• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Pedagogik Guru setelah Melaksanakan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

Dalam dokumen KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1 (Halaman 110-123)

Pendidikan Karakter di Keluarga dan Lingkungan

2. Kompetensi Pedagogik Guru setelah Melaksanakan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

Program sertifikasi guru dalam jabatan menuntut guru untuk dapat menguasai kompetensi dasar mengajar. setelah lulus dan mendapatkan sertifikat, kemampuan

yang sudah distandartkan oleh pemerintah harus dilaksanakan disesuaikan dengan proporsi masing-masing guru. Permendiknas nomor 74 tahun 2008 menyebutkan batasan mengenai kompetensi pedagogik, sebagai berikut :

a. Penggunaan silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen- komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Yulaelawati, 2004:123) Silabus perencanaan pembelajaran yang berisi mengenai materi pelejaran maupun metode yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Menggunakan silabus sebagai acuan pembelajaran. Setelah mendapat sertifikat pendidik keinginan untuk dapat melengkapi dan memperbaiki silabus bertambah. Beberapa guru mengaku lebih telaten dalam membuat silabus mengingat pentingnya. Karena sudah mendapat pengakuan profesional dari pemerintah dan juga mendapat hadiahnya, perasaan tanggung jawab untuk dapat melaksanakan profesi dengan sebaik-baiknya juga mendorong perbaikan pembuatan silabus baik materi maupun metode mengajar

b. Pemahaman terhadap peserta didik

Menurut Mulyasa (2008), sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreatifitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif. Sebagai agen pembelajaran subyek penelitian melaksanakan berbagai macam cara untuk dapat memahami peserta didik antara lain:

(1) Pemahaman karakteristik peserta didik satu persatu, (2) Membuat

pengelompokan antara peserta didik yang di atas rata-rata, sedang dan di bawah rata- rata, (3) Menjadi teman bagi peserta didik Seperti yang diharapkan pemerintah kemampuan dalam pemahaman peserta didik sudah dimiliki guru dari sebelum mengikuti sertifikasi dan juga setelah mendapatkan sertifikat pendidik profesional.

c. Penggunaan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan fasilitas dalam kegiatan pembelajaran yang pada umumnya untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi. dalam penggunaan media pembelajaran sangat dibutuhkan. Menurut Miarso (2004) berpendapat bahwa “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar”.

Perkembangan jaman sekarang ini memaksa guru-guru untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi.

d. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi siswa, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan, beanchmarking dan penilaian program, Mulyasa (2009:108) Standar penilaian disebutkan bahwa ada empat jenis penilaian yang dilakukan adalah ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan

Evalusi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyerap materi yang disampaikan guru. Hasil evaluasi digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pembelajaran selanjutnya. Setelah mendapatkan hasil evaluasi biasanya terdapat dua tindak lanjut yakni: (1) remidi, dan (2) pengayakan.

e. Pengembangan peserta didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh setia siswa, Mulyasa (2009:111). Pengembangan potensi siswa ini dapat dilakukan melalui pengembangan potensi akademis dan pengembangan potensi non akademis. Pengembangan potensi siswa secara akademis biasanya dilakukan dalam pembelajaran dikelas, sedangkan pembelajaran non akademis biasanya dilakukan diluar kelas.

Setiap sekolah di tempat penelitian memiliki wadah pengembangan peserta didik. Untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didiknya, sekolah menyiapkan beberapa ekstrakurikuler dan juga menyiapkan pelatihnya. Dalam melaksanakan pengembangan peserta didik tak hanya melihat potensi dan kemampuan yang dimiliki. Guru-guru juga siap untuk bisa menjadi tempat mencurahkan isi hati dan membantu pemecahan masalah. Guru harus jeli dalam melihat kondisi mental peserta didiknya. Bantuan lain yang bisa dilakukan adalah memberitahukan informasi karir untuk masa depan. Bagaimanapun juga peserta didik nantinya akan turun ke masyarakat dan harus dipersiapkan mulai dari sedini mungkin. 3. Kompetensi profesional guru setelah melaksanakan sertifikasi guru dalam Jabatan

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan, Mulyasa (2009:135). Kompetensi profesional ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam pelaksaan tugas utamanya yaitu membina siswa. Ruang lingkup kompetensi profesional ini adalah pemahaman tentang jenis-jenis materi yang akan diajarkan, mengurutkan materi dan mengorganisasikan materi pembelajaran, mendayagunakan sumber belajar, memilih dan menetukan materi pembelajaran.

Guru sebagai pendidik profesional harus memiliki citra yang baik dalam masyarakat karena guru sebagai contoh dan panutan. Guru juga merupakan profesi/ jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus. Seorang guru harus mengetahui bersikap yang baik terhadap profesinya sehingga dapat meningkatkan kualitas mengajar. Tugas guru sebagai profesi meliput mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang guru tidak hanya diperlukan oleh para peserta didik didalam kelas tetapi juga diperlukan menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh peserta didik tersebut.

Guru merupakan ujung tombak peningkatan proses pendidikan sekaligus agen pembelajaran di dalam kelas. Secara resmi pemerintah telah mencanangkan bahwa

profesi guru disejajarkan dengan profesi lain sebagai tenaga profesional untuk meningkatkan pendidikan. Pengakuan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan melalui uji sertifikasi dengan tujuan menentukan kelayakan, meningkatkan proses dan hasil pendidikan serta meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme guru. Daftar Pustaka

Unesa. 2015. Kompetensi Guru Pasca Sertifikasi. (Online).

ejournal.unesa.ac.id/article/8678/16/article.pdf, diakses 15 Desember 2016. Zulkfli, Mohammad. 2014. Sertifikasi, Kesejahteraan dan Kinerja Guru. Jurnal

Psikologi Indonesia. Vol 3, No. 2, hal 148-155.

39

KEGAGALAN PEMERINTAH DALAM MELAKUKAN PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PNS

Oleh: Kurniawati

(Pendidikan Biologi, Kelas 1B, NIM: 201610070311092)

Jumlah guru yang tidak merata di daerah pedesaan dan perkotaan telah menjadi permasalahan yang sangat serius dalam dunia pendidikan. Di sekolah-

sekolah perkotaan jumlah guru semakin membludak sedangkan di desa-desa terpencil yang jauh dari pusat kota jumlah guru justru semakin berkurang.

Seperti yang ketahui bahwa guru adalah salah satu aspek penting dalam mendukung pendidikan di sekolah, dimana guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Mengingat begitu pentingnya peran guru di sekolah, maka penataan dan pemerataan guru yang tidak merata

tentunya akan mengganggu proses belajar dan mengajar di sekolah. Hal ini juga akan berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah.

Untuk mengatasi hal tersebut, pada tanggal 3 Oktober 2011, Pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Kemendikbud) meyakini bahwa distribusi guru yang tidak merata bisa selesai tahun 2013, dan Kemendikbud pula sudah diberi wewenang untuk mengatur

pengelolaan guru untuk mewujudkan distribusi guru yang merata di semua daerah di Indonesia.

Namun harapan yang besar dari Kemendikbud sepertinya hanyalah angan belaka mengingat sampai saat ini masih banyak desa-desa terpencil yang kekurangan guru. Ditaksir terdapat 11 % guru SD dan 27% guru SMP perkotaan yang perlu diredistribusi ke sekolah pedesaan dan terpencil (Bank Dunia, 2013).

Lalu apa yang menyebabkan Pemerintah gagal melaksanakan SKB 5 Menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS? Sedangkan isi SKB ini telah mengatur kewenangan serta tugas, fungsi dan peran masing-masing instansi pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, SKB ini juga mengatur bagaimana mekanisme kerja masing- masing instansi dan sanksi bagi pemerintah daerah yang tidak melaksanakannya.

Kebijakan Pemerataan Guru

Di Bengkulu Utara, pada tahun 2013, jumlah guru PNS mencapai 1550 orang guru terkhusus di wilayah terpencil, sedangkan penumpukan PNS terjadi di

Kecamatan Kota Arga Makmur yang mencapai 236 PNS guru. (Dikutip dari Bengkulu Eksprees, 2013)

Sedangkan di Kabupaten Bekasi, menurut Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Bekasi, Peraturan Bupati tentang distribusi diperlukan karena di SD ada kekurangan 58 guru, sementara di SMP ada kekurangan guru IPA dan IPS. Namun di SMP juga terjadi kelebihan 81 guru PAI, 152 guru penjaskes, dan kelebihan guru matematika dan bahasa Indonesia. (Dikutip dari Pikiran Rakyat, Sarnapi, 2015)

Kita beralih ke Kabupaten Pangandaran, sampai tahun 2015 terdapat 290 unit Sekolah Dasar. Sementara guru PNS jenjang Sekolah Dasar yang tersedia berjumlah 1784 orang. Jika dirata-ratakan rasionya adalah 6,1 guru PNS per SD. Untuk

menutupi kekurangan jumlah tersebut, terdapat 1232 guru honor yang mengajar di SD. Sehingga rasio pengajar di Kabupaten Pangandaran kurang lebih 10,4 guru untuk satu SD. (Dikutip dari Pikiran Rakyat, Gugum Rochmat Gumilah, 2016)

Dari beberapa data diatas, dapat kita lihat permasalahan pemerataan guru PNS ini sangatlah serius. Ini dikarenakan di berbagai tempat ternyata terjadi ketimpangan jumlah guru yang sangat besar. Hal ini akan berakibat pada menurunnya kualitas guru dan juga hilangnya mata pencaharian bagi seorang guru.

Seperti yang kita tahu bahwa guru merupakan media pendukung pembelajaran di sekolah. Karena itu jika jumlah guru di sekolah memadai (tidak kurang dan tidak lebih) maka kondisi ini akan meningkatkan kualitas dari sekolah tersebut. Guru tidak akan terbebani dengan jam mengajar yang padat dan proses belajar mengajar akan berlangsung secara optimal.

Sebenarnya SKB 5 Menteri tenatang Penataan dan Pemerataan Guru

merupakan hal yang efektif untuk mengatasi hal ini. Namun ada beberapa faktor yang menghambat proses berjalannya SKB ini sehingga menyebabkan kegagalan

pemerintah dalam menjalankan SKB ini.

Salah satu faktor kegagalan tersebut adalah karena desain kebijakan tidak memperhatikan secara seksama antara pemerintah pusat dan daerah. Motif utama pemerintah pusat dalam menetapkan kebijakan ini adalah adanya pengurangan kebutuhan guru PNS nasional sehingga akan menekan beban APBN untuk

menyediakan anggaran untuk guru, baik berupa gaji, tunjangan dan belanja pegawai lainnya. Dilain pihak, pemerintah daerah justru ingin meningkatkan angka kebutuhan guru karena kebutuhan guru akan mempengaruhi jumlah PNS daerah dan PNS daerah akan menentukan jumlah DAU (Dana Alokasi Umum) yang diterima pemerintah daerah pusat. (dikutip dari Ilfiyah, Hendri, Rasiki, Yudhistira, 2015)

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa adanya perbedaan tujuan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengenai kebijakan SKB ini sehingga meskipun SKB ini dilaksanakan, tetap saja SKB ini tidak dapat berjalan secara optimal. Pemerintah daerah juga belum memprioritaskan implementasi dari SKB 5 Menteri ini, sehingga distribusi guru pun tidak sesuai dengan yang

diharapkan.Sebenarnya SKB ini telah mengatur tentang sanksi bagi daerah yang tidak melaksanakan SKB ini, namun sepertinya pemerintah pusat tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan sanksi ini.

Menurut saya, selama pemerintah tidak tegas dalam memberikan sanksi bagi daerah-daerah yang melanggar, selama itu pula kebijakan ini tidak dapat berlangsung dengan baik. Selain itu kebijakan pemerataan guru ini juga mempunyai dasar hukum yang lemah, seperti yang kita ketahui bahwa pemerataan guru ini hanya diatur oleh SKB 5 menteri. Memang ada UU Sisdiknas dalam pasal 40 ayat (1) dan (4) yang menyebutkan bahwa pengangkatan, penempatan guru PNS dilakukan oleh lembaga berwenang. Selain itu kebijakan hal ini juga ditetapkan melalui peraturan pemerintah. Dan juga telah ada UU No. 23 tahun 2014 yang mengatur kewenangan pemerintah pusat dan daerah terkait dengan PPG(dikutip dari Ilfiyah dkk, 2015). Namun apalah

arti Undang-Undang tersebut jika Pemerintah sendiri masih lalai dalam menjalankannya.

Selain itu, Pemerintah pusat dan daerah juga harus cermat dalam menjalankan kewenangannya melakukan pendistribusian guru PNS sehingga penguatan otonomi daerah tidak semakin melemah. Karena itu diperlukan kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah sehingga dapat menyatukan tujuan daari pemerataan guru ini dapat berlangsung secara optimal.

40

Peduli Pendidikan Daerah

( Sebagai Cikal Bakal Kejayaan Indonesia ) Oleh :

Intan Sri Uji Pangestu

( Pendidikan Biologi, Kelas 1B, NIM 201610070311093 )

Pendidikan menjadi kunci utama dalam pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan menjadi salah satu solusi dari sekian banyak masalah dan persoalan yang melanda bangsa. Jika pendidikan dapat merata di ssuatu bangsa niscaya bangsa Indonesia akan mampu bangkit menjadi sebuah peradaban yang lebih baik.

Ironis memang, ketika kemewahan bagi sekolah-sekolah di kota besar diasosiasikan dengan SPP mahal, tenaga pengajar asing, pun kelas internasional dengan fasilitas super lengkap. Namun, fakta miris tentang pendidikan telah terjadi di pelosok Indonesia, bukan hanya isapan jempol belaka. Fakta yang membuat mata terbelalak di tengah gencarnya program wajib belajar sembilan tahun yang telah di gembor-gemborkan pemerintah. Seperti hal nya di daerah-daerah pelosok yang masih banyak kita jumpai anak-anak yang seharusnya sekola harus putus karena tidak dapat untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Lagi-lagi dilatar belakangi dengan masalah mahalnya biaya pendidikan. Pupus sudah harapan anak bangsa harus berakhir dengan mengadu nasib dan peruntungan di ladang rizki yang seharusnya menjadi kewajiban para orang tua.

Pendapatan ekonomi yang hanya dapat dipergunakan untuk kebutuhan sehari- hari membuat ekonomi menjadi krisis. Sehingga perekonomian tidak dapat dibagi lagi untuk biaya sekolah. Pendapatan orang tua tidak sebanding dengan berbagai biaya yang harus di keluarkan untuk sekolah, sedangkan biaya sekolah banyak jenisnya seperti uang seragam, uang buku, dan uang adminitrasi lainnya.

Selain itu, bagi para orang tua yang kurang mempunyai kesadaran akan pentingnya pendidikan juga melatar belakangi mengapa anak-anak bangsa tidak dapat melanjutkan sekolah. Para orang tua lebih memilih agar anaknya membanting tulang daripada harus melanjutkan sekolah. Karena menurut mereka di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar di pakai untuk hidup dan kerja. Hal ini sangat disayangkan sekali, karena pola pikir anak-anak tersebut masih dapat berkembang pesat sesuai dengan kemajuan teknologi pada era globalisasi

saat ini. Yang berpengaruh langsung dalam perkembangan sebuah bangsa dan negara. Tidak bisa kita bayangkan bila tiap tahunnya kurang lebih satu juta anak Indonesia harus putus sekolah hanya karena masalah biaya. Padahal setiap anak berhak memiliki pijakan yang kuat dalam membangun potensi dirinya lewat pendidikan.

Lalu, bagaimana dengan sistem pendidikan gratis di Indonesia ? Di Indonesia pada awal tahun 2009 telah dilaksanakan program sekolah garatis bagi siswa SD dan SMP yang tidak mampu. Latar belakang diprogramkannya sekolah gratis adalah berdasarkan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003. Dalam peraturan itu disebutkan bahwa pemerintah bertanggungjawab penuh terhadap wajib belajar 9 tahun oleh setiap warga negara yang berusia antara tujuh sampai lima belas tahun. Selain itu, pemerintah dituntut untuk mengalokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk sektor pendidikan (pasal 31 ayat 4 UUD 1945).

Dalam kenyataannya memang benar, sekolah gratis itu hanya pada biaya operasionalnya saja, yang dibantu dengan Biaya Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah. Sedang jenis pembiayaan di sekolah tidak hanya biaya operasional saja, melainkan ada biaya investasi, biaya ini untuk pembangunan atau sering disebut insidental. Berupa peningkatan sarana prasarana sekolah, seperti gedung, mebuler, perbaikan / peningkatan sarana prasarana lainnya. Juga adanya biaya individu, seperti biaya kegiatan non akademik dan lainnya. Semua ini membuat kecewa para orang tua yang dari financial kelas bawah.

Dengan adanya uraian di atas ditemukan kendala yang menyebabkan adanya putus sekolah maupun sampai ada yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Bagaimana bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju, bila para penerus bangsa tidak dapat mengenyam pendidikan sesuai program yang telah di canangkan oleh pemerintah??

Maka setidaknya kita harus dapat membantu anak-anak yang putus sekolah maupun yang tidak bersekolah agar mereka bisa mendapatkan ilmu walapupun memang tidak sebesar ilmu yang di pelajari di sekolah. Sangat banyak hal-hal kecil yang dapat kita lakukan demi mewujudkan pendidikan di daerah-daerah pelosok.

Untuk itu, langkah konkrit yang ingin saya tempuh untuk membantu permasalahan yang ada, khususya di daerah saya sendiri yaitu pertama saya ingin dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat. Langkah kedua yang akan saya tempuh yaitu, disini saya ingin mengagendakan sebuah sosialisasi dengan sasaran para orang tua dan para anak-anak penerus bangsa yang berada di desa-desa pelosok, tentang “Betapa Pentingnya Pendidikan”. Hal ini perlu kita galakkan, karena mayoritas masyarakat pelosok kurang begitu sadar akan pentingnya pendidikan. Perlu kita tahu, apakah tujuan pendidikan itu sendiri, khususnya pada pendidikan nasional? Salah satunya yang terlihat jelas adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa” tentu kita tahu, kata-kata ini telah termuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan cita- cita bangsa Indonesia sendiri. Bagaimana jika para masyarakat masih saja menganggap kurang pentingnya sebuah pendidikan? Untuk itu perlu kita lakukan sebuah sosialisasi untuk mengawali pengentasan masalah ini, agar masyarakat bisa tahu dan sadar akan pentingnya pendidikan.

Langkah selanjutnya, kita merencanakan untuk membuat sebuah perpustakaan kecil di desa. Untuk buku-buku bacaannya kita menggalang dari tiap- tiap sekolah yang berada di perkotaan atau sekolah-sekolah yang terdomisili dari orang-orang mampu. Disini kita mengumpulkan buku layak baca untuk anak-anak bangsa yang ada di sebuah desa terpencil. Untuk penggalangan sebuah buku, kita juga dapat mencari para donatur untuk membantu dengan ikhlas dan peduli akan nasib pendidikan Indonesia yang ada di daerah-daerah terpencil.

Dimana pada perpustakaan tersebut dapat di akses oleh kalangan umum, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Disitu pula untuk tiap berapa hari sekali di adakan sebuah pelatihan keterampilan dengan memanfatkan barang-barang bekas yang ada disekitar untuk di daur ulang, kegiatan ini dapat diikuti anak-anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah maupun bagi masyarakat yang berminat lainnya sebagai pembekalan mereka dalam dunia kerja. Tak lupa juga disana terdapat info- info tentang lowongan kerja untuk mereka yang telah siap terjun dalam dunia kerja. Dengan tujuan agar mempermudah untuk mereka mendapatkan sebuah informasi dalam dunia kerja.

Dari rencana kegiatan tersebut manfaat yang bisa diambil bagi masyarakat sekitar adalah semakin mudahnya mereka dalam mengakses informasi melalui buku- buku bacaan yang ada pada perpustakaan tersebut. Dan semakin mudahnya mereka dalam mencari info-info lowongan kerja yang telah di sediakan pada perpustakaan tersebut. Selain itu program pelatihan ketrampilan yang ada berguna untuk mengasah potensi ketrampilan yang ada pada diri mereka, sehingga dengan ketrampilan tersebut mereka dapat memproduksi suatu barang dari limbah-limbah rumah tangga yang masih dapat di manfaatkan kembali dan bisa diperjualkan sehingga dapat menambah pundi-pundi penghasilan mereka. Sedangakan manfaat bagi anak-anak sendiri, mereka dapat dengan mudah membaca ketika di waktu senggangnya. Sekaligus secara tidak langsung dengan adanya perpustakaan di desa tersebut dapat membangkitkan minat membaca pada diri anak-anak bangsa. Karena dengan membaca mereka dapat memperoleh banyak ilmu, informasi, kesenangan dan pengalaman-pengalaman yang termuat dalam buku-buku tersebut.

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin di capai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat di ukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti yang kita ketahui bahwa suatu pendidikan tentunya akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi dan skill,

pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

41

Menyongsong Indonesia Baru dengan Pendidikan Budi Pekerti Oleh:

Cahyaningtyas Pangesti

(Pendidikan Biologi, Kelas 1B, 201610070311094)

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan yang baik akan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas, terlebih pada era globalisasi seperti sekarang, yang mana perkembangan teknologi dan informasi sangat pesat. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas serta memiliki daya saing yang tinggi, maka pendidikan yang diberikan kepada warganya harus dilaksanakan secara tepat dan maksimal. Sejalan dengan pernyataan itu, pemerintah dan semua pihak yang

terlibat dalam dunia pendidikan sebaiknya lebih peka dan tanggap terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat. Pendidikan hendaknya berorientasi dan dilaksanakan demi pengembangan anak didik dalam rangka memelihara dan meningkatkan martabat manusia dan budayanya (Suparno, dkk, 2002).

Pendidikan Budi Pekerti yang Terancam

Dewasa ini, kehidupan remaja telah melenceng sangat jauh dari norma – norma yang ada. Banyak perilaku mereka yang tidak baik seperti, seks bebas, narkoba, dan lain – lain. Perilaku – perilaku tersebut timbul dikarenakan tidak adanya budi pekerti pada remaja. Ketiadaan budi pekerti yang ada saat ini dikarenakan kurangnya pendidikan budi pekerti yang diberikan di sekolah. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa pendidikan budi pekerti di sekolah sangatlah penting. Sebagai suatu materi pendidikan maupun mata pelajaran (pendidikan budi pekerti timbul tenggelam dalam kurikulum pendidikan nasional Indonesia). Ada saatnya budi pekerti tampil sebagai mata pelajaran yang dominan dalam kurikulum, kemudian disatukan dengan mata pelajaran lain, lalu terpisah lagi.

Budi pekerti merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kepribadian

Dalam dokumen KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1 (Halaman 110-123)