• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH GRATIS HANYA MIMPI SIANG PARA ELIT NEGARA Oleh:

Dalam dokumen KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1 (Halaman 44-46)

Siswa dan Sistem Akseleras

SEKOLAH GRATIS HANYA MIMPI SIANG PARA ELIT NEGARA Oleh:

Dhuriyatus Sholikah

(Pendidikan Biologi, Kelas 1B, NIM. 201610070311068)

Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, tidak hanya itu pendidikan juga berperan besar bagi kemajuan dan perkembangan sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang maju dan besar tentu ditunjang dengan kualitas pendidikan yang memadai bagi warganya. Di Indonesia sendiri, Pemerintah melalui beragam program berusaha mendorong kemajuan pendidikan, dengan semangat untuk menghasilkan Individu terampil yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Demikian bahkan tercantum dalam Amanat Pembukaan UUD 1945, ini jelas tentu bahwa pendidikan adalah satu hal yang menjadi tanggung jawab Negara dan Masyarakat secara luas.

Berdasararkan laporan terbaru Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), Education at Glance 2016, persentase putus sekolah di Indonesia menempati posisi tertinggi kedua di dunia. Laporan tersebut menyorot persentase masyarakat suatu negara yang tidak menyelesaikan pendidikan menengah (setara SMA). China menempati posisi pertama dengan jumlah pelajar putus sekolah sebanyak 64 persen. Diikuti oleh Indonesia 60 persen, Meksiko 54 persen, Turki 50 persen, Brasil 39 persen.

Di Indonesia putus sekolah seringkali dilandasi oleh alasan ekonomi seperti biaya sekolah yang mahal, keadaan ekonomi yang memaksa anak-anak bekerja membantu orangtua, akses pendidikan yang jauh dari jangkauan. Pemerintah pun

berusaha menekan angka putus sekolah dengan memberikan berbagai bantuan seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan KjP (Kartu Jakarta Pintar). Di negara- negara maju, gratis merupakan kewajiban dari pemerintah yang didukung para pemilik modal atau penguasa ekonomi, terhadap subjek atau kelompok masyarakat yang miskin atau tidak menguasai modal. Sebab mereka ini bagian dari masyarakat yang tidak mampu bersaing. Maka, di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, para penganggur atau orang-orang cacat diberi tunjangan sosial. Orang-orang yang masih mampu bersaing menolak diberi gratis atau menjadi tanggungan negara.

Saat ini juga banyak sekali para calon pemimpin, baik pemimpin daerah maupun pemimpin pusat yang menggadang – gadangkan akan memberikan pendidikan gratis bagi para masyrakatnya. Mereka berjanji jika mereka terpilih, mereka akan memberikan pendidikan layak secara gratis. Mental Gratisan adalah racun yang akan menghancurkan kita dan segala sendi kehidupan ini. Namun sayang, masih sedikit yang menyadari itu. Bahkan sepertinya semakin lestari saja setelah para politisi semakin bergairah mencekokkan mental ini kepada masyarakat. Akan tetapi, di lapangan wacana pendidikan gratis ini sangat mustahil untuk dilaksanakan karena tidaklah tepat. Wacana ini akan menemukan beberapa permasalahan yang akan terjadi di lapangan jika tetap dilakuakan. Sistem pendidikan yang ada di indonesia ini masih banyak membutuhkan perbaikan, karena kondisi pendidikan di indonesia saat ini masih belum bisa dikatakan baik-baik saja.

Siapa sih orang yang tidak senang dengan sesuatu yang gratis. Apalagi jika yang gratis tersebut adalah hal yang mendasar bagi kelangsungan hidup. Tapi akankah kita selalu berpikir sependek itu untuk menikmati madu di mulut tapi setelah ditelan ternyata terasa pahit dan esoknya membuat kita sakit. Hati-hati dengan sesuatu yang manis kawan, apalagi terlalu manis. Banyak penyakit yang akan mengikutinya setelah itu.Kata gratis dalam wacana tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada sepeser pun biaya yang harus dikeluarkan. Namun nyatanya, di sekolah tetap saja ada pungutan. Para siswa tetap akan dikenai biaya seperti membeli baju olahraga, seragam, dan keperluan sekolah lainnya. Hal ini dikarenakan bantuan yang diberikan hanya bantuan operasioanl saja, seperti biaya listrik, air, buku – buku pelajaran, dan lain – lain. Itupun tidaklah cukup karna sekolah juga membutuhkan biaya operasional yang harus dikeluarakan setiap harinya seperti, biaya fotokopi, spidol, dan lain – lain. Sehingga sekolah pasti akan tetap menarik bayaran kepada siswanya. Oleh sebab itu, kata gratis dalam wacana ini tidaklah tepat dan tak lebih hanya sebagai pemanis saja.

"Sekolah gratis bukan berarti mematikan partisipasi masyarakat," kata Mendikbud Muhadjir Effendy setelah bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta,

Senin, 8 AGustus 2016. Selanjutnya Mendikbud yang mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Jawa Timur itu akan membuka partisipasi masyarakat di sekolah."Biar nanti masyarakat yang menentukan sendiri, terutama lembaga seperti komite sekolah akan kami perkuat lagi," kata Muhadjir.Pihaknya juga akan memberikan kesempatan kepada masyarakat yang mampu secara ekonomi untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan pengelolaan lembaga pendidikan Alasan yang kedua adalah, Jika digratiskan sekalipun, para pelajar tidak akan memiliki rasa tanggung jawab. Mereka akan seenaknya saja bersekolah karena mereka pikir sekolah tidak memerlukan pengorbanan sedikit pun. Akan tetapi, jika membayar para siswa akan memiliki tanggung jawab yang sangat tinggi untuk belajar. Mereka akan serius mengikuti pelajaran di sekolah. karena mereka akan berpikir, jika mereka tidak serius dalam belajar, maka mereka akan merugi.

Jika pemerintah tetap berkomitmen dengan waacana pendidikan grartis, berarti pemerintah akan mengucurkan dana yang besar. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan di sini setelah memperoleh dana tersebut, proses pencairan dana akan menimbulkan beberapa permasalahan. Seperti yang telah diketahui bahwa Pencairan dana biasanya dilaksanakan di pemerintah pusat, sehingga untuk mencapai sekolah dana itu harus melewati beberapa post terlebih dahulu. Hal inilah yang akan menciptakan peluang – peluang kejahatan. Akan ada oknum – oknum yang memotong dana tersebut alasan biaya administrasi. Akibatnya dana yang sampai di sekolah tidak lagi utuh seperti awalnya.Terlebih lagi, pencairan dana ini akan terjadi dengan sangat lama. Bahkan membutuhkan waktu berbulan – bulan hingga sampai ke sekolah.

Ada beberapa negera di dunia yang menggratiskan biaya pendidikan dari jenjang SD sampai perguruan tingggi setingkat S1 di antaranya Jerman, Islandia, Swedia, Belgia, Norwegia, dan Finlandia. Mereka menerapkan pajak yang tinggi pada penduduknya, Tapi dampaknya, kesehatan dan pendidikan di segala tingkatan diberikan gratis. Dan pada dasarnya penduduknya memiliki karakter yang mempunyai kejujuran yang tinggi. Namun Pendidikan di Indonesia masih belum bisa diterapkan, masih banyak yang perlu diperbaiki. Sekolah gratis yang di canangkan oleh pemerintah hanyalah mimpi siang bagi mereka.

Dalam dokumen KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1 (Halaman 44-46)