• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

B. Lansia (Lanjut Usia)

2. Permasalahan yang dihadapi Lansia

Menurut Lirui (2020:101-102), ada 3 bagian yang menjadi permasalahan yang dihadapi lansia antara lain:

 Perubahan Secara Fisik.

Bertambahnya usia pada menyebabkan perubahan pada fisik seseorang.

Baik dari kulit yang mulus menjadir keriput, rambut hitam menjadi putih dan kerangka tubuh yang tegak menjadi bungkuk dan lain sebagainnya. Munculnya perubahan dalam kerangka tubuh menyebabkan seseorang mengalami kesulitan

dalam bergerak atau beraktivitas. Apa lagi mereka yang tidak bisa berjalan dengan baik atau tidak bisa melakukan apa-apa. Hal ini menghambat para lansia untuk melakukan perayaan Ekaristi secara daring.

 Perubahan Secara Psikologis

Secara psikologis usia lanjut akan mengalami demensia, anxietas, dan gangguan tidur. Demensia merupakan gangguan kognitif yang meliputi berkurangnya ingatan secara bertahap, ketidakmampuan mempelajari informasi baru, kemampuan berkomunikasi dan berpendapat (Lifiah, 2009). Anxietas merupakan perubahan mood atau kekawatiran yang tidak nyata (Lifiah, 2009).

Anxietas ini menimbulkan kecemasan yang berlebihan baik itu berhubungan dengan medis yang dapat menimbulkan demensia. Gangguan tidur pada lansia merupakan sesuatu yang wajar yang biasanya terjadi pada malam hari dan terbangun dini hari.

 Perubahan Status dan Peran

Pada umumnya manusia yang sudah mencapai usia lanjut merupakan seseorang yang dihormati oleh kaum muda, anak-anak dan orang dewasa. Namun di perkembangan zaman ini sebagian besar dunia mulai memisahkan diri dari orang yang sudah lanjut usia. Para lansia dianggap orang yang tidak bisa bergaul dan melakukan kegiatan yang jauh dari tindakan produktif, bahkan ada yang sudah tidak bekerja atau tdak melakukan apapun. Selain itu para lansia juga merasa orang yang sudah ketinggalan zaman dan merasa bahwa mereka tidak bisa

mengikuti perkembanagn zaman. Hal itu menyebabkan para lansia kurang memahami perayaan Ekaristi daring. Oleh karena itu gereja perlu hadir untuk menolong mereka dan mengatasi kesulitan mereka (Yakubus: 1:27).

C. Pewartaan Iman di Era Digital 1. Pengertian Media

Media adalah sarana utama untuk memperoleh informasi dan pendidikan secara cepat. Selain itu media merupakan salah satu alat komunikasi yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan. Perkembangan media yang cukup pesat ini membuat Paus Paulus VI mempunyai tanggapan dan sikap yang tegas tentang komunikasi: “Gereja akan merasa bersalah di hadirat Tuhan, jika tidak mempergunakan alat-alat yang luar biasa ampuh. Dalam alat-alat itu Gereja menemukan jenis mimbar modern dan berdaya guna” (EN 45).

Melalui kutipan tersebut Paus ingin mengajak kita untuk memanfaatkan media atau segala sesuatu yang ada guna kemajuan iman dan ucapan syukur kita kepada Tuhan atas rahmat dan berkat-Nya kepada kita, sehingga kita dapat merasakan sesuatu yang dapat kita hidupi dan kita rasakan di tengah perkembangan zaman saat ini. Dalam dekrit ini Paus juga ingin mengajak kita melakukannya, bahwa media dapat dijadikan sebagai alat tumbuh dan berkembang. Baik itu hidup rohani kita yang memampukan kita untuk semakin menghayati kehadiran Yesus dalam perjalanan dan perziarahan kita di tengah perkembangan saat ini dengan cara menghidupi kekatolikan kita.

Demikian juga ditegaskan dalam Inter Mirifica bahwa Gereja akan merasa bersalah jika tidak memanfaatkan media komunikasi yang ada bagi perkembangan dan pendidikan iman kristiani setiap manusia.

Gereja Katolik didirikan oleh Kristus Tuhan demi keselamatan semua orang; maka merasa terdorong oleh kewajiban untuk mewartakan Injil.

Karena itulah Gereja memandang sebagai kewajibannya, untuk juga dengan memanfaatkan media komunikasi sosial menyiarkan Warta Keselamatan, dan mengajarkan, bagaimana manusia dapat memakai media dengan tepat (IM3).

Media saat ini merupakan salah satu sarana yang kita butuhkan dalam kehidupan kita. Perkembangan media komunikasi yang sangat cepat ini membuat seluruh dunia dan setiap orang harus saling terkoneksi antara satu dengan yang lain tanpa terbatas oleh waktu dan jarak. Dalam buku Menjadi Katekis Handal di Zaman Sekarang Iswarahadi & Cicilia Sianipar (2018:202) menyatakan:

“Perkembangan teknologi media komunikasi telah menciptakan bahasa baru, gaya hidup baru, cara berpikir yang baru, cara berdoa yang baru dan secara keseluruhan itulah yang disebut sebagai budaya baru, areogapus baru”.

Dalam perkembangannya media mempunyai 3 jenis yaitu media cetak, media elektronik dan media baru. Media cetak yaitu media yang dapat kita baca dan kita simpan seperti majalah, buku dan koran. Media elektonik yaitu media yang membutuhkan tenaga listrik seperti radio dan televisi pada tahun 1960-1970an. Sedangkan media baru adalah media yang membutuhkan internet atau data untuk mengaksesnya seperti google, Youtube, kompas.com dan lain sebagainya yang muncul pada tahun 2000-an dan yang sampai saat ini berkembang pesat. Internet merupakan salah satu sarana komunikasi yang paling ampuh memberikan layanan komunikasi bagi masyarakat (KWI, 2021:7). Melalui

perkembangan Internet itu Bapa Paus mengajak kita untuk mempunyai rasa tanggung jawab dalam menggunakan komunikasi. Kita diajak untuk memilah mana yang baik untuk diterima dan mengolah informasi yang kita dapatkan (KWI, 2021:8).

Media mengkaitkan antara satu dan yang lain di mana memunculkan komunikasi yang melibatkan satu dengan yang lain. Media ini dapat memunculkan beberapa program yang dapat melibatkan orang lain dari berbagai penjuru dan tempat yang berbeda walaupun kita belum bertemu secara langsung seperti facebook, twitter, instagram, youtube dan lain sebagainya. Hal ini juga ditegaskan oleh Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-Dunia dimana Bapa Paus mengingatkan kita setiap tahunnya untuk menggunakan media komunikasi sebagai media pewartaan iman (Iswarahadi, 2017:22). Seperti: Surat Gembala pada hari Komunikasi Sosial se-Dunia yang ke-55 kita diajak untuk jujur dan memilah media dengan baik dan benar.

Melihat perkembangan dunia digital, Kathryn Reklis seorang teolog juga menjelaskan bahwa kita sebagai umat Allah harus mampu bergerak mengikuti perubahan zaman yang ada. Mulai dari kita yang khusuk dalam perayaan Ekaristi secara langsung ke dalam kegiatan atau peribadatan secara virtual demi mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang (Deanaa, 2020; 20). Oleh karena itu, Gereja mempunyai tugas yang sangat besar dalam memunculkan inovasi dan perutusan baru dalam pewartaan secara virtual.

2. Peran Media

Iswarahadi (2017:80) dalam Media dan Pewartaan Iman: Usaha Mencari Modal Pewartaan Iman pada Zaman Digital menjelaskan bahwa media sangatlah

berperan di dunia saat ini. Beberapa peran media antara lain: mempersatukan setiap orang dari berbagai kalangan atau belahan dunia untuk menjadi satu atau

“desa dunia”; sebagai sarana utama seseorang untuk memperoleh informasi dan pendidikan; sebagai bantuan seseorang untuk memperoleh bimbingan dan inspirasi dalam mereka berprilaku baik untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Selain itu, Iswarahadi juga menegaskan bahwa media dapat berperan sebagai sarana untuk menyuarakan nilai-nilai kehidupan manusia.

Contohnya: keadilan, kedamaian, cinta kasih, pengampunan, solidaritas dan lain sebagainya yang dapat membantu seseorang untuk menghargai dan menghayati nilai-nilai tersebut.

Dalam perayaan Ekaristi daring yang sedang dilakukan oleh beberapa gereja dan paroki saat ini untuk menghindari kerumuman media dapat membantu gereja dalam pewartaannya. Saat ini berbagai media social dan alat komunikasi mewartaakan kabar sukacita ataupun pewartaan sudah dilakukan melalui beberapa aplikasi seperti zoom, youtube dan goolgemeet. Namun yang paling sering digunakan adalah youtobe karena itu mudah dijangkau oleh berbagai umat.

Berikut ini salah satu contoh perayaan Ekaristi daring yang disiarkan secara langsung melalui youtube dengan berbagai video yang sudah dipersiapkan dan dapat dijadikan contoh dalam melaksanakan perayaan Ekaristi daring yaitu

pada saat Perayaan 50 Tahun Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Jesuit Indonesia, 11 September 2021, Youtobe):

 Pengantar: Dalam pengantar seorang MC menjelaskan tema dalam perayaan

Ekaristi dan siapa saja yang memimpin perayaan Ekaristi secara daring dan langsung.

 Lagu Pembuka: dalam lagu pembuka ini di tampilkan sebuah video lagu dari

daerah Papua dengan iringan alat musik gitar dengan perarakan masuk misdinar dan romo menuju altar.

 Tanda salib, salam dan pengantar: dalam tanda salib, salam dan pengantar ini

ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang mengarahkan perayaan Ekaristi.

 Tobat: dalam doa tobat ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Tuhan Kasihanilah Kami: dalam lagu Tuhan Kasihanilah kami ini ditayangkan

sebuah video koor dan musik dari tempat masing-masing yang sudah di persiapkan.

 Kemuliaan: dalam lagu kemuliaan ditayanngkan sebuah video dari peserta

koor yang berada di tempat masing-masing dan dilatar belakangi dengan kondisi Covid-19 saat ini dan pengiring musik yang mengikuti Perayaan Ekaristi secara langsung.

 Doa pembuka: dalam doa pembuka ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Bacaan I: menayangkan lektor yang sedang membacakan bacaan pertama secara langsung.

 Mazmur tanggapan: dengan menampilkan sebuah video dengan sebuah

iringan gitar dan kolaborasi dari berbagai siswa-siswi SMA dari berbagai sekolah.

 Bacaan kedua ditayangkan dengan sebuah puisi perjalanan pelayanan dan

ulang tahun SJ yang dibacakan di Sendang Cadil dan dilatar belakangi dengan berbagai video perjalanan Yesus dan keadaan masyarakat yang menderita serta perjalanan umat manusia.

 Alleluya: dalam lagu Alleluya ditampilkan sebuah video siswa yang menyanyikan lagu Alleluya di tempatnya sendiri.

 Bacaan Injil: bacaan injil ditayangkan secara langsung oleh romo yang sedang

membacakan bacaan injil di tempat sendiri dan mengikuti perayaan Ekaristi daring.

 Homili: dalam homili ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Syahadat: dalam syahadat ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Doa umat: dalam doa umat di awali oleh romo setelah itu dilanjutkan oleh

anak kecil dari berbagai paroki yang berbeda dan ditutup kembali oleh romo yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Lagu persembahan: ditayangkan sebuah video yang diiringi piano dengan grup laetitia disability chois di sebuah kapel.

 Doa pembukaan DSA: ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Kudus: ditayangkan sebuah video dari kolaborasi paroki SJ di Keuskupan Agung Semarang yang diiring dengan berbagai musik.

 DSA: ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Bapa kami: menayangkan sebuah video koaborasi dari Paroki SJ di Keuskupan Agung Jakarta dengan sebuah lagu komuni latin dan iringan piano.

 Komuni: dalam komuni ini ditayangkan sebuah video yang menayangkan tempat adorasi dengan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh grup koor.

 Doa sesudah komuni: dalam doa sesudah komuni ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Pengumuman: dalam pengumuman ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Lagu penutup: sebuah video dari kolose Kanisius.

Ini salah satu bentuk peran media yang sangat berperan dalam membantu pewartaan perayaan Ekaristi daring. Hal ini juga dapat menjadi contoh paroki-paroki lain untuk memanfaatkan media supaya umat tidak merasa bosan dan dapat membantu umat berrefleksi saat mengikuti perayaan Ekaristi daring.

3. Katekese di Era Digital

Pada awal tahun 2020 seluruh Gereja mulai terlibat dalam dunia teknologi, hal ini dikarenakan hampir segala bentuk kegiatan dilaksanakan dengan teknologi

karena pandemi Covid-19. Walaupun menginjak tahun 2000 sudah ada beberapa negara yang sudah menggunakan toknologi, tahun 2020 inilah yang menjadikan setiap orang harus memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya terkhusus Gereja dalam karya pewartaannya. Menurut Komisi Kateketik KWI (2015:56), perkembangan teknologi di era digital ini menjadikan budaya lebih maju dan berkembang pesat. Teknologi juga memudahkan manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan manusia lain dari berbagai belahan dunia dengan mudah.

Selain itu, teknologi di era digital ini memiliki landasan yang mengikuti perkembangan arus zaman modern yang cenderung sekular, individualis, meterialis, dalam hal cara hidup dan pandangan hidup. Melalui landasan tersebut Bapa Suci (Komkat KWI, 2015:63) mengingatkan kita bahwa “segala bentuk komunikasi yang tejadi haruslah memiliki dimensi moral”.

Perkembangan teknologi di era digital ini mengajak Gereja untuk berkatekese dengan menyadari berbagai perkembangan media dan cara menggunakannya. Oleh karena itu, tantangan berkatekese pada masa ini adalah (Komkat KWI 2015:65): “Bagaimana mengaktualkan sabda Allah dengan memberinya ungkapan baru yang lebih berbicara bagi manusia zaman sekarang, khususnya gencarnya pengaruh budaya digital saat ini”.

Oleh karena itu, Komkat KWI (2015:65) menjelaskan bahwa katekese merupakan metode dan bentuk pewartaan Injil yang memuat segi pemahaman dan pengetahuan iman dengan tujuan sebagai tahap pengajaran dan pedewasaan untuk memperoleh kepenuhan Kristus. Ciri-ciri dari katekese ini adalah pemahaman dan pengetahuan iman, sehingga dapat membantu pendewasaan umat yang luas dan

utuh dengan cara pendampingan dan pengalaman hidup beriman. Sedangkan prinsip dasar dalam berkatekese adalah menciptakan suasana dan situasi hidup beriman yang dapat membantu tumbuh berkembangnya iman seseorang melalui komunikasi iman dan sharing pengalaman dalam perjumpaan yang mendalam.

D. Penulisan Yang Relevan

Penulisan yang dilakukan adalah “Penghayatan Komuni Dalam Perayaan Ekaristi Daring Bagi Umat Lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta”. Berdasarkan pencarian, telah ditemukan salah satu tulisan yang berkaitan dengan penulisan tersebut yaitu “Makna Perayaan Ekarisi Bagi Lansia” yang ditulis oleh Asnelly Samaloisa mahasiswa Universitas Sanata Dharma angakatan 2013 pada tahun 2018. Berdasarkan hasil penulisan Asnelly Samaloisa, ditemukan bahwa menurut lansia makna perayaan Ekaristi perlu menghayatinya dalam kedekatannya dengan perayaan Ekaristi.

Selain itu menurut Sari Puspita Rahayu dalam penulisannya uang berjudul

“Pengaruh Perayaan Ekaristi Daring Terhadap Keterlibatan Umat Paroki Santo Antonius Kotabaru, dalam Tugas Pelayanan (Diakonia)” menyimpulkan bahwa perayaan Ekaristi daring berpengaruh terhadap keterlibatan umat dalam pelayanan. Oleh karena itu, penulis memilih judul penghayatan komuni dalam perayaan Ekaristi daring ini supaya penulis dapat melihat apakah umat lansia dapat menghayati penerimaan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring saat ini.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab II penulis telah memaparkan penjelasan tentang Penghayatan Komuni Batin dan Perayaan Ekaristi daring bagi Lansia. Perkembangan teknologi digital menuntut Gereja untuk terlibat dan ambil bagian. Hal ini juga berlaku bagi umat-Nya bagaimana mereka juga mau terlibat dan berpartisipasi. Dalam bab III ini penulis menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini, antara lain: jenis penelitian, desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, narasumber penelitian, fokus penelitian, teknik dan instrumen penelitian, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami kodisi dan keadaan yang alamiah dengan positivisme di mana hasil penelitian memaparkan data secara nyata, sesuai realitas dan tidak memanipulasi data yang diamati (Helaluddin, 2019:3). Dalam penelitian ini konteks yang diteliti adalah penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi umat lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta. Penulis melakukan wawancara kepada 15 narasumber. Setelah itu penulis mengadakan pertemuan dengan 15 narasumber secara online untuk mendapatkan sharing pengalaman berdasarkan pertanyaan dari penulis. Setelah

itu penulis menyebarkan kuesioner kepada 15 narasumber di Lingkungan St.

Antonius Gendeng Selatan. Setelah data terkumpul penulis melakukan analisis data dari wawancara, pertemuan online dan kuesioner.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Wilayah II, Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Jalan Melati Wetan 47, Yogyakarta 55225, telpon. 564414. Lingkungan ini terletak di sebelah barat Gereja.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu dua minggu, yaitu pada tanggal 10 Juni-25 Juni 2021.

C. Narasumber Penelitian

Narasumber dalam penelitian ini adalah umat di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan data dengan

pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014:300). Pertimbangan yang digunakan yaitu para lansia mengikuti perayaan Ekaristi daring. Berdasarkan data di Paroki ada 89 orang jumlah umat di Wilayah II dari 6 lingkungan. Dari data tersebut penulis

mengambil 15 umat lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan dengan kisaran usia 65 tahun ke atas.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi umat lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta. Penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring meliputi persiapan dan partisipasi umat lasia dalam mempersiapkan dan mengikuti perayaan Ekaristi Daring. Lansia dapat menghayati komuni batin dalam perayaan Ekatisti daring sebagai kekuatan dan mempersiapkan diri supaya lebih bijaksana dalam menyikapi kematian yang akan datang. Selain itu, lansia dapat menjadi teladan bagi kaum muda dan orang dewasa serta umat yang lain dalam mempersiapkan diri dan menghayati komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring.

E. Teknik dan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini teknik dan instrumen yang digunakan antara lain:

jenis instrumen, kisi-kisi instrumen, dan pengembangan instrumen. Beberapa teknik dan instrumen yang digunakan dalam penelitian sebeagai berikut:

1. Jenis Instrumen.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini: pertama adalah wawancara dalam bentuk perjumpaan langsung ke rumah umat masing-masing.

Beberapa pedoman pertanyaan digunakan dalam proses wawancara untuk

memperoleh data. Kedua adalah pertemuan dengan umat secara online untuk memperdalam apa yang disampaikan di dalam wawancara. Ketiga adalah kuesioner guna memperkuat data dan membandingkannya dengan hasil wawancara pertemuan online yang diperoleh.

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Untuk membantu penulis memperoleh data penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring, penulis membuat kisi-kisi wawancara, rencana pertemuan lingkungan dan kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:

Tabel 1.1: Kisi-kisi Wawancara

Fokus Penelitian Aspek Pertanyaan Penghayatan komuni

batin dalam perayaan Ekaristi daring.

Perasaan a. Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika mengikuti perayaan Ekaristi daring?

b. Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika menerima komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring?

Pembahasan a. Menurut bapak/ibu apa itu perayaan Ekaristi daring?

b. Apa yang bapak/ibu pahami

mengenai perayaan Ekaristi daring?

c. Apa makna yang bapak/ibu dapatkan ketika mengikuti perayaan Ekaristi daring?

d. Apa yang bapak/ibu pahami tentang penerimaan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring?

e. Menurut bapak/ibu apa makna komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring?

Harapan Apa harapan bapak/ibu supaya lebih merasakan dan menghayati perayaan Ekaristi daring dalam pewartaan iman di era digital dengan perkembangan zaman?

Niat Niat apa yang bapak/ibu setelah mengalami dan mengetahui perayaan Ekaristi daring terkhusus dalam dunia pewartaan?

Tabel 1.2: Pertanyaan Untuk Pengamatan Pertemuan

Fokus Aspek Pertanyaan Soal

Penghayatan

Perasaan Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika mengikuti perayaan Ekaristi secara daring dan menerima komuni batin secara batin? (senang, sedih dll)

2

Pemahaman Apa yang bapak/ibu pahami tentang komuni batin dan perayaan Ekaristi daring? (hening, sembah sujud dst)

2

Harapan Apa bapak/ibu mempunyai harapan dalam pewartaan di era digital ini terkhusus dalam perayaan Ekaristi daring? (melihat dari ekspresi wajah ketika mengungkapkannya)

1

Niat Niat apa yang akan bapak/ibu lakukan dalam pewartaan di era digital ini?

(kesungguhan).

1

Tabel 1.3: Kisi-kisi Kuesioner

Fokus Aspek Pertanyaan Soal

Penghayatan komuni

Perasaan Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika mengikuti perayaan Ekaristi secara

3

batin dalam

Sikap Sikap dalam mengikuti perayaan Ekaristi daring dan penerimaan komuni batin secara batin.

7

Pemahaman

Apa yang bapak/ibu pahami tentang komuni batin dan perayaan Ekaristi daring? (teologi kehadiran fisik dengan teologi relasi/kesatuan jiwa)

3

Harapan Apa harapan bapak/ibu agar dalam

perayaan Ekaristi daring dapat membantu bapak/ibu untuk berjumpa dengan Yesus secara nyata dalam komuni batin?

1

Niat Apa niat bapak/ibu agar dalam mengikuti dan menerima Tubun dan Darah Kristus secara kidmat?

1

3. Pengembangan Instrumen

Tabel 2.1: Instrumen Pertanyaan Wawancara

No Pertanyaan

1. Bagaimana persiapan bapak/ibu dalam mempersiapkan perayaan Ekaristi daring? Apakah bapak/ibu dapat mempersiapkan diri

dengan baik, mulai dari kuota, tempat dan peralatan serta suasana yang layak?

2. Bagaimana bapak/ibu dapat memfokuskan diri secara khusyuk dan berdoa dengan sepenuh hati?

3. Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika tidak dapat menerima komuni suci secara langsung melainkan secara daring (komuni batin)?

4. Bagaimana makna yang bapak/ibu peroleh ketika mengikuti perayaan Ekaristi secara daring?

5. Bagaimana makna yang bapak/ibu peroleh ketika menerima komuni suci secara batin?

6. Bagaimana sikap bapak/ibu ketika mengikuti perayaan Ekaristi secara daring?

7. Bagaimana doa bapak/ibu ketika menerima komuni batin? Apakah bapak/ibu mendoakan komuni batin yang dianjurkan oleh

keuskupan atau menggunakan bahasa pribadi?

8. Bagaimana harapan bapak/ibu untuk kedepan terkhusus dalam pewartaan di era digital saat ini?

9. Apakah bapak/ibu mempunyai ruang tersendiri untuk melakukan perayaan Ekaristi daring?

10. Apakah bapak/ibu merayakan Ekaristi daring sendiri atau bersama

10. Apakah bapak/ibu merayakan Ekaristi daring sendiri atau bersama