• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Akhir Kekuasaan Inggris dan Tatanan Dunia Baru

RESPON BANGSA PALESTINA ATAS MANDAT INGGRIS

C. Kolaborasi dengan Nazi Jerman

Kolaborasi antara oknum pemimpin Palestina dengan Nazi Jerman dilakukan pada masa akhir Pemberontakan Arab. Ketika Amin al-Hussayni melarikan diri ke Lebanon, ia bertemu dengan Wilhelm Canaris, Kepala Dinas

185Tom Bowden. “Politics of Arab Rebellion in Palestine 1936-1939”. Middle Eastern Studies.vo.11 no.2 (may 1975) h.147-174

186 W.F. Abboushi. “The Road to Rebellion Arab Palestine in the 1930‟s”. Journal of Palestine Studies. Vol.6 no.3 (Spring 1977),h.23-46

187

Rashid Khalidi. Iron Cage : Palestinian Struggle for Statehood. (Oxford : One World Publication,2007), h.123

Intelijen Jerman atau yang disebut Abwehr. Pihak Jerman setuju untuk menyelundupkan sejumlah senjata ke Palestina lewat Arab Saudi, sayangnya rencana tersebut dibatalkan karena sudah tercium lebih dulu oleh pihak Inggris188.

Amin al-Husseini pun datang ke Jerman. Ia dipuja di depan publik dalam satu resepsi penghormatan untuknya yang diberikan oleh Institut Islam Nazi (Islamische Zentralinstitut). Ia juga menerima uang saku secara rutin yang jumlahnya setara dengan 10.000 Dolar, serta fasilitas menginap di sebuah hotel mewah di kota Berlin189.

Pada 25 November 1941, Amin al-Hussayni bertemu dengan Hitler dalam sebuah rapat. Hitler menjanjikan akan menjadikan Amin al-Hussayni sebagai Fuhrer atas seluruh dunia Arab190, segera setelah Nazi menyeberangi Pegunungan Kaukasus dan melebarkan wilayah ke Timur Tengah. Hitler juga mendukung kedaulatan negara-negara Arab. Bagi Hitler, tujuan utamanya adalah memusnahkan orang Yahudi. Di mata Hitler sendiri, ideologi Islam dengan konsepsi mengenai Jihad Islamiyah dianggap sebagai Ideologi Komplementer Nazisme yang bisa digunakan untuk membebaskan dunia dari cengkraman Yahudi.191

Setelah rapat dengan Hitler, Al-Hussayni diajak ikut rapat dengan kepala SS Heinrich Himmler. Himmler menugaskan al-Husseini merekrut orang-orang Arab ke dalam unit-unit militer yang bertugas di Balkan, Rusia, Afrika Utara, dan

188 Francis Nikosia. “Arab Nationalism & National-Socialist Germany 1933-1939 :

Ideological & Strategic Incompability”. International Journal of Middle East. Vol.12 no.3 (Nov 1980) h.351-372

189

David Dalin dan John Rothman. Icon of Evil: Hitler's Mufti and the Rise of Radical Islam,(New Jersey : Transaction Publishers,2009),h.47

190

Chuck Morse. Nazi Connections to Islamic Terorism : Adolf Hitler & Hajj Amin al-Hussayni, (New York : iUniverse,2003), h.55

191

David Patterson. A Genealogy of Evil: Anti-Semitism from Nazism to Islamic Jihad. (Cambridge : Cambridge University Press,2010), h. 97–98

Timur Tengah. Himmler yakin, rencana itu akan membuat SS semakin kuat. Amin al-Hussayni merealisasikan keinginan Himmler tersebut pada tahun 1942, dengan dibentuknya Arabisches Freiheitkorps yang beranggotakan para pemuda Arab Palestina untuk bergabung dengan pasukan Jerman. Divisi Arab ini bertugas memburu pasukan payung pihak sekutu dan juga akan dikirim untuk bertempur di front Russia192.

Nama Amin al-Hussayni kemudian dikaitkan dengan program genosida terhadap etnis Yahudi. Pada tanggal 17 July 1942, Amin al-Hussayni bersama dengan beberapa orang staf yang mewakili Perdana Menteri Irak yang pro-Nazi, Rashid al-Gailani, mengunjungi Kamp Konsentrasi Sachsenhausen dan Oranienburg. Amin al-Hussayni mengungkapkan kepuasaannya terhadap banyaknya jumlah orang Yahudi yang menjadi budak pekerja (Slave Labour) disana. Pada tanggal 25 Juli 1944, Amin al-Hussayni mengetahui detail rencana genosida tersebut, ia mendukung agar orang orang Yahudi di Hungaria dan Rumania dicegah melarikan diri ke Palestina dan lebih baik dikirim ke Kamp Konsentrasi di Auschwitz193

Amin al-Hussayni memanfaatkan kerjasamanya dengan militer Jerman untuk menghancurkan kekuatan Inggris dan Zionis di Palestina. Dinas Intelijen Jerman (Abwehr) membuat rencana bersama Amin al-Hussayni yang disebut

“Operation Atlas”. Operasi ini bertujuan untuk melakukan sabotase terhadap fasilitas Inggris dan Yahudi di Palestina, serta meracuni sumber air di Tel Aviv.

192

Rafael Medoff. "'The Mufti's Nazi Years Re-examined". The Journal of Israeli History vol.17 no.3 (Summer 1996),h. 317–333.

193

Achcar, Gilbert, Blame the Grand Mufti. Le Monde diplomatique Online, diakses pada tanggal 15 mei 2014.

Pada tanggal 6 Oktober 1944, Hassan Salameh194 (anggota Hizb Istiqlal al-Arabi dan Jihad al-Muqaddas195) terjun bersama 5 orang anggota Pasukan Payung Jerman dari Pesawat Heinkel HeS 3. Mereka mendarat di Wadi Qelt, Jerikho. Hassan Salameh terluka ketika mendarat, sementara tentara Jerman yang lain berhasil ditangkap. Setelah digeledah, ditemukan beberapa kapsul racun, senapan mesin, granat dan dinamit196.

Pada Mei 1945, Nazi Jerman kalah perang. Amin al-Husseini mencari perlindungan ke Swiss namun ditolak. Ia kemudian ditangkap oleh pasukan Prancis dan ditahan di Constanz sebelum akhirnya dibawa ke Paris untuk ditempatkan dalam tahanan rumah. Pemerintah Inggris meminta Prancis untuk mengekstradisi Amin al-Hussayni agar bisa diadili di Mahkamah Militer Nuremberg. Namun, Pemerintah Prancis menolak permintaan Inggris karena Amin al-Hussayni dianggap sebagai tokoh yang disegani dan sanggup mendinginkan emosi umat Islam di Syria. Pihak Prancis akhirnya mengizinkan Amin al-Hussayni terbang ke Mesir197.

Walaupun Amin al-Hussayni sudah tak lagi memiliki wewenang politis di Palestina sejak gagalnya pemberontakan 1936-1939, rakyat Palestina tetap menganggapnya sebagai figur pemimpin. Kolaborasi dengan Nazi Jerman

194

Hassan Salameh adalah ayah dari Ali Hassan Salameh yang terlibat dalam peristiwa

Black September in Munich Summer Olympics 195

Jihad al-Muqaddas adalah sebuah gerakan yang berkarakteristik Islami dan nasional, dengan perlindungan dari al-Hajj Amin. Organisasi ini berpusat di kota Jerussalem dengan kepemimpinan Abdul Qadir al-Husaini dengan jumlah anggotanya hingga tahun 1935 sekitar 400 orang

196

Daphna Sharfmann. Palestine in the Second World War: Strategic Plans and Political Dilemmas. (Sussex : Sussex Academic Press, 2014), h.86

197

Richard Breitman. Hitler‟s Shadow : Nazi War Criminals, US Intelligence & the Cold War. (Washington : National Archive Press,2010), h.20

merupakan pengkhianatan kedua sejak ia menerima subsidi dari Fasis Italia198. Keterlibatan pemuda-pemuda Arab dalam Arabische Freiheitkorps dan ikut sertanya Hassan Salameh selaku anggota Jihad al-Muqaddas dalam „Operation Atlas‟, juga merupakan pengkhianatan terhadap kemurahan hati yang diberikan

Pemerintah Mandat Inggris lewat White Paper 1939. Tindakan Amin al-hussayni ini jelas merupakan penikaman dari belakang ketika Inggris sedang berperang melawan Nazi Jerman.

Sejak awal, Amin Al-Hussayni memang tak menyetujui White Paper 1939, dan tetap pada tuntutan semula, yaitu kemerdekaan penuh bagi rakyat Palestina. Sikapnya yang tidak kompromistis dan enggan untuk mempercayai Pemerintah Mandat Inggris membuat Inggris mulai meninjau ulang mengenai keuntungan merangkul rakyat Arab Palestina.199.

Bagi pihak Zionis, keterlibatan Amin al-Hussayni dalam mendukung kegiatan Nazi mengirim orang-orang Yahudi ke camp konsentrasi dan juga perannya sebagai aktor intelektual dalam „Operation Atlas,‟ adalah kejahatan

besar. Pada tahun 1948, Israel melakukan pengusiran terhadap rakyat Palestina dari rumah-rumahnya. Salah satu alasannya adalah mengkaitkan keterlibatan Palestina dengan Nazi Jerman. Hal tersebut dianggap melegalkan pembalasan atas

perbuatan Nazi namun diarahkan pada “Kolaboratornya” yaitu Palestina200

.

198Nir Arielli. “Italian Involvement in the Arab Revolt in Palestine : 1936-1939”. British Journal of Middle Eastern Studies. Vol.35 no.2, h.187-204

199

Zvi Elpeleg. The Grand Mufti Hajj Amin al-Hussayni : Founder of Palestinian National Movement. (London : Routledge,2003), h.54

200

Mustafa Kabbha. “The Palestinian National Movement & its Attitude toward the Fascist & Nazi Movements 1925- 1945”. Gessischte und Gesselschaft. Vol.37 (spring 2011), h.37–450

BAB V

AKHIR MANDAT INGGRIS & TATANAN DUNIA BARU