• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Jati diri media adalah perubahan. Perubahan tidak hanya untuk survival, tetapi juga demi pelayanan yang lebih baik, dipicu oleh kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat, tetapi juga terutama oleh perkembangan pesat teknologi informasi. Media yang menyadari jati diri tersebut akan selalu membaca perkembangan zaman dan beradaptasi untuk mempertahankan dirinya. Bersamaan dengan perkembangan teknologi informasi, tidak hanya bentuk dan gaya media cetak yang perlu berubah, tetapi cara menyampaikannya pun harus berubah.

Media cetak yang selama ratusan tahun sebagai satu-satunya platform

tidak memadai lagi. Single media dalam bentuk cetak mendapat pesaing dari elektronik dan digital. Untuk mengantisipasi perkembangan maka diperlukan revolusi dalam industri media melalui konvergensi. Namun agar peranan tetap produktif, ketiga wahana itu harus bersinergi. Media digital bukan sebagai pesaing, tetapi komplementer bersama media elektronik dan cetak. Sebab, bagi media cetak, transformasi ke media digital adalah keniscayaan, mau tidak mau harus dilakukan. Media digital harus menjadi ekstensa media cetak. Media digital harus memperkuat media cetak. Roh media cetak, yaitu akurasi, kredibilitas, dan kepercayaan harus hadir di dalam berbagai platform. Melalui ketiga wahana itu

content is the king dan cara menyampaikan berpedoman pada language is the

queen.

Perubahan yang dilakukan harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi dengan melakukan adaptasi dan mengedepankan karya inovatif dan kreatif. Konvergensi menjadi jawaban bagi media yang akan melakukan

perubahan. Media harus melakukan revolusi agar dapat mempertahankan hidupnya selama mungkin. Melalui strategi transformasi media, konvergensi dapat tercapai.

Pada hakekatnya sebuah transformasi tidak meniadakan produk terdahulu. Dengan kata lain produk terdahulu terus berkembang bersamaan dengan produk baru. Produk baru media tidak menggantikan produk lama. Ketika bentuk-bentuk media komunikasi yang lebih baru muncul, bentuk-bentuk terdahulu biasanya tidak mati, tetapi terus berkembang dan beradaptasi.

Keputusan untuk melakukan konvergensi merupakan satu langkah lebih maju daripada media yang ingin terus eksis dan berjuang memperbaiki pelayanan kepada masyarakat. Strategi Tripple M (multimedia, multichannel, multiplatform) menjadi salah satu bentuk alternatif strategi untuk mentransformasikan dirinya menuju konvergensi. Strategi 3M disebut menjadi salah satu alternatif karena masih banyak implementasi konvergensi. Melalui implementasi strategi 3M itu sejumlah model konvergensi dapat tercapai. Konvergensi kontinum yang berupa

cross media, cross promotion, cloning, content sharing, dan coopetition dapat

dicapai sekaligus.

Mengimplementasikan strategi konvergensi harus bijak. Konvergensi media diimplementasikan dan disesuaikan dengan kemampuan berinvestasi, kebutuhan, dan tidak terjebak pada persoalan teknis semata. Jadi konvergensi secara utuh dapat dilakukan oleh media, disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan budaya perusahaan media tersebut. Persepsi yang memandang konvergensi sulit diterapkan di Indonesia karena terjebak pada persepsi bahwa konvergensi lebih dekat pada urusan teknis yaitu single newsroom. Padahal, tanpa melakukan

perubahan radikal dengan menyatukan newsroom, media tetap dapat melakukan konvergensi.

Konvergensi berbasis budaya menjadi kunci implementasi konvergensi di Indonesia. Budaya korporat dan budaya masyarakat turut menentukan model konvergensi yang akan diimplementasikan. Konvergensi kontekstual akan menjawab sejumlah keraguan bahwa media tidak akan mungkin melakukan konvergensi tanpa menyatukan newsroom terlebih dahulu. Lebih dari hanya sekadar newsroomnya yang menyatu tapi spirit akan kesatuan dalam media itu justru paling penting. Satu hal yang mampu menyatukan berbagai newsroom

platform dalam satu industri media adalah visi misi yang kuat yang harus dicapai

secara bersama. Di sinilah kompetensi dari seorang pemimpin yang harus mampu mengelola manusia dan memahami teknologi harus dipenuhi.

Dengan mengimplementasikan konvergensi berbasis kebutuhan, kondisi, dan budaya ini maka tidak ada yang disebut sebagai konvergensi parsial. Yang ada adalah konvergensi kontekstual dengan skala tertentu. Misalnya konvergensi

by project. Seluruh rangkaian dan elemen dalam sebuah konvergensi terpenuhi,

namun skalanya masih terbatas pada proyek yang disepakati oleh media dengan platform berbeda.

Konvergensi kontekstual dapat berbentuk konvergensi repackaging. Konvergensi ini mendasarkan pada prinsip one resource many products.Kekuatan yang mendukung konvergensi repackaging ini adalah banyaknya konten yang dimiliki oleh media cetak yang lebih dahulu ada. Ada keleluasaan yang dimiliki media cetak untuk mengolah dan mengemas ulang konten yang dimilikinya ke

dalam platform lain seperti digital dan elektronik. Strategi 3M dapat menjadi contoh pola konvergensi yang dapat disebut sebagai konvergensi repackaging.

6.2. Implikasi Penelitian

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat beberapa implikasi yang bersifat akademis maupun praktis.

6.2.1. Implikasi Akademis

Penelitian mengenai strategi transformasi media menuju konvergensi ini memberikan suatu gambaran wajah industri media cetak tanah air yang bertransformasi menuju konvergensi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa konvergensi tidak harus dipersepsikan dengan penyatuan newsroom atau membangun single newsroom sebelum melakukan konvergensi. Konvergensi dapat diimplementasikan oleh media manapun tanpa harus menyatukan

newsroom. Yang lebih penting adalah spirit bahwa merasa menjadi satu meski

newsroom berbeda tetapi merasa satu visi misi. Dari penelitian ini terungkap

bahwa konvergensi yang dapat dilakukan di Indonesia adalah konvergensi kontekstual yaitu konvergensi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi budaya perusahaan dan masyarakat. Salah satu model yang dapat digunakan adalah strategi Tripple M atau disebut sebagai konvergensi repackaging.

6.2.2. Implikasi Praktis

Pemaparan hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi pengelola industri media cetak, bahwa perubahan adalah keniscayaan dan tidak dapat

ditunda. Semangat yang mendorong konvergensi adalah semangat survival untuk pelayanan yang lebih baik terhadap masyarakat. Industri media cetak hendaknya semakin menyadari, bahwa konvergensi adalah sebuah keharusan bagi industri media, khususnya media cetak jika ingin tetap eksis.

Penyatuan visi dan misi dan penyamaan persepsi akan konvergensi menjadi pintu masuk yang sangat penting bagi industri media cetak untuk melakukan konvergensi, ditambah semangat pemimpin dan para karyawan antarplatform untuk melakukan sinergi, koordinasi, dan sinkronisasi. Strategi 3M dapat dijadikan model konvergensi dapat diimplementasikan di industri media cetak saat ini.

6.3. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka penulis dapat merekomendasikan beberapa hal sehubungan dengan konvergensi media.

6.3.1. Rekomendasi Akademis

a. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi efektivitas implementasi strategi 3M.

b. Perlu diadakan penelitian sejenis dengan unit pengamataan dan unit penelitian yang berbeda untuk meyakinkan konsep strategi 3M layak untuk dijadikan model transformasi konvergensi media.

c. Perlu diadakan penelitian lebih dalam untuk menemukan model bisnis bagi media yang sudah melakukan konvergensi di era digital.