalah pengolahan produk-produk
pertanian ke dalam pengembangan sektor agroindustri.