• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ket erbat asan anggaran unt uk pelat ihan t at ap muka adalah salah sat u alasannya.

Dalam dokumen Majalah PA Edisi 10 2016 (Halaman 99-101)

Sistem e-learning harus memiliki portal, sistem manajemen dan sistem manajemen isi pembelajaran. Materi e-learning bisa berupa multimedia dan teks. Adapun perangkat keras berupa server dan klien dan media jaringan.

Kenapa e-learning?

Dari tahun sampai dengan , Ditjen Badilag bekerja sama dengan Family Court of Australia FCoA mengadakan pelatihan meja

informasi dan mediasi. Pelatihan tersebut didukung oleh Australia )ndonesia Partnership for Justice

A)PJ .

Pelatihan meja informasi berhasil dilakukan dua kali dan diikuti oleh petugas meja informasi dari perwakilan setiap Pengadilan Tinggi Agama. Pelatihan mediasi dilakukan tiga kali dan diikuti oleh hakim pengadilan agama.

Nara sumber pelatihan meja

informasi dan mediasi berasal dari para pakar dari Australia, Theresia Leyton dan Simon Curran. Menurut Leisha Lister, Executive Of icer of FCoA, mereka ini adalah konsultan Family Court of Australia.

Para peserta pelatihan meja informasi dan mediasi merasa mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang bagus. Materi pada pelatihan meja informasi antara lain keterbukaan informasi dan pelayanan publik, kemandiran peradilan, meja informasi di peradilan agama, memahami layanan, peran meja informasi, memberikan pelayanan yang baik, akses terhadap keadilan, dan sebagainya.

Sementara materi dalam pelatihan mediasi berupa mediasi dalam hukum keluarga, menyeimbangkan kekuatan, peran mediator, bagaimana cara membangung kepercayaan, keterampilan berkomunikasi dan mendengarkan, disabilitas dan mediasi, dan dampak perceraian bagi anak-anak.

Pelatihan meja informasi dan mediasi tatap muka memiliki beberapa kelebihan. Pertama, peserta dapat secara langsung berinteraksi dengan nara sumber. Ketika para peserta tidak paham tentang suatu

materi, mereka secara langsung bisa bertanya dengan nara sumber. Kedua, para peserta dapat lebih mudah fokus pada pembelajaran. Ketiga, para peserta dapat langsung mempraktekkan skil-skil yang diajarkan seperti cara melayani, cara reframing, cara menyeimbangkan kekuatan dan sebagainya. Keempat, peserta dapat belajar melalui interaksi dengan peserta lainnya.

Namun demikian, pelatihan yang telah dilakukan tersebut memiliki beberapa kelemahan. Pertama, tidak mampu mengikut sertakan banyak peserta. Satu kali pelatihan tatap muka, idealnya hanya bisa mengikutsertakan orang untuk satu kelas. Padahal kebutuhan melatih petugas meja informasi dan hakim mediator sangat banyak. Kedua, biaya yang dibutuhkan sangat besar. Ongkos transportasi peserta dari berbagai daerah yang jauh, hotel dan biaya nara sumber dari Australia sangat menguras anggaran. Jumlah hakim yang belum pernah mendapatkan pelatihan sangat banyak. Berangkat dari dua kelemahan di atas, D i t j e n

Badilag dan FCoA dengan dukungan dari A)PJ mulai mengembangkan e-learning meja informasi dan layanan publik.

Pengembangan e-learning Badilag

Dalam pengembangan e-learning Badilag, langkah awal yang dilakukan adalah Training Need Analysis TNA atau analisis kebutuhan pelatihan. Tim penyusun melakukan wawancara mendalam dengan pengguna pengadilan dan pegawai mengadilan. )ni untuk mengetahui materi apa saja yang perlu dikembangkan. Selain itu, juga diketahui siapa saja peserta pelatihannya.

Untuk e-learning meja informasi dan layanan publik ada materi yaitu konsep pelayanan publik, peran meja informasi, menyajikan pelayanan, akses terhadap keadilan, lebih mengenal peradilan agama, dan mengajukan perkara di Pengadilan Agama/Mahkamah Syar iah.

Kemudian barulah dibuat rancangan dan pengembangan materi pembelajaran. )ni meliputi antara lain strategi, model penyampaian, urutan, dan tujuan pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah memasukkan semua materi itu ke dalam sistem e-learning. E-learning Ditjen Badilag dapat diakses melalui http:// elearningbadilag.net/.

Pengembangan e-learning Ditjen Badilag ini dibantu oleh

Brainmatics, konsultan

Tampilan depan portal e-learning Ditjen Badilag

ua, biaya yang dibutuhkan sangat ar. Ongkos transportasi peserta

berbagai daerah yang jauh, hotel biaya nara sumber dari Australia gat menguras anggaran. Jumlah

m yang belum pernah ndapatkan pelatihan gat banyak. Berangkat dari kelemahan atas, t j e n

Badilag ini dibantu oleh Brainmatics, konsultan

Metode Pengembangan E-Learning

KELEMBAGAAN

MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 10 | Des 2016

T) yang memiliki pengalaman di bidang ini dan juga oleh Masyarakat Pemantau Pengadilan MAPP) .

Uji Coba

E-learning meja informasi dan pelayaanan publik diimplementasikan, Ditjen Badilag melakuka uji coba di beberapa wilayah yaitu PTA Jakarta, PTA Mataram, PTA Makassar dan MS Aceh.Uji coba dilaksanakan dari tanggal Juli – Agustus . Total peserta yang mengikuti uji coba ada orang terdiri dari PTA Jakarta orang, PTA Mataram orang, PTA Makassar orang, dan MS Aceh orang.

Uji coba ini dilakukan untuk evaluasi materi yang telah dikembangkan. Selain itu, juga untuk memperoleh informasi tentang minat dan sarana dan prasarana e-learning di berbagai daerah.

Implementasi e-Learning

Ditjen Badilag hampir merampungkan surat edaran tentang pemberlakuan sistem pembelajaran pelayanan publik secara elektronik. Dalam surat edaran tersebut, dijelaskan bahwa pembelajaran secara elektronik merupakan pengganti dari sistem pembelajaran tatap muka. Pelaksanaannya akan dilakukan secara periodik. Peserta

akan mendapatkan reward atas pencapaiannya. Petugas meja informasi di seluruh pengadilan agama harus memiliki serti ikat pelatihan tentang meja informasi dan pelayanan publik.

Selain surat edaran, Ditjen Badilag juga telah membuat pedoman pelaksanaan e-learning meja informasi dan pelayanan publik. )mplementasi e-learning ini akan dilaksanakan pada awal tahun .

Kegagalan E-Learning

Walaupun e-learning memiliki banyak keuntungan, ia juga memiliki kelemahan yang perlu diantisipasi. Forrester Grup pernah melakukan kajian pada perusahaan besar. Lebih dari % peserta menolak mengikuti pelatihan e-learning. Dublin: . Kajian lain mengindikasikan bahwa - % peserta tidak pernah menyelesaikan materi e-learning sampai akhir.

Delio: .

Kenapa e-learning gagal? Ada beberapa faktor penyebab antara lain a . Kebutuhan pengguna user tidak diideti ikasi dengan baik, b . proses rekrutmen yang tidak baik.

Pengembangan Kedepan

Untuk tahun anggaran , Ditjen Badilag tidak lagi mendapatkan

anggaran untuk melakukan bimbingan teknis bimtek sebagaimana tahun- tahun sebelumnya. Bappenas memandang bimtek tidak lagi e isien secara anggaran. Karenanya, Bappenas mendorong Ditjen Badilag menggunakan e-learning dalam pembinaan dan pengembangan SDM peradilan agama.

Kedepan, Ditjen Badilag akan mengembangkan beberapa materi e-learning antara lain tentang ekonomi syari ah, kepaniteraan, kejurusitaan, kesekretariatan dan sebagainya.

Apa strategi Ditjen Badilag untuk mengantisipasi kegagalan implementasi e-learning? Ada beberapa yang harus dilakukan yaitu: a . E-learning harus dirancang dapat memberikan nilai tambah secara formal karir, insentif dan sebagainya dan non-formal ilmu, skil tekis dan lainnya bagi pengguna, b . Pada tahap sosialisasi diterapkan blended e-learning untuk melatih behavior pengguna dalam e-life style, c . Menjadikan pengguna sebagai peran utama dengan mendukung aktualisasi diri pengguna dan bukan sebagai objek semata, d . E-learning harus merupakan inisiatif instansi bukan hanya inisiatif T) semata.

(Rahmat Arijaya)

Reaction Learning

Evaluation

Need Analysis

Target Audience analysis, Task and topic analysis

Analysis

Dalam dokumen Majalah PA Edisi 10 2016 (Halaman 99-101)