• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.4. Kualitas Pembelajaran

Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu (Wikipedia). Mendengar istilah kualitas, pemikiran tertuju pada suatu benda atau keadaan yang baik. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik (Glaser dalam Uno, 2011:153). Sedangkan pembelajaran menurut (Uno, 2012: 143-145) adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan luaran yang baik pula, maka perbaikan perlu diadakan pada pengelolaan proses pembelajaran.

Sebuah pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dan sebagainya. Oleh karena itu, agar kemampuan siswa dapat

dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.

Dalam Depdiknas (2004:7) indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran dosen atau pendidik guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, masing-masing indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) perilaku pembelajaran guru, perilaku pembelajaran guru dapat dilihat dari kinerjanya sebagai berikut, antara lain: membangun sikap positif siswa terhadap belajar dan profesi, menguasai disiplin ilmu, guru perlu memahami keunikan siswa, menguasai pengelolaan pembelajaran yang mendidik, dan mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan; (2) perilaku dan dampak belajar siswa, perilaku dan dampak belajar siswa dapat dapat dilihat kompetensi sebagai berikut, antara lain: memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar, mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan serta membangun sikapnya, mampu dan mau memperluas serta memperdalam pengetahuan dan ketrampilan serta memantapkan sikapnya, mau dan mampu menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya secara bermakna; (3) iklim pembelajaran, iklim pembelajaran mencakup: suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik, perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, suasana sekolahan yang kondusif, (4) materi pembelajaran, materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari: kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, ada keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia, materi pembelajaran sistematis dan kontekstual, dapat mengakomodasi partisipasi aktif siswa, dapat menarik manfaat yang optimal, dan materi pembelajaran memenuhi kriteria filosofis, profesional, psiko-pedagogis dan praktis, (5) kualitas media pembelajaran, kualitas media pembelajaran tampak dari: dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, mampu memfasilitasi proses interaksi antara siswa dengan guru, media pembelajaran dapat memperkayapengalaman belajara siswa, mampu

mengubah suasana belajar dari siswa pasif menjadi aktif dan mencari informasi melalui informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada, (6) sistem pembelajaran di sekolah, sistem pembelajaran di sekolah mampu menunjukkan kualitasnya jika: sekolah dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki perencanaan yang matang dalam bentuk rencana strategis dan rencana operasional sekolah, ada semangat perubahan yang dicanangkan dalam visi dan misi sekolah, pengendalian dan penjaminan mutu.

Dalam penelitian ini, yang dimaskud dengan kualitas pembelajaran ialah tingkat keberhasilan pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., melalui model Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang yang indikatornya meliputi: (1) keterampilan guru, (2) aktivitas siswa, dan (3) hasil belajar siswa.

2.1.4.1.Keterampilan Guru

Keterampilan guru diintegrasikan dalam keterampilan dasar mengajar. Menurut hasil penelitian Turney (dalam Solihatin, 2012: 56-73), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru / dosen karena hampir pada setiap kegiatan belajar mengajar guru mengajukan pertanyaan,

dan kualitas pertanyaan guru akan menentukan kaulitas jawaban murid. Keterampilan bertanya dibagi menjadi 2 yaitu keterampilan bertanya dasar, dengan komponen-komponen: (a) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat; (b) pemberian acuan; (c) pemusatan perhatian; (d) penyebaran pertanyaan: ke seluruh kelas, ke siswa tertentu, meminta siswa lain menanggapi jawaban temannya; (e) pemindahan giliran; (f) pemberian waktu berpikir; (g) pemberian tunuttan dengan cara: mengungkapkan pertayaan dengan cara lain, menyederhanakan pertanyaan, dan mengulangi penjelasan sebelumnya dan keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen: (a) mengubah tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkatan yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi; (b) pengaturan urutan pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang agak kompleks, sampai pada pertanyaan yang paling kompleks; (c) penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik seperti: klarifikasi, meminta siswa memberi alasan atas jawabannya, meminta kesepakatan pandangan dari siswa lain, meminta ketepatan jawaban, meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh, meminta jawaban yang lebih kompleks; (d) peningkatan terjadinya interaksi, dengan cara meminta siswa lain memberi jawaban atas pertanyaan yang sama.

2. Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adala respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Seorang guru / dosen perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa/mahasiswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan dapat diberikan dalam bentuk verbal dan nonverbal. Penguatan verbal dapat berupa kata-kata/kalimat pujian, seperti “bagus”, “tepat sekali”, atau “saya puas akan pekerjaanmu”. Sedangkan penguatan nonverbal, yaitu berupa: a) gerak mendekati; b) mimik dan gerak badan; c) sentuhan; d) kegiatan yang menyenangkan; serta e) token (simbol atau benda kecil lain). 3. Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para siswa/mahasiswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu variasi dalam gaya belajar, yang dapat dilakukan dengan cara seperti: a) variasi suara rendah; b) memusatkan perhatian; c) membuat kesenyapan sejanak, d) mengadakan kontak pandang; e) variasi gerak badan dan mimik; dan f) mengubah posisi, variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran yang meliputi: a) variasi alat dan bahan yang dapat dilihat; b) variasi alat dan bahan yang dapat didengar; c) variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi, dan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan dapat berupa: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informsai,menelaah materi, diskusi, latihan, atau demonstrasi.

4. Keterampilan Menjelaskan

Dalam kaitan dengan kegiatan belajar mengajar, atau pelatihan, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa / mahasiswa. Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk: (a) membimbing siswa/mahasiswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur, (b) membimbing siswa/mahasiswa menjawab pertanyaan “mengapa” secara nalar, (c) melibatkan siswa/mahasiswa untuk berfikir, (d) mendapatkan balikan mengenai pemahaman siswa/mahasiswa, serta (e) menolong siswa/mahasiswa menghayati berbagai proses penalaran.

Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir pelajaran sesuai dengan keperluan, (b) penjelasan harus relevan dengan tujuan, (c) materi yang dijelaskan harus bermakna, (d) penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa/mahasiswa. 5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran adalah sesuatu yang diperhatikan oleh guru/dosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri siswa/mahasiswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.

Tujuan membuka dan menutup pelajaran adalah: (a) membangkitkan motivasi dan perhatian, (b) membuat siswa/mahasiswa memahami batas tugasnya, (c) membantu siswa/mahasiswa memahami hubungan berbagai

materi yang disajikan, (d) membantu siswa/mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilannya

Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran, mencakup: (a) menarik perhatian siswa/mahasiswa dengan berbagai cara, (b) menimbulkan motivasi dengan: kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat siswa/mahasiswa, (c) memberikan acuan dengan cara: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas; menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan; mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas; dan mengajukan pertanyaan, (d) membuat kaitan, dengan cara: mengajukan pertanyaan apersepsi atau merangkum pelajaran yang lalu

Sedangkan komponen menutup pelajaran, mencakup: (a) meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan, (b) mengadakan evaluasi penguasaan siswa/mahasiswa, dengan meminta mereka: mendemonstrasikan keterampilan; menerapkan ide baru pada situasi lain; mengekspresikan pendapat sendiri; dan memberikan soal-soal tertulis, (c) memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang penggunaannya cukup sering diperlukan. Komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh pimpinan diskusi kelompok kecil adalah: (a) memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara:

merumuskan tujuan diskusi secara jelas; merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, menandai hal-hal yang tidak relevan jika terjadi penyimpangan, serta merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu, (b) memperjelas masalah atau pemberian pendapat, dengan cara: menguraikan kembali atau mernagkum pemberian pendapat peserta, mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat anggota lain, atau menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi, (c) menganalisis pandangan siswa/mahasiswa, dengan cara: meneliti apakah alasan yang dikemukakan punya dasar yang kuat dan memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati, (d) meningkatkan urunan siswa/mahasiswa dengan cara: mengajukan pertanyaan kunci yang mennatang mereka untuk berpikir, memberi contoh pada saat yang tepat, menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat, memberikan waktu untuk berpikir, dan mendengarkan dengan penuh perhatian, (e) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara: memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi, memberikan kesempatan pertama pada peserta yang enggan berpartisipasi, mencegah secara bijaksana peserta yang suka memonopoli pembicaraan, mendorong mahasiswa untuk mengomentari pendapat temannya, serta meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu, (f) menutup diskusi yang dapat dilakukan dengan cara: merangkum hasil diskusi, memberikan gambaran tindak lanjut, mengajak para siswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung.

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar mengajar yang serasi dan efektif.

Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat: (a) mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung, (b) menyadari kebutuhan siswa, serta (c) memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa

Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat prinsip berikut: (a) kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan, (b) menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berpikir, (c) menggunakan beragai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan, (d) keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas, (e) penekanan pada hal-hal yang bersifat positif, (e) penanaman disiplin diri sendiri

Selanjutnya, dalam mengelola kelas, guru hendaknya menghindari hal-hal berikut: (a) campur tangan yang berlebihan, (b) kelenyapan/penghentian suasana pembicaraan//kegiatan karena ketidakpastian guru, (c) ketidaktepatan memulai dan mengakhiri pelajaran, (d) penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri, (e) bertele-tele, (f) pengulangan penjelasan yang tidak diperlukan

Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru/dosen mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien serta memainkan perannya sebagai: (a) organisator kegiatan belajar mengajar, (b) sumber informasi bagi siswa, (c) pendorong bagi siswa/mahasiswa untuk belajar, (d) penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa, (e) pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa seusai dengan kebutuhannya, (f) peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti peserta lainnya.

Ada 4 kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru dalam kaitan ini, yaitu sebagai berikut: (a) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, yang dapat ditunjukkan dengan cara: kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa, mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan siswa, memberikan respon positif terhadap gagasan siswa, membangun hubungan saling mempercayai, menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa, tanpa kecenderungan mendominasi, menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbuakaan, serta mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, (b) keterampilan mengorganisasikan, yang ditampilkan dengan cara: memberi orientasi umum, memvariasikan kegiatan, membetnuk kelompok yang tepat, membentuk kelompok yang tepat, mengkoordinasikan kegiatan, membagi-bagikan perhatian dalam berbagai tugas, serta mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan, (c) keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yang ditampilkan dalam bentuk: memberi penguatan yang sesuai, mengembangkan

supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa, mengadakan supervisi proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif, mengadakan supervisi pemaduan, dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan agar mereka siap untuk mnegikuti kegiatan akhir, (d) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiata belajar mengajar, yang meliputi hal-hal: menetapkan tujuan pelajaran, merencanakan kegiatan belajar, berperan sebagai penasihat, dan membantu siswa menilai kemajuan sendiri.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam penelitian ini ialah keterampilan dasar mengajar yang berperan dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang yang indikatornya: (1) keterampilan membuka pelajaran, meliputi: menyiapkan pra pembelajaran, (2) keterampilan bertanya, meliputi: melakukan apersepsi, (3) keterampilan menjelaskan, meliputi: menyampaikan materi dengan menggunakan media audio visual, (4) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan keterampilan mengelola kelas, meliputi: membimbing pembentukan kelompok, (5)keterampilan mengadakan variasi, meliputi: memberikan tugas terstruktur kepada setiap anggota kelompok, (6) keterampilan mengajar kelompok kecil dan pembelajaran

perseorangan, meliputi: membimbing siswa dalam diskusi kelompok, (7) keterampilan memberikan penguatan, meliputi: memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang aktif, dan (8) keterampilan menutup pelajaran, meliputi: menutup pelajaran.

2.1.4.2.Aktivitas Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan/keaktifan”. Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani (http://soddis.blogspot.com/2013/08/pengertian-aktivitas-menurut-para-ahli.html). Sedangkan belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2012:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluaekan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activites, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bemain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan atau perilaku kompleks yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., menggunakan model

Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang dengan indikator: (1) visual activities, meliputi: memperhatikan informasi dari media audio visual; (2) oral activities, meliputi: menanggapi apersepsi; (3) listening activities, meliputi: memperhatikan informasi dari media audio visual, (4) writing activities, meliputi: mengerjakan evaluasi pembelajaran; (5) motor activities, meliputi: membentuk kelompok sesuai instruksi guru, antusias dalam diskusi tim; (6) mental activities, meliputi: mempresentasikan hasil kerja kelompok, (7) emotional activities, meliputi: kesiapan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan menerima penghargaan dari guru.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,dan keterampilan (Suprijono, 2012:5). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik (Rifa’i dan Anni, 2011: 85).

Bloom (dalam Sudjana, 2005: 23) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Salah satu murid Bloom yaitu Lorin Anderson (dalam Juhrodin, 2013: 3) merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.

Bagan 2.1.

Diagram Taksonomi Bloom Revisi

Menurut Lorin (dalam Juhrodin, 2013 : 4-5), ada beberapa tingkatan dalam ranah kognitif, yaitu:

1) Remember (Mengingat)

Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling

(mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling

(mengingat).

a) Recognizing (mengenal kembali).

Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari potongan informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir

sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.

b) Recalling (mengingat)

Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam

Recalling, siswa mencari sebagian informasi dalam memori jangka panjang, kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.

2) Understand (Memahami)

Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif

Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh),

Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan), Inferring

(menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining (menjelaskan).

Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.

b) Exemplifying (memberi contoh)

Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum.

Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep umum.

c) Classifying (mengklasifikasikan)

Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika

Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.

d) Summarizing (menyimpulkan)

Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara umum.

Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan antara contoh-contoh tersebut.

f) Comparing (membandingkan)

Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.

g) Explaining (menjelaskan)

Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.

3) Apply (Menerapkan)

Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing).

a) Executing (melakukan)

Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki