• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KONSENTRASI SPASIAL DAN PENGHEMATAN AKIBAT AGLOMERAS

6.4. Produktivitas dan Penghematan Akibat Aglomerasi 1 Hasil Pengujian Statistik Model

6.4.3. Penghematan Akibat Aglomerasi Agoindustr

Hasil regresi terhadap masing-masing output sektor agroindustri di Provinsi

Lampung menunjukkan bahwa jenis aglomerasi yang terjadi memberikan pengaruh

signifikan (positif atau negatif) terhadap agregat output yang diwakili oleh variabel

output industri. Interpretasi berkaitan dengan aglomerasi lebih menekankan pada

tanda signifikansi. Koefisien penghematan akibat aglomerasi pada agroindustri

disajikan pada Tabel 24.

Agroindustri yang mempunyai pengaruh positif dari penghematan akibat

udang, industri tapioka dan tepung lain, industri padi, industri gula, industri kopi,

industri makanan lainnya, dan industri minuman.

Tabel 24. Koefisien Penghematan Akibat Aglomerasi pada Agroindustri

No. Agroindustri Lokal Urban

1 Industri Buah dan Sayur 0.024 4.522

2 Industri Ikan, Daging & Udang 0.05 7.1304

3 Industri Tapioka & Tepung Lain 0.096 4.201

4 Industri Kopra/ Kelapa -0.0837 -7.67

5 Industri Minyak/ Lemak 0.0573 3.1878

6 Industri Padi 1.742 4.6547

7 Industri Gula 2.163 60.418

8 Industri Kopi 0.0275 1.916

9 Industri Pakan Ternak -0.271 0.2217

10 Industri Makanan Lainnya 0.199 3.7155

11 Industri Minuman 0.0658 -8.534

12 Industri Pengolahan Karet -0.048 4.212

Pertimbangan pemilihan lokasi industri buah dan sayur disebabkan

perusahaan pengolahan buah dan sayur memilih dekat dengan sumber bahan

bakunya. Industri buah dan sayur memerlukan lokasi dan kondisi agroklimat yang

sesuai. Sebagian besar industri buah dan sayur berada di Kabupaten Lampung

Tengah karena agroklimat yang sesuai, serta memiliki akses yang baik ke pelabuhan

Panjang dan Kota Bandar Lampung sebagai transit tujuan ekspor industri buah dan

sayur.

Industri pengolahan ikan, daging, dan udang memilih berlokasi di daerah

sentra produksinya karena berorientasi pada input (resources based oriented). Kontributor terbesar industri pengolahan ikan, daging, dan udang di Provinsi

Lampung berasal dari industri pengolahan udang PT Dipasena Citra Darmaja dan PT

Central Pertiwi Bratasena di Kabupaten Tulang Bawang. Dilihat dari fungsi

produksi industri pengolahan ikan, daging, dan udang Provinsi Lampung pada

meningkatkan output, namun penggunaan tenaga kerja yang tinggi akan

menurunkan output.

Industri tapioka dan tepung lain berlokasi di daerah sentra produksi di

Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Lampung Timur karena

berorientasi pada input (resources based oriented). Agroindustri ini cenderung didirikan pada lokasi bahan baku. Secara historis, Kabupaten Lampung Tengah

merupakan daerah transmigran yang lebih banyak ditanami singkong sebagai bahan

baku tapioka sebelum menghasilkan tanaman lain. Dilihat dari fungsi produksi

industri tapioka dan tepung lain di Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005,

keseluruhan input yang digunakan (kapital, bahan baku, tenaga kerja dan energi)

lebih efektif dalam meningkatkan output.

Dua macam pertimbangan untuk pemilihan lokasi industri minyak/lemak di

daerah sentra agroindustri di Kabupaten Lampung Tengah karena berorientasi pada

input (resources based oriented) dan berlokasi dekat dengan Kota Bandar Lampung sehingga lebih berorientasi pada konsumen dan kelancaran transportasi pemasaran.

Berdasarkan fungsi produksi industri minyak/lemak Provinsi Lampung pada tahun

1988-2005, keseluruhan input yang digunakan (kapital, bahan baku, tenaga kerja dan

energi) efektif dalam meningkatkan output.

Pertimbangan pemilihan lokasi industri pengolahan padi (beras) di daerah

sentra produksi padi di Kabupaten Lampung Tengah dan Tanggamus karena industri

padi berorientasi pada input (resources based oriented). Agroindustri ini cenderung berlokasi dekat dengan bahan bakunya. Berdasarkan fungsi produksi industri padi

Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005, keseluruhan input yang digunakan

(kapital, bahan baku, tenaga kerja dan energi) efektif dalam meningkatkan output.

Industri gula berlokasi di daerah sentra produksi tebu di Kabupaten Tulang

oriented) karena agroindustri gula cenderung berlokasi dekat dengan bahan bakunya. Berdasarkan fungsi produksi industri gula Provinsi Lampung pada tahun

1988-2005, keseluruhan input yang digunakan (kapital, bahan baku, tenaga kerja dan

energi) efektif dalam meningkatkan output.

Sebagian besar industri pengolahan kopi di Provinsi Lampung berlokasi di

Kota Bandar Lampung karena berorientasi pada ekspor. Agroindustri pengolahan

kopi cenderung berlokasi di dekat Pelabuhan Panjang sebagai sarana pelabuhan

ekspor utama di Provinsi Lampung. Berdasarkan fungsi produksi industri kopi

Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005, keseluruhan input yang digunakan

(kapital, bahan baku, tenaga kerja dan energi) efektif dalam meningkatkan output.

Pertimbangan pemilihan lokasi industri minuman di daerah sentra produksi

yaitu di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan berorientasi pada

input produksi (resources based oriented). Agroindustri ini cenderung berlokasi dekat dengan bahan bakunya. Berdasarkan fungsi produksi industri minuman

Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005, keseluruhan input yang digunakan

(kapital, bahan baku, tenaga kerja dan energi) efektif dalam meningkatkan output.

Agroindustri yang mempunyai pengaruh negatif dari penghematan akibat

lokalisasi yaitu: industri kopra/kelapa, industri pakan ternak, dan industri

pengolahan karet. Industri kopra/kelapa masih beroperasi dalam skala kecil dan

menengah, sehingga pengaruh penghematan lokalisasi dicerminkan dari spillovers

yang masih negatif terhadap output.

Industri kopra/kelapa beroperasi dalam jumlah perusahaan yang terbatas,

sehingga pengaruh penghematan lokalisasi yang dicerminkan dari spillovers masih negatif terhadap output. Industri pakan ternak masih beroperasi dalam kapasitas

terbatas dan belum ada penambahan investasi, sehingga pengaruh penghematan

Penghematan akibat urbanisasi akan mempengaruhi aktivitas ekonomi

daerah, antara lain pertumbuhan tenaga kerja yang mencerminkan pertumbuhan

ekonomi daerah. Masuknya unsur penghematan akibat aglomerasi ke dalam fungsi

produksi menyebabkan terjadinya kenaikan penggunaan input sehingga output akan

terdorong naik dengan derajat yang lebih tinggi dibanding kenaikan input itu sendiri.

Dengan demikian, penghematan akibat aglomerasi akan membawa dampak positif

bagi pertumbuhan daerah. Timbulnya penghematan akibat urbanisasi memerlukan

peningkatan produktivitas industri yang berpengaruh pada lokasi perusahaan.

Penghematan akibat urbanisasi ekonomi dapat dilihat dari pengaruh positif dan

negatif terhadap outputnya.

Agroindustri yang mempunyai pengaruh positif terhadap output dari

penghematan akibat urbanisasi yaitu: industri buah dan sayur, industri pengolahan

ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain, industri minyak/lemak,

industri padi, industri gula, industri kopi, industri pakan ternak, industri makanan

lainnya, dan industri pengolahan karet.

Industri buah dan sayur berlokasi pada suatu area dengan pertimbangan

kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya

kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan

permintaan dan penjualan produk industri buah dan sayur.

Pemilihan lokasi industri pengolahan ikan, daging dan udang dengan

pertimbangan kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat

ekonomi. Tingginya kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu

meningkatkan permintaan dan penjualan produk industri ikan, daging dan udang.

Pada industri ini terjadi diminishing marginal productivity of energy, di mana penambahan terhadap energi justru akan menurunkan total produksi industri.

Industri tapioka dan tepung lain berlokasi pada suatu area dengan

pertimbangan kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat

ekonomi. Tingginya kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu

meningkatkan permintaan dan penjualan produk industri tapioka dan tepung lain .

Industri minyak/lemak berlokasi pada suatu area dengan pertimbangan

kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya

kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan

permintaan dan penjualan produk industri minyak/lemak.

Industri pengolahan padi berlokasi dengan pertimbangan kedekatan dengan

perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya kepadatan penduduk

di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan permintaan dan penjualan

produk industri padi (beras). Pada industri ini terjadi diminishing marginal productivity of capital, di mana penambahan terhadap kapital justru akan menurunkan total produksi industri.

Iindustri gula berlokasi pada suatu area dengan pertimbangan kedekatan

dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya kepadatan

penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan permintaan dan

penjualan produk industri gula. Pada industri ini terjadi diminishing marginal productivity of capital, di mana penambahan terhadap kapital justru akan menurunkan total produksi industri.

Industri pengolahan kopi berlokasi pada suatu area dengan pertimbangan

kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya

kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan

permintaan dan penjualan produk industri kopi (kopi bubuk). Pada industri ini

terjadi diminishing marginal productivity of capital, di mana penambahan terhadap kapital justru akan menurunkan total produksi industri.

Pemilihan lokasi industri pakan ternak pada suatu area dengan pertimbangan

kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya

kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan

konsumsi ternak, sehingga permintaan dan penjualan ternak meningkat. Pada

industri ini terjadi diminishing marginal productivity of capital, di mana penambahan terhadap kapital justru akan menurunkan total produksi industri.

Agroindustri yang mempunyai pengaruh negatif dari penghematan akibat

urbanisasi yaitu industri kopra/kelapa dan industri minuman. Industri kopra/kelapa

masih beroperasi dalam skala kecil dan menengah serta jumlah perusahaan terbatas,

sehingga penghematan urbanisasi yang dicerminkan dari pengaruh kepadatan

penduduk masih negatif terhadap output. Pada industri ini terjadi diminishing marginal productivity of capital, di mana penambahan terhadap kapital justru akan menurunkan total produksi industri.

Industri minuman juga masih beroperasi dalam jumlah perusahaan terbatas,

sehingga penghematan urbanisasi yang dicerminkan dari pengaruh kepadatan

penduduk terhadap output secara makro masih negatif. Adanya kenaikan jumlah

kepadatan penduduk dapat mengurangi output produksi karena biaya yang

dikeluarkan perusahaan masih lebih besar dari pada manfaat yang diperoleh oleh

industri minuman.

Perbandingan antara industri yang beraglomerasi (berklaster) dan tidak

beraglomerasi (berklaster) menggunakan persamaan gabungan sektor agroindustri

sebagai berikut :

OPit = f (KPT, BBK, UTK, ENG, PLK, PUB, DAG) (4.4) LnOPit = bo+b1LnKPTit+b2LnBBKit+b3LnUTKit+b4LnENGit+b5LnPLKit+ b6LnPUBit+ dAGit

dimana KPT merupakan kapital, BBK merupakan bahan baku, UTK merupakan upah tenaga kerja, ENG merupakan energi, PLK merupakan penghematan lokasi,

PUB merupakan penghematan urbanisasi dan DAG merupakan dummy aglomerasi, dengan ketentuan apabila sektor agroindustri beraglomerasi/ berklaster maka dinilai

1, sedangkan yang tidak beraglomerasi/ tidak berklaster dinilai 0. Variabel dummy

digunakan untuk mengindikasikan sektor agroindustri yang beraglomerasi atau

berklaster dan yang tidak beraglomerasi (tidak berklaster)pada satu atau beberapa

kabupaten yang berdekatan. Jika sektor agroindustri beraglomerasi/berklaster maka

dinilai 1 dan yang tidak beraglomerasi (tidak berklaster) dinilai 0.

Hasil estimasi model pada persamaan 4.4 adalah:

OP = 1.235410 + 0.046605 KPT + 0.751021 BBK+ 0.132418 UTK + 0.052742 ENG + 0.021854 PLK + 0.063572 PUB + 0.146681 DAG

Hasil estimasi persamaan 4.4 tersebut menghasilkan nilai return to scale

(RTS) sebesar 1.00464, artinya penambahan faktor produksi 1% unit

menyebabkan output bertambah 1.00464%. Hasil RTS ini menunjukkan output

berada di antara constant return to scale dan increasing return to scale.

Koefisien pada persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan

elastisitas, terdiri dari elastisitas output kapital, elastisitas output bahan baku,

elastisitas output upah tenaga kerja, elastisitas output energi, elastisitas output

penghematan lokalisasi dan elastisitas output penghematan urbanisasi. Interpretasi

hasil pengujian setiap koefisien adalah :

1. Kapital

Koefisien kapital positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi kapital

menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas output kapital sebesar 0.046605,

2. Bahan Baku

Koefisien bahan baku positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi bahan baku

menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas output bahan baku sebesar

0.751021, artinya penambahan bahan baku 1 % menyebakan output bertambah

0.751021%.

3. Upah Tenaga Kerja.

Koefisien upah tenaga kerja positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi upah

tenaga kerja menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas output upah tenaga

kerja sebesar 0.132418, artinya penambahan upah tenaga kerja 1% unit

menyebabkan output bertambah 0.132418%.

4. Energi

Koefisien energi yang positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi energi

menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas output energi sebesar 0.052742,

artinya penambahan energi 1% unit menyebabkan output bertambah 0.132418%.

5. Penghematan Lokalisasi

Koefisien penghematan lokalisasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi

penggunaan tenaga kerja menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas

penghematan lokasi sebesar 0.021854, artinya penambahan tenaga kerja 1% unit

menyebabkan output bertambah 0.021854%.

6. Penghematan Urbanisasi

Koefisien penghematan urbanisasi positif mengindikasikan bahwa semakin

tinggi kepadatan penduduk menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas

penghematan urbanisasi sebesar 0.063572, artinya penambahan kepadatan

penduduk 1% menyebabkan output bertambah 0.063572%.

Jika dilihat dari hasil estimasi yang menggunakan fungsi Cobb-Douglas,

produksi sektor agroindustri di Provinsi Lampung berdasarkan data pada tahun

1988–2005 dipengaruhi oleh kapital, bahan baku, upah tenaga kerja dan energi,

penghematan akibat lokalisasi, penghematan akibat urbanisasi, dan penetapan sektor

agroindustri yang beraglomerasi atau tidak beraglomerasi.

Sektor-sektor agroindustri yang beraglomerasi (industri buah dan sayur,

industri ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain, industri padi,

industri gula, industri kopi, industri pakan ternak, industri makanan lainnya, dan

industri pengolahan karet) berbeda secara signifikan dengan sektor-sektor

agroindustri yang tidak beraglomerasi (industri kopra/kelapa, industri minyak/lemak,

dan industri minuman).

Hasil tersebut dibuktikan antara lain: (1) nilai R-squared yang menunjukkan seluruh variabel bebas menerangkan variabel ln output sebesar 0.97, (2) nilai F

statistik menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya, dan (3) tidak ditemukan gangguan

autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas.

Jika dilihat dari manfaat industri yang mengkonsentrasikan lokasinya melalui

tiga manfaat yaitu ekonomi internal untuk perusahaan (economies of scale), ekonomi eksternal untuk perusahaan tetapi internal untuk industri (localization economies), dan ekonomi eksternal untuk perusahaan dan eksternal untuk industri (urbanization economies), maka aglomerasi pada sembilan sektor agroindustri memberikan manfaat nyata.

Pengembangan agroindustri hendaknya memperhatikan konsentrasi spasial

dan spesialisasi industri, daya dorong yang menyebabkan terjadinya aglomerasi, dan

promosi pengembangan ekonomi daerah melalui promosi pentingnya manfaat dari

bagi dunia usaha yang berinvestasi di sektor agroindustri berlokasi dengan

VII. DAMPAK KEBIJAKAN DI SEKTOR AGROINDUSTRI