• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil dan Analisis Wawancara

2. Memfokuskan Diri secara Khusyuk dan Berdoa dengan

Dalam memfokuskan diri secara khusus dan berdoa dengan sepenuh hati dalam perayaan Ekaristi daring, N01 menyatakan bahwa ia menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan atas segala rahmatnya dan sebelum mengikuti perayaan Ekaristi ia berpuasa selama satu jam. Sedangkan N02 berkata “… kalau secara umum saya menerima namun secara pribadi tidak enak karena daring tetapi karena keadaan harus menerima untuk beradaptasi, ya seperti mengikuti perayaan Ekaristi di gereja” [Lampiran 4: (9-10)]. Menurut N03, ia memfokuskan diri dengan memasrahkan diri kepada Tuhan yang telah memberikan berkat kepada kita. Sedangkan menurut N04 ia mengosongkan diri dengan ambil waktu sebelum mengikuti perayaan Ekaristi untuk berdoa supaya dapat siap mengikuti perayaan Ekaristi. Menurut N05, suasananya sama seperti ke gereja harus siap karena mau bertemu dengan Tuhan walaupun di rumah sama saja dengan gereja kecil. N06 selalu fokus, walaupun secara daring ia tetap siap untuk menghadap Tuhan dengan berpuasa satu jam sebelum makan dan minum. Sebelum mengikuti perayaan Ekaristi daring, mereka berdoa di kamar masing-masing.

Selain itu, N07 menyampaikan bahwa ia mempersiapkan diri seperti biasa kalau pergi ke gereja saja. Sedangkan N08 mengosongkan diri dengan tidak minum dan tidak makan. N09 mengosongkan diri dan menyatukan hati supaya dapat membangun iman untuk bersatu dengan Tuhan. Sementara N10 mengungkapkannya dengan berpuasa dan mengosongkan hati supaya dapat bersatu dengan Tuhan dalam perayaan Ekaristi dan komuni batin. Menurut N11, N12, N13 memfokuskan diri dengan menyerahkan diri dan berpuasa satu jam

sebelum mengikuti perayaan Ekaristi [Lampiran 4: (23-24)]. N14 menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan menerima kehendak Tuhan, sehingga ia mempunyai rasa syukur untuk segala anugrah-Nya. N15 mengungkapkan bahwa ia memfokuskan diri dengan berpuasa dan menata hati supaya layak dan pantas.

Layak yang artinya kita benar-benar fokus pikiran kita kepada Tuhan [Lampiran 4: (33-34)].

Melalui hasil wawancara ini, penulis menemukan bahwa para lansia dapat memfokuskan diri secara khusyuk dan berdoa sepenuh hati walaupun secara daring. Hal ini dikarenakan para lansia merasa bahwa perayaan Ekaristi daring

sama saja seperti mengikuti perayaan Ekaristi di gereja. Para lansia dapat memfokuskan diri selayaknya pergi dan berdoa secara langsung di gereja walaupun tempatnya berbeda. Hal-hal yang dilakukan oleh para lansia untuk memfokuskan diri, yaitu dengan berpuasa dan berpantang sebelum mengikuti perayaan Ekaristi. Selain itu mereka menata hati mereka dan menyiapkan diri mereka supaya layak untuk menyambut kehadiran Tuhan dengan mengambil waktu hening baik di kamar mereka atau pun di tempat mereka saat mengikuti perayaan Ekaristi daring.

3. Perasaan yang Muncul ketika Tidak Menerima Komuni Suci secara Langsung Dalam mengikuti perayaan Ekaristi daring ada berbagai perasaan yang muncul ketika tidak menerima komuni secara langsung. Menurut N01, saat awal-awal pandemi ia merasa kecewa karena tidak menerima komuni secara langsung, namun sekarang ia sudah terbiasa ketika melaksanakan perayaan Ekaristi daring.

Sedangkan N02 berpendapat: “… secara umum saya menerima namun secara pribadi tidak enak karena menerima secara tulisan” [Lampiran 4: (7-8)]. N03 merasa tidak enak, karena tidak bisa kemana-mana dan tidak bisa menerima komuni juga, namun ia merasa senang karena kerinduannya terobati untuk misa walaupun secara daring. Sedangkan N04 merasa sedih, tetapi ia menerima dengan lapang karena kondisi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh N05 dimana ia merasa kecewa karena biasanya menerima Tubuh dan Darah Kristus setiap hari sekarang harus menerima komuni batin yang kurang enak [Lampiran 4: (13-14)].

Menurut N06, ia merasa kecewa, kenapa Tuhan memberikan situasi dan cobaan seperti ini, sehingga kita tidak bisa menerima Tubuh dan Darah Kristus secara langsung. Sedangkan N07 berpendapat: “Saya merasa mengganjal karena kurang enak, kalau di gereja dapat menerima komuni dari romo atau prodiakon, sedangkan di rumah hanya menerima secara batin saja.” [Lampiran 4: (17-18)].

Menurut N08, ia merasa bahwa sama saja seperti pergi ke gereja, ia juga merasa sudah terobati kerinduannya. Sedangkan N09 merasa tidak enak, tetapi karena kondisi dan keadaan ia menerimanya. Selain itu, ia percaya bahwa Tuhan hadir di mana saja tergantung hati kita dan diri kita. Kalau diri kita merasa kacau, kita tidak bisa fokus dengan Tuhan, tetapi kalau kita menerima dengan lapang dan mau merasakan kehadiran Tuhan, kita akan merasa puas dengan kehadiran Tuhan di dalam diri kita.

N10 mengatakan: “Perasaan saya bagaimana begitu, tapi karena kondisi saya menerima saja, karena Tuhan hadir di mana saja” [Lampiran 4: (23-24)].

N11 merasa kurang mantap, karena tidak ada bentuknya dan tidak bisa menerima

secara langsung. Sedangkan N12 merasa sedih, karena tidak bisa menyambut Tubuh Kristus secara langsung. Sementara N13 merasa kecewa karena tidak bisa menerima Tubuh dan Darah Kristus secara langsung, namun karena kondisi ia harus menerimanya karena ia tidak tahu musibah yang datang. N14 merasa sedih, tetapi harus disyukuri karena bisa mengikuti perayaan Ekaristi secara daring.

Sedangkan N15 merasa kecewa karena tidak bisa menyambut Tubuh dan Darah Kristus.

Dalam wawancara ini para lansia menyampaikan bahwa pada awal pandemi atau perayaan Ekaristi secara daring mereka merasa kecewa, sedih, kurang mantap karena tidak bisa menyambut Tubuh dan Darah Kristus secara langsung. Karena kondisi dan keadaan mereka sudah terbiasa dengan perayaan Ekaristi daring. Selain itu mereka juga merasakan kehadiran dan perjumpaan dengan Tuhan dalam penerimaan komuni batin dan perayaan Ekaristi daring, sehingga kerinduan mereka terhadap Tuhan terobati.

4. Makna yang Diperoleh ketika Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring

N01 menyatakan: “Selama mengikuti perayaan Ekaristi daring saya merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita yang berkumpul di sini dan di dalam diri saya pribadi.” [Lampiran 4: (5-6)]. Hal ini berbeda dengan N02 yang menyatakan pendapatnya bahwa dia sama saja seperti mengikuti perayaan Ekaristi di gereja. Sedangkan N03 menyampaikan pedapatnya: “Saya merasa terobati untuk berjumpa dengan Tuhan” [Lampiran 4: (9-10)]. Sama halnya dengan N04 yang menyatakan bahwa Tuhan hadir dalam diri kita dengan duduk di samping

kita. Hal itu pula yang membuat N05 dapat mengatasi kerinduan hatinya yang setiap hari pergi ke gereja dengan mengikuti perayaan Ekaristi daring. Melalui Ekaristi daring lah mereka dapat mengutarakan isi hati dan perasaan mereka.

Menurut N06, makna yang diperoleh yaitu menerima Tuhan yang hadir di dalam perayaan Ekaristi. Hal itulah yang membuat N07 merasa bahwa ia merasa mantap dan senang dapat mengikuti perayaan Ekaristi. Sementara N08 merasakan sama seperti biasa ia mengalami kehadiran Tuhan di dalam perayaan Ekaristi. Hal tersebut sama juga yang dialami oleh N09 dan N10 bahwa mereka memperoleh Tuhan yang benar-benar hadir di dalam perayaan Ekaristi dan di dalam diri mereka dimana pun mereka berada [Lampiran 4: (21-24)]. Menurut N11, ia mengalami kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Hal itu juga dirasakan oleh N12 bahwa ia merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Berbeda dengan N12, N13 merasa bahwa ia terobati kerinduannya terhadap Tuhan. Ia juga merasakan bahwa Tuhan benar-benar hadir di dalam perayaan Ekaristi seperti saat mengikuti perayaan Ekaristi secara langsung. Menurut N14, ia merasakan kehadiran Tuhan di mana saja tidak hanya dalam perayaan Ekaristi atau pun di gereja melainkan di mana kita berada dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Hal tersebut juga diakui oleh N15 yang merasakan kehadiran Tuhan di mana kita berada.

Berdasarkan hasil pendapat mereka dalam wawancara, penulis menyimpulkan bahwa para lansia sebagian besar memperoleh makna yang sama antara mengikuti perayaan Ekaristi secara langsung maupun secara daring.

Sebagian besar dari mereka mersakan kehadiran Tuhan di dalam diri mereka, di dalam perkumpulan mereka, dan di mana saja mereka berada. Selain itu, para

peserta dapat merasakan bahwa mereka terobati kerinduannya untuk berjumpa dengan Tuhan dalam perayaan Ekaristi. Dengan demikian perayaan Ekaristi secara daring dapat membantu para lansia untuk berjumpa dengan Tuhan baik secara pribadi maupun bersama, baik itu di gereja maupun dimana saja mereka berada.