• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan IlmunPendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Dalam dokumen KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1 (Halaman 62-65)

Pendidikan pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persolan yang melingkupinya dan mempertemukan manusia dengan kodrat sejatinya, yakni kemanusiaan. Pendidikan adalah salah satu upaya pengembalian fungsi manusia agar terhindar dari berbagai keterbelakangan, maka pendidikan harus menjadikan alat pembebasan. Maka itu, Mutu dan kualitas pendidikan dapat dilihat dari sejauh mana suatu bangsa membangun manusianya untuk membebaskan dirinya dan lingkunganya.

Dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai keterbelakangan itu bangsa kita terus dan selalu mencari format pendidikan yang sesuai untuk membebaskan manusia Indonesia dari berbagai keterbelakangan. Pencarian format pendidikan itu terlihat dengan perubahan kurikulum setiap selang sepuluh tahun. Namun kurikulum yang selalu dimunculkan itu justru menambah persoalan pendidikan kita, apalagi berbicara tentang mutu dan Profesionalisme masalah Pendidikan Papua, karena kurang tersosialisasi dan para pelaku pendidikan dilapangan enggan menerjemahkan serta merealisasaikan konsep-konsep tersebut dalam pembelajaran di sekolah.

Misalnya dalam hal ini yang terjadi di tanah Papua, selama ini konsep-konsep kurikulum kurang tersosialisasikan dengan baik kepada praktisi (guru). Selain itu guru sebagai praktisi di lapangan tidak pernah dilibatkan baik langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui konsep-konsep tersebut. Kalaupun melalui kegiatan seminar, pelatihan atau lokakerjanya sekalipun hanya berlaku sebagai kewajiban bukan kebutuhan. Bagaimana mungkin sebuah kurikulum berhasil dan dapat mewujudkan peningkatan mutu dan kwalitas pendidikan dan pendidik professional yang berhasil dan dapat mewujudkan peningkatan mutu dan kwalitas pendidikan dan pendidik profesionalyang berhasil, kalau toh kurikulum itu tidak menjiwai seorang

guru. Misalnya, ketika secara konseptual kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) diterapkan dengan harapan meningkatkan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional. Dalam penerapan CBSA itu guru menjadi kambing hitam kegagalan kurikulum tersebut. Sementara itu, banyak pihak menilai kurang adanya sosialisasi mengakibatkan penerjemahan yang kurang baik di lapangan oleh praktisi dilapangan (guru). Persoalan pendidikan di Papua tidak hanya itu, kebanyakan guru (tamatan tahun 70-an) sampai saat ini sulit melepaskan diri dari model pembelajaran yang mereka terima dari guru mereka di bangku Sekolah Guru

Bawahan (SGB) dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG)..

Keterpurukan mutu dan kualitas dan kuantitas pendidikan di Papua yang tak pernah terselesaikan ini tidak terlepas dari mutu tenaga pengajar yang ada. Selain itu, persoalan geografis, fasilitas, kesejahteraan guru, kesesuaikan kurikulum dengan budaya dan lingkungan hidup Papua, penanganan yang kurang mapan atau kurang becus dari pemerintahdan keseriusan pemerintah daerah dan banyak persoalan lainnya menjadi klasik yang tak penah terselesaikan.

Faktor yang satu mempengaruhi faktor yang lain. Misalnya, apabila fasilitasnya memadai, apakah juga akan didukung oleh mutu dan profesionalisme guru. Kalau mutu dan profesionalisme guru memadai, bagaimana dengan kesejahteraan gurunya. Karena tentu saja, fasilitas mutu dan seprofesional apapun seorang guru, kalau kesejahteraan belum memadai tentu saja dia akan mencari penghasilan tambahan. Dia akan pergi meninggalkan tugas utamanya, sehingga di sekolah hanya catat dan ceramah. Dalam keadaan seperti ini tahap perencanaan dan evaluasi tidak pernah terjadi di sekolah sehingga apa yang harus diajarkan dan hasilnya bagaimana tidak pernah terlihat. Itulah mata rantai ketidakmampuan mencetak Sumber Daya Manusia papua yang bermutudan berkualitas dan terjadi keterpurukan pendidikan di Papua sampai saat ini.

Secara khusus kompetensi (Mutu dan Profesionalisme) seorang guru di tanah Papua sungguh juga menjadi suatu factor utama ketertinggalan pendidikan. Selama ini, pihak-pihak yang peduli dengan pendidikan Papua masih berpikir fasilitas dan tenaga pendidik.

Perhatian dan peningkatan kompetensi tenaga pengajar belum begitu terlihat sebenarnya,

Perhatian dan peningkatan kompetensi tenaga pengajar belum begitu terlihat sebenarnya, tenaga pengajar harus memahami bagaimana merencanakan pembelajaran (model, metode, dan media, infoteiment).

Perhatian dan peningkatan kompetensi tenaga pengajar masih belum begitu terlihat. Sebenarnya, tenaga pengajar harus memahami bagaimana merencanakan pembelajaran (model, metode, dan media, Infotaiment), proses pembelajaran dan sampai pada tahap evaluasi adalah hal yang perlu dilakukan seorang guru (pengajar). Karena memang berbicara mengenai peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di tanah Papua tidak terlepas dari kompetensi tenaga pengajar. Penanganan pendidikan yang bagus dari pemerintah, fasilitas yang memadai, kesejahteraan guru cukup, serta kurikulum yang berbasis budaya dan lingkungan Papua, nampaknya belum cukup

menjawab persoalan mutu dan profesionalisme pendidikan di Papua. Sebenarnya, persoalan utama keterpurukan pendidikan di tanah Papua tidak terlepas dari

profesionalisme tenaga pengajar.

Untuk itu, peningkatan kompetensi mutu dan profesionalisme tenaga pengajar merupakan satu aspek penting yang harus juga mendapat bagian dalam penanganan pendidikan di tanah Papua.

23

PENDIDIKAN PADA ERA GLOBALISASI

*Siska Rosalina

Indonesia merupakan salah satu negara yang terlanda dengan arus globalisasi. Globalisasi awalnya berada pada negara-negara yang maju, akan tetapi seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi yang semain maju, canggih maka negara Indonesia juga terkena dengan pengaruh globalisasi. Globalisasi sangat memudahkan semua orang untuk mengetahui informasi secara cepat dan mudah. Globalisasi awalnya hanya berada di daerah perkotaan saja, akan tetapi dengan perkembangan zaman yang maju globalisasi telah merambat ke daerah pedesaan juga.

Dalam hal ini globalisasi juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Dimana dengan adanya kemajuan teknologi ini sangat membantu para guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Seperti halnya komunikasi antara guru yang ada di desa dan di kota. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan bagi masyarakat sekitar. Pendidikan banyak mengalami perubahan sangat mendasar pada era globalisasi. Banyak kemajuan ilmu pengertahuan dan teknologi yang dinikmati oleh masyarakat. Namun begitu juga sebaliknya, dengan kemajuan teknologi tersebut juga beriringan dengan damapak negatif yang terjadi pada kehidupan manusia, apalagi dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Banyak memepengaruhi perkembangan sosial dan budaya di Indonesia. Dengan banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia menyebabkan dampak yang cukup besar terhadap masyarakat. Seperti hilangnya rasa cinta terhadap budaya sendiri, berpakaian yang tidak wajar dan lain sebagainya.

Pendidikan sudah menjadi salah satu yang dapat di pengaruhi oleh globalisasi. Seperti biaya mahal yang yang terdapat di sekolah-sekolah yang maju, dalam hal pembiayaan ini sudah menunjukkan gejala dari pengaruh globalisasi. Bahkan beberapa sekolah yang dibangun dengan kompleks yang elite, agar biaya sekolah tersebut mahal. Sehingga dalam hal ini banyak guru yang memanfaatkan sekolah sebagai dunia bisnis yang banyak menguntungkan. Dengan di dirikan sekolah yang bagus di kota-kota besar di miliki oleh pebisnis tingkat nasional.

Dalam hal ini banyak terjadi dampak yang cukup memprihatinkan terhadap pendidikan yang ada di Indonesia. Contohnya banyak anak yang menganggur tidak dapat bersekolah karena terhambat oleh biaya yang mahal. Karena banyaknya orang tua yang tidak sanggup untuk membiayai anak-ananya untuk sekolah. Sehingga dalam hal ini pemerintah perlu memperihatikan pendidikan yang terjadi di Indonesia ini.

24

UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA MELALUI

Dalam dokumen KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1 (Halaman 62-65)