• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STRUCTURED NUMBERED HEADS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TAMBAKAJI 05 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STRUCTURED NUMBERED HEADS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TAMBAKAJI 05 SEMARANG"

Copied!
374
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

STRUCTURED NUMBERED HEADS DENGAN MEDIA

AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

TAMBAKAJI 05 SEMARANG

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RIZKI ISNA NOVIARINI

1401411063

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rizki Isna Noviarini

NIM : 1401411063

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn menggunakan Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan

Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri Tambakaji 05 Semarang

Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juni 2015

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Rizki Isna Noviarini, NIM 1401411063, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn menggunakan Model Pembelajaran

Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD

Negeri Tambakaji 05 Semarang”, telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Rizki Isna Noviarini, NIM 1401411063, dengan judul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn menggunakan Model Pembelajaran

Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD

Negeri Tambakaji 05 Semarang”, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia

Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Selasa

tanggal : 26 Mei 2015

Panitia Ujian Skripsi:

Sekretaris

Drs. Moch. Ichsan, M.Pd. NIP 19500612 198403 1 001

Penguji Utama

Penguji I

Drs. Purnomo, M.Pd. NIP 19670314 199203 1 005

Penguji II

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka (Ar-Ra’du-11)

PERSEMBAHAN

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn menggunakan Model

Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual pada

Siswa Kelas V SD Negeri Tambakaji 05 Semarang”.

Di dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan studi dan menyelesaikan skripsi.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi ini.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD UNNES yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.

4. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd., Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Harmanto, S.Pd. M.Pd., Dosen penguji utama yang telah menguji dengan

teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada penulis.

(7)

vii

7. Kusmiyati, S.Pd, Kepala SD Negeri Tambakaji 05 yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Rika Sumaryuni, S.Pd, guru kelas V SD Negeri Tambakaji 05 yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

9. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SD Negeri Tambakaji 05 yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

10.Kakakku, Kartika Yuni Purwanti yang selalu memberikan sukungan dan semangat.

11.Teman-teman (Windha, Astin, Lely, Appita, Iswardani) yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat berkat dan karunia yang berlimpah dari Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Mei 2015

(8)

viii

ABSTRAK

Noviarini, Rizki Isna. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn

menggunakan model pembelajaran Structured Numbered Heads dengan

media Audio Visual pada siswa kelas V SD Negeri Tambakaji 05 Semarang. Skripsi. Jurusan PGSD. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing Drs. H.A. Zaenal Abidin, M.Pd.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang pembentukan manusia untuk menjadi warga negara yang berlandaskan pancasila serta mampu mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan pengamatan peneliti, diketahui bahwa guru belum memaksimalkan penggunaan model pembelajaran, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran belum maksimal, serta aktivitas siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Hal ini ditunjukkan dari 41 siswa, 22 siswa belum mencapai KKM. Solusi dari kendala tersebut adalah dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran Structured Numbered Heads dengan

media audio visual. Model pembelajaran kooperatif Structured Numbered Heads

dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, melatih tanggung jawab siswa, mengembangkan rasa saling memiliki dan kerja sama. Tujuan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran

Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN

Tambakaji 05 Semarang.

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang, sebanyak 41 siswa, terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Sumber data: guru, siswa, data dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data meliputi teknik tes dan non tes, teknik anlisis data menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif.

Hasil penelitian keterampilan guru siklus I memperoleh skor 15 kriteria cukup, siklus II memperoleh skor 23 kriteria baik, siklus III memperoleh skor 27 kriteria sangat baik. Skor aktivitas siswa pada siklus I 2,01 kriteria baik, pada siklus II 2,51 kriteria baik, dan pada siklus III 3,01 kriteria baik. Sedangkan rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 65,37 dengan ketuntasan klasikal 58,54%, siklus II sebesar 70,61 dengan ketuntasan klasikal 78,05%, siklus III sebesar 77,07 dengan ketuntasan klasikal 87,80%.

Simpulan hasil penelitian adalah model pembelajaran Structured Numbered Heads dengan media audio visualdapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa inovasi dalam pembelajaran dengan penggunaan model serta media pembelajaran hendaknya diterapkn agar tercipta peningkatan kualitas pembelajaran.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 8

1.2.1. Perumusan Masalah ... 8

1.2.2. Pemecahan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 10

1.4.2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... 12

2.1.1. Pengertian Belajar ... 12

2.1.2. Pembelajaran ... 13

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 15

2.1.4. Kualitas Pembelajaran ... 18

2.1.5. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 43

2.1.6. Model Pembelajaran Structured Numbered Heads ... 46

(10)

x

2.1.8. Penerapan Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan

Media Audio Visual ... 57

2.1.9. Karakteristik Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual ... 61

2.1.10.Hubungan Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual ... 67

2.2.Kajian Empiris ... 68

2.3.Kerangka Berpikir ... 69

2.4.Hipotesis Tindakan ... 71

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Rancangan Penelitian ... 72

3.2.Siklus Penelitian ... 76

3.2.1. Siklus I ... 76

3.2.2. Siklus II ... 83

3.2.3. Siklus III ... 90

3.3.Subjek Penelitian ... 94

3.4.Variabel / Faktor yand Diselidiki ... 95

3.5.Data dan Cara Pengumpulan Data ... 98

3.5.1. Sumber Data ... 98

3.5.2. Jenis Data ... 99

3.5.3. Teknik Pengumpulan Data ... 100

3.6.Validitas Alat Pengumpul Data ... 102

3.7.Teknik Analisis Data ... 102

3.7.1. Kuantitatif ... 102

3.7.2. Kualitatif ... 106

3.8.Indikator Keberhasilan ... 111

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 113

4.1.1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 113

4.1.2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 134

(11)

xi

4.2.Pembahasan ... 175 4.2.1. Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media

Audio Visual dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn SDN Tambakaji 05 Semarang ... 175 4.3.Uji Hipotesa Tindakan ... 189 4.4.Implikasi Hasil Penelitian ... 189

BAB V PENUTUP

5.1.Simpulan ... 194 5.2.Saran ... 196

(12)

xii

DATAR TABEL

Tabel 2.1 Sistem Sosial Modoel Pembelajaran Structured Numbered

Heads dengan Media Audio Visual ... 62

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 104

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar ... 106

Tabel 3.3 Kriteria Data Kualitatif... 107

Tabel 3.4 Kriteria keterampilan Guru ... 110

Tabel 3.5 Kriteria Aktivitas Siswa ... 111

Tabel 4.1 Uraian Kegiatan Siklus I ... 115

Tabel 4.2 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 ... 120

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 ... 126

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siklus I ... 129

Tabel 4.5 Uraian Kegiatan Siklus II ... 136

Tabel 4.6 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... 142

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 148

Tabel 4.8 Data Hasil Belajar Siklus II ... 151

Tabel 4.9 Uraian Kegiatan Siklus III... 158

Tabel 4.10 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... 164

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 170

Tabel 4.12 Data Hasil Belajar Siklus III ... 173

Tabel 4.13 Perbandingan skor indikator keterampilan guru pada siklus I, siklus II, dan siklus III ... 179

Tabel 4.14 Perbandingan skor indikator aktivitas siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III ... 183

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

(14)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Rata-Rata Skor Keterampilan Guru pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 180 Grafik 4.2 Peningkatan Rata-Rata Skor Aktivitas Siswa pada Siklus I,

Siklus II dan Siklus III ... 184 Grafik 4.3 Peningkatan Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran Siklus I ... 201

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 203

Lampiran 3 Silabus Pembelajaran Siklus II ... 221

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 223

Lampiran 5 Silabus Pembelajaran Siklus III... 247

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SIklus III... 249

Lampiran 7 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tindakan Kelas ... 273

Lampiran 8 Lembar Observasi Keterampilan Guru ... 276

Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 281

Lampiran 10 Catatan Lapangan ... 286

Lampiran 11 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ... 287

Lampiran 12 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II ... 292

Lampiran 13 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III ... 297

Lampiran 14 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 302

Lampiran 15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 305

Lampiran 16 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 307

Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 310

Lampiran 18 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ... 312

Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 315

Lampiran 20 Hasil Belajar Siklus I ... 317

Lampiran 21 Hasil Belajar Siklus II ... 319

Lampiran 22 Hasil Belajar Siklus III ... 321

Lampiran 23 Catatan Lapangan Siklus I ... 323

Lampiran 24 Catatan Lapangan Siklus II ... 324

Lampiran 25 Catatan Lapangan Siklus III ... 325

Lampiran 26 Nilai Hasil Belajar siklus I, II, dan III ... 326

Lampiran 27 Dokumentasi Siklus I, II, dan III ... 332

Lampiran 28 Surat Izin Penelitian ... 356

(16)

xvi

(17)

1

1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat (I) menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu, dalam Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi dari pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

(18)

dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

(19)

(5) konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi, (6) kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi, (7) pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka, (8) globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

(20)

kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

Namun, tujuan tersebut belum sejalan dengan kenyataan. Berdasarkan temuan kajian dokumen dan lapangan oleh Depdiknas (2007), terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran PKn terlebih kekurangan pada kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran PKn. Selain itu, kenyataan yang peneliti temukan di sekolah, yaitu pembelajaran PKn di kelas V SDN Tambakaji 05 masih bersifat

teacher centered (berpusat pada guru). Uno (2012: 220) menyebutkan bahwa

kecenderungan pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak optimal.

(21)

Kendala-kendala tersebut berdampak pada hasil belajar PKn di SDN Tambakaji 05 kota Semarang. Data pencapaian hasil observasi dan evaluasi pembelajaran PKn di kelas V SDN Tambakaji 05 masih menunjukkan berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yakni 60. Data hasil belajar ditunjukkan dengan 53,65% (22 dari 41 siswa) masih berada di bawah KKM. Sedangkan sisanya, yakni 46,35% ( 19 siswa) yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran tersebut perlu sekali proses pembelajaran untuk ditingkatkan kualitasnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

Pada permasalahan pembelajaran PKn dalam penelitian ini, dengan berpijak pada teori konstruktivisme, peneliti dengan kolaborator, yaitu guru kelas V SDN Tambakaji 05 kota Semarang menetapkan alternatif pemecahan masalah yaitu penerapan model pembelajaran Structured Numbered Heads dengan media

audio visual dalam peningkatan kualitas pembelajaran PKn KD 3.1, KD 3.2, KD 3.3, dan KD 4.1 pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang.

Structured Numbered Heads merupakan modifikasi dari model

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang dikembangkan oleh

Spencer Kagan. Model pembelajaran kooperatif Structured Numbered Heads

(22)

kegiatan pembelajaran dan hasil belajar PKn menjadi baik. Pembelajaran dengan model kooperatif Structured Numbered Heads akan menumbuhkan kerja sama

antar siswa, siswa berlomba untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran karena peran anggota kelompok sangat penting dalam proses pembelajaran. Selain kerja sama antar siswa dengan siswa, juga akan terjalin kerja sama antara guru dengan siswa. Media audio visual merupakan media yang menampilkan gambar hidup serta dilengkapi dengan suara sehingga ini akan menarik perhatian siswa dan membuat siswa terpukau sehingga terjadi rangsangan yang positif dari media ini.

Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), dimana siswa lebih aktif, kreatif, dan terampil. Pembelajaran yang ditingkatkan mencakup keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Diharapkan siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran yang dirancang dengan menarik. Dengan siswa belajar mandiri dalam tim berdasarkan konsep yang dimiliki, maka siswa akan lebih mengingat atau mengerti makna dari materi yang dipelajari.

Hal tersebut didukung dengan beberapa hasil penelitian yang menggunakan model pembelajaran Structured Numbered Heads yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Lisa Nor Rahmawati (2013) dengan judul penelitian “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Geometri melalui Kepala Bernomor Terstruktur Berbantuan Media Audio Visual”. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan guru

(23)

18,8 (cukup), 20,2 (baik), 22,7 (baik), 25,6 (baik). Hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan diperoleh nilai rata-rata 50,69 dengan ketuntasan 41%, nilai rata-rata 52,08 dengan ketuntasan 47%, nilai rata-rata 73,05 dengan ketuntasan 83%, nilai rata-rata 77,63 dengan ketuntasan 94%.

Selain itu, penelitian lain yang juga menggunakan model pembelajaran

Structured Numbered Heads adalah penelitian yang dilakukan oleh Ayu

Wulandari (2013) yang berjudul “Penerapan Pendekatan Cooperative Learning

Tipe Kepala Bernomor Struktur (KBS) pada Konsep Pecahan untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan sebagai berikut: Nilai rata-rata evaluasi siklus I 50,65, siklus II 73,78, dan siklus III 85,42. Dengan didalamnya terjadi peningkatan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa siklus I 43,04 % , siklus II 68,75 %, dan siklus III 81,25 %.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ratih Wulandari (2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur pada Peserta Didik Kelas V MIN Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.” Hasil dari penelitian ini

(24)

Berpijak pada teori konstruktivisme, penelitian yang mendukung, hasil observasi serta hasil kolaborasi dnegan guru kolaborator, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas

Pembelajaran PKn menggunakan Model Pembelajaran Structured Numbered Heads dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri Tambakaji 05

Semarang”.

1.2.

PERUMUSAN

MASALAH

DAN

PEMECAHAN

MASALAH

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada KD 3.1, KD 3.2, KD 3.3 dan KD 4.1 menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambaakji 05

Semarang?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual

pada sisw kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang?

3. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual

(25)

4. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual

pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang?

1.2.2. Pemecahan Masalah

Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran Structured Numbered Heads yang diadopsi dari pendapat Spencer Kagan (dalam Lie, 2004:

60) dengan media audio visual (Djamarah dan Azwan, 2002: 154): 1. Guru menyiapkan pra pembelajaran

2. Memberikan apersepsi

3. Guru mempresentasikan materi organisasi dengan media audio visual 4. Setiap kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau

materi lainnya

5. Dalam kelompok siswa mengerjakan tugas sesuai dengan struktur pembagiannya sesuai nomor anggota dalam kelompok

6. Tiap kelompok menyampaikan hasil kerja.

7. Kelompok yang lain memberikan tanggapan atas pekerjaan kelompok yang sedang disampaikan.

(26)

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada KD 3.1, KD 3.2, KD 3.3 dan KD 4.1 menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media

audio visual pada siswa kelas V SD Negeri Tambakaji 05 Semarang.

2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru menggunakan model

Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada pembelajaran

PKn KD 3.1, KD 3.2, KD 3.3 dan KD 4.kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang.

3. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada pembelajaran PKn KD 3.1,

KD 3.2, KD 3.3 dan KD 4.1 kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang.

4. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model

Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada pembelajaran

PKn KD 3.1, KD 3.2, KD 3.3 dan KD 4.1 kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang.

1.4.

MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian yang akan dilaksanakan, diharapkan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Structured Numbered Heads

(27)

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan khususnya. Selain itu dapat memberikan manfaat bagi:

1. Bagi Guru

a. Dapat dijadikan sarana evaluasi bagi pembelajaran sebelumnya. b. Membantu guru untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. c. Dengan menerapkan model Structured Numbered Heads dengan media

audio visual dalam pembelajaran PKn, guru menjadi lebih kreatif serta inovatif.

2. Bagi Sekolah

a. Dengan tumbuhnya kerja sama antar guru, akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah

(28)

12

2.1.

KAJIAN TEORI

2.1.1. Pengertian Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. ( Slameto, 2010:2).

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. (Hamalik, 2011:28). Experiencing means living through actual situations and reacting vigorously to various aspects of those situations for purpose apparent to the learner. Experiencing includes whatever one does or undergoes which results in changed behavior, in changed values, meanings, attitudes or skill. Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan

keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid. (Burton dalam Hamalik, 2011:29).

(29)

proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, belajar dalam penelitian ini ialah usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang didasarkan pada pengalamannya berkat interaksi dengan individu lain maupun dengan lingkungan secara kontinu dan interaktif dalam pembelajaran PKn KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama, melalui model Structured Numbered Heads

dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang.

2.1.2. Pembelajaran

Pembelajaran dalam makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari (Suprijono, 2012: 13). Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Gredler (dalam Uno, 2012: 144) menyatakan bahwa proses perubahan sikap dan tingkah laku pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dna sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan).

(30)

aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dimyati dan Mudjiono juga menyebutkan bahwa pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pembelajar dan prisnsip-prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pembelajar adalah “primus motor”

dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan perhatian, mengelola, menganalisis, dan megoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan (1) perhatian dan motivasi belajar siswa, (2) keaktian siswa, (3) optimalisasi (5) pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab, (6) mengelola proses belajar sesuai dengan perbedaan individual siswa.

Selain itu, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 286), ada beberapa hakikat pembelajaran, yaitu: (1) kegiatan yang dimaksudkan untuk membelajarkan pembelajar, (2) program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu sistem, (3) kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar, (4) kegiatan yang mengarahkan pembelajar ke arah pencapaiana tujuan pembelajaran, dan (5) kegiatan yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi pelajaran, sistem penyajian, dan sistem evaluasi dalam realisasinya.

(31)

yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., melalui model Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji

05 Semarang.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010: 54) faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

2.1.3.1.Faktor Intern

Slameto (2010: 54) membagi faktor intern menjadi tiga faktor, yaitu: 1. Faktor jasmaniah, terdiri atas: (a) faktor kesehatan,

proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu; (b) cacat tubuh, cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu,

2. Faktor psikologis, terdiri atas: (a) inteligensi, inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat ineligensi yang rendah; (b) perhatian, untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya; (c) minat, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan; (d) bakat, bakat adalah kemampuan untuk belajar; (e) motif, dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian; (f) kematangan, kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru; (g) kesiapan, kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi, 3. Faktor kelelahan, kelelahan dapat dibedakan menjadi dua

(32)

(bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor dari dalam siswa (faktor intern) yang mempengaruhi belajar meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis ( inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) dan faktor kelelahan. Faktor kesehatan, psikologis dan kelelahan saling berhubungan dalam pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa. Kesehatan jasmani dan rohani perlu dijaga supaya saat kegiatan belajar dilaksanakan, keadaan psikologis bisa dalam keadaan optimal dan siswa terjaga dari kelelahan, baik kelelahan jasamni maupun rohani.

2.1.3.2.Faktor Ekstern

Slameto (2010: 58) juga menggolongkan faktor ekstern menjadi tiga faktor, yaitu:

(33)

2. Faktor sekolah, meliputi: (a) metode mengajar, guru perlu mempersiapkan metode mengajar yang baik agar siswa antusias dalam proses pembelajaran; (b) kurikulum, kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan megembangkan bahan pelajaran itu; (c) relasi guru dengan siswa, di dalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai pelajaran yang diberikan kepadanya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya; (d) relasi siswa dengan siswa, menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa; (e) disiplin sekolah, kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberisihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain; (f) alat pelajaran, alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa; (g) waktu sekolah, waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa; (h) standar pelajaran di atas ukuran, standar pelajaran di atas standar yang diberikan oleh guru dapat membuat siswa menjadi takut terhadap guru; (i) keadaan gedung, keadaan gedung harus memadai di dalam setiap kelas; (j) metode belajar, belajar yang baik dilakukan secara teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik, (k) tugas rumah, waktu belajar yang utama adalah di sekolah, sehingga diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah,

(34)

Berdasarkan pendapat tersebut, faktor-faktor dari luar diri siswa (faktor ekstern) yang mempengaruhi belajar meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Ketiga faktor tersebut merupakan tempat di mana seorang siswa tumbuh kembang dan berinteraksi sosial. Dengan demikian, ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian serta perubahan tingkah laku siswa.

2.1.4.Kualitas Pembelajaran

Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu (Wikipedia). Mendengar istilah kualitas, pemikiran tertuju pada suatu benda atau keadaan yang baik. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik (Glaser dalam Uno, 2011:153). Sedangkan pembelajaran menurut (Uno, 2012: 143-145) adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan luaran yang baik pula, maka perbaikan perlu diadakan pada pengelolaan proses pembelajaran.

(35)

dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.

(36)

mengubah suasana belajar dari siswa pasif menjadi aktif dan mencari informasi melalui informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada, (6) sistem pembelajaran di sekolah, sistem pembelajaran di sekolah mampu menunjukkan kualitasnya jika: sekolah dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki perencanaan yang matang dalam bentuk rencana strategis dan rencana operasional sekolah, ada semangat perubahan yang dicanangkan dalam visi dan misi sekolah, pengendalian dan penjaminan mutu.

Dalam penelitian ini, yang dimaskud dengan kualitas pembelajaran ialah tingkat keberhasilan pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., melalui model Structured Numbered Heads dengan media audio visual

pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang yang indikatornya meliputi: (1) keterampilan guru, (2) aktivitas siswa, dan (3) hasil belajar siswa.

2.1.4.1.Keterampilan Guru

Keterampilan guru diintegrasikan dalam keterampilan dasar mengajar. Menurut hasil penelitian Turney (dalam Solihatin, 2012: 56-73), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keterampilan Bertanya

(37)

dan kualitas pertanyaan guru akan menentukan kaulitas jawaban murid. Keterampilan bertanya dibagi menjadi 2 yaitu keterampilan bertanya dasar, dengan komponen-komponen: (a) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat; (b) pemberian acuan; (c) pemusatan perhatian; (d) penyebaran pertanyaan: ke seluruh kelas, ke siswa tertentu, meminta siswa lain menanggapi jawaban temannya; (e) pemindahan giliran; (f) pemberian waktu berpikir; (g) pemberian tunuttan dengan cara: mengungkapkan pertayaan dengan cara lain, menyederhanakan pertanyaan, dan mengulangi penjelasan sebelumnya dan keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen: (a) mengubah tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkatan yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi; (b) pengaturan urutan pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang agak kompleks, sampai pada pertanyaan yang paling kompleks; (c) penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik seperti: klarifikasi, meminta siswa memberi alasan atas jawabannya, meminta kesepakatan pandangan dari siswa lain, meminta ketepatan jawaban, meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh, meminta jawaban yang lebih kompleks; (d) peningkatan terjadinya interaksi, dengan cara meminta siswa lain memberi jawaban atas pertanyaan yang sama.

2. Keterampilan Memberi Penguatan

(38)

Seorang guru / dosen perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa/mahasiswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan dapat diberikan dalam bentuk verbal dan nonverbal. Penguatan verbal dapat berupa kata-kata/kalimat pujian, seperti “bagus”, “tepat sekali”, atau “saya puas akan pekerjaanmu”. Sedangkan penguatan nonverbal, yaitu

berupa: a) gerak mendekati; b) mimik dan gerak badan; c) sentuhan; d) kegiatan yang menyenangkan; serta e) token (simbol atau benda kecil lain). 3. Keterampilan Mengadakan Variasi

(39)

4. Keterampilan Menjelaskan

Dalam kaitan dengan kegiatan belajar mengajar, atau pelatihan, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa / mahasiswa. Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk: (a) membimbing siswa/mahasiswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur, (b) membimbing siswa/mahasiswa menjawab pertanyaan “mengapa” secara nalar, (c) melibatkan siswa/mahasiswa untuk berfikir, (d)

mendapatkan balikan mengenai pemahaman siswa/mahasiswa, serta (e) menolong siswa/mahasiswa menghayati berbagai proses penalaran.

Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir pelajaran sesuai dengan keperluan, (b) penjelasan harus relevan dengan tujuan, (c) materi yang dijelaskan harus bermakna, (d) penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa/mahasiswa. 5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran adalah sesuatu yang diperhatikan oleh guru/dosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri siswa/mahasiswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.

(40)

materi yang disajikan, (d) membantu siswa/mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilannya

Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran, mencakup: (a) menarik perhatian siswa/mahasiswa dengan berbagai cara, (b) menimbulkan motivasi dengan: kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat siswa/mahasiswa, (c) memberikan acuan dengan cara: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas; menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan; mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas; dan mengajukan pertanyaan, (d) membuat kaitan, dengan cara: mengajukan pertanyaan apersepsi atau merangkum pelajaran yang lalu

Sedangkan komponen menutup pelajaran, mencakup: (a) meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan, (b) mengadakan evaluasi penguasaan siswa/mahasiswa, dengan meminta mereka: mendemonstrasikan keterampilan; menerapkan ide baru pada situasi lain; mengekspresikan pendapat sendiri; dan memberikan soal-soal tertulis, (c) memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

(41)
(42)

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar mengajar yang serasi dan efektif.

Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat: (a) mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung, (b) menyadari kebutuhan siswa, serta (c) memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa

Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat prinsip berikut: (a) kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan, (b) menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berpikir, (c) menggunakan beragai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan, (d) keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas, (e) penekanan pada hal-hal yang bersifat positif, (e) penanaman disiplin diri sendiri

Selanjutnya, dalam mengelola kelas, guru hendaknya menghindari hal-hal berikut: (a) campur tangan yang berlebihan, (b) kelenyapan/penghentian suasana pembicaraan//kegiatan karena ketidakpastian guru, (c) ketidaktepatan memulai dan mengakhiri pelajaran, (d) penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri, (e) bertele-tele, (f) pengulangan penjelasan yang tidak diperlukan

(43)

Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru/dosen mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien serta memainkan perannya sebagai: (a) organisator kegiatan belajar mengajar, (b) sumber informasi bagi siswa, (c) pendorong bagi siswa/mahasiswa untuk belajar, (d) penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa, (e) pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa seusai dengan kebutuhannya, (f) peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti peserta lainnya.

(44)

supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa, mengadakan supervisi proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif, mengadakan supervisi pemaduan, dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan agar mereka siap untuk mnegikuti kegiatan akhir, (d) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiata belajar mengajar, yang meliputi hal-hal: menetapkan tujuan pelajaran, merencanakan kegiatan belajar, berperan sebagai penasihat, dan membantu siswa menilai kemajuan sendiri.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam penelitian ini ialah keterampilan dasar mengajar yang berperan dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio

(45)

perseorangan, meliputi: membimbing siswa dalam diskusi kelompok, (7) keterampilan memberikan penguatan, meliputi: memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang aktif, dan (8) keterampilan menutup pelajaran, meliputi: menutup pelajaran.

2.1.4.2.Aktivitas Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan/keaktifan”. Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), aktivitas artinya

“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau

kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani (http://soddis.blogspot.com/2013/08/pengertian-aktivitas-menurut-para-ahli.html). Sedangkan belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2012:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya,

membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluaekan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,

laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik,

(46)

6. Motor activites, yang termasuk didalamnya antara lain:

melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bemain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,

mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat,

merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan atau perilaku kompleks yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., menggunakan model

Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN

Tambakaji 05 Semarang dengan indikator: (1) visual activities, meliputi:

memperhatikan informasi dari media audio visual; (2) oral activities, meliputi:

menanggapi apersepsi; (3) listening activities, meliputi: memperhatikan informasi

dari media audio visual, (4) writing activities, meliputi: mengerjakan evaluasi

pembelajaran; (5) motor activities, meliputi: membentuk kelompok sesuai

instruksi guru, antusias dalam diskusi tim; (6) mental activities, meliputi:

mempresentasikan hasil kerja kelompok, (7) emotional activities, meliputi:

kesiapan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan menerima penghargaan dari guru.

(47)

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,dan keterampilan (Suprijono, 2012:5). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik (Rifa’i dan Anni, 2011:

85).

Bloom (dalam Sudjana, 2005: 23) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Salah satu murid Bloom yaitu Lorin Anderson (dalam Juhrodin, 2013: 3) merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.

(48)

Bagan 2.1.

Diagram Taksonomi Bloom Revisi

Menurut Lorin (dalam Juhrodin, 2013 : 4-5), ada beberapa tingkatan dalam ranah kognitif, yaitu:

1) Remember (Mengingat)

Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari

proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling

(mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan

dengan proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling

(mengingat).

a) Recognizing (mengenal kembali).

Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan

dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari potongan

(49)

sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.

b) Recalling (mengingat)

Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari

memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam

Recalling, siswa mencari sebagian informasi dalam memori jangka

panjang, kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.

2) Understand (Memahami)

Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan), Inferring

(menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining (menjelaskan).

(50)

Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang

disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat

berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.

b) Exemplifying (memberi contoh)

Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh

yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum.

Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari

bagian-bagian pada konsep umum. c) Classifying (mengklasifikasikan)

Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan

bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai

mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika

Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk

mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh

khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya. d) Summarizing (menyimpulkan)

Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika siswa

dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara umum.

(51)

Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa

dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa dapat

membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan antara contoh-contoh tersebut.

f) Comparing (membandingkan)

Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan

perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan

sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.

g) Explaining (menjelaskan)

Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model

sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.

3) Apply (Menerapkan)

Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses

kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan

(52)

a) Executing (melakukan)

Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa

akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada

kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki ciri sebagai berikut: 1) langkah pengerjaan soal lebih berurutan 2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan diperoleh juga pasti benar.

b) Implementing (menerapkan)

Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk

menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Implementing berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu Understand dan Create. Karena siswa belum mengenal soal yang

dihadapi sehingga siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode

(53)

yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan, 2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar.

4) Analyze (Menganalisis)

Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri kemampuan

membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan memberi

simbol (Attributing).

a) Differentiating (membedakan)

Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.

(54)

Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.

c) Attributing (Memberi simbol)

Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang

sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar

dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan. 5) Evaluate (Menilai)

Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar

pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek), yaitu kemampuan untuk mengetes konsistensi

internal atau kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan dan Critiquing (mengkritik), yaitu kemampuan

memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu.

mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban yang benar.

(55)

Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara

pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai

meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk baru dengan

merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya

berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.

Proses Create dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu: masalah diberikan,

dimana siswa mencoba untuk memahami soal, dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan penyelesaian, di mana siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil melaksanakan rencana. Karena itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana yang dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami soal (Generating). Langkah ini dilanjutkan dengan

langkah yang mengerucut, dimana siswa memikirkan metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan kegiatan (Planning). Terakhir,

rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian (Producing).

(56)

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, apabila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperrti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Menurut Poerwanti (2008: 1-28), ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu: 1) Receiving / attending, yakni semacam kepekaan siswa dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Contoh kegiatan belajar: sering mendengarkan musik, senang membaca puisi, senang mengerjakan soal matematika, ingin menonton sesuatu, senang membaca cerita, senang menyanyikan lagu.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang

(57)

3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalmnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. Contoh kegiatan belajar: mengapresiasi seni, menghargai peran, menunjukkan keprihatinan, menunjukkan alasan perasaan jengkel, mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik, melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup, menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM, menjelaskan alasan senang membaca novel.

4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll. Contoh kegiatan belajar: bertanggung jawab terhadap perilaku, menerima kelebihan dan kekurangan pribadi, membuat rancangan hidup masa depan, merefleksi pengalaman dalam hal tertentu, membahas cara melestarikan lingkungan hidup, merenungkan makna ayat kitab suci bagi kehidupan.

(58)

memecahkan masalah, mempertahankan pola hidup sehat, menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan, menyarankan pemecahan masalah HAM, menilai kebiasaan konsumsi, dan mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar-teman.

c. Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Poerwanti (2008, 1-29) menyebutkan ada enam tingkatan keterampilan yaitu:

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar.

3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursice seperti

gerakan ekspresif dan interpretatif.

(59)

mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05

Semarang

2.1.5.Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Menurut Winataputra (dalam Ruminiati, 2007: 1-25), PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No.2 th. 1949. Undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia.

2.1.5.1.Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007: 1-26) :

1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

(60)

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini, karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik, maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah diwujudkan.

Ruminiati kemudian menyimpulkan bahwa tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

2.1.5.2. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

PKn mengalami perubahan nama dan cakupan materi dari waktu ke waktu. Bersumber dari Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 16 tahun 2007, (Mardiati, 2010: 9) menyebutkan perubahan nama dan cakupan materi PKn dmulai dari Civics yang materinya menuju kepada warga negara yang baik saja,

(61)

kebutuhan warga negara, kekuasaan dan politik, Pancasila sebagai idiologi terbuka, dan globalisasi. Guru PKn diwajibkan memiliki kompetensi guru mata pelajaran PKn sebagai berikut: memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran PKn. Guru harus memahami subtansi PKn yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan

sikap kewargagenaraan (civic desposition), dan ketrampilan kewarganegaraan

(civic skill); serta mampu menunjukkan manfaat mata pelajaran PKn.

2.1.5.3.Struktur Kelimuan PKn SD/MI

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis Pendidikan

Umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. kelompok mata pelajaran estetika;

e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan

(62)

pendekatan tematik termasuk PKn, sedangkan kelas tinggi dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Alokasi waktu satu jam pembelajaran 35 menit. Cakupan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian adalah:

peningkatan kesadaran, dan wawasan peserta didik akan status hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebaai manusia. Kesadaran dan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.

2.1.6.Model Pembelajaran Structured Numbered Heads

Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2012:15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Selanjutnya Stahl (dalam Isjoni, 2012: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan sikap tolong menolong dan perilaku sosial. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Deutsch (dalam Huda, 2012: 10) yaitu siswa-siswa yang dikondisikan dalam pembelajaran kooperatif berada di rangking teratas sebagai kelompok yang memiliki rasa kerbersamaan (sense of centredness) yang lebih kuat dibandingkan dengan

(63)

rasa keterpusatan diri (self centered) dan orientasi diri (self oriented) yang sangat

besar dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan. Sebaliknya, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif lebih sering bekerja sama, lebih terkoordinasi, dan lebih memperhatikan pembagian kerja yang setara antar setiap anggota di dalamnya. Mereka juga lebih

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pakoe Boewono IV adalah sosok se- orang raja, pujangga, filosof dan intelek- tual, yang hidup dan kehidupannya dijiwai dengan nilai-nilai keutamaan, yang ajaran- nya

Comments/justifications for changes: A new conceptual model and encoding for temporal concepts is developed as part of SWE Common instead of importing ISO 19108.. The reasons for

Tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa maka pengurus takmir masjid dari aspek organisasi lokal dalam usaha memberdayakan jamaahnya di Kota Madiun dengan 7 indikator dapat dijelaskan ;

[r]

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI.. Universitas

Administrator adalah entitas yang memiliki wewenang penuh pada program ini, dimana administrator dapat mengatur pengguna aplikasi ini, memasukkan data kapal,

Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif melakukan berbagai eksplorasi dalam kegiatan bermain maka proses pembelajaran ditekankan pada aktivitas anak

Kadar oksigen terlarut yang rendah menyebabkan proses penguraian, reproduksi, dan pertumbuhan di dalam kolam tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan