• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

BAGI UMAT LANSIA

DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS GENDENG SELATAN

PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO, YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Maria Goretti Marveni NIM: 171124047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

(2)

ii

(3)
(4)

iv

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua penulis, yaitu bapak Matius Wardi dan ibu Agata Marni yang selalu mendukung dan mendoakan setiap langkah perjalanan penulis. Kedua adik penulis Yuspita Wahyuni dan Maria Selamet Rahayu. Kongregasi SSCC (Hati Kudus Yesus dan Bunda Maria) yang selalu mendukung dan mendoakan penulis. Selain itu penulis mempersembahkan kepada para Pengurus Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

(5)

v

“Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.”

(Mazmur 91:15)

“Ketika terlalu keras berusaha menyenangkan orang lain, itu adalah momen dimana aku harus berhati-hati,

karena aku tidak bisa mengenal diri aku sendiri”

-Sheryl Sheinafia.

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 09 Agustus 2021

Maria Goretti Marveni

(7)

vii

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Goretti Marveni NIM : 171124047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. Karya ilmiah yang berjudul PENGHAYATAN KOMUNI BATIN DALAM PERAYAAN EKARISTI DARING BAGI UMAT LANSIA DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS

GENDENG SELATAN, PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO, YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikan pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 09 Agustus 2021

Maria Goretti Marveni

(8)

viii

Skripsi ini berjudul PENGHAYATAN KOMUNI BATIN DALAM PERAYAAN EKARISTI DARING BAGI UMAT LANSIA DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS GENDENG SELATAN, PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO, YOGYAKARTA. Judul ini diambil berdasarkan keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan perayaan Ekaristi daring bagi umat lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan. Para lansia belum sepenuhnya menyiapkan diri untuk mengikuti perayaan Ekaristi daring karena para lansia kurang mengerti terhadap dunia digital, selain itu para lansia kurang siap dalam menyambut komuni batin. Masalah pokok dalam skripsi ini adalah apakah perayaan Ekaristi daring membantu penghayatan komuni batin bagi lansia. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil wawancara dan pertemuan online, penulis mevalidasi data dengan kuesioner untuk mengetahui penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi umat lansia di Lingkungan Santo Antonius Gendeng Selatan. Berdasarkan hasil penelitian, penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring mengalami kesulitan. Kesulitan yang paling utama adalah mempersiapkan media, di mana mereka membutuhkan bantuan dari anggota keluarga atau orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para lansia dapat menghayati komuni dalam perayaan Ekaristi daring sehingga mereka merasakan kehadiran Tuhan, namun hal yang paling dirindukan oleh para lansia adalah mengikuti perayaan Ekaristi secara langsung di gereja sehingga mereka dapat melakukan perjumpaan secara langsung bersama para imam, biarawan, biarawati dan teman-teman atau saudara seiman. Berdasarkan fakta di atas penulis berpendapat bahwa paroki perlu menyelenggarakan kegiatan yang dapat membantu lansia untuk ikut terlibat atau ambil bagian dalam dunia pewartaan di era digital. Penulis berharap supaya paroki mengadakan kegiatan rekoleksi atau pembekalan kepada pendamping lansia untuk membantu para lansia dalam penggunaan media sehingga para lansia dapat ambil bagian dalam pewartaan di era digital secara maksimal dan menemukan Tuhan di dalam layar.

Kata-kata kunci : penghayatan komuni, perayaan Ekaristi daring, komuni batin, lansia.

(9)

ix

COMMUNION IN ONLINE CELEBRATION OF THE EUCHARIST AMONG THE ELDERLY OF SAINT ANTHONY BASIC COMMUNITY, SOUTH GENDENG, CHRIST THE KING PARISH OF BACIRO, YOGYAKARTA. This title was taken based on the author's concern on the implementation of online celebration of the Eucharist for the elderly in St.

Anthony Basic Community, South Gendeng. The elderly have not fully experienced on celebration of the Eucharist due to their lack of understanding of the digital world. The main problem of this research is to find out whether online celebration of the Eucharist helps the appreciation of spiritual communion for the elderly in St. Anthony Basic Community. In writing this thesis the author uses descriptive qualitative research, based on the results of interviews and meetings online. Then the author validates the data using the result of questionnaires.

Based on the results of the research, the appreciation of spiritual communion in online celebration of the Eucharist among the elderly is good, but the elderly have some difficulties in preparing the media, where they need help from family members or others. The results of the research show that the elderly can appreciate spiritual communion in online celebration of the Eucharist, so that they feel the presence of God. The thing that the elderly miss most is participating in face to face celebration of the Eucharist in the church, so that they can meet personally with priests, monks, nuns and friends or fellow believers. Based on the facts above, the author proposes that parish need to organize activities which can help the elderly to get involved maximally or take part in preaching the Good News in the digital era. The author hopes that the parish holds recollection or debriefing for the assistants to help the elderly in using media, so that the elderly can take part in preaching the gospel maximally in the digital era and find God on screen.

Key words: appreciation of spiritual communion, online celebration of the Eucharist, elderly.

(10)

x

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan bimbingan-Nya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul PENGHAYATAN KOMUNI BATIN DALAM PERAYAAN EKARISTI DARING BAGI UMAT LANSIA DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS GENDENG SELATAN, PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO, YOGYAKARTA dengan lancar. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Drs. Y. Ispuryanto Iswarahadi, S.J, M.A selaku dosen pembimbing utama dan penguji I, yang telah memberikan dukungan, perhatian dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan kesetiaan dalam penulisan skripsi hingga menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J selaku ketua Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik dan sekaligus dosen penguji III yang senantiasa memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis.

3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, N. Hum selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji II yang selalu mendampingi, membimbing

(11)

xi

4. Segenap Staf Dosen Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan mendidik penulis selama belajar sampai pada penulisan skripsi ini.

5. Orangtuaku Bapak Matius Wardi dan Ibu Agata Marni, keluarga penulis yang telah mendoakan, mendukung serta memotivasi penulis dari awal studi hingga penyusunan skripsi ini.

6. Para Romo, Suster dan Frater SS.CC yang sudah mendukung dan memotivasi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar.

7. Rm. FX. Alip Suwito Pr selaku Romo Paroki, Antonius Heri Purwito selaku Ketua Lingkungan dan Paulus Nova selaku Sekertaris Lingkungan serta seluruh umat Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro yang telah bersedia memberikan informasi dan wawancara dalam penelitian skripsi ini.

8. FX. Harso Susanto yang mendukung dan memfasilitasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman angkatan 2017 yang sudah memberikan motivasi, saran, semangat serta dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

(12)

xii

dan saran sangat dinantikan oleh penulis demi perkembangan karakter dan diri penulis untuk semakin berkualitas.

Yogyakarta, 09 Agustus 2021

Maria Goretti Marveni

(13)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xx

TABEL DIAGRAM ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penulisan ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Perayaan Ekaristi Daring ... 11

1. Ekaristi ... 11

2. Perayaan Ekaristi Daring ... 13

3. Tata Cara Perayaan Ekaristi Daring ... 15

4. Makna Perayaan Ekaristi Daring ... 17

5. Sikap Saat Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring ... 18

(14)

xiv

B. Lansia (Lanjut Usia) ... 23

1. Gambaran Umum Lansia ... 23

2. Permasalahan yang dihadapi Lansia ... 25

C. Pewartaan di Era Digital ... 27

1. Pengertian Media ... 27

2. Peran Media ... 30

3. Katekese di Era Digital ... 33

D. Penelitian yang Relevan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

1. Tempat Penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 37

C. Narasumber Penelitian ... 37

D. Fokus Penelitian ... 38

E. Teknik dan Instrumen Penelitian ... 38

1. Jenis Instrumen ... 38

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 39

3. Pengembangan Instrumen ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 47

G. Teknik Keabsahan Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Umum di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan .... 49

B. Hasil dan Analisis Wawancara ... 50

1. Mempersiapkan Perayaan Ekaristi Daring ... 51

2. Memfokuskan Diri secara Khusyuk dan Berdoa dengan Sepenuh Hati ... 53

(15)

xv

4. Makna yang diperoleh ketika Mengikuti Perayaan Ekaristi

Daring ... 56

5. Makna yang Diperoleh ketika Menerima Komuni Batin ... 58

6. Sikap dalam Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring ... 59

7. Doa dalam Menerima Komuni Batin ... 62

8. Ruang dalam Mengikuti Perayaan Ekaristi daring bersama Lansia ... 63

9. Harapan untuk Dunia Pewartaan di Era Digital ... 63

10. Niat untuk ke Depannya dengan Adanya Kegiatan atau Perayaan Peribadatan secara Daring... 64

11. Pengamatan saat wawancara ... 65

12. Hasil Pengamatan Wawancara ... 65

C. Hasil dan Analisis Pertemuan Online beserta Pengamatan ... 68

1. Hasil Pertemuan Katekese Online ... 69

a. Perasaan Mengikuti Perayaan Ekaristi secara Daring dan Penerimaan Komuni Batin ... 69

b. Persiapan dalam Mengikuti Perayaan Ekaristi daring ... 70

c. Pemahaman tentang Perayaan Ekaristi Daring dan Komuni Batin ... 70

d. Memfokuskan Diri secara Khusyuk dan Berdoa Sepenuh Hati ... 71

e. Merayakan Perayaan Ekaristi Daring ... 71

f. Menerima Komuni daring ... 72

g. Harapan Dalam Pewartaan di Era Digital ... 72

h. Niat Dalam Pewartaan di Era Digital ... 73

2. Hasil Pengamatan Elisabeth Retno Juita ... 73

D. Hasil dan Analisis Kuesioner ... 75

1. Sebelum Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring ... 75

2. Selama Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring ... 76

(16)

xvi

1. Sebelum Perayaan Ekaristi Daring ... 80

2. Selama Perayaan Ekaristi Daring ... 80

3. Sesudah Perayaan Ekaristi Daring ... 82

4. Harapan dan Niat ... 82

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

G. Usulan Program ... 89

BAB V PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian ... (2)

Lampiran 3: Data Umat Lansia ... (3)

Lampiran 4: Hasil Transkip Wawancara ... (4)

Lampiran 5: Panduan Pertemuan Online ... (35)

Lampiran 6: Hasil Pengamatan Pertemuan Online ... (38)

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner ... (40)

Lampiran 8: Hasil Kuesioner ... (42)

(17)

xvii A. Singkatan Kitab Suci

Dalam singkatan Kitab Suci penulis mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru:

dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dan rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hlm. 8.

B. Singkatan Dokumen Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

EA :Church in Asia/Ecclesia in Asia, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II Pasca Sinodal kepada Para Uskup, Imam, Diakon, Pria maupun Wanita dalam hidup bakti serta Segenap Umat Awam tentang Gereja di Asia, 6 November 1999.

EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Suka Cita Injili, 24 November 2013.

IM : Inter Mirifica, Dekrit tentang Upaya-upaya Kounikasi Sosial, Dokumen Konsili Vatikan II, April 1992.

LE : Letter to the Elderly, Surat Kepada Umat lanjut Usia, Dokumen Gerejawi No. 59, 1 Oktober 1999.

(18)

xviii

PUMR :Pedoman Umum Misale Romawi, Terjemahan resmi Institutio Generalis Missalis Romawi, 2000.

SC :Sancrosantum Concilium, Konsili Suci, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Liturgi kudus, 8 Desember 1965.

C. Singkatan-Singkatan Lain.

Art. : Artikel Covid : Coronavirus Daring : Dalam Jaringan Dokpen : Dokumen Gerejawi DSA : Doa Syukur Agung Hlm. : Halaman

HP : Handphone

KAS : Keuskupan Agung Semarang Ket . : Keterangan

KK : Kartu Keluarga

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Lansia : Lanjut Usia

Lih. : Lihat

N : Narasumber

OFM : Ordo Fratinus Minorum (Fransiskan)

(19)

xix

Rm. : Romo

SS.CC : Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria TPE : Tata Cara Perayaan Ekaristi.

Sr. : Suster St. : Santo/Santa

(20)

xx Tabel 1.1 : Kisi-kisi Wawancara

Tabel 1.2 : Pertanyaan Untuk Pengamatan Pertemuan Tabel 1.3 : Kisi-kisi Kuesioner

Tabel 2.1 : Instrumen Pertanyaan Wawancara

Tabel 2.2 : Rencana Pertemuan dan Panduan Pengamatan Tabel 2.3 : Pertanyaan Kuesioner

(21)

xxi

Diagram 2 : Selama Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring Diagram 3 : Setelah Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring

(22)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara berurutan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Perayaan Ekaristi merupakan tradisi dan kewajiban bagi umat Katolik di seluruh dunia. Selain itu, perayaan Ekaristi juga menjadi sarana dan relasi yang intim antara umat dengan Tuhan. Perayaan Ekaristi juga dijadikan sarana umat merayakan karya keselamatan Allah bagi manusia. Dokumen Konsili Vatikan II Sacrosantum Concilium (SC 10) menegaskan bahwa perayaan Ekaristi adalah

sumber rahmat Allah kepada manusia yang kita dapatkan melalui pengkudusan dan kemuliaan Allah dalam diri Kristus bagi manusia. Melalui perayaan Ekaristi inilah kita manusia sebagai umat-Nya merayakan karya misteri penyelamatan sebagai ucapan syukur dan pujian atas berkat yang telah kita terima. Hal tersebut seperti yang telah ditegaskan dalam buku Ekaristi (Martasudjita, 2005:29) bahwa:

Ekaristi mau mengungkapkan pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus yang berpuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus. Dengan pujian Syukur itu, Gereja mengenakan (yang artinya: Menghadirkan) misteri penebusan Kristus itu sekarang ini dan di sini.

(23)

Perayaan Ekaristi sebagai puncak iman kita yang membuat kita menyadari bahwa karya penyelamatan ada di dalam Allah melalui Yesus Kristus. Sangat disayangkan bahwa kondisi saat ini, di mana adanya pandemi Covid-19 membuat orang tidak bisa melakukan perayaan Ekaristi ataupun ibadat bersama. Romo Alip selaku Romo Paroki Gereja Kristus Raja Baciro menegaskan bahwa “di tengah kondisi saat ini anak-anak dan orangtua yang sudah lanjut usia sering tidak tersapa oleh Gereja seperti anak muda” (Rm. Alip, Komunikasi Personal, 21 Februari 2021). Hal semacam inilah yang membuat orang harus berpikir kreatif untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satu cara yang dapat membantu mengatasi permasalahan saat ini yaitu dengan teknologi.

Media merupakan salah satu sarana yang kita butuhkan dalam kehidupan kita saat ini. Kemajuan media yang membuat setiap orang juga harus menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Berbagai macam media mulai berkembang baik dari teknologi informasi, sains, otomotif, maupun komunikasi.

Perkembangan media komunikasi yang sangat cepat ini membuat seluruh dunia dan setiap orang harus saling terkoneksi antara satu dengan yang lain tanpa terbatas oleh waktu dan jarak. Berbagai informasi juga kita dapatkan melalui media komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Iswarahadi &

Cicilia Sianipar dalam buku Menjadi Katekis Handal di Zaman Sekarang (2018:202) menjelaskan bahwa perkembangan media yang begitu pesat membuat setiap orang memunculkan pola pikir dan kehidupan yang baru, baik mulai dari pakaian, makanan hingga kegiatan-kegiatan baru.

(24)

Selain itu, Komisi Kateketik KWI (2015:59) juga menegaskan bahwa media digital membawa pengaruh terkhusus bagi anak-anak, di mana mereka mengenal teknologi informasi dan menjalin kontak serta menciptakan pergaulan lewat media sosial. Perkembangan media digital ini membawa pengaruh bagi setiap orang mulai dari anak-anak, remaja, orang tua hingga lanjut usia. Media digital ini mulai melahirkan suatu program dan aplikasi yang dapat diperoleh dan dipergunakan oleh siapa saja.

Kemudahan-kemudahan yang muncul membuat orang berpikir kreatif dalam menciptakan berbagai jenis kegiatan atau segala sesuatu yang dapat mereka lakukan. Perkembangan media ini pula dapat membantu kita dalam menghadapi wabah pandemi Covid-19 yang sedang kita alami saat ini. Sudah kurang lebih dari 15 bulan Indonesia mengalami dan merasakan dampak dari pademi Covid-19 ini.

Salah satu akibat dari pandemi Covid-19 ini, yaitu menjadikan setiap orang tidak bisa melakukan kegiatan dan aktivitasnya seperti biasa terkhusus dalam hal beribadah. Kurang lebih sudah 9 bulan setiap gereja dan tempat ibadah tidak dapat melakukan peribadatan bersama secara langsung, sehingga muncullah sebuah perayaan Ekaristi daring yang dapat membantu setiap orang untuk melakukan peribadatannya.

Melalui perayaan Ekaristi daring ini, Bapa Paus Fransiskus dalam surat Edaran Gereja ingin menegaskan kepada kita bahwa Gereja juga terbuka kepada perkembangan zaman dan teknologi yang ada. Selain itu juga ditegaskan oleh Bapa Paus Fransiskus dalam Hari Komunikasi Sosial se-Dunia yang ke-55 (KWI, 2021:7) dengan memberikan pesan bahwa teknologi digital yang memberikan kita

(25)

kemudahan untuk memperoleh informasi ataupun kesaksian dan kita dapat berkomunikasi dengan jejaring atau masyarakat secara luas. Oleh karena itu, kita seharusnya memanfaatkan sarana itu sebagai media untuk menyebarluaskan kabar sukacita.

Pada bulan November 2020 beberapa gereja sudah diijinkan untuk melakukan peribadatan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Dalam Rapat Koordinasi Kuria KAS dan Para Vikaris Episkopalis Romo Purwanto Pr menegaskan bahwa mereka yang diperkenankan untuk mengikuti perayaan Ekaristi adalah mereka yang berusia sekurang-kurangnya 10 tahun sampai dengan mereka yang berumur 65 tahun. Mereka yang sakit atau berusia lanjut lebih dari 65 tahun diperkenankan untuk mengikuti perayaan Ekaristi secara daring. Hal ini disampaikan oleh Rm. Purwanto Pr dalam Surat Edaran Gugus Tugas Penanganan Dampak Covid-19 KAS no: 0536/A/X/20-39 (Lentera: 2020).

Perayaan Ekaristi secara daring ini juga diikuti oleh orangtua Sita di mana Sita menceritakan bahwa:

Ibu dan bapak saya juga mengikuti misa daring. Awal-awal pandemi Covid-19 bapak dan ibu saya itu mengikuti perayaan Ekaristi yang di TVRI, tapi kalau sekarang ibu dan bapak saya dibantu oleh ponakan saya.

Jadi, kalau misa menggunakan laptop, bapak dan ibu saya dibantu oleh ponakan saya untuk menyiapkannya. Saat mengikuti perayaan Ekaristi itu menggunakan pakaian yang pantas tapi hanya duduk saja tidak berdiri, ya seperti biasa saat mengikuti perayaan Ekaristi di gereja, (M. Sita, Komunikasi Personal, 19 Februari 2020).

Suster Suryati SS.CC sebagai pengirim komuni menjelaskan bahwa dalam pengiriman komuni atau penerimaan komuni ada satu keluarga yang menerima, dan ketika suster datang ternyata segala sesuatu belum disiapkan dan bapaknya

(26)

masih tertidur di kamar, sehingga membuat suster merasa enggan untuk memberikan komuni karena orang yang menerimannya tidak siap. Ketika suster mengirim komuni di tempat lain, segala sesuatunya sudah dipersiapkan dan mereka sudah berkumpul dengan tetangganya serta mereka sudah selesai mengikuti perayaan Ekaristi daring. “Dalam penerimaan komuni itu kan butuh kesiapan baik mulai dari jasmani ataupun fisik, ketika saya mengirim ke orang yang tidak siap, saya merasa tidak nyaman” (Suryati, Komunikasi Personal, 23 Februari 2021).

Hal ini juga dilakukan oleh Suster Ima SS.CC, di mana ia menyatakan bahwa dalam penerimaan komuni kami sebagai prodiakon dan asisten prodiakon sudah dipersiapkan oleh paroki untuk memberikan komuni khususnya dalam masa pademi Covid-19 ini. Sr. Ima SS.CC bercerita bahwa:

Ketika saya mengirim komuni di keluarga yang sudah siap, saya datang membawa komuni menunggu mereka dan berdoa bersama-sama menggunakan buku yang sudah disiapkan oleh paroki. Jadi kalau suster mengirim komuni suster datang berdoa bersama setelah itu pulang supaya mereka dapat memperoleh keheningan ketika menyambut Kristus. (Ima, Komunikasi Personal, 23 Februari 2021).

Selain itu Romo Andreas Atawolo OFM dalam Web Christus Medium

(Atawolo, Andreas. 2020) menyatakan bahwa mengikuti perayaan Ekaristi secara online atau daring itu sah di mana kita berada di dalam kondisi yang khusus

bukan dengan kondisi yang normal. Keabsahan perayaan Ekaristi ini ketika kita mau berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi secara daring. Partisipasi yang dimaksud adalah adanya partisipasi secara spiritual atau batin dengan merayakan

(27)

Ekaristi yang disiarkan secara daring, pada saat yang sama umat berpartisipasi melalui media digital yang ada saat ini.

Para orangtua yang sudah lanjut usia yang terbiasa merayakan perayaan Ekaristi secara langsung akhirnya mereka harus melaksanakan secara daring. Hal semacam ini membuat setiap orang merasakan perbedaan yang sangat nyata dan banyak, terkhusus orangtua yang sudah lanjut usia. Para lansia yang biasa mengikuti perayaan Ekaristi secara langsung dan berjumpa secara langsung dengan romo serta beberapa umat sekarang harus mengikuti perayaan Ekaristi daring di depan handphone, televisi, laptop atau media komunikasi lainnya.

Selain itu, tidak semua lansia dapat menggunakan alat komunikasi dengan baik, bahkan mereka membutuhkan bantuan dari orang lain sewaktu melaksanakan perayaan Ekaristi daring.

Selain beberapa masalah teknis yang terjadi, dalam proses penghayatan juga dapat terjadi seperti yang disampaikan oleh Sr. Ima SS.CC dan Sr. Suryati SS.CC, seperti saat mempersiapkan diri baik hati, batin atau pun fisik mereka untuk menyambut kedatangan Tuhan. Berdasarkan latar belakang ini, penulis mengambil sebuah judul mengenai “Penghayatan Komuni Batin dalam Perayaan Ekaristi Daring bagi Umat Lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta”. Penulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah perayaan Ekaristi daring ini dapat membantu penghayatan penerimaan komuni bagi umat lansia.

(28)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penulisan ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perayaan Ekaristi daring membantu penghayatan komuni batin bagi umat lansia?

2. Bagaimanakah perayaan Ekaristi daring membantu penghayatan komuni batin bagi umat lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta?

3. Kegiatan macam apa yang dapat menambah penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi umat lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin penulis capai sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah perayaan Ekaristi daring membantu umat lansia dalam penerimaan komuni batin.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah perayaan Ekaristi daring membantu umat lansia dalam penerimaan komuni batin di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui kegiatan yang dapat menambah penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi umat lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta.

(29)

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan oleh penulis yaitu:

1. Pribadi

Untuk mengenal jati diri penulis sebagai katekis dan mampu menghidupi dan meningkatkan hidup rohaninya serta dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Para Katekis

Dapat membantu para katekis untuk menciptakan suatu model kegiatan dalam perayaan Ekaristi daring.

3. Paroki

Dapat membantu paroki untuk terbuka pada perkembangan zaman.

Keterbukaan paroki terhadap perkembangan zaman memampukan paroki untuk memunculkan ide-ide baru dalam penghayatan komuni dan perayaan Ekaristi bagi umat terkhusus lansia.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini penulis meneliti penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi umat lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis untuk menemukan permasalahan penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring. Teknik yang digunakan dalam penulisan ini adalah observasi, mewawancarai narasumber, mengadakan pertemuan dengan narasumber secara online dan menyebarkan

(30)

kuesioner kepada narasumber. Fokus dalam penulisan ini adalah ingin melihat bagaimanakah perayaan Ekaristi daring membantu penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi lansia. Dalam penulisan ini penulis memaparkan permasalahan, menguraikan permasalahan dan menganalisis permasalahan yang ada. Dalam proses penulisan ini wawancara dilakukan dengan 15 narasumber di lingkungan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika uraian dalam penulisan skripsi yang berjudul “Penghayatan Komuni Batin dalam Perayaan Ekaristi daring bagi Umat Lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta” ini adalah sebagai berikut:

Bab I: Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II: Dalam Bab II penulis menguraikan perayaan Ekaristi daring, umat lansia dan pewartaan iman di era digital. Pertama-tama penulis menjelaskan perayaan Ekaristi daring yang meliputi: Ekaristi, perayaan Ekaristi, tata cara perayaan Ekaristi daring, makna perayaan Ekaristi daring, perayaan Ekaristi daring, penghayatan komuni, dan komuni batin. Kedua penulis membahas gambaran umum lansia dan permasalahan yang dihadapi lansia. Ketiga membahas pewartaan Iman di era digital yang meliputi pengertian media, peran media, dan katekese di era digital. Bagian yang terakhir adalah penulisan yang relevan.

(31)

Bab III: Pada bab ini penulis memguraikan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, narasumber penelitian, fokus penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan tenik pengujian keabsahan data.

Bab IV: Dalam bab ini penulis memaparkan gambaran Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, validasi, hasil penelitian, pembahasan dan usulan kegiatan katekese penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki

Kristus Raja Baciro, Yogyakarta.

Bab V: Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran sehubungan dengan penghayatan komuni lansia dalam perayaan Ekaristi daring.

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis secara khusus dan berurutan menjelaskan perayaan Ekaristi daring, lanjut usia, peranan iman di era digital dan penulisan yang relevan. Tujuan dari penjelasan ini, yaitu untuk melihat bagaimanakah perayaan Ekaristi daring dapat membantu penghayatan penerimaan komuni batin bagi umat lansia.

A. Perayaan Ekaristi Daring 1. Ekaristi

Kata “Ekaristi” berasal dari bahasa Yunani eucharistia atau eucharistein yang berarti mengucap syukur atau memuji (Martasudjita, 2005: 28). Dalam bahasa Ibrani disebut Berekh yang artinya memuji dan memberkati. Dari dua bahasa itu Ekaristi berarti memuji, memberkati dan bersyukur. Memuji melalui doa dan pujian, memberkati roti dan anggur sebagai perjamuan makan dan bersyukur atas makanan dan minuman yang telah kita terima. Melalui keterangan tersebut kata “Ekaristi” berasal dari doa berkat dalam perjamuan makan bersama (Martasudjita, 2005:28). Dalam Konsili Vatikan II Gereja menegaskan kembali bahwa Ekaristi sebagai perjamuan terakhir atau malam terakhir di mana Yesus menyerahkan Kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya kepada Gereja sebagai korban penyelamatan-Nya (SC 47).

(33)

Berdasarkan beberapa dokumen Ekaristi di atas, dapat diartikan bahwa Ekaristi yaitu ungkapan pujian dan syukur kita kepada Tuhan atas berkat penyelamatan yang Tuhan berikan melalui Kurban dan Darah-Nya yang diserahkan kepada Gereja. Oleh karena itu, dalam buku yang berjudul Ekaristi, Martasudjita (2005:29) merumuskan bahwa:

Ekaristi mau mengungkapkan pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus, sebagai berpuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus. Dengan pujian Syukur itu, Gereja mengenangkan (yang artinya: Menghadirkan) misteri penebusan Kristus itu sekarang ini dan di sini.

Rumusan ini menegaskan bahwa Ekaristi adalah puncak penyelamatan Allah kepada umat-Nya. Oleh karena itu, Gereja menegaskan kepada kita umat-Nya bahwa kita menghadirkan Kristus di dalam diri kita dan perkumpulan kita dalam Ekaristi sebagai perjamuan kudus.

Menurut Prasentyantha (2008:11), Ekaristi merupakan sakramen utama dalam Gereja. Di dalam Ekaristi kita merayakan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus di dalam rupa roti dan anggur yang kudus. Oleh karena itu, Ekaristi merupakan pangkal, pusat dan sumber misteri paskah yang selalu kita rayakan. Hal tersebut menegaskan bahwa pusat dari perayaan Ekaristi adalah DSA (Doa Syukur Agung) dan komuni. Dalam diktat Pegangan Mata Kuliah Sakramentologi, Madya Utama (2017:20) menegaskan bahwa:

Perayaan Ekaristi adalah perayaan iman. Artinya dalam perayaan Ekaristi diungkapkan iman seluruh Gereja akan penyelamatan Allah yang terjadi dalam Yesus Kristus. Sakramen Ekaristi bisa pula dimaksudkan dalam rangkaian sakramen-sakramen inisiasi, karena dalam Ekaristi disatukan seseorang dengan Kristus dan Gereja diungkapkan secara nyata.

(34)

Rumusan ini menegaskan bahwa perayaan Ekaristi sebagai ungkapan iman Gereja kepada Allah atas karya penyelamatan-Nya melalui Yesus Kristus, sehingga kita dipersatukan dengan Kristus dan Gereja secara nyata dalam penerimaan Tubuh dan Darah Kristus. Hal ini juga dijelaskan di dalam Dokumen Konsili Vatikan II Sacrosantum Concilium (SC 10): “Perayaan Ekaristi bagian dari sumber mengalir

rahmat kepada kita dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus.” Rumusan inilah yang menjelaskan bahwa perayaan Ekaristi sebagai sumber umat beriman melalui kepuasan kita dengan Tubuh dan Darah Kristus. Melalui itulah berkat dan rahmat pengudusan hadir di dalam diri kita. Hal ini juga ditegaskan oleh Rm. Andre Atawolo dan Rm.

Jose dalam perbincangan di Channel Youtube Bible Learning With Father Josep dengan tema Kekuatan Ekaristi (Susanto, Josep. 27 Agustus 2019: youtobe) seperti juga ditegaskan dalam Sacrosantum Consilium (SC 10) bahwa Ekaristi sebagai puncak dan hidup orang beriman yang berkumpul dan mengucapkan pujian dan syukur atas karya keselamatan Tuhan.

2. Perayaan Ekaristi Daring

Perayaan Ekaristi daring merupakan perayaan Ekaristi yang tidak dihadiri secara langsung dalam Gereja, namun diikuti langsung dari rumah atau tempat lain. Pada awal tahun dua ribu dua puluh ketika memasuki masa prapaskah Indonesia mulai digemparkan oleh Pandemi Covid-19 yang membuat setiap paroki atau gereja melaksanakan perayaan Ekaristi secara daring untuk menghindari kerumunan. Perayaan Ekaristi daring ini merupakan salah satu

(35)

bentuk pewartaan Ekaristi yang menanggapi konteks Covid-19. Banyak gereja belum siap karena sudah terbiasa dengan perayaan Ekaristi secara langsung, sehingga merasa belum siap dan seperti dipaksakan.

Tanpa kita sadari bahwa salah satu bentuk pewartaan secara daring ternyata sudah ada sejak Perjanjian Baru. Byassee menjelaskan bahwa pewartaan secara virtual sudah dilakukan sejak zaman kelompok/Gereja perdana. Di mana hal ini dilakukan oleh Santo Paulus dalam mewartakan Sabda Tuhan dengan bentuk surat kepada jemaat di Tesalonika, Galatia, Korintus dan tempat-tempat lain. Paulus hadir secara virtual ketika surat-suratnya dibacakan untuk kelompok- kelompok Gereja perdana ini (Deanaa, 2020:18). Oleh karena itu, kita juga diajak untuk mewartakan Kristus dengan ide-ide baru di era digital saat ini.

Deanaa (2020:19) mengutip pandangan Teresa Berger, profesor di Universitas Yale, yang menegaskan bahwa hidup harian kita banyak berurusan dengan digital dan waktu yang kita habiskan dengan orang yang ada secara virtual, dan yang real tidak ada bedanya. Kita bisa saja hadir secara fisik dengan orang yang ada di hadapan kita tetapi mental/pikiran kita jauh dari orang itu.

Orang juga bisa tidak hadir secara fisik karena melalui virtual, namun orang bisa merasakan kehadiran yang mendalam, berarti dan real. Ada perubahan karena dalam perayaan Ekaristi daring orang tidak berada di gereja tetapi di sekitar perangkat elektronik. Mereka bersatu melalui media, entah bisa saling melihat melalui zoom, atau hanya bisa melihat imam melalui youtube. Melalui perayaan Ekaristi daring ini setiap umat Kristen dan Gereja diajak untuk merayakan perayaan Ekaristi yang diperantarai oleh digital. Apalagi di tengah pandemi

(36)

Covid-19 ini, kita sebagai umat Allah dan anak-anak Allah dipanggil untuk melayani umat-Nya. Di tengah pandemi Covid-19 dan di era digital ini, kita dipanggil ke dalam dunia digital seperti Zoom, Youtube dan lain sebagainya untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Melalui berbagai aplikasi era digital inilah banyak orang berkumpul dan disatukan untuk memuji dan memuliakan Tuhan yang difasilitasi oleh alat-alat vitual (Deanaa, 2020; 19).

Selain itu, Rm. Andreas Atawolo OFM dalam web Christus Medium menegaskan bahwa mengikuti perayaan Ekaristi secara online atau daring itu sah di mana kita berada di kondisi yang khusus bukan dengan kondisi yang normal.

Keabsahan perayaan Ekaristi ini berlaku ketika kita mau berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi secara daring. Partisipasi yang dimaksud adalah adanya partisipasi secara spiritual atau batin dalam merayakan Ekaristi yang disiarkan secara daring. Di saat yang sama juga umat berpartisipasi melalui media digital yang ada saat ini (Atawolo, Andreas. (2020).

3. Tata Cara Perayaan Ekaristi Daring

Dalam Channel Youtube Komsos Keuskupan Agung Semarang tentang Tata cara mengikuti perayaan Ekaristi online (Komsos Keuskupan Agung Semarang, 2020) Keuskupan Agung Semarang menyampaikan bahwa sikap atau panduan mengikuti perayaan Ekaristi daring sebagai berikut:

 Pertama: Kita menyiapkan kuota yang cukup untuk mengikuti perayaan Ekaristi secara daring.

(37)

 Kedua: menyiapkan diri dengan baik, seperti: mandi terlebih dahulu sebelum

mengikuti perayaan Ekaristi, menggunakan pakaian yang pantas dan sopan.

Dengan demikian kita dapat mempersiapkan diri seperti kita mengikuti perayaan Ekaristi di dalam gereja.

 Ketiga: menyiapkan tempat yang pantas seperti: ruang tamu, ruang keluarga,

ruang doa bersama, kos, kamar dan sebaiknya tidak mengikuti perayaan Ekaristi di kamar mandi, di tempat tidur, ataupun di tempat-tempat ramai.

 Keempat: menyediakan salib dan menyalakan lilin supaya dapat mendukung suasana dalam berdoa dan menghadirkan Tuhan.

 Kelima: menyiapkan hati untuk mengikuti perayaan Ekaristi.

 Keenam: dalam mengikuti perayaan Ekaristi kita dapat memfokuskan diri secara khusyuk dan berdoa dengan sepenuh hati.

 Ketujuh: membuat tanda salib di awal perayaan Ekaristi dan di akhir perayaan Ekaristi.

 Kedelapan: mengikuti perayaan Ekaristi dengan sikap duduk tidak mengambil sikap berdiri ataupun berlutut.

 Kesembilan: pada saat penerimaan komuni kudus doakanlah Doa Komuni

Spiritual seperti di bawah ini:

Yesusku, aku percaya, Engkau sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus, Aku Mencintai-Mu lebih dari segalanya, dan aku merindukan kehadiran-Mu dalam jiwaku, karena sekarang aku tak dapat menyambut- Mu dalam Sakramen Ekaristi. Datanglah sekurang-kurangnya secara rohani ke dalam hatiku. Seolah-olah Engkau telah datang, aku memeluk- Mu dan mempersatukan diriku sepenuhnya kepada-Mu, jangan biarkan aku terpisah dari-Mu, Amin (Komsos Keuskupan Agung Semarang, 2020).

(38)

 Kesepuluh: berdoalah dengan penuh syukur karena dapat mengikuti perayaan Ekaristi.

4. Makna Perayaan Ekaristi Daring

Rm. Andre Atawolo OFM dan Rm. Jose dalam perbincangan di Channel Youtube Bible Learning With Father Josep dengan tema Kekuatan Ekaristi

(Susanto, Josep. 27 Agustus 2019: youtobe) menjelaskan bahwa makna dari perayaan Ekaristi adalah Allah Pengasih. Allah mengasihi kita melalui Yesus Kristus. Allah mengorbankan Putra-Nya untuk bersatu dengan kita dan merasakan kehidupan manusia. Untuk memperoleh kesatuan dengan Yesus dalam perayaan Ekaristi kita dapat mengambil sikap hening dan merenungkan sikap kita akan kasih Allah.

Melalui Perayaan Ekaristi daring ini kita diajak untuk menyadari kasih Allah di dalam diri kita. Perayaan Ekaristi ini ingin mengajak kita untuk hening sejenak melihat perjalanan hidup kita dan menyadari akan kasih Allah dalam menghadirkan Tuhan disisi kita dan menyertai langkah perjalanan kita. Selain itu, kita juga disadarikan akan pengorbanan Putra_Nya dalam hidup kita untuk menghapus dosa-dosa kita.

5. Sikap Saat Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring

Perayaan Ekaristi daring merupakan perayaan Ekaristi yang tidak dihadiri secara langsung dalam Gereja, namun diikuti langsung dari rumah atau tempat

(39)

lain. Pada awal tahun 2020 ketika memasuki masa prapaskah Indonesia mulai digemparkan oleh Pandemi Covid-19 yang membuat setiap paroki atau Gereja melaksanakan perayaan Ekaristi secara daring untuk menghindari kerumunan.

Perayaan Ekaristi daring ini merupakan salah satu bentuk pewartaan Ekaristi yang menanggapi konteks Covid-19. Banyak gereja belum siap karena sudah terbiasa dengan perayaan Ekaristi secara langsung, sehingga merasa belum siap dan seperti dipaksakan.

Tanpa kita sadari bahwa salah satu bentuk pewartaan secara daring ternyata sudah ada sejak Perjanjian Baru. Byassee menjelaskan bahwa pewartaan secara media sudah dilakukan sejak zaman kelompok/Gereja perdana. Di mana hal ini dilakukan oleh Santo Paulus dalam mewartakan Sabda Tuhan dengan bentuk surat kepada jemaat di Tesalonika, Galatia, Korintus dan tempat-tempat lain. Paulus hadir secara virtual ketika surat-suratnya dibacakan untuk kelompok- kelompok Gereja perdana ini (Deanaa, 2020:18). Oleh karena itu, kita juga diajak untuk mewartakan Kristus dengan ide-ide baru di era digital saat ini.

Deanaa (2020:19) mengutip pandangan Teresa Berger, profesor di Universitas Yale, yang menegaskan bahwa hidup harian kita banyak berurusan dengan digital dan waktu yang kita habiskan dengan orang yang ada secara virtual, dan yang real tidak ada bedanya. Kita bisa saja hadir secara fisik dengan orang yang ada di hadapan kita tetapi mental/pikiran kita jauh dari orang itu.

Orang juga bisa tidak hadir secara fisik karena melalui virtual, namun orang bisa merasakan kehadiran yang mendalam, berarti dan real. Ada perubahan karena dalam perayaan Ekaristi daring orang tidak berada di gereja tetapi di sekitar

(40)

perangkat elektronik. Mereka bersatu melalui media, entah bisa saling melihat melalui zoom, atau hanya bisa melihat imam melalui youtube. Melalui perayaan Ekaristi daring ini setiap umat Kristen dan Gereja diajak untuk merayakan perayaan Ekaristi yang diperantarai oleh digital. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini, kita sebagai umat Allah dan anak-anak Allah dipanggil untuk melayani umat-Nya. Di tengah pandemi Covid-19 dan di era digital ini kita dipanggil ke dalam dunia digital seperti Zoom, Youtube dan lain sebagainya untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Melalui berbagai aplikasi era digital inilah banyak orang berkumpul dan disatukan untuk memuji dan memuliakan Tuhan yang difasilitasi oleh alat-alat virtual (Deanaa, 2020; 19).

Selain itu, Rm. Andreas Atawolo OFM dalam web Christus Medium menegaskan bahwa mengikuti perayaan Ekaristi secara online atau daring itu sah di mana kita berada di kondisi yang khusus bukan dengan kondisi yang normal.

Keabsahan perayaan Ekaristi ini berlaku ketika kita mau berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi secara daring. Partisipasi yang dimaksud adalah adanya partisipasi secara spiritual atau batin dalam merayakan Ekaristi yang disiarkan secara daring. Di saat yang sama juga umat berpartisipasi melalui media digital yang ada saat ini (Atawolo, Andreas. 2020)

.

6. Penghayatan Komuni

Menurut Banawiratma (1986:64), penghayatan merupakan pengungkapan yang paling dalam dan utuh. Dalam proses penghayatan kita harus memperhatikan arti, fungsi dan kekhususannya. Penghayatan dapat kita lakukan melalui cara kita

(41)

sendiri. Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan dalam proses menghayati.

Contohnya: mengingat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, memfokuskan diri pada inti penghayatan dan lain sebagainya. Ada juga proses penghayatan yang memiliki panduan atau tata cara dalam proses menghayati.

Komuni merupakan salah satu unsur pokok dalam perayaan Ekaristi.

Komuni berarti menyantap Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur (Banawiratma, 1986:61). Dalam menghayati komuni setiap umat harus mengerti apa itu komuni, fungsi komuni dan kekhasan komuni. Dalam proses penghayatan komuni dimulai dari liturgi Ekaristi yang diawali dengan persiapan persembahan hingga komuni atau doa sesudah komuni. Puncak dari penghayatan komuni adalah DSA dan penerimaan komuni. Hal itulah yang paling penting. Melalui DSA umat diajak untuk bersyukur atas rahmat dan kebesaran Tuhan yang telah kita terima baik yang sekarang atau lampau. Selain itu, kita juga diajak untuk memohon rahmat yang akan datang.

Penghayatan komuni inilah yang menjadikan Kristus hadir dalam rupa roti dan anggur. Penghayatan komuni ini juga disertai dengan doa sebelum dan sesudah menerima komuni. Doa sebelum menerima komuni adalah permohonan agar kita dapat meniru hidup Kristus, mengikuti jalan salib-Nya dan mengambil bagian dari kebangkitannya (Lukasik, 1991:114). Doa sesudah komuni merupakan ucapan syukur atas apa yang telah diterima dan sebagai langkah baru untuk menuju arah ke depan dengan apa yang kita jalani supaya dapat sesuai dengan kehendak-Nya (Lukasik, 1991:120). Penghayatan penerimaan komuni dimulai

(42)

dari sebelum kita mengikuti perayaan Ekaristi, namun juga bisa saat kita mempersiapkan diri saat kita mengikuti tata cara perayaan Ekaristi.

7. Komuni Batin

Komuni biasanya kita terima secara langsung dan secara fisik, namun sekarang kita harus menerimanya secara batin. Komuni batin atau juga bisa disebut komuni spiritual. Komuni batin adalah komuni yang tidak dapat kita sambut secara fisik (roti dan anggur yang telah dikonsekrasikan). Menurut Mario Tomi Subardjo (2020:167) Komuni batin juga merupakan penyambutan Tubuh dan Darah Kristus secara spiritual, hal ini sangat terkenal bagi mereka dikalangan yang mengikuti perayaan Ekaristi daring.

Komuni batin biasanya diterima pada saat perayaan Ekaristi secara online, seperti Youtube, Zoom dan perayaan Ekaristi secara Live Streaming lainnya.

Selain itu komuni batin ini kita terima pada konteks dan kondisi yang tidak biasa karena kita berada pada pilihan keselamatan jiwa dan raga semua orang (Subadjo, Mario Tomi, 2020:167). Komuni batin ini berbeda dengan komuni secara sakramental (fisik). Komuni batin adalah komuni yang kita terima secara batin.

Melalui komuni batin ini kita menerima kehadiran Kristus dengan kerinduan penuh (Thomas & Hariawan, 2020:139). Komuni batin dapat disebut sebagai persekutuan spiritualitas. Hal ini dikarenakan perayaan Ekaristi daring dapat membantu penerimaan komuni batin.

Santa Teresia (Thomas & Hariawan, 2020:139) juga menjelaskan bahwa kita mengikuti perayaan Ekaristi tanpa komuni, kita dapat menerima komuni

(43)

secara batin dan kita dapat memperoleh keterpusatan batin yang sama dan menimbulkan cinta yang mendalam kepada Tuhan. Menurut Mario Tomi Subardjo ketika kita tidak dapat menerima Tubuh dan Darah Kristus secara langsung itu tidak mempegaruhi diri kita untuk menyambut kehadiran Yesus dalam hati kita (2020:167). Selain itu, Paus Yohanes II juga mengajak kita untuk menanamkan dalam diri kita akan pentingnya kerinduan penuh kita untuk menyambut komuni. Oleh karena itu, komuni batin sangat membantu kita untuk berjumpa dengan Tuhan dalam batin kita dan menjalin relasi yang mendalam dengan Tuhan.

Menurut Mario Tomi Subadjo (2020:167) dalam Ruang Liturgi komuni batin bukanlah hal yang baru. Hal ini dijelaskan dalam konsili Trente yang menjelaskan bahwa sakramen Maha Kudus dapat diterima dengan 3 cara yaitu secara sakramental, spiritual dan keduanya (sakramental dan spiritual). Dikeadaan dan situasi yang tidak normal ini membuat seseorang menciptakan doa komuni batin. Alma Linggar Jonarta menciptakan sebuah lagu doa komuni batin yang berbunyi:

Yesusku, aku percaya, Engkau sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus, Aku Mencintai-Mu lebih dari segalanya, dan aku merindukan kehadiran-Mu dalam jiwaku, karena sekarang aku tak dapat menyambut- Mu dalam Sakramen Ekaristi. Datanglah sekurang-kurangnya secara rohani ke dalam hatiku. Seolah-olah Engkau telah datang, aku memeluk- Mu dan mempersatukan diriku sepenuhnya kepada-Mu, jangan biarkan aku terpisah dari-Mu, Amin. (Komsos Keuskupan Agung Semarang:

2020).

Kata-kata dalam doa komuni batin ini diambil dari doa St. Alfonsus Liguori yang berbunyi: “karena aku sekarang tidak dapat menerima-Mu dalam

(44)

sakramen Ekaristi, maka datanglah ya Tuhan sekurang-kurangnya secara rohani kedaam hatiku” (Subadjo, Mario Tomi, 2020:167). Di tengah situasi dan kondisi yang belum pasti ini menjadikan keresahan setiap orang membuat praktek doa komuni batin yang dianjurkan oleh Bapa Paus Fransiskus dalam mengikuti perayaa Ekaristi daring. Namun doa komuni batin ini dilakukan oleh Gereja selama kita berada disituasi dan kondisi yang tidak menentu.

B. Lansia (Lanjut Usia) 1. Gambaran Umum Lansia

Menurut Dirtya (2020: 1) lansia merupakan seseorang yang sudah menjalin proses penuaan. Proses penuaan merupakan sesuatu yang normal untuk manusia. Manusia akan disebut sebagai orang yang lanjut usia ketika sistem orangis mereka menuju pada akhir kehidupan. Dokumen Surat Kepada Umat Lanjut Usia Letter to the Elderly (LE 5) menjelaskan bahwa lansia adalah seseorang yang telah melakukan berbagai tahap kehidupan untuk memperoleh kebijaksanaan. Lansia juga merupakan umat Allah. Hal ini dijelaskan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Menurut Bapa Paus Fransisikus dalam Surat Gembala pada hari Lansia menjelaskan bahwa lansia merupakan seseorang yang tergantung dengan orang lain.

Konsili Vatikan II Lumen Gentium menjelaskan bahwa umat Allah adalah suatu perwujudan Allah yang konkret (LG 9). Umat adalah bagian di dalam Gereja yang berperan dan menghidupkan Gereja. Oleh karena itu, umat lanjut usia

(45)

juga merupakan seseorang yang penting dalam menghidupi Gereja. Umat yang membangun kehidupan Gereja dan menciptakan suatu tatanan baru di dalam Gereja untuk mempertahankan kesejahteraan dan kedamaian bersama di dalam hidup bersama. Lansia atau sering disebut sebagai lanjut usia adalah suatu proses yang menunjukkan manusia telah berada atau mencapai pada kemasakannya dalam ukuran fungsi dan keadaan tubuhnya.

Dirtaya (2008:2) juga menjelaskan bahwa lanjut usia akan mengalami gangguan kesehatan di mana fungsi organ mereka akan menurun dan mulai membutuhkan bantuan orang lain. Gangguan pada kesehatan di usia lanjut membuat mereka membutuhkan perhatian dan bantuan dari orang lain, baik anggota keluarga, anak-anak maupun sanak saudara mereka. Tidak hanya Dirtya, namun Dokumen Surat Kepada Umat Lanjut Usia Letter to the Elderly (LE 10) menjelaskan bahwa lansia juga memunyai tanda-tanda kerapuhan manusiawi.

Dimana mereka memiliki ketergantungan dengan anggota keluarga ataupun orang lain dan membutuhkan solideritas yang nyata dan berkelanjutan. Dengan demikian menunjukan bahwa lansia mempunyai kebutuhan lain dibandingkan dengan umat awal yang lain, di mana mereka memperlukan kehadiran sesama mereka.

Selain itu para lansia juga merasa ditinggalkan dan merasa putus asa.

Menurut Sugiyana (50:2014) menjelaskan bahwa para lansia sudah mulai mengalami keterbatasan di dalam pengetahuan, mental dan hidup sosial mereka.

Memahami pengetahuan yang mulai berkenbang dengan seiringnya zaman

(46)

membuat kesulitan para lansia untuk mengikutinya. Mental atau emosi yang tidak setabil dan menuntut mereka untuk selalu menjadi prioritas nomor satu. Hidup sosial yang semakin berkurang untuk berrelasi dengan orang lain. Apalagi jika kekuatan fisik mereka semakin melemah dan mempunyai banyak penyakit yang membuat mereka susah untuk bergerak.

Menurut Sugiyana (50:2014) dalam kegidupan iman para lansia juga mempunyai kerinduan terhadap kegiatan keagamaan. Kehadiran gereja di tengah- tengah para lansia mempunyai dua makna yaitu makna rohani dan makna sosial.

Makna rohani yang mendekatkan diri mereka kepada Tuhan dan makna sosial yaitu perjumpaan dengan orang lain dan orang seiman sebagai teman seperjalanan mereka. Namun karena kondisi Covid-19 ini menyebabkan para lansia sulit untuk bergerak dan menemukan teman seperjalanan iman mereka kecuali keluarga.

2. Permasalahan yang dihadapi Lansia

Menurut Lirui (2020:101-102), ada 3 bagian yang menjadi permasalahan yang dihadapi lansia antara lain:

 Perubahan Secara Fisik.

Bertambahnya usia pada menyebabkan perubahan pada fisik seseorang.

Baik dari kulit yang mulus menjadir keriput, rambut hitam menjadi putih dan kerangka tubuh yang tegak menjadi bungkuk dan lain sebagainnya. Munculnya perubahan dalam kerangka tubuh menyebabkan seseorang mengalami kesulitan

(47)

dalam bergerak atau beraktivitas. Apa lagi mereka yang tidak bisa berjalan dengan baik atau tidak bisa melakukan apa-apa. Hal ini menghambat para lansia untuk melakukan perayaan Ekaristi secara daring.

 Perubahan Secara Psikologis

Secara psikologis usia lanjut akan mengalami demensia, anxietas, dan gangguan tidur. Demensia merupakan gangguan kognitif yang meliputi berkurangnya ingatan secara bertahap, ketidakmampuan mempelajari informasi baru, kemampuan berkomunikasi dan berpendapat (Lifiah, 2009). Anxietas merupakan perubahan mood atau kekawatiran yang tidak nyata (Lifiah, 2009).

Anxietas ini menimbulkan kecemasan yang berlebihan baik itu berhubungan dengan medis yang dapat menimbulkan demensia. Gangguan tidur pada lansia merupakan sesuatu yang wajar yang biasanya terjadi pada malam hari dan terbangun dini hari.

 Perubahan Status dan Peran

Pada umumnya manusia yang sudah mencapai usia lanjut merupakan seseorang yang dihormati oleh kaum muda, anak-anak dan orang dewasa. Namun di perkembangan zaman ini sebagian besar dunia mulai memisahkan diri dari orang yang sudah lanjut usia. Para lansia dianggap orang yang tidak bisa bergaul dan melakukan kegiatan yang jauh dari tindakan produktif, bahkan ada yang sudah tidak bekerja atau tdak melakukan apapun. Selain itu para lansia juga merasa orang yang sudah ketinggalan zaman dan merasa bahwa mereka tidak bisa

(48)

mengikuti perkembanagn zaman. Hal itu menyebabkan para lansia kurang memahami perayaan Ekaristi daring. Oleh karena itu gereja perlu hadir untuk menolong mereka dan mengatasi kesulitan mereka (Yakubus: 1:27).

C. Pewartaan Iman di Era Digital 1. Pengertian Media

Media adalah sarana utama untuk memperoleh informasi dan pendidikan secara cepat. Selain itu media merupakan salah satu alat komunikasi yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan. Perkembangan media yang cukup pesat ini membuat Paus Paulus VI mempunyai tanggapan dan sikap yang tegas tentang komunikasi: “Gereja akan merasa bersalah di hadirat Tuhan, jika tidak mempergunakan alat-alat yang luar biasa ampuh. Dalam alat-alat itu Gereja menemukan jenis mimbar modern dan berdaya guna” (EN 45).

Melalui kutipan tersebut Paus ingin mengajak kita untuk memanfaatkan media atau segala sesuatu yang ada guna kemajuan iman dan ucapan syukur kita kepada Tuhan atas rahmat dan berkat-Nya kepada kita, sehingga kita dapat merasakan sesuatu yang dapat kita hidupi dan kita rasakan di tengah perkembangan zaman saat ini. Dalam dekrit ini Paus juga ingin mengajak kita melakukannya, bahwa media dapat dijadikan sebagai alat tumbuh dan berkembang. Baik itu hidup rohani kita yang memampukan kita untuk semakin menghayati kehadiran Yesus dalam perjalanan dan perziarahan kita di tengah perkembangan saat ini dengan cara menghidupi kekatolikan kita.

(49)

Demikian juga ditegaskan dalam Inter Mirifica bahwa Gereja akan merasa bersalah jika tidak memanfaatkan media komunikasi yang ada bagi perkembangan dan pendidikan iman kristiani setiap manusia.

Gereja Katolik didirikan oleh Kristus Tuhan demi keselamatan semua orang; maka merasa terdorong oleh kewajiban untuk mewartakan Injil.

Karena itulah Gereja memandang sebagai kewajibannya, untuk juga dengan memanfaatkan media komunikasi sosial menyiarkan Warta Keselamatan, dan mengajarkan, bagaimana manusia dapat memakai media dengan tepat (IM3).

Media saat ini merupakan salah satu sarana yang kita butuhkan dalam kehidupan kita. Perkembangan media komunikasi yang sangat cepat ini membuat seluruh dunia dan setiap orang harus saling terkoneksi antara satu dengan yang lain tanpa terbatas oleh waktu dan jarak. Dalam buku Menjadi Katekis Handal di Zaman Sekarang Iswarahadi & Cicilia Sianipar (2018:202) menyatakan:

“Perkembangan teknologi media komunikasi telah menciptakan bahasa baru, gaya hidup baru, cara berpikir yang baru, cara berdoa yang baru dan secara keseluruhan itulah yang disebut sebagai budaya baru, areogapus baru”.

Dalam perkembangannya media mempunyai 3 jenis yaitu media cetak, media elektronik dan media baru. Media cetak yaitu media yang dapat kita baca dan kita simpan seperti majalah, buku dan koran. Media elektonik yaitu media yang membutuhkan tenaga listrik seperti radio dan televisi pada tahun 1960- 1970an. Sedangkan media baru adalah media yang membutuhkan internet atau data untuk mengaksesnya seperti google, Youtube, kompas.com dan lain sebagainya yang muncul pada tahun 2000-an dan yang sampai saat ini berkembang pesat. Internet merupakan salah satu sarana komunikasi yang paling ampuh memberikan layanan komunikasi bagi masyarakat (KWI, 2021:7). Melalui

(50)

perkembangan Internet itu Bapa Paus mengajak kita untuk mempunyai rasa tanggung jawab dalam menggunakan komunikasi. Kita diajak untuk memilah mana yang baik untuk diterima dan mengolah informasi yang kita dapatkan (KWI, 2021:8).

Media mengkaitkan antara satu dan yang lain di mana memunculkan komunikasi yang melibatkan satu dengan yang lain. Media ini dapat memunculkan beberapa program yang dapat melibatkan orang lain dari berbagai penjuru dan tempat yang berbeda walaupun kita belum bertemu secara langsung seperti facebook, twitter, instagram, youtube dan lain sebagainya. Hal ini juga ditegaskan oleh Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-Dunia dimana Bapa Paus mengingatkan kita setiap tahunnya untuk menggunakan media komunikasi sebagai media pewartaan iman (Iswarahadi, 2017:22). Seperti: Surat Gembala pada hari Komunikasi Sosial se-Dunia yang ke-55 kita diajak untuk jujur dan memilah media dengan baik dan benar.

Melihat perkembangan dunia digital, Kathryn Reklis seorang teolog juga menjelaskan bahwa kita sebagai umat Allah harus mampu bergerak mengikuti perubahan zaman yang ada. Mulai dari kita yang khusuk dalam perayaan Ekaristi secara langsung ke dalam kegiatan atau peribadatan secara virtual demi mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang (Deanaa, 2020; 20). Oleh karena itu, Gereja mempunyai tugas yang sangat besar dalam memunculkan inovasi dan perutusan baru dalam pewartaan secara virtual.

(51)

2. Peran Media

Iswarahadi (2017:80) dalam Media dan Pewartaan Iman: Usaha Mencari Modal Pewartaan Iman pada Zaman Digital menjelaskan bahwa media sangatlah

berperan di dunia saat ini. Beberapa peran media antara lain: mempersatukan setiap orang dari berbagai kalangan atau belahan dunia untuk menjadi satu atau

“desa dunia”; sebagai sarana utama seseorang untuk memperoleh informasi dan pendidikan; sebagai bantuan seseorang untuk memperoleh bimbingan dan inspirasi dalam mereka berprilaku baik untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Selain itu, Iswarahadi juga menegaskan bahwa media dapat berperan sebagai sarana untuk menyuarakan nilai-nilai kehidupan manusia.

Contohnya: keadilan, kedamaian, cinta kasih, pengampunan, solidaritas dan lain sebagainya yang dapat membantu seseorang untuk menghargai dan menghayati nilai-nilai tersebut.

Dalam perayaan Ekaristi daring yang sedang dilakukan oleh beberapa gereja dan paroki saat ini untuk menghindari kerumuman media dapat membantu gereja dalam pewartaannya. Saat ini berbagai media social dan alat komunikasi mewartaakan kabar sukacita ataupun pewartaan sudah dilakukan melalui beberapa aplikasi seperti zoom, youtube dan goolgemeet. Namun yang paling sering digunakan adalah youtobe karena itu mudah dijangkau oleh berbagai umat.

Berikut ini salah satu contoh perayaan Ekaristi daring yang disiarkan secara langsung melalui youtube dengan berbagai video yang sudah dipersiapkan dan dapat dijadikan contoh dalam melaksanakan perayaan Ekaristi daring yaitu

(52)

pada saat Perayaan 50 Tahun Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Jesuit Indonesia, 11 September 2021, Youtobe):

 Pengantar: Dalam pengantar seorang MC menjelaskan tema dalam perayaan

Ekaristi dan siapa saja yang memimpin perayaan Ekaristi secara daring dan langsung.

 Lagu Pembuka: dalam lagu pembuka ini di tampilkan sebuah video lagu dari

daerah Papua dengan iringan alat musik gitar dengan perarakan masuk misdinar dan romo menuju altar.

 Tanda salib, salam dan pengantar: dalam tanda salib, salam dan pengantar ini

ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang mengarahkan perayaan Ekaristi.

 Tobat: dalam doa tobat ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Tuhan Kasihanilah Kami: dalam lagu Tuhan Kasihanilah kami ini ditayangkan

sebuah video koor dan musik dari tempat masing-masing yang sudah di persiapkan.

 Kemuliaan: dalam lagu kemuliaan ditayanngkan sebuah video dari peserta

koor yang berada di tempat masing-masing dan dilatar belakangi dengan kondisi Covid-19 saat ini dan pengiring musik yang mengikuti Perayaan Ekaristi secara langsung.

 Doa pembuka: dalam doa pembuka ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

(53)

 Bacaan I: menayangkan lektor yang sedang membacakan bacaan pertama secara langsung.

 Mazmur tanggapan: dengan menampilkan sebuah video dengan sebuah

iringan gitar dan kolaborasi dari berbagai siswa-siswi SMA dari berbagai sekolah.

 Bacaan kedua ditayangkan dengan sebuah puisi perjalanan pelayanan dan

ulang tahun SJ yang dibacakan di Sendang Cadil dan dilatar belakangi dengan berbagai video perjalanan Yesus dan keadaan masyarakat yang menderita serta perjalanan umat manusia.

 Alleluya: dalam lagu Alleluya ditampilkan sebuah video siswa yang menyanyikan lagu Alleluya di tempatnya sendiri.

 Bacaan Injil: bacaan injil ditayangkan secara langsung oleh romo yang sedang

membacakan bacaan injil di tempat sendiri dan mengikuti perayaan Ekaristi daring.

 Homili: dalam homili ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Syahadat: dalam syahadat ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Doa umat: dalam doa umat di awali oleh romo setelah itu dilanjutkan oleh

anak kecil dari berbagai paroki yang berbeda dan ditutup kembali oleh romo yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Lagu persembahan: ditayangkan sebuah video yang diiringi piano dengan grup laetitia disability chois di sebuah kapel.

(54)

 Doa pembukaan DSA: ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Kudus: ditayangkan sebuah video dari kolaborasi paroki SJ di Keuskupan Agung Semarang yang diiring dengan berbagai musik.

 DSA: ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Bapa kami: menayangkan sebuah video koaborasi dari Paroki SJ di Keuskupan Agung Jakarta dengan sebuah lagu komuni latin dan iringan piano.

 Komuni: dalam komuni ini ditayangkan sebuah video yang menayangkan tempat adorasi dengan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh grup koor.

 Doa sesudah komuni: dalam doa sesudah komuni ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Pengumuman: dalam pengumuman ini ditayangkan secara langsung dari gereja yang sedang merayakan perayaan Ekaristi.

 Lagu penutup: sebuah video dari kolose Kanisius.

Ini salah satu bentuk peran media yang sangat berperan dalam membantu pewartaan perayaan Ekaristi daring. Hal ini juga dapat menjadi contoh paroki- paroki lain untuk memanfaatkan media supaya umat tidak merasa bosan dan dapat membantu umat berrefleksi saat mengikuti perayaan Ekaristi daring.

3. Katekese di Era Digital

Pada awal tahun 2020 seluruh Gereja mulai terlibat dalam dunia teknologi, hal ini dikarenakan hampir segala bentuk kegiatan dilaksanakan dengan teknologi

Gambar

Diagram 1:  Persiapan sebelum Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring  (N=15)  15%  8%  15%  23% 39%
Diagram 2:  Selama Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring  (N=15)
Diagram 3:  Setelah Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring  (N=15)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan guru laki-laki memiliki kepuasan kerja yang lebih rendah bisa disebabkan karena merasa jenuh, dan bosan dengan pekerjaan yang harus diselesaikan, gaji yang tidak

Berdasarkan kajian akan kekhasan Pendidikan Agama Katolik dan teori kecerdasan majemuk, ditemukan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik berbasis teori kecerdasan

PERANAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN SISWA-SISWI KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA MARSUDIRINI YOGYAKARTA

DAFTAR TABEL ... LATAR BELAKANG ... IDENTIFIKASI MASALAH ... BATASAN MASALAH ... RUMUSAN MASALAH ... TUJUAN PENELITIAN ... MANFAAT PENELITIAN ... METODE PENELITIAN ...

MENINGKATKAN SEMANGAT KETERLIBATAN UMAT DALAM MENJAGA DAN MERAWAT KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PAROKI SANTO IGNATIUS LOYOLA DANAN WONOGIRI dipilih berdasarkan fakta

Uraian Pernyataan spiritual dalam hidup saya Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi hubungan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan rahmat penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS KEBUTUHAN

Delmi Olivia (2020) yang berjudul: “ANALISIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK SMP NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS APLIKASI ANDROID