Sebagai kata akhir, melalui pendidikan yang mengedepankan kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual diharapkan akan tercipta
PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
(
Pendapat mengenai Penerapan Tipe pembelajaran Kooperatif)
Oleh :
Aisyah Puji Rahayu
(Pendidikan Biologi, Kelas 1B, NIM 201610070311078)
Dalam pembelajaran disekolah yang kita ketahui sekarang adalah tipe balajar yang biasa saja bahkan lebih cenderung dalam kerja individu. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada perilaku sosial siswa yang menjadi lebih berpikir kearah yang mementingkan kepentingan individu daripada sosialnya. Oleh sebab itu, guru harus mampu membantu siswa dalam menyeimbangankan antara kerja dalam individu dan kerja dalam sebuah tim (kooperatif),
Pembelajaran kooperatif atau cooperative Learning memiliki 4 tipe yang dapat diterapkan, yaitu STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, dan Group Investigation. Keempat pembelajaran ini dilakukan didalam kelompok dengan model yang berbeda. Model pembelajaran dengan adanya penghargaan bagi tim yang menang adalah STAD, model untuk permainan dan penambahan poin untuk kelompoknya adalah TGT, model dengan memahami materi dan ditebak oleh kelompok lain adalah jigsaw dan model pembelajaran yang mengarah pada pemecahan pokok permasalahan dalam suatu forum diskusi kecil adalah group investigation.
Kegagalan pembelajaran salah satunya dikarenakan pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat, kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif karena penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tujuan pengajaran, (Djamarah dan Zain, 2002:86). Pendapat diatas memang sangat benar. Bila kita melihat bagaimana keadaan pendidikan di Indonesia banyak sekolah yang terlihat baik dalam mendidik para siswanya, namun ternyata didalam kelas hanya sedikit yang mampu aktif dan mengikuti setiap pembelajaran yang ada. Sehingga yang muncul adalah kemampuan individu yang tinggi dalam setiap pembelajaran tersebut.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan secara efektif dan efisien karena metode mengajar mempengaruhi belajar siswa, (Slameto, 1995:65). Pendapat ini juga perlu dipahami, bahwa metode yang salah akan membuat siswa kesulitan belajar. Dalam pembelajaran, apabila seorang siswa bekerja dalam bentuk individu maka yang bisa memahami maksud dari pembelajaran akan mudah dalam belajar namun apabila siswa tersebut tidak dapat memahami maksud dari pembelajaran tersebut maka ia akan kesulitan dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif semua siswa dapat saling membantu satu sama lain dan saling bergotong royong untuk bekerja dalam tim tersebut.
Pelajaran disekolah harus sesuai dengan keadaan dimasyarakat dan sifat gotong royong hendaklah dijadikan suatu prinsip yang mewarnai praktek pembelajaran untuk siswa, (Nasution, 2004:146). Pendapat ini,mungkin akan berpengaruh pada saat siswa tersebut terjun ke masayarakat. Jadi sebagai guru, kita harus mampu membantu siswa untuk bersosialisasi dalam setiap pembelajaran tidak hanya bekerja secara individu. Kita juga dapat melihat bagaimana mereka merespon apa saja yang ada disekitarnya dan membuat mereka dapat peka terhadap lingkungan mereka.
Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
Banyak keuntungan yang dapat diambil dalam setiap penerapan pembelajaran kooperatif. Siswa dapat mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga menjadikan mereka lebih dapat berpikir secara luas mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Maksud dari pernyataan ini adalah dari siswa yang tidak bisa atau tidak mampu memahami materi pembelajaran menjadi dapat memahami materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru dengan saling bertanya atau bertukar informasi dengan teman atau siswa lainnya.
Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa lebih leluasa dalam bertanya mengenai materi pembelajaran. Tujuan dari pernyataan ini lebih kepada membuat siswa agar lebih nyaman dengan bertanya hal yang tidak mereka pahami kepada teman atau siswa lainnya. Terkadang siswa malu bertanya kepada guru dan hanya siswa yang aktif yang selalu bertanya, sehingga siswa yang pasif hanya diam saja dan tidak mau bertanya. Dengan adanya metode kooperatif ini diharapkan siswa yang pasif dapat lebih nyaman bila dalam pembelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain. Yang pada awalnya tidak memiliki rasa ingin tahu menjadi lebih banyak berkomunikasi dengan satu kelompoknya untuk mempelajari materi tertentu yang
diajarkan oleh guru. Mereka juga lebih berkesempatan dalam menuangkan ide diforum diskusi kecil tersebut. Selain itu, interaksi juga sangat diperlukan dalam masyarakat sehingga pembelajaran kooperatif ini juga dapat menjadi simulasi kecil bagi siswa saat mereka terjun dalam masyarakat.
Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat unsur-unsur didalamnya dan hal ini yang dapat menentukan kerja dalam tim tersebut baik atau sebaliknya. Unsur-unsur ini juga dapat menilai bagaimana nilai atau hasil belajar siswa yang ada dalam tim tersebut. Unsur-unsur didalam pembelajaran kooperatif yang pertama adalah saling ketergantungan secara positif, dalam hal ini seorang guru harus menyusun suatu materi untuk dipelajari oleh satu kelompok kecil yang nantinya mereka akan mempertanggungjawabkan mengenai materi apa saja yang telah dibaca. Dalam metode ini guru dapat mengetahui bagaimana perkembangan setiap siswa dalam menguasai materi dalam kelompok kecil tersebut.
Yang kedua adalah interaktif tatap muka, dalam hal ini suatu kelompok akan mendapatkan banyak ide daripada bekerja dalam individu. Proses ini dapat berimplikasi pada kecerdasan interpersonal antar sesama anggota kolompok. Guru dapat menilai serta melihat bagaimana dalam proses diskusi yang dilakukan kelompok tersebut.
Yang ketiga adalah tanggung jawab individual. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya tanggung jawab dalam kelompok tapi juga tanggung jawab secara individu juga dipelajari. Sebab dalam pembelajaran ini para siswa harus bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan dalam tim tersebut agar tim mereka mendapatkan nilai atau penghargaan yang baik.
Yang keempat adalah keterampilan sosial yang dimaksud disini adalah kemampuan siswa dalam berkomunikasi mengungkapkan ide, pendapat atau gagasan mereka. Dalam proses ini siswa dapat berlatih bagaimana berkomunikasi dengan baik. Guru dapat mendorong siswa agar saling bekerja sama dalam kelompoknya. Yang kelima adalah evaluasi proses kelompok, hal ini dapat diberikan setelah pembelajaran selesai dilakukan proses ini dapat memunculkan kecakapan personal yang mencakup kecakapan mengenai diri dan kecakapan berfikir secara rasional. Sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut dapat mengevaluasi setiap diri mereka sendiri.
Meningkatkan Hasil Belajar
Dalam pembelajaran kooperatif memiliki banyak keuntungan didalamnya. Kita sebagai pendidik dimasa depan juga harus memiliki ide baru dalam meningkatkan hasil belajar siswa seperti menerapkan pembelajaran kooperatif. Tidak hanya kemampuan individu saja yang dapat dinilai dalam pembelajaran ini tapi bagaimana seorang siswa mampu berorganisasi atau mampu mengorganisasi kelompok itu sendiri.
Dengan banyak keuntungan yang dipaparkan diatas, guru dapat memiliki banyak nilai dari setiap materi yang diajarkan. Nilai-nilai atau hasil belajar yang dapat diambil seperti nilai individu, nilai berkomunikasi, nilai tanggung jawab, nilai
berorganisasi dan nilai positif lainnya yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa dikelas. Guru juga dapat lebih mampu memahami apa saja yang kurang dalam setiap kelompok diskusi yang dibentuknya.
Daftar pustaka
Artikel Indonesia. 2011. (Online). (http://www.artikelind.com/2011/06/penggunaan- pembelajaran-kooperatif-dalam-meningkatkan-hasil-belajar-siswa.html diakses pada tanggal 14 Desember 2016)
Dahniati, Limni. 2010. Penggunanan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Untk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. (Online). (http://digilib.unila.ac.id/pdf/ diakses pada tanggal 14 Desember 2016)
Rofiq, M. Ainur. 2010. Pembelajaran Kooperatif dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Falasifa. Vol. 1 No.1.
28
PERAN GURU DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Seperti yang telah kita ketahui , kulitas pendidikan di Indonesia masih sangat mempritahinkan . Kenapa saya katakana demikian?? Karena kita bisa lihat dari banyaknya kendala yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia . Saya mengambil pendapat para ahli yaitu Soedjarto ( 1991:56 ) bahwa rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di samping di sebabkan oleh karena pemberian peranan yang kurang proposional terhadap sekolah, kurang memadainya perencanaan, pelaksanaan dan pengolaan system kurikulum dan penggunaan prestasi hasil belajar secara kognitif sebagai satu satunya indicator keberhasilan pendidikan , juga disebabkan karena system evaluasi tidak secara berencana di dudukkan sebagai alat pendidikan dan bagian terpadu dari system kurikulum.
Kenapa saya mengangkat topic ini? Karena pada dasarnya kualitas serta mutu pendidikan di Indonesia sangat rendah. Saya mengambil contoh pada kualitas gurunya ,mayoritas guru di Indonesia hanya bermodalkan selembar ijazah, dia tidak mengerti bagaimana hakikatnya menjadi seorang guru,sehingga hal ini berdampak pada yang di didik, selain itu juga saya berharap dengan ditingkatkannya kulitas pendidikan dapat merubah pola pikir masyarakat untuk bisa mengatasi masalah masalah pada era globalisai saat ini. Selain itu juga perlu ditingkatkan profesionalisme guru guna mencapai kualitas pendidikan sehingga dapat melahirkan generasi yang berkualitas.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar Negara. Persaingan global merupakan suatu bentuk kompetesi tingkat
dunia dimana setiap Negara berhak untuk bersaing tanpa di batasi oleh wilayah . pada tahun lalu di mulai persaingan bebas yang di lakukan oleh anggota anggota ASEAN yang di sebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ). Di saat persaingan global yang semakin ketat , namun yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah bangsa Indonesia sudah siap dalam menghadapi MEA ?? jawabannya hanya satu yaitu siap, kenapa?? karena Indonesia merupakan Negara yang paling lengkap, kenapa dikatakan Negara yang paling lengkap?? karena jumlah penduduk yang banyak dengan GDP tertinggi serta keragaman yang tinggi, hal tersebut yang membuat pasar Indonesia jauh lebih menarik. Di balik kelebihan yang dimiliki Indonesia tersebut, ada juga kelemahan kelemahan yang harus kita ketahui dan kita benahi, dimana sumber daya manusia di Indonesia mempunyai kualitas pendidikan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara tetangga seperti singapura. Realitas tersebut menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan pendidikan ditengah masyarakat Indonesia. Maka dari itu peran pendidikan mempunyai efek domino yang sangat kuat, sehingga faktor tekhnis disekolah yang diberikan oleh guru kepada anak didiknya menjadi sangat menentukan. Disini saya akan sedikit menjelaskan bagaimana peran pendidik dalam menangani masalah pada era globalisasi saat ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi, menjadi salah satu penunjang bagi efektifitas kegiatan belajar mengajar.
Maju atau tidaknya sebuah Negara dapat diukur dengan kualitas SDM yang terdapat di Negara tersebut. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu Negara maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan mengharumkan negaranya. Kualitas pendidikan tersebut sangat tercerminkan dari kualitas seorang pendidik/guru. Hal terpenting yang sering dilupakan oleh seorang pendidik dalam mendidik siswanya adalah kejujuran. Dinegara kita saat ini kejujuran menjadi sesuatu yang langka dan sangat mahal harganya. Mulai dari birokrasi tingkat terbawah hingga birokrasi tingkat atas (pemerintah pusat) digerogoti oleh segenap kebohongan dan tetek bengeknya. Korupsi menjadi sebuah tradisi, pungli seakan menjadi sesuatu yang diwajibkan. Untuk memberantas praktek-praktek koruptif tersebut dibutuhkan peran guru yang jujur dan professional. Metode pendidikannya seharusnya lebih diarahkan kepada perbaikan akhlaq dan budi pekerti, tidak semata- mata hanya beroreintasi pada aspek afektifnya saja.
Bohong adalah bibit korupsi, dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Apakah seorang guru yang membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya berperilaku jujur? Saat ini fenomena menyontek menjadi hal biasa yang
dilakukan peserta didik, dan hal tersebut dilakukan hanya demi nilai bagus dan tugas terpenuhi tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak sedikit siswa yang berani dengan terang-terangan memberikan apa saja kepada gurunya demi mendapatkan nilai bagus, baik yang berupa materi maupun immateri. Banyak guru yang tidak menerangkan, meremehkan siswanya, membiarakan siswanya tidak bisa, mengajarkan siswanya bahwa nilai bisa dibeli dengan uang. Dan praktek sogok menyogok antara siswa dengan gurunya kerap terjadi pada saat UN, entah dengan perantara orang tuanya, kerabatnya, atau kakaknya.
Nilai adalah sesuatu yang kita peroleh dari perilaku atau usaha kita. Namun nilai perilaku jarang diperhitungkan. Apakah perilaku pada nilai rapor diberikan sebagaiman mestinya?. Rasanya nilai perilaku hanya formalitas terpenuhinya nilai rapor dengan mencantumkan huruf A, B, C atau D. Lain halnya dengan nilai mata pelajaran. Hal ini dapat kita buktikan pada saat ini, dimana siswa yang berprestasi dan kemudian mengajukan beasiswa, tolak ukur diterima atau tidak pengajuan beasiswa tersebut tidak dilihat dari nilai kepribadiannya melainkan dari nilai mata pelajaran yang diraihnya.
Ada empat point pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu:
1. Learning to now (belajar untuk mengetahui) 2. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) 3. Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)
4. Learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama) Dari point diatas dan menurut sepengetahuan saya bahwa Indonesia belum menerapkan sepenuhnya point-point yang dicanangkan oleh UNESCO tersebut. Dari keempat point tersebut mungkin hanya point learning to now saja yang di terapkan sedangkan sisanya tidak ada penerapannya. Sehingga masyarakat Indonesia secara umum hanya menjadi masyarkat yang konsumtif bukan menjadi masyarakat yang produktif.
Kembali ke point pembahasan sekaligus menjadi saran bagi pemerintah Indonesia wabilkhusus kepada menteri pendidikan untuk lebih men-seleksi guru yang akan dijadikan sebagai pendidik di sekolah-sekolah diberbagai daerah di negeri ini. Karena dari faktor pengajarlah baik buruknya bibit yang akan tumbuh di negeri ini. Selain dari itu, tunjangan untuk tenaga pengajar/pendidik lebih diperhatikan lagi
supaya tenaga pendidik tersebut dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan dengan sikap profesionalismenya. DAFTAR PUSTAKA https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/06/peran-guru-dalam-proses- pendidikan/ http://guraru.org/guru-berbagi/copas_4_pilar_pendidikan_menurut_unesco/
29
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Oleh:
AndiSuhring
(PendidikanBiologi, Kelas 1B, Nim. 201610070311080)
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka[1]. Secara detail, dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 yang berbunyi: Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara efektif menembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara[2].
Pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam bentuk belajar dan mengajar yaitu dengan melibatkan dua pihak yaitu guru dan peserta didik dengan tujuan yang sama yaitu agar peserta didik dapat mengiasai bahan. Bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang diharapkan. Namun dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada proses belajar yang menjadi tanggung jawab guru sebagai pengajar, sekaligus pendidik, dimana guru diharapkan mampu memotivasi dan membantu peserta didik untuk selalu mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar peserta didik yang sebaik-baiknya., dan selanjutnya guru diharapkan dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif[3].
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkngan non sosial.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan sosial diantaranya faktor sekolah, masyarakat dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lngkungan non sosial diantaranya lingkungan alamiah, instrumental dan mata pelajaran.
Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menghasilkan kualitas hasil belajar. Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-hal seperti berikut diantaranya, guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati, bahkan ada pula siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai guru yang professional harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.
Ada beberapa aspek yang menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, menurut Lukmanul Hakim “ Tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar yaitu: kepribadian, pandangan terhadap anak didik dan latar belakang guru “. Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar seperti siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan maupun situasi, dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan
perhatian ketika guru mengajarkan topic tertentu ada pula siswa yang giat belajar karena dia bercita-cita menjadi seorang ahli.
Anak didik sebaiknya dibimbing dan di dampingi agar dapat berkembang dan mengembangkan diri sendiri selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, peran seorang guru sangat menentukan out put anak didik. Diperlukan keterampilan guru untuk menanamkam moral dan karakter yang baik. Pendidikan harus memberikan perhatian kepada kemampuan masing-masing anak didik, dimana yang menjadi perhatian penilaian sekarang tidak terbatas pada aspek pengetahuan atau kognitif mereka saja, melainkan berkembang dan harus mencakup aspek afektif atau sikap dan psikomotor atau keterampilan.
Dahulu, guru hanya mengajarkan apa yang harus dihapalkan. Mereka membuat anak didik menjadi beo yang dalam setiap pelajaran hanya mengulang apa yang dikatakan guru.
Anak didik jarang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan potensinya melalui berbagai aktivitas siswa dalam pembelajaran dikelas. Disini dapat kita ketahui bahwa kemampuan guru masih cenderung kurang dalam menumbuhkan dan membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, kompetensi dan keterampilan guru perlu mendapat perhatian. Salah satu kompetensi seorang guru yan harus mendapat porsi yaitu kompetensi kepribadian. Aspek-aspek kepribadian guru yang dijelaskan dalam kompetensi kepribadian yang harus dimilki guru meliputi: bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasionsl Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasabangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kepribadian ini sangat menentukan kewibawaan seseorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat (Djamarah,2000). Pencitraan sangat penting bagi kepribadian guru isekolah agar dapat mengontrol dan mengendalikan tingkah laku anaknya melalui pola pembiasaan. Selama ini yang terjadi dilapangan, guru hanya mengajar materi hapalan dan ingatan kepada peserta didik dan tidak memperhatikan aspek sikap dan keterampilannya yang juga penting untuk karakter anak didiknya. Dalam menanamkan pendidikan karakter, seorang guru harussudah memiliki kepribadian yang baik sebelum ia sendiri mengajarkan tentang sikap dan perilaku kepada siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Kencana,2012)
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: Rineka Cipta.2000)
Lukmanul Hakim. Perencanaan Pembelajaran. (Bandung, CV Wacana Prima, 2010). MuhibbinSyah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers,2013).
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta,2001).
30
MINIMNYA MINAT MEMBACA DIKALANGAN PELAJAR