1. Tulislah dua paragraf persuasi dengan mengambil ilustrasi atau pembuktian dari wacana 1a!
2. Tentukan sebuah topik yang berhubungan dengan lingkungan sekitar kamu kemudian kembangkan dalam sebuah paragraf persuasi!
3. Buatlah tiga kalimat persuasi tentang lingkungan hidup! 4. Bacakan hasil kerja kamu di depan kelas dan mintalah komentar
teman mengenai kesesuaian sifat paragraf!
Evidensi dapat berupa: 1. fakta
2. hasil observasi 3. kesaksian
4. autoritas atau pendapat para ahli
4
Memberikan Kritik Terhadap Informasi
dari Media Cetak/Elektronik
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendapatkan suatu informasi yang merupakan pendapat. Jika kamu tidak selektif dan kritis di dalam menerima informasi tersebut, maka kamu akan salah dalam memahami informasi. Suatu informasi yang berupa pendapat seseorang, benar dan tidaknya masih harus dipertanyakan. Oleh sebab itu, kamu jangan menerima begitu saja suatu informasi yang berupa pendapat, walaupun pendapat itu merupakan pendapat seorang ahli. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kamu harus bersikap kritis dengan mempertanyakan hal-hal yang masih kamu ragukan.
Kata tanya yang umumnya digunakan untuk menanyakan suatu informasi adalah apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Kata tanya tersebut sering dengan 5 W + 1 H.
C
Kerjakan pelatihan dengan langkah berikut! 1. Bentuklah kelompok 4-5 orang siswa!
2. Bacalah dan diskusikan isi teks bacaan di bawah ini!
3. Berilah tanda pada pernyataan atau pendapat yang masih perlu kamu pertanyakan kejelasan dan kebenarannya!
175
175
175
175
175
u Belajar Efektif Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1 untuk SMA/MA Kelas X u
Jangan Bunuh Minat Baca Anak
Guru Besar Bahasa Indonesia UPI Bandung, Prof. Dr. Achmad Slamet Harjasujana, MA mengaku sulit untuk menentukan seberapa rendah atau seberapa tinggi minat baca masyarakat Indonesia saat ini. Memang ada yang mengatakan bahwa minat baca kita sangat memprihatinkan, tapi ada pula yang mengatakan minat baca kita cukup tinggi.
Lagi pula, seberapa rendah atau tinggi minat baca itu, sebe- narnya bukan hal yang terlalu penting untuk dibicarakan. Hal yang lebih penting adalah bagaimana kita terus meningkatkan minat baca yang ada. Lalu, bagaimana menumbuhkan motivasi agar anak tetap rajin membaca. Jadi tidak sekedar berminat, tapi juga memiliki motivasi tertentu.
Cara efektif untuk meningkatkan minat baca, terutama pada anak-anak dengan menyediakan bahan bacaan yang bisa ”terbaca”. Dalam hal ini perlu diupayakan materi bacaan yang cocok dengan tingkat kemampuan anak. Jika tidak, anak-anak bukan hanya mengalami hambatan dalam meningkatkan minat baca, tapi bahkan dapat ”membunuh” minat baca mereka.
Contohnya, bila dalam 100 kata yang terangkai dalam satu paragraf terdapat 3 kata yang tidak dapat dipahami artinya oleh anak-anak, maka mereka mengalami frustasi untuk memahami keseluruhan paragraf. Apalagi jika ketiga kata tersebut merupakan kata-kata kunci.
”Oleh karena itu, para guru harus pandai memilihkan bahan ajar yang cocok untuk siswanya. Jangan menyediakan materi yang sulit terbaca oleh mereka”, ujar sarjana lulusan Universitas Padjadjaran yang melanjutkan program master, spesialisasi, dan doktor di Indiana University, Amerika Serikat.
Achmad mencontohkan, soal aljabar dikenal cukup sulit diselesaikan oleh anak-anak. Tapi itu mungkin bukan hanya disebabkan siswa kurang memahami teknik penyelesaiannya, melainkan juga bahasanya sulit dimengerti.
”Dengan demikian, tingkat keterbacaan materi bacaan harus Sumber: PR, Februari 2003
Gambar 13 Gambar 13 Gambar 13 Gambar 13
176
176176
176176
uBelajar Efektif Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1 untuk SMA/MA Kelas X u
dibuat setinggi mungkin. Semakin tinggi tingkat keterbacaannya, itu berarti buku tersebut mudah dicerna,” ujar Achmad yang mengambil jurusan Pendidikan Membaca saat menyelesaikan program doktor.
Setidaknya, ada dua ukuran penting dalam menilai tingkat keterbacaan sebuah wacana, yakni panjang kalimat dan jumlah suku kata. Selain itu, susunan kalimat juga dapat mempengaruhi tingkat keterbacaan.
Sayangnya, dalam penilaian Achmad, penerbit buku di Indonesia masih banyak yang belum dapat memenuhi harapan tingkat keterbacaan yang tinggi tersebut. Buku-buku yang diterbitkan belum memperhatikan faktor bahasa secara cermat. Mereka masih sering menggunakan bahasa yang tidak baik dan rancu. Bahkan, ada yang materinya justru dapat ”meracuni” anak- anak. Termasuk dalam kategori terakhir itu adalah komik.
”Dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun lalu, jumlah materi bacaan yang tersedia sekarang memang lebih jauh meningkat. Tapi tidak disertai dengan peningkatan mutunya. Tidak mustahil ini juga bisa ”membunuh” minat baca anak-anak,” ujarnya.
Dikatakannya, membaca adalah jantungnya pendidikan. Ungkapan tersebut seakan membuktikan bahwa kegiatan ini sangat penting, sehingga dapat menimbulkan akibat yang fatal jika ditinggalkan.
Bahkan, ada seorang pakar dari AS yang mengatakan, kemampuan baca seseorang ditentukan 65% oleh seberapa sering ia melakukan kegiatan membaca, seberapa tinggi intensitas membacanya. Semakin sering ia melakukan kegiatan membaca akan dapat meningkatkan kemampuan membaca yang dimilikinya, termasuk meningkatkan kecepatan membaca.
Tingkat kecepatan membaca normal yang diharapkan, untuk ukuran mahasiswa, adalah 500 kata per menit. Dengan tingkat kecepatan seperti itu, mahasiswa diharapkan mau menyisihkan 4 jam sehari untuk membaca, sehingga dalam seminggu ia dapat membaca 850 ribu kata. Cukup untuk mencerna sebuah atau beberapa buah buku.
Jika kecepatan membacanya hanya 250 kata per menit, seperti banyak dimiliki mahasiswa Indonesia, maka dibutuhkan waktu lebih lama lagi untuk mencerna jumlah buku yang sama. Itu artinya, diperlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi.
Upaya meningkatkan minat baca ini merupakan tanggung jawab bersama masyarakat. Bukan hanya guru, tetapi juga psikolog, sosiolog, orangtua, penerbit, media massa, dan masyarakat umum lainnya.
Setidaknya, upaya ini bisa diawali dengan memberikan teladan kepada anak-anak lewat ”model membaca”. Model ini bisa dilakukan pada tingkat keluarga atau sekolah, dengan mencontohkan kegiatan membaca yang dilakukan para orang dewasa.
177
177
177
177
177
u Belajar Efektif Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1 untuk SMA/MA Kelas X u
4. Buatlah pertanyaan dan tanggapan atas hal-hal yang masih kamu ragukan atas uraian Prof. Dr Achmad Slamet Harjasujana tersebut!
Misalnya:
a. Apa yang menjadi kesulitan untuk mengukur minat baca masyarakat Indonesia? Sehingga tinggi rendahnya minat baca masyarakat Indonesia sampai saat ini masih diper- tanyakan.
b. Mengapa pemerintah tidak berupaya ingin mengetahui perkembangan minat baca masyarakatnya? Misalnya dengan menunjuk suatu lembaga penelitian untuk mene- litinya. Apakah pemerintah menganggap tidak penting permasalahan tersebut?
5. Mintalah pendapat dan tanggapan teman kamu, serta carilah sumber informasi lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah kamu susun tersebut!
6. Ungkapkan kelemahan dan ketidaktepatan pendapat yang dikemukakan oleh uraian Prof. Dr. Achmad Slamet Harjasujana tersebut berdasarkan kesimpulan pertanyaan dan jawaban yang telah kamu susun dari berbagai sumber informasi lain dalam bentuk kritikan!
7. Presentasikan hasil kerja kamu di depan kelas secara bergiliran!