• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

F. Sistematika Penulisan

Sistematika uraian dalam penulisan skripsi yang berjudul “Penghayatan Komuni Batin dalam Perayaan Ekaristi daring bagi Umat Lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta” ini adalah sebagai berikut:

Bab I: Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II: Dalam Bab II penulis menguraikan perayaan Ekaristi daring, umat lansia dan pewartaan iman di era digital. Pertama-tama penulis menjelaskan perayaan Ekaristi daring yang meliputi: Ekaristi, perayaan Ekaristi, tata cara perayaan Ekaristi daring, makna perayaan Ekaristi daring, perayaan Ekaristi daring, penghayatan komuni, dan komuni batin. Kedua penulis membahas gambaran umum lansia dan permasalahan yang dihadapi lansia. Ketiga membahas pewartaan Iman di era digital yang meliputi pengertian media, peran media, dan katekese di era digital. Bagian yang terakhir adalah penulisan yang relevan.

Bab III: Pada bab ini penulis memguraikan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, narasumber penelitian, fokus penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan tenik pengujian keabsahan data.

Bab IV: Dalam bab ini penulis memaparkan gambaran Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, validasi, hasil penelitian, pembahasan dan usulan kegiatan katekese penghayatan komuni batin dalam perayaan Ekaristi daring bagi lansia di Lingkungan St. Antonius Gendeng Selatan, Paroki

Kristus Raja Baciro, Yogyakarta.

Bab V: Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran sehubungan dengan penghayatan komuni lansia dalam perayaan Ekaristi daring.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis secara khusus dan berurutan menjelaskan perayaan Ekaristi daring, lanjut usia, peranan iman di era digital dan penulisan yang relevan. Tujuan dari penjelasan ini, yaitu untuk melihat bagaimanakah perayaan Ekaristi daring dapat membantu penghayatan penerimaan komuni batin bagi umat lansia.

A. Perayaan Ekaristi Daring 1. Ekaristi

Kata “Ekaristi” berasal dari bahasa Yunani eucharistia atau eucharistein yang berarti mengucap syukur atau memuji (Martasudjita, 2005: 28). Dalam bahasa Ibrani disebut Berekh yang artinya memuji dan memberkati. Dari dua bahasa itu Ekaristi berarti memuji, memberkati dan bersyukur. Memuji melalui doa dan pujian, memberkati roti dan anggur sebagai perjamuan makan dan bersyukur atas makanan dan minuman yang telah kita terima. Melalui keterangan tersebut kata “Ekaristi” berasal dari doa berkat dalam perjamuan makan bersama (Martasudjita, 2005:28). Dalam Konsili Vatikan II Gereja menegaskan kembali bahwa Ekaristi sebagai perjamuan terakhir atau malam terakhir di mana Yesus menyerahkan Kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya kepada Gereja sebagai korban penyelamatan-Nya (SC 47).

Berdasarkan beberapa dokumen Ekaristi di atas, dapat diartikan bahwa Ekaristi yaitu ungkapan pujian dan syukur kita kepada Tuhan atas berkat penyelamatan yang Tuhan berikan melalui Kurban dan Darah-Nya yang diserahkan kepada Gereja. Oleh karena itu, dalam buku yang berjudul Ekaristi, Martasudjita (2005:29) merumuskan bahwa:

Ekaristi mau mengungkapkan pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus, sebagai berpuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus. Dengan pujian Syukur itu, Gereja mengenangkan (yang artinya: Menghadirkan) misteri penebusan Kristus itu sekarang ini dan di sini.

Rumusan ini menegaskan bahwa Ekaristi adalah puncak penyelamatan Allah kepada umat-Nya. Oleh karena itu, Gereja menegaskan kepada kita umat-Nya bahwa kita menghadirkan Kristus di dalam diri kita dan perkumpulan kita dalam Ekaristi sebagai perjamuan kudus.

Menurut Prasentyantha (2008:11), Ekaristi merupakan sakramen utama dalam Gereja. Di dalam Ekaristi kita merayakan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus di dalam rupa roti dan anggur yang kudus. Oleh karena itu, Ekaristi merupakan pangkal, pusat dan sumber misteri paskah yang selalu kita rayakan. Hal tersebut menegaskan bahwa pusat dari perayaan Ekaristi adalah DSA (Doa Syukur Agung) dan komuni. Dalam diktat Pegangan Mata Kuliah Sakramentologi, Madya Utama (2017:20) menegaskan bahwa:

Perayaan Ekaristi adalah perayaan iman. Artinya dalam perayaan Ekaristi diungkapkan iman seluruh Gereja akan penyelamatan Allah yang terjadi dalam Yesus Kristus. Sakramen Ekaristi bisa pula dimaksudkan dalam rangkaian sakramen-sakramen inisiasi, karena dalam Ekaristi disatukan seseorang dengan Kristus dan Gereja diungkapkan secara nyata.

Rumusan ini menegaskan bahwa perayaan Ekaristi sebagai ungkapan iman Gereja kepada Allah atas karya penyelamatan-Nya melalui Yesus Kristus, sehingga kita dipersatukan dengan Kristus dan Gereja secara nyata dalam penerimaan Tubuh dan Darah Kristus. Hal ini juga dijelaskan di dalam Dokumen Konsili Vatikan II Sacrosantum Concilium (SC 10): “Perayaan Ekaristi bagian dari sumber mengalir

rahmat kepada kita dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus.” Rumusan inilah yang menjelaskan bahwa perayaan Ekaristi sebagai sumber umat beriman melalui kepuasan kita dengan Tubuh dan Darah Kristus. Melalui itulah berkat dan rahmat pengudusan hadir di dalam diri kita. Hal ini juga ditegaskan oleh Rm. Andre Atawolo dan Rm.

Jose dalam perbincangan di Channel Youtube Bible Learning With Father Josep dengan tema Kekuatan Ekaristi (Susanto, Josep. 27 Agustus 2019: youtobe) seperti juga ditegaskan dalam Sacrosantum Consilium (SC 10) bahwa Ekaristi sebagai puncak dan hidup orang beriman yang berkumpul dan mengucapkan pujian dan syukur atas karya keselamatan Tuhan.

2. Perayaan Ekaristi Daring

Perayaan Ekaristi daring merupakan perayaan Ekaristi yang tidak dihadiri secara langsung dalam Gereja, namun diikuti langsung dari rumah atau tempat lain. Pada awal tahun dua ribu dua puluh ketika memasuki masa prapaskah Indonesia mulai digemparkan oleh Pandemi Covid-19 yang membuat setiap paroki atau gereja melaksanakan perayaan Ekaristi secara daring untuk menghindari kerumunan. Perayaan Ekaristi daring ini merupakan salah satu

bentuk pewartaan Ekaristi yang menanggapi konteks Covid-19. Banyak gereja belum siap karena sudah terbiasa dengan perayaan Ekaristi secara langsung, sehingga merasa belum siap dan seperti dipaksakan.

Tanpa kita sadari bahwa salah satu bentuk pewartaan secara daring ternyata sudah ada sejak Perjanjian Baru. Byassee menjelaskan bahwa pewartaan secara virtual sudah dilakukan sejak zaman kelompok/Gereja perdana. Di mana hal ini dilakukan oleh Santo Paulus dalam mewartakan Sabda Tuhan dengan bentuk surat kepada jemaat di Tesalonika, Galatia, Korintus dan tempat-tempat lain. Paulus hadir secara virtual ketika surat-suratnya dibacakan untuk kelompok-kelompok Gereja perdana ini (Deanaa, 2020:18). Oleh karena itu, kita juga diajak untuk mewartakan Kristus dengan ide-ide baru di era digital saat ini.

Deanaa (2020:19) mengutip pandangan Teresa Berger, profesor di Universitas Yale, yang menegaskan bahwa hidup harian kita banyak berurusan dengan digital dan waktu yang kita habiskan dengan orang yang ada secara virtual, dan yang real tidak ada bedanya. Kita bisa saja hadir secara fisik dengan orang yang ada di hadapan kita tetapi mental/pikiran kita jauh dari orang itu.

Orang juga bisa tidak hadir secara fisik karena melalui virtual, namun orang bisa merasakan kehadiran yang mendalam, berarti dan real. Ada perubahan karena dalam perayaan Ekaristi daring orang tidak berada di gereja tetapi di sekitar perangkat elektronik. Mereka bersatu melalui media, entah bisa saling melihat melalui zoom, atau hanya bisa melihat imam melalui youtube. Melalui perayaan Ekaristi daring ini setiap umat Kristen dan Gereja diajak untuk merayakan perayaan Ekaristi yang diperantarai oleh digital. Apalagi di tengah pandemi

Covid-19 ini, kita sebagai umat Allah dan anak-anak Allah dipanggil untuk melayani umat-Nya. Di tengah pandemi Covid-19 dan di era digital ini, kita dipanggil ke dalam dunia digital seperti Zoom, Youtube dan lain sebagainya untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Melalui berbagai aplikasi era digital inilah banyak orang berkumpul dan disatukan untuk memuji dan memuliakan Tuhan yang difasilitasi oleh alat-alat vitual (Deanaa, 2020; 19).

Selain itu, Rm. Andreas Atawolo OFM dalam web Christus Medium menegaskan bahwa mengikuti perayaan Ekaristi secara online atau daring itu sah di mana kita berada di kondisi yang khusus bukan dengan kondisi yang normal.

Keabsahan perayaan Ekaristi ini berlaku ketika kita mau berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi secara daring. Partisipasi yang dimaksud adalah adanya partisipasi secara spiritual atau batin dalam merayakan Ekaristi yang disiarkan secara daring. Di saat yang sama juga umat berpartisipasi melalui media digital yang ada saat ini (Atawolo, Andreas. (2020).

3. Tata Cara Perayaan Ekaristi Daring

Dalam Channel Youtube Komsos Keuskupan Agung Semarang tentang Tata cara mengikuti perayaan Ekaristi online (Komsos Keuskupan Agung Semarang, 2020) Keuskupan Agung Semarang menyampaikan bahwa sikap atau panduan mengikuti perayaan Ekaristi daring sebagai berikut:

 Pertama: Kita menyiapkan kuota yang cukup untuk mengikuti perayaan Ekaristi secara daring.

 Kedua: menyiapkan diri dengan baik, seperti: mandi terlebih dahulu sebelum

mengikuti perayaan Ekaristi, menggunakan pakaian yang pantas dan sopan.

Dengan demikian kita dapat mempersiapkan diri seperti kita mengikuti perayaan Ekaristi di dalam gereja.

 Ketiga: menyiapkan tempat yang pantas seperti: ruang tamu, ruang keluarga,

ruang doa bersama, kos, kamar dan sebaiknya tidak mengikuti perayaan Ekaristi di kamar mandi, di tempat tidur, ataupun di tempat-tempat ramai.

 Keempat: menyediakan salib dan menyalakan lilin supaya dapat mendukung suasana dalam berdoa dan menghadirkan Tuhan.

 Kelima: menyiapkan hati untuk mengikuti perayaan Ekaristi.

 Keenam: dalam mengikuti perayaan Ekaristi kita dapat memfokuskan diri secara khusyuk dan berdoa dengan sepenuh hati.

 Ketujuh: membuat tanda salib di awal perayaan Ekaristi dan di akhir perayaan Ekaristi.

 Kedelapan: mengikuti perayaan Ekaristi dengan sikap duduk tidak mengambil sikap berdiri ataupun berlutut.

 Kesembilan: pada saat penerimaan komuni kudus doakanlah Doa Komuni

Spiritual seperti di bawah ini:

Yesusku, aku percaya, Engkau sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus, Aku Mencintai-Mu lebih dari segalanya, dan aku merindukan kehadiran-Mu dalam jiwaku, karena sekarang aku tak dapat menyambut-Mu dalam Sakramen Ekaristi. Datanglah sekurang-kurangnya secara rohani ke dalam hatiku. Seolah-olah Engkau telah datang, aku memeluk-Mu dan mempersatukan diriku sepenuhnya kepada-memeluk-Mu, jangan biarkan aku terpisah dari-Mu, Amin (Komsos Keuskupan Agung Semarang, 2020).

 Kesepuluh: berdoalah dengan penuh syukur karena dapat mengikuti perayaan Ekaristi.

4. Makna Perayaan Ekaristi Daring

Rm. Andre Atawolo OFM dan Rm. Jose dalam perbincangan di Channel Youtube Bible Learning With Father Josep dengan tema Kekuatan Ekaristi

(Susanto, Josep. 27 Agustus 2019: youtobe) menjelaskan bahwa makna dari perayaan Ekaristi adalah Allah Pengasih. Allah mengasihi kita melalui Yesus Kristus. Allah mengorbankan Putra-Nya untuk bersatu dengan kita dan merasakan kehidupan manusia. Untuk memperoleh kesatuan dengan Yesus dalam perayaan Ekaristi kita dapat mengambil sikap hening dan merenungkan sikap kita akan kasih Allah.

Melalui Perayaan Ekaristi daring ini kita diajak untuk menyadari kasih Allah di dalam diri kita. Perayaan Ekaristi ini ingin mengajak kita untuk hening sejenak melihat perjalanan hidup kita dan menyadari akan kasih Allah dalam menghadirkan Tuhan disisi kita dan menyertai langkah perjalanan kita. Selain itu, kita juga disadarikan akan pengorbanan Putra_Nya dalam hidup kita untuk menghapus dosa-dosa kita.

5. Sikap Saat Mengikuti Perayaan Ekaristi Daring

Perayaan Ekaristi daring merupakan perayaan Ekaristi yang tidak dihadiri secara langsung dalam Gereja, namun diikuti langsung dari rumah atau tempat

lain. Pada awal tahun 2020 ketika memasuki masa prapaskah Indonesia mulai digemparkan oleh Pandemi Covid-19 yang membuat setiap paroki atau Gereja melaksanakan perayaan Ekaristi secara daring untuk menghindari kerumunan.

Perayaan Ekaristi daring ini merupakan salah satu bentuk pewartaan Ekaristi yang menanggapi konteks Covid-19. Banyak gereja belum siap karena sudah terbiasa dengan perayaan Ekaristi secara langsung, sehingga merasa belum siap dan seperti dipaksakan.

Tanpa kita sadari bahwa salah satu bentuk pewartaan secara daring ternyata sudah ada sejak Perjanjian Baru. Byassee menjelaskan bahwa pewartaan secara media sudah dilakukan sejak zaman kelompok/Gereja perdana. Di mana hal ini dilakukan oleh Santo Paulus dalam mewartakan Sabda Tuhan dengan bentuk surat kepada jemaat di Tesalonika, Galatia, Korintus dan tempat-tempat lain. Paulus hadir secara virtual ketika surat-suratnya dibacakan untuk kelompok-kelompok Gereja perdana ini (Deanaa, 2020:18). Oleh karena itu, kita juga diajak untuk mewartakan Kristus dengan ide-ide baru di era digital saat ini.

Deanaa (2020:19) mengutip pandangan Teresa Berger, profesor di Universitas Yale, yang menegaskan bahwa hidup harian kita banyak berurusan dengan digital dan waktu yang kita habiskan dengan orang yang ada secara virtual, dan yang real tidak ada bedanya. Kita bisa saja hadir secara fisik dengan orang yang ada di hadapan kita tetapi mental/pikiran kita jauh dari orang itu.

Orang juga bisa tidak hadir secara fisik karena melalui virtual, namun orang bisa merasakan kehadiran yang mendalam, berarti dan real. Ada perubahan karena dalam perayaan Ekaristi daring orang tidak berada di gereja tetapi di sekitar

perangkat elektronik. Mereka bersatu melalui media, entah bisa saling melihat melalui zoom, atau hanya bisa melihat imam melalui youtube. Melalui perayaan Ekaristi daring ini setiap umat Kristen dan Gereja diajak untuk merayakan perayaan Ekaristi yang diperantarai oleh digital. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini, kita sebagai umat Allah dan anak-anak Allah dipanggil untuk melayani umat-Nya. Di tengah pandemi Covid-19 dan di era digital ini kita dipanggil ke dalam dunia digital seperti Zoom, Youtube dan lain sebagainya untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Melalui berbagai aplikasi era digital inilah banyak orang berkumpul dan disatukan untuk memuji dan memuliakan Tuhan yang difasilitasi oleh alat-alat virtual (Deanaa, 2020; 19).

Selain itu, Rm. Andreas Atawolo OFM dalam web Christus Medium menegaskan bahwa mengikuti perayaan Ekaristi secara online atau daring itu sah di mana kita berada di kondisi yang khusus bukan dengan kondisi yang normal.

Keabsahan perayaan Ekaristi ini berlaku ketika kita mau berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi secara daring. Partisipasi yang dimaksud adalah adanya partisipasi secara spiritual atau batin dalam merayakan Ekaristi yang disiarkan secara daring. Di saat yang sama juga umat berpartisipasi melalui media digital yang ada saat ini (Atawolo, Andreas. 2020)

.

6. Penghayatan Komuni

Menurut Banawiratma (1986:64), penghayatan merupakan pengungkapan yang paling dalam dan utuh. Dalam proses penghayatan kita harus memperhatikan arti, fungsi dan kekhususannya. Penghayatan dapat kita lakukan melalui cara kita

sendiri. Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan dalam proses menghayati.

Contohnya: mengingat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, memfokuskan diri pada inti penghayatan dan lain sebagainya. Ada juga proses penghayatan yang memiliki panduan atau tata cara dalam proses menghayati.

Komuni merupakan salah satu unsur pokok dalam perayaan Ekaristi.

Komuni berarti menyantap Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur (Banawiratma, 1986:61). Dalam menghayati komuni setiap umat harus mengerti apa itu komuni, fungsi komuni dan kekhasan komuni. Dalam proses penghayatan komuni dimulai dari liturgi Ekaristi yang diawali dengan persiapan persembahan hingga komuni atau doa sesudah komuni. Puncak dari penghayatan komuni adalah DSA dan penerimaan komuni. Hal itulah yang paling penting. Melalui DSA umat diajak untuk bersyukur atas rahmat dan kebesaran Tuhan yang telah kita terima baik yang sekarang atau lampau. Selain itu, kita juga diajak untuk memohon rahmat yang akan datang.

Penghayatan komuni inilah yang menjadikan Kristus hadir dalam rupa roti dan anggur. Penghayatan komuni ini juga disertai dengan doa sebelum dan sesudah menerima komuni. Doa sebelum menerima komuni adalah permohonan agar kita dapat meniru hidup Kristus, mengikuti jalan salib-Nya dan mengambil bagian dari kebangkitannya (Lukasik, 1991:114). Doa sesudah komuni merupakan ucapan syukur atas apa yang telah diterima dan sebagai langkah baru untuk menuju arah ke depan dengan apa yang kita jalani supaya dapat sesuai dengan kehendak-Nya (Lukasik, 1991:120). Penghayatan penerimaan komuni dimulai

dari sebelum kita mengikuti perayaan Ekaristi, namun juga bisa saat kita mempersiapkan diri saat kita mengikuti tata cara perayaan Ekaristi.

7. Komuni Batin

Komuni biasanya kita terima secara langsung dan secara fisik, namun sekarang kita harus menerimanya secara batin. Komuni batin atau juga bisa disebut komuni spiritual. Komuni batin adalah komuni yang tidak dapat kita sambut secara fisik (roti dan anggur yang telah dikonsekrasikan). Menurut Mario Tomi Subardjo (2020:167) Komuni batin juga merupakan penyambutan Tubuh dan Darah Kristus secara spiritual, hal ini sangat terkenal bagi mereka dikalangan yang mengikuti perayaan Ekaristi daring.

Komuni batin biasanya diterima pada saat perayaan Ekaristi secara online, seperti Youtube, Zoom dan perayaan Ekaristi secara Live Streaming lainnya.

Selain itu komuni batin ini kita terima pada konteks dan kondisi yang tidak biasa karena kita berada pada pilihan keselamatan jiwa dan raga semua orang (Subadjo, Mario Tomi, 2020:167). Komuni batin ini berbeda dengan komuni secara sakramental (fisik). Komuni batin adalah komuni yang kita terima secara batin.

Melalui komuni batin ini kita menerima kehadiran Kristus dengan kerinduan penuh (Thomas & Hariawan, 2020:139). Komuni batin dapat disebut sebagai persekutuan spiritualitas. Hal ini dikarenakan perayaan Ekaristi daring dapat membantu penerimaan komuni batin.

Santa Teresia (Thomas & Hariawan, 2020:139) juga menjelaskan bahwa kita mengikuti perayaan Ekaristi tanpa komuni, kita dapat menerima komuni

secara batin dan kita dapat memperoleh keterpusatan batin yang sama dan menimbulkan cinta yang mendalam kepada Tuhan. Menurut Mario Tomi Subardjo ketika kita tidak dapat menerima Tubuh dan Darah Kristus secara langsung itu tidak mempegaruhi diri kita untuk menyambut kehadiran Yesus dalam hati kita (2020:167). Selain itu, Paus Yohanes II juga mengajak kita untuk menanamkan dalam diri kita akan pentingnya kerinduan penuh kita untuk menyambut komuni. Oleh karena itu, komuni batin sangat membantu kita untuk berjumpa dengan Tuhan dalam batin kita dan menjalin relasi yang mendalam dengan Tuhan.

Menurut Mario Tomi Subadjo (2020:167) dalam Ruang Liturgi komuni batin bukanlah hal yang baru. Hal ini dijelaskan dalam konsili Trente yang menjelaskan bahwa sakramen Maha Kudus dapat diterima dengan 3 cara yaitu secara sakramental, spiritual dan keduanya (sakramental dan spiritual). Dikeadaan dan situasi yang tidak normal ini membuat seseorang menciptakan doa komuni batin. Alma Linggar Jonarta menciptakan sebuah lagu doa komuni batin yang berbunyi:

Yesusku, aku percaya, Engkau sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus, Aku Mencintai-Mu lebih dari segalanya, dan aku merindukan kehadiran-Mu dalam jiwaku, karena sekarang aku tak dapat menyambut-Mu dalam Sakramen Ekaristi. Datanglah sekurang-kurangnya secara rohani ke dalam hatiku. Seolah-olah Engkau telah datang, aku memeluk-Mu dan mempersatukan diriku sepenuhnya kepada-memeluk-Mu, jangan biarkan aku terpisah dari-Mu, Amin. (Komsos Keuskupan Agung Semarang:

2020).

Kata-kata dalam doa komuni batin ini diambil dari doa St. Alfonsus Liguori yang berbunyi: “karena aku sekarang tidak dapat menerima-Mu dalam

sakramen Ekaristi, maka datanglah ya Tuhan sekurang-kurangnya secara rohani kedaam hatiku” (Subadjo, Mario Tomi, 2020:167). Di tengah situasi dan kondisi yang belum pasti ini menjadikan keresahan setiap orang membuat praktek doa komuni batin yang dianjurkan oleh Bapa Paus Fransiskus dalam mengikuti perayaa Ekaristi daring. Namun doa komuni batin ini dilakukan oleh Gereja selama kita berada disituasi dan kondisi yang tidak menentu.

B. Lansia (Lanjut Usia) 1. Gambaran Umum Lansia

Menurut Dirtya (2020: 1) lansia merupakan seseorang yang sudah menjalin proses penuaan. Proses penuaan merupakan sesuatu yang normal untuk manusia. Manusia akan disebut sebagai orang yang lanjut usia ketika sistem orangis mereka menuju pada akhir kehidupan. Dokumen Surat Kepada Umat Lanjut Usia Letter to the Elderly (LE 5) menjelaskan bahwa lansia adalah seseorang yang telah melakukan berbagai tahap kehidupan untuk memperoleh kebijaksanaan. Lansia juga merupakan umat Allah. Hal ini dijelaskan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Menurut Bapa Paus Fransisikus dalam Surat Gembala pada hari Lansia menjelaskan bahwa lansia merupakan seseorang yang tergantung dengan orang lain.

Konsili Vatikan II Lumen Gentium menjelaskan bahwa umat Allah adalah suatu perwujudan Allah yang konkret (LG 9). Umat adalah bagian di dalam Gereja yang berperan dan menghidupkan Gereja. Oleh karena itu, umat lanjut usia

juga merupakan seseorang yang penting dalam menghidupi Gereja. Umat yang membangun kehidupan Gereja dan menciptakan suatu tatanan baru di dalam Gereja untuk mempertahankan kesejahteraan dan kedamaian bersama di dalam hidup bersama. Lansia atau sering disebut sebagai lanjut usia adalah suatu proses yang menunjukkan manusia telah berada atau mencapai pada kemasakannya dalam ukuran fungsi dan keadaan tubuhnya.

Dirtaya (2008:2) juga menjelaskan bahwa lanjut usia akan mengalami gangguan kesehatan di mana fungsi organ mereka akan menurun dan mulai membutuhkan bantuan orang lain. Gangguan pada kesehatan di usia lanjut

Dirtaya (2008:2) juga menjelaskan bahwa lanjut usia akan mengalami gangguan kesehatan di mana fungsi organ mereka akan menurun dan mulai membutuhkan bantuan orang lain. Gangguan pada kesehatan di usia lanjut