• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.7. Media Audio Visual

Media audio visual ialah media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata manusia, gambar juga dapat tetap maupun bergerak, seperti slide proyektor yang dipadukan dengan tape recorder, televisi, film strip proyektor, video player, DVD player dan computer (Mardiati, 2010:18).

(Ruminiati, 2007: 2-14) membedakan media audio visual menjadi dua,yaitu: (a) audio visual diam dan (b) audio visual gerak. Audiovisual diam adalah media yang menampilkan suara dan gambar diam (tidak bergerak). Misalnya, film bingkai suara sound sistem, film rangkai suara, dan cetak suara. Audio visual gerak adalah media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak. Misalnya, film suara dan video-cassette.

2.1.7.1.Media Audio Visual dalam Pembelajaran PKn

(Mardiati, 2010:12) menyebutkan bahwa materi-materi PKn di SD pada dasarnya bersifat abstrak, seperti hal-hal yang berkenaan dengan nilai-nilai demokrasi, Hak Asasi Manusia, globalisasi, norma, hukum, dan sebagainya.

Mengingat materi-materinya bersifat abstrak, maka proses pembelajaran PKn dengan cara mendemonstrasikan nilai-nilai demokrasi, seperti kebebasan (freedom), hak-hak (rights), persamaan (equality), tanggung jawab (responsibility), dan menghargai (respect) melalui suara dan penglihatan (audio visual) sangat penting.

Media pembelajaran yang baik disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan berpikir siswa. Akan lebih baik lagi bila penggunaan media pembelajaran tersebut dapat menstimulus kemampuan intelegensi siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gardner (dala Mardiati, 2010:12) dalam teori belajar multiple intellegent yang membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dalam tingkat perkembangan tertentu, termasuk ditingkat spatial atau visual tetap bersatu dalam suatu susunan yang utuh. Untuk itu intelegensi bisa dilatih dan dikembangkan dengan mempelajari banyak hal melalui cara yang sesuai.

(Mardiati, 2010:13) juga menambahkan bahwa pembelajaran PKn SD yang demokratis akan menggunakan media audio visual. Tujuan penggunaan media audio visual untuk membantu siswa SD memahami konsep dan nilai-nilai PKn yang abstrak secara visual, karena tingkat perkembangan baik ranah kognitif dan ranah afeksi (cognitive and affective domains) anak SD, utamanya di kelas rendah belum bisa dijelaskan melalui bahasa tulis secara baik.

2.1.7.2.Media Video

Media video termasuk dalam media audio visual gerak. (Prastowo, 2011: 300) mengemukakan bahwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006),

video diartikan sebagai rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan pesawat televisi. Atau, dengan kata lain video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara.

Bahan ajar video mengkombinasikan dua materi, yaitu materi auditif yang dapat merangsang indera pendengaran dan materi visual yang dapat merangsang indera penglihatan. Dengan kombinasi dua materi ini, pendidik dapat menyajikan pembelajaran yang lebih efektif dari segi komunikasi. Peserta didik akan lebih mudah memahami materi karena tidak hanya menggunakan satu indera saja. Seperti yang dikemukakan oleh Confucius (seorang filsuf Cina), “Apa yang saya dengar saya lupa. Apa yang saya lihat saya ingat. Apa yang saya lakukan saya paham.” Maka dari itu, siswa yang hanya menerima materi auditif saja sangat mungkin terjadi kekurangpahaman pada siswa. Dengan penjelasan dengan suara yang dikombinasikan dengan gambar, siswa akan meningkat kemampuan mengingatnya.

a. Manfaat media video

Menurut Prastowo (2011: 301), manfaat yang bisa diperoleh dengan pemanfaatan media video ialalah sebagai berikut:

1) Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik

2) Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat

3) Jika dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan, dapat mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu

4) Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang dapat memicu diskusi peserta didik 5) Menunjukkan cara penggunaan alat atau perkakas 6) Memperagakan keterampilan yang akan dipelajari 7) Menunjukkan tahapan prosedur

8) Menghadirkan penampilan drama atau musik

9) Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu 10)Menyampaikan objek tiga dimensi

11)Memperlihatkan diskusi atau interaksi antara dua atau lebih orang

12)Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu keadaan tertentu

b. Kelebihan dan keterbatasan media video

Anderson (dalam Prastowo, 2011: 303) mengemukakan sejumlah keunggulan dan keterbatasan media video yaitu:

1) Keunggulan

a) Dengan video (disertai suara atau tidak) kita dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu. Gerakan yang ditunjukkan tersebut dapat berupa rangsangan yang serasi atau berupa respon yang diharapkan dari peserta didik.

b) Dengan video, penampilan peserta didik dapat segera dilihat kembali untuk dikritik atau dievaluasi. Caranya yaitu dengan merekam kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan interpersonal, seperti teknik mewanwancarai, memimpin sidang, memberi ceramah, dan sebagainya.

c) Dengan menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut. Beberapa jenis efek visual yang bisa didapat dengan video antara lain penyingkatan atau perpanjangan waktu, gambaran dari beberapa kejadian yang berlangsung bersamaan split atau multiple screen image (pada layar terlihat dua atau tiga kejadian), perpindahan yang lembut dari satu gambar atau babak berikutnya, dan penjelasan gerk (dipercepat atau diperlambat).

d) Dengan video, kita akan mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau latihan, yang dapat digunakan secara interkatif dengan buku kerja, buku petunjuk,buku teks serta alat atau benda lain yang biasa digunakan di lapangan.

e) Dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi (kelas) yang berbeda dengan jumlah peserta yang tidak tebatas. Caranya yaitu dengan menempatkan monitor-monitor di kelas-kelas.

f) Pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan pembelajaran mandiri, dimana siswa sesuai dengan kecepatan masing-masing dapat dirancang. Rancangan kegiatan yang mandiri ini biasanya dilengkapi atau dikombinasikan dengan komputer atau bahan cetak

2) Keterbatasan media video

a) Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di tempat penggunaan serta harus cocok ukuran dan formatnya dengan pita video atau piringan video (VCD/DVD) yang akan digunakan.

b) Menyusun naskah atau skenariovideo bukanlah pekerjaan yang mudah, di samping menyita banyak waktu.

c) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya. (Akan tetapi, keterbatasan ini tampaknyasudah tidak relevan lagi dengan perkembangan teknologi digital dan informasi yang begitu pesat saat ini, karena kita bisa memperoleh alat perekaman video dengan harga yang murah. Selain itu, kita juga bisa dengan mudah membuat atau mengedit video tersebut dengan software yang bisa diperoleh di banyak tempat ataupun melalui sarana dunia maya).

d) Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film, hasilnya tidak bagus.

e) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali jaringan monitor dan sistem proyeksi video diperbanyak.

f) Jumlah grafis pada garis untuk video terbatas yakni separuh dari jumlah huruf garis untuk film atau gambar diam.

g) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan.

Dengan mengadopsi langkah-langkah penggunaan media berdasarkan pendapat (Djamarah dan Azwan, 2002: 154), berikut merupakan langkah-langkah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama, menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran. Guru merumuskan tujuan pembelajaran PKn sesuai KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama

b. Persiapan guru, meliputi: persiapan video pembelajaran PKn sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama, persiapan LCD proyektor, laptop, dan speaker. c. Persiapan kelas, meliputi persiapan siswa sebelum meneria pembelajaran

siswa serta segala sesuatu yang akan dibutuhkan oleh siswa misalnya alat-alat tulis.

d. Penyajian pelajaran dan pemanfaatan media audio visual. Guru menayangkan video pembelajaran PKn KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama.

e. Kegiatan belajar siswa. Siswa menerima informasi dari video pembelajaran PKn KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama.

f. Evaluasi pengajaran. Pada langkah ini siswa dievaluasi oleh guru mengenai sampai sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, sekaligus dapat menilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.

2.1.8.Penerapan Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual

2.1.8.1.Pengertian Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual

Menurut Suprijono (2012: 46), model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelaajran di kelas maupun tutorial.

Sumantri dan Permana (2001: 37) mengungkapkan bahwa model mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dlam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran Structured Numbered Heads dengan media audio visual dapat diartikan sebagai suatu model kooperatif berbasis pada teori kontruktivisme yang menekankan pada pembagian tugas terstruktur pada setiap kelompok berkaitan dengan pengorganisasian pengalaman belajar siswa dengan bantuan media audio visual.

2.1.8.2.Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual

(Dewi: 2013) Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

Thomas B. Roberts (dalam Lapono, 2008: 1-1) mengemukakan bahwa jenis teori belajar yang banyak mempengaruhi pemikiran tentang proses

pembelajaran dan pendidikan adalah teori belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme. Penelitian ini didasari oleh teori belajar Konstruktivisme.

1. Teori belajar Kontruktivisme

Nik Azis Nik Pa (dalam Lapono, 2008: 1-25) konstruktivisme adalah tidak lebih daripada satu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina pengetahuan sendiri. Ini bermakna bahwa sesuatu pengetahuan yang dipunyai oleh seseorang individu adalah hasil daripada aktivitis yang dilakukan oleh individu tersebut, dan bukan sesuatu maklumat atau pengajaran yang diterima secara pasif daripada luar. Pengetahuan tidak boleh dipindahkan daripada pemikiran seseorang individu kepada pemikiran individu yang lain. Sebaliknya, setiap insan membentuk pengetahuan sendiri dengan menggunakan pengalamannya secara terpilih.

Hanbury (dalam Lapono, 2008: 1-29) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran mata pelajaran tertentu, yaitu (1) peserta didik mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) materi pelajaran menjadi lebih bermakna karena peserta didik mengerti, (3) strategi peserta didik lebih bernilai, dan (4) peserta didik mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Tytler (dalam Lapono, 2008: 1-29) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik, (5) mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Structured Numbered Heads dengan media audio visual merupakan pembelajaran yang didasarkan oleh teori kontruktivisme. Pengetahuan yang dipunyai oleh seseorang siswa adalah hasil daripada aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut. Setiap siswa membentuk pengetahuan sendiri dengan menggunakan pengalamannya.

2.1.8.3.Tujuan Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual

Model pembelajaran Structured Numbered Heads dengan media audio visual dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. Selain itu, pembelajaran Structured Numbered Heads dengan media audio visual dapat mendorong siswa untuk slaing membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah kemampuan yang mereka punyai dan menutup kesenjangan pemahaman pada masing-masing siswa.

2.1.9.Karakteristik Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan