• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN DIMULAI DARI NORMA DAN AGAMA

Dalam dokumen KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1 (Halaman 41-44)

Siswa dan Sistem Akseleras

PENDIDIKAN DIMULAI DARI NORMA DAN AGAMA

(Opini Kritis tentang Pendidikan Norma dan Agama yang sangat penting) Oleh:

haudukassove

(PendidikanBiologi, Kelas 1B, NIM. 201610070311067)

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses

pembelajaran di lembaga pendidikan, dari tingkat anak usia dini sampai pada usia pendidikan tinggi. Menurut Zuchdi (2010:2-3) bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan atau karakter yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, watak, atau akhlak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik memberikan keputusan

baikburuk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia

mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik.

Lembaga pendidikan Islam memiiki peran ganda selain menyiapkan anak didik menguasai pengetahuan yang berguna bagi kehidupan masa depannya juga memiliki tanggung jawab sebagai wadah pembentukan karakter religius anak dalam mengarungi kehidupan sosial dan akheratnya kelak. Madrasah sebagaimana lembaga pendidikan Islam juga berperan dalam penanaman dan pengembangan nilai masyarakat. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai agama, etika yang meliputi budi perkerti, cara, tingkah laku yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan membahas peran pendidikan agama Islam dalam keluarga dan masyarakat. Dapat disimpulan bahwa peran pendidikan agama Islam merupakan: (1) fondasi dalam keluarga untuk membentuk perilaku dan moral anak-anak dan mengetahui batasan baik dan buruk, (2) berfungsi untuk membentuk manusia yang percaya dan ketaqwaan kepada Allah SWT, (3) fondasi utama dan berperan dalam pendidikan moral bagi pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pendidikan berupaya mendidik manusia untuk mempunyai ilmu pengetahuan dan ketrampilan disertai dengan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT, sehingga dia akan memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan.

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Keluarga menjadi lembaga pertama dan utama bagi pembentukan nilai-nilai dan karakter manusia (habitual formation), pemerintah dengan fasilitas sekolah

pendidikan kedua, dan dilanjutkan dengan kehidupan di masyarakat yang juga bertanggung jawab dalam pembentukan moral anak. Bambang Daroeso (1986:20) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Darji Darmodiharjo (1995: 1) mengatakan bahwa nilai adalah kualitas atau keadaan sesuatu yang bermanfat bagi manusia, baik lahir maupun batin. Sementara itu Widjaja (1985: 155) mengemukakan bahwa menilai berati menimbang, yaitu kegiatan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain (sebagai standar), untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan itu dapat menyatakan : berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, indah atau tidak indah, baik atau tidak baik dan

seterusnya.

Ketiga lembaga yang dimaksud oleh Ki Hajar Dewantara sering disebut Tricentra Pendidikan. 1 Namun, aktualisasi pemeransertaan, terutama antara sekolah dengan masyarakat tersebut masih sangat variatif antar daerah dan antar satuan-satuan pendidikan. Keberagaman tersebut terutama disebabkan oleh paradigm pembangunan pendidikan yang selama ini diberlakukan, yang kemudian mempengaruhi perilaku

birokratnya. Madrasah Sebagai Sekolah Bercirikan Khas Agama. yang dimilikinya itu untuk kebaikan masyarakat, lingkungan dan bangsanya. Menurut Zuhairini (1983:27) bahwa "pendidikan agama ialah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis untuk membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama. pendidikan agama merupakan suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya dapat mengamalkan ajaran agamanya. Jadi dalam pendidikan agama yang lebih dipentingkan adalah sebagai pembentukan kepribadian anak, yaitu menanamkan tabiat yang baik agar anak didik mempunyai sifat yang baik dan berkepribadian yang utama. Tujuan pendidikan agama adalah: (1) terbentuknya kepribadian yang utuh jasmani dan rohani (insan kamil) yang tercermin dalam pemikiran maupun tingkah laku terhadap sesama manusia, alam serta Tuhannya, (2) dapat menghasilkan manusia yang tidak hanya berguna bagi dirinya, tapi juga berguna bagi masyarakat dan lingkungan, serta dapat mengambil manfaat yang lebih maksimal terhadap alam semesta untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat, (3)

merupakan sumber daya pendorong dan pembangkit bagi tingkah laku dan perbuatan yang baik, dan juga merupakan pengendali dalam mengarahkan tingkah laku dan perbuatan manusia. Oleh karena itu pembinaan moral harus didukung pengetahuan tentang ke- Islaman pada umumnya dan aqidah atau keimanan pada khususnya.

Pendidikan agama merupakan faktor yang sangat penting untuk menyelamatkan anak- anak, remaja ataupun orang dewasa dari pengaruh buruk budaya asing yang bertentangan dengan budaya Islam yang saat ini sudah banyak mempengaruhi bangsa Indonesia,

terutama generasi muda. Menurut pandangan Islam, pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik

akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama yang dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang. Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal (Suharsimi; 2009:117). Permasalahannya adalah bagaimana peran keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan keimanan dan kecerdasan melalui

Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli- ahli agama Islam membagi tiga tingkatan pengetahuan yaitu: (1) pengetahuan tinggi; ilmu ketuhanan, (2) pengetahuan menengah; mengenai dunia seperti kedokteran dan

matematika, (3) pengetahuan rendah; pengetahuan praktis seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Hal ini berarti bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan. Tiga hal penting yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik yaitu: (1) Pendidikan akidah/keimanan; untuk menghasilkan generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan, (2) Pendidikan ibadah; untuk diajarkan kepada anak-anak untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah, seperti shalat, puasa, membaca Al-Quran. Peran orang tua dan guru sangat diperlukan dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak- anak dan peserta didik, (3) Pendidikan akhlakul-karimah; untuk melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu peran para orang tua dan pendidik baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah sangat dibutuhkan. Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan dapat berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan perhatian yang serius agar generasi masa depan bangsa Indonesia adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.

Madrasah dari asal katanya “darosa” berarti tempat untuk belajar.3 Beberepa kalangan menyamakan istilah madrasah dengan sekolah, namun menurut Karel A. Steenbrink istilah madrasah dan sekolah berbeda maknanya, karena keduanya memiliki makna yang berbeda. Menurtu Ismail raji Al-faruqi madrasah merupakan sistem pendidikan yang menggabungkan antara sistem pendidikan tradisional dengan sistem modern (Barat). Dalam hal ini madrasah memiliki dua keuntungan yaitu upaya menghilangkan kelemahan-kelemahan tiap sistem dan adanya adaptasi metodologi, pembiayaan yang tidak bertumpu dari dana waqof tapi juga pemerintah.4 Madrasah adalah sekolah umum berciri khas agama Islam, yang muatan kurikulumnya sama dengan sekolah non madrasah, sebagaimana yang didefinisikan oleh Kebijakan Menteri Agama Tarmizi Taher .5Jauh sebelumnya Mukti Ali mencoba

menjembatani ketimpangan madrasah dengan sekolah umum dengan menawarkan alternatif pengembanagn madrasah melalui SKB 3 Menteri yang berusaha mensejajarkan madrasah dengan sekolah umum dengan porsi kurikulum 70% umum dan 30% agama.

Sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas agama muatan kurikulum madrasah dibagi ke dalam beberapa sub mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an-hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah islam dan Bahasa Arab, sehingga porsi pendidikan agama lebih banyak. Sementara pada pendidikan selain madrasah, mata pelajaran agama Islam digabung menjadi satu dan porsinya dua jam per-minggu.6 Ciri khas agama tersebut berupa : pertama, mata pelajaran keagamaan yang dijabarkan dari pendidikan agama Islam. kedua suasana keagamaannya yang berupa suasana kehidupan agamis, adanya sarana ibadah, penggunaan metode pendekatan yang agamis dalam penyajian bahan pelajaran dan kualifikasai guru yang harus beragama islam dan berakhlak mulia di samping memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar berdasar ketentuan yang berlaku. Sementara madrasah diniyah adalah madrasah yang yang dikhususkan mempelajari ilmu-ilmu keagamaan tanpa ada muatan pelajaran umum.

Mata pelajaran yang diberikan adalah lebih spesifik mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, hadist, Fiqih, SKI, Bahsa Arab dan ilmu-ilmu alat lainnya seperti nahwu, shorof, aqidah- akhlak. mana jemenyapun juga sangat longgar, tanpa terikat dengan peraturan-peraturan pemerintah. Proses Pengajaran tidak terikat sama sekali dengan aturan sentralistik dari pemerintah. Di indonesia terdapat sekian banyak madrasah yang sejak semula tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat serta terbiasa dengan kemandirian.

Kemandirian tersebut terbatas pada persoalan dana dan pengelolaanaya, terutama

Madrasah swasta yang jumlahnya lebih besar disbanding madrsah negeri. Sedangkan dalam hal pengembanagn pendidikan dan pengajaran banyak terikat oleh aturan sentralistik untuk memperoleh legalitas formal.7 Pola baru pendidikan yang lebih otonom dan demokratis memberikan kesempatan bagi madrasah untuk memiliki kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, pengambilan keputusan akan dilakukan secara partisipatif dan partisipasi masyarakat akan semakin besar. Madrasah akan lebih luwes mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme akan lebih diutamkan daripada pendekatan birokratik.

17

SEKOLAH GRATIS HANYA MIMPI SIANG PARA ELIT NEGARA

Dalam dokumen KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1 (Halaman 41-44)