• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I HALAMAN JUDUL. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S K R I P S I HALAMAN JUDUL. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik"

Copied!
293
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PURWARUPA APLIKASI

MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE PENDIDIKAN

AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

SMP KELAS VIII MATERI PANGGILAN DAN

PERUTUSAN MURID YESUS

S K R I P S I

HALAMAN JUDUL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh :

Bona Ventura Ari Yulianto

NIM : 161124010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Bapak FX. Muryadi (alm) dan Ibu Cicilia Legiyem yang selalu menjadi motivasi saya untuk bertahan dan menyelesaikan semuanya.

2. Semua pihak yang mendukung dan membantu saya selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(3)

v MOTTO HALAMAN MOTTO

“Melangkahlah selagi dapat melangkah, karena setiap langkah menyimpan ceritanya sendiri dan setiap cerita tidak ada yang kebetulan”

(4)

viii ABSTRAK

Judul skripsi adalah PENGEMBANGAN PURWARUPA APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS VIII MATERI PANGGILAN DAN PERUTUSAN MURID YESUS. Judul ini dipilih untuk mengembangkan purwarupa aplikasi media pembelajaran online serta mengetahui kelayakan purwarupa aplikasi media pembelajaran online Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus. Skripsi ini menggunakan metode penelitian Research and Development (R&D) level 1. Tahap dalam penelitian ini meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan data dan studi literatur, (3) Desain Produk, (4) Validasi Produk, dan (5) Revisi produk atau desain teruji. Purwarupa aplikasi media pembelajaran online divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Hasil dari validasi kelayakan ahli materi sebesar 85.71% ahli media sebesar 89.49% dan guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti sebesar 88%. Berdasarkan dari hasil validasi kelayakan tersebut, dapat dikatakan bahwa purwarupa aplikasi media pembelajaran online ini masuk dalam kategori layak dengan perbaikan sesuai dengan usul dan saran dari masing-masing validator.

Kata-kata kunci: Purwarupa aplikasi, Media Pembelajaran Online, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus.

(5)

ix

ABSTRACT

Thesis title is DEVELOPMENT OF ONLINE LEARNING MEDIA

APPLICATION PROTOTYPE OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION AND CHARACTER FOR JUNIOR HIGH SCHOOL VIIITH GRADE ON THE MISSION AND VOCATION OF JESUS’ DISCIPLES MATERIAL LEARNING. This title was chosen to develop the online learning media

application prototype as well as to determine the appropriatness of the online learning media applications prototypes of Catholic Religious Education and Character on The Mission and Vocation of Jesus’ disciples material learning. This thesis uses Research and Development (R&D) level 1 research method. The research stages are: (1) potension and problem, (2) data collection and literature studies, (3) product design, (4) product validation, and (5) product revision or tested design. Online learning media application prototypes are validated by material experts, media experts, and Catholic Religious Education and Character teachers. The validation result of the material expert's worth of 85.71%, media expert 89.49%. Catholic Religious Education and Character teachers by 88%. Based on the validation results, it can be said that this online learning media application prototype is categorized as feasible with improvements according to the suggestions of each validator.

Keywords : Application prototype, online learning media, Catholic Religious Education and Character, The Mission And Vocation Of Jesus’ Disciples Material Learning.

(6)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Batasan Masalah ... 4 D. Rumusan Masalah ... 5 E. Tujuan Penelitian ... 5 F. Manfaat Penelitian ... 5 G. Metode Penelitian ... 6 H. Sistematika Penulisan ... 6 I. Spesifikasi Produk ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Purwarupa ... 9

(7)

xiv

3. Mobile Learning... 12

4. Konsep Pembelajaran... 13

5. Pendidikan Agama Katolik ... 16

6. Media Pendidikan Agama Katolik ... 18

7. Materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus... 20

B. Penelitian Relevan ... 25

C. Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 30

1. Potensi dan Masalah ... 30

2. Pengumpulan Data ... 31

3. Desain Produk ... 31

4. Validasi Desain ... 31

5. Revisi Desain (Desain Teruji) ... 32

C. Subjek Dan Tempat Penelitian ... 32

1. Tempat Penelitian ... 32

2. Subjek Penelitian ... 32

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ... 33

1. Identifikasi Variabel... 33

2. Definisi Konseptual ... 33

3. Definisi Operasional ... 33

4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

5. Instrumen Penelitian ... 35

6. Pengembangan Instrumen ... 36

E. Validitas Instrumen ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN ... 45

(8)

xv

B. Hasil Penelitian Dan Pengembangan ... 45

1. Potensi dan Masalah ... 46

2. Pengumpulan Data dan Studi Literatur ... 47

3. Desain Produk ... 49

4. Validasi Desain ... 59

5. Revisi (Desain Teruji) ... 69

2. Evaluasi : Multiple choice, dan susun huruf ... 70

C. PEMBAHASAN PENELITIAN ... 74

D. Kelebihan dan Kelemahan Purwarupa... 77

1. Kelebihan ... 77 2. Kelemahan ... 78 BAB V PENUTUP ... 79 A. Kesimpulan ... 79 B. KETERBATASAN PENELITIAN ... 80 C. SARAN ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN ... 83

Lampiran 1 : Surat ijin penelitian... (1)

Lampiran 2 : Hasil wawancara ... (8)

Lampiran 3 : Data hasil penelitian ... (19)

Lampiran 4 : Data hasil koesioner ... (24)

Lampiran 5 : Desain purwarupa ... (115)

Lampiran 6 : Revisi desain ... (121)

Lampiran 7 : Rencana proses pembelajaran... (142)

(9)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Dokumen Gereja IM : Inter Mirifica EN : Evangelii Nuntiandi GE : Gravissimum Educationis CT : Catechesi Tradendae CP : Communio et Progressio Singkatan-singkatan Lainnya PAK : Pendidikan Agama Katolik R&D : Research and Development

PLP : Pengenalan Lapangan Persekolahan SMP : Sekolah Menengah Pertama

TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi LAN : Local Area Network

KI : Kompetensi Inti KD : Kompetensi Dasar TI : Teknik Informatika

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

(10)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sintak Model CORE ... 15

Tabel 2. Saran Pesera Didik SMP Swasta ... 25

Tabel 3. Saran Peserta Didik SMP Negeri ... 26

Tabel 4. Pedoman Wawancara ... 34

Tabel 5. Kisi-kisi pertanyaan untuk ahli materi ... 36

Tabel 6. Kisi-kisi pertanyaan untuk ahli media ... 38

Tabel 7. Kisi-kisi pertanyaan untuk guru PAK ... 40

Tabel 8. Subjek Penelitian... 45

Tabel 9. Validator ... 45

Tabel 10. Katergori hasil validasi ahli materi ... 59

Tabel 11. Kategori hasil presentasi validasi ahli materi ... 60

Tabel 12. Saran dan Usul Ahli Materi ... 61

Tabel 13. Hasil validasi ahli media ... 62

Tabel 14. Kategori hasil persentase validasi ahli media ... 63

Tabel 15. Saran Usul ahli media... 64

Tabel 16. Kategori hasil validasi Guru PAK ... 65

Tabel 17. Kategori hasil persentase validasi guru PAK ... 66

Tabel 18. Saran dan usul guru PAK ... 67

(11)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hasil Validasi Ahli Materi ... 60 Grafik 2. Hasil Validasi Ahli Media ... 63 Grafik 3. Hasil Validasi Guru PAK ... 66

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman yang semakin modern, teknologi dan komunikasi berkembang semakin pesat. Hal ini memungkinkan manusia untuk mengakses berbagai informasi dengan sangat mudah dan cepat. Nurudin (2019: 5) menegaskan bahwa teknologi membuat manusia untuk menemukan banyak hal. Demikian juga dalam pendidikan di Indonesia, guru sebagai pendidik diharapkan mampu untuk terus berinovasi menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, efektif dan efisien.

Pembelajaran yang diharapkan tersebut dapat terwujud, jika ada media pembelajaran interaktif dan kontekstual yang mampu membuat peserta didik termotivasi mengikuti pembelajaran. Suryani (2018: 29) mengatakan bahwa tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan pola tradisional yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Maka dari itu, mulai banyak dikembangkan proses pembelajaran yang interaktif dan kontekstual dengan memanfaatkan teknologi.

Prawiradilaga (2013: 37-38) menjelaskan bahwa e-learning merupakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan teknologi dan komunikasi sebagai mediasi dalam pembelajaran, baik secara sinkronous dan asinkronous. Hal ini didukung oleh Permendikbud No. 36 tahun 2013 tentang penerapan metode pembelajaran berbasis e-learning. Dikatakan bahwa e-learning bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik di dalam mengembangkan segala potensi yang

(13)

dimilikinya serta menjawab tuntutan perkembangan zaman. Melihat pentingnya pembelajaran e-learning dan kebutuhan peserta didik saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewujudkannya dalam bentuk Kurikulum 2013, yang terus dikembangkan sebagai metode pembelajaran dalam pendidikan di Indonesia.

Penerapan Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan hardskill dan softskill yang dimiliki peserta didik. Kurikulum 2013 sudah berjalan dan berlaku di setiap sekolah di seluruh Indonesia. Namun, metode ini dirasa masih belum maksimal dalam penerapannya. Perlu pendampingan atau pelatihan kepada tenaga pendidik agar mereka dapat mendidik sesuai dengan kebutuhan peserta didik di zaman sekarang ini.

Berdasarkan pengalaman yang penulis jumpai selama pelaksanaan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) I-III, dan sharing bersama dengan teman-teman, sebagian besar sekolah sudah menerapkan pembelajaran berbasis e-learning dan memanfaatkan media dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Pemanfaatan media sebagai media pembelajaran belum digunakan secara maksimal. Di beberapa sekolah pembelajaran masih dilakukan dengan menggunakan cara tradisional atau berpusat pada guru. Penggunaan media pembelajaran sangat perlu dalam pembelajaran. Namun, dalam kenyataannya, guru sebagian masih menggunakan media berupa Powerpoint yang berisikan gambar, video, lagu, dan sebagainya.

Belakangan ini negara-negara di berbagai belahan dunia tak terkecuali Indonesia sedang dilanda pandemi covid-19. Virus covid-19 merupakan jenis

(14)

virus yang membahayakan bagi manusia dan penularannya begitu cepat melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Hal ini menyebabkan lembaga pendidikan memutuskan untuk mengubah proses pembelajaran. Pembelajaran formal diganti dengan model pembelajaran dalam jaringan (daring), dengan bahan yang diberikan oleh guru. Untuk menanggapi kebutuhan peserta didik dan situasi sekarang ini perlu terobosan baru dalam dunia pendidikan terlebih pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Pembuatan aplikasi berbasis Android sekarang ini semakin berkembang dan marak di dunia pendidikan, salah satunya adalah aplikasi Ruang Guru. Fitur dalam aplikasi Ruang Guru tidak menyediakan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Berdasarkan persoalan-persoalan yang muncul, penulis mencoba mengembangkan purwarupa aplikasi media pembelajaran berbasis Android untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas VIII dengan materi “Panggilan dan Perutusan Murid Yesus”. Purwarupa ini memuat konten yang meliputi materi literasi, soal-soal kuis, gambar, animasi, dan permainan. Materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus disusun berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam silabus mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas VIII SMP. Soal-soal kuis disusun sebagai latihan serta mengetahui seberapa jauh pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran. Gambar dalam purwarupa aplikasi dibuat dengan tujuan untuk memudahkan dan memberi gambaran materi yang dibahas dalam bentuk ilustrasi gambar. Animasi dan permainan digunakan sebagai pembelajaran interaktif. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka penulis menyusun sebuah

(15)

penelitian skripsi dengan judul PENGEMBANGAN PURWARUPA APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS VIII MATERI PANGGILAN DAN PERUTUSAN MURID YESUS.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat didefinisikan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Perkembangan media dalam pembelajaran belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai sarana dalam pembelajaran di tengah pandemi.

2. Belum tersedianya media pembelajaran digital berbasis aplikasi Android untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

3. Keterbatasan tenaga pendidik untuk menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran di tengah pandemi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi masalah pada Pengembangan Purwarupa Aplikasi Media Pembelajaran Online Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMP Kelas VIII Materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus.

(16)

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan purwarupa aplikasi media pembelajaran online Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas VIII materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus?

2. Bagaimana kelayakan purwarupa aplikasi media pembelajaran online Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas VIII materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan purwarupa aplikasi media pembelajaran online Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas VIII materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus.

2. Mengetahui kelayakan purwarupa aplikasi media pembelajaran online Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas VIII materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru PAK dan Budi Pekerti

a. Membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran bagi peserta didik.

(17)

2. Peserta didik

Meningkatkan minat belajar peserta didik dan membantu peserta didik untuk memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. 3. Bagi dunia pendidikan

a. Memberi terobosan baru dalam penyampaian dan penerimaan pembelajaran di sekolah terlebih pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

b. Memberi solusi media pembelajaran online.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penulisan Research and Development (R&D) atau metode penelitian dan pengembangan. Metode Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2016: 297) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Pada penelitian R&D ini terdapat lima langkah pengembangan meliputi: potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, dan revisi.

H. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan, pada bagian ini terdapat beberapa bagian yaitu, latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode sistematik.

(18)

Bab II Kajian Teori, pada bagian kajian teori berisikan teori-teori yang menjadi landasan dasar pada penelitian yang dilakukan.

Bab III Metodologi Penelitian, pada bagian ini menguraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik pengembangan instrumen dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bagan ini berisikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasannya, yang meliputi responden, deskripsi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V Penutup, pada bagiam ini menguraikan tentang bagian ini berisi tentang uraian dalam bentuk kesimpulan dan saran.

I. Spesifikasi Produk

1. Purwarupa yang dikembangkan dalam penelitian diberi nama “SCIENZA” (ilmu).

2. Purwarupa ini berisikan konten yang meliputi konsep pembelajaran, materi, video, kuis, evaluasi, dan permainan sebagai pembelajaran interaktif bagi anak.

3. Materi dalam purwarupa dibuat dan disajikan dalam bentuk cerita bergambar atau komik.

4. Kuis dibuat dalam bentuk susun huruf sebagai latihan dan pilihan ganda sebagai evaluasi.

(19)

5. Desain Purwarupa aplikasi media pembelajaran Scienza dibuat dan dikembangkan menggunakan aplikasi Microsoft Powerpoint, dan aplikasi Android “Pixellab”.

6. Konten dalam purwarupa merupakan konten edukasi dan pembelajaran. 7. Konten dalam purwarupa dikembangkan menggunakan situs web “Pixtoon”

dan Puzzle.org, yang merupakan sebuah web untuk membuat komik dan puzzle.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Purwarupa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), purwarupa memiliki arti sebagai rupa awal atau rupa yang pertama kali dari sebuah produ k. Hal ini juga dikemukakan oleh Moonen (1999: 99) dalam Rochmad (2012: 67) “Prototyping is process of creating an early version of the final product”. Prototipe adalah proses menciptakan suatu versi awal dari produk. Desain awal atau purwarupa ini penting dalam pembuatan sebuah produk. Melalui purwarupa kita dapat melihat kualitas sebuah produk serta kegagalannya secepat mungkin, sehingga dapat mengetahui dan menentukan langkah selanjutnya untuk melakukan perbaikan pada produk yang akan dikembangkan (Prawiradilaga et al., 2017: 51).

2. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang berarti tengah, pengantara atau perantara (Arsyad, 2019: 3). Media juga dapat diartikan sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan mendistribusikan simbol melalui rangsangan indra tertentu, disertai penstrukturan informasi (Miarso, 2007). Keberadaan media dalam kehidupan sehari-hari sudah sejak lama digunakan manusia, terutama untuk dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Berdasarkan pengertian media di atas, dapat disimpulkan bahwa media

(21)

merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk membantu menyampaikan informasi antara pemberi dan penerima informasi.

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai interaksi yang mendalam antara guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar (Dapiyanta, 2011: 10). Miarso dalam Suryani et al. (2018: 3) juga berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, dengan mengondisikan proses belajar dalam diri peserta didik. Hal ini semakin dipertegas Sanaky dalam Suryani (2018: 4) yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar.

Melalui definisi media dan pembelajaran yang sudah dipaparkan sebelumnya, media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu alat atau sarana untuk menyampaikan informasi antara guru kepada peserta didik, sehingga terjadi suatu interaksi dan komunikasi antara guru yang membelajarkan dan peserta didik yang belajar. Selain itu, Suryani (2018: 4) menegaskan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan serta merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat terjadi proses pembelajaran yang terkendali. Maka dari itu pemilihan media pembelajaran bagi peserta didik perlu diperhatikan dengan sungguh.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dunia pendidikan dapat menjadi solusi penyampaian pembelajaran yang interaktif dan menarik bagi peserta didik karena terhubung dengan jaringan internet. Sebagai media yang terhubung dengan internet (jaringan), TIK dapat menjadi sumber informasi pembelajaran, menjadi media dalam model pembelajaran online, dan

(22)

penyelenggaraan e-learning atau model pembelajaran jarak jauh. Prawiradilaga, et al. (2013: 21) menjelaskan bahwa pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan memiliki keunggulan tersendiri, yaitu proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan situasi guru dan siswa. Hal ini sangat relevan dengan situasi pendidikan sekarang ini, metode pembelajaran formal harus diubah menjadi model pembelajaran online, karena pandemi Covid-19.

a. Tujuan Media Pembelajaran

Secara garis besar, media pembelajaran ada dan digunakan untuk membantu proses pembelajaran supaya lebih efektif, terutama untuk mempermudah peserta didik dalam proses memahami materi. Selain itu Smaldino dalam Suryani et al., (2018: 9) secara singkat menjabarkan bahwa tujuan media pembelajaran adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan pembelajaran. Berdasarkan tujuan media menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa, media pembelajaran dirancang dan diperuntukkan untuk membantu pembelajaran di kelas supaya materi dan tujuan dari pembelajaran tetap berkaitan sehingga siswa mampu memahami materi dengan baik.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran digunakan untuk membantu peserta didik dalam memahami suatu bahan ajar dengan lebih mudah, dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mencapai tujuan dari pembelajaran. Untuk sampai pada hal ini, diperlukan suatu media pembelajaran yang menarik dan interaktif bagi

(23)

peserta didik. Sudjana dan Rival dalam Suryani et al., (2018: 14) mengatakan bahwa media pembelajaran membantu pembelajaran di kelas supaya lebih menarik dan interaktif. Pembelajaran yang menarik mendorong motivasi belajar dari siswa sehingga pembelajaran dapat diterima dengan baik.

3. Mobile Learning a. Mobile Learning

Husamah (2014: 176) mengatakan bahwa mobile learning atau sering disingkat m-learning didefinisikan sebagai penyampaian bahan pembelajaran elektronik pada alat komputasi mobile agar dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Selain itu Ally (2009: 1) juga menjelaskan mobile learning adalah pembelajaran melalui teknologi mobile wireless yang memungkinkan setiap orang untuk mengakses informasi dan materi pembelajaran dari mana saja dan kapan saja. Peserta didik dapat dengan mudah mengakses materi-materi pembelajaran dan menentukan kapan peserta didik ingin belajar, sehingga peserta didik memiliki kebebasan dalam menentukan kapan dan di mana ia akan belajar. Darmawan (2012: 15) menjelaskan mobile learning adalah salah satu alternatif bahwa layanan pembelajaran dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja. Dengan kata lain m-learning menghilangkan keterbatasan atau penghalang dalam proses pembelajaran melalui mobilitas dari perangkat portabel (Husamah, 2014: 175). M-learning dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan komunikasi mobile (bergerak) sehingga pembelajaran tidak terkendala oleh ruang dan waktu.

(24)

b. E-learning

Yazdi (2012: 146) mendefinisikan e-learning sebagai pembelajaran dengan menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Electronic Learning atau biasa disingkat e-learning merupakan suatu program pembelajaran dengan menggunakan sarana elektronik seperti komputer dan telepon genggam dan sebagainya, guna memberikan pelatihan atau bahan ajar, (Stockley dalam Prawiradilaga 2013: 33). Sementara E-learning sebagai media pembelajaran memiliki dua tipe yaitu sinkronous dan asinkronous (Hartanto, 2016). Sinkronous dapat diartikan secara bersamaan atau dalam waktu yang sama, maksudnya adalah proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik dilakukan secara langsung melalui komputer dan jaringan internet. Hal ini memungkinkan peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan pendidik melalui media tersebut. Asinkronous merupakan pembelajaran yang dilakukan secara tidak langsung atau dalam waktu yang berbeda, sehingga peserta didik bisa mengambil waktu yang berbeda dengan pendidik yang memberikan materi.

4. Konsep Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Helmiati, 2012: 19). Pendekatan dalam pembelajaran

(25)

digunakan supaya konsep pembelajaran dapat dipahami oleh peserta didik. Pendekatan yang digunakan dalam purwarupa ini adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang dapat membantu peserta didik untuk mengaitkan materi pelajaran dengan situasi konkrit sehari-hari.

Strategi yang dipakai pada purwarupa ini yaitu critical incident (pengalaman penting). Critical incident dapat diartikan sebagai kejadian penting, pengalaman yang membekas dalam ingatan (Helmiati, 2012: 98). Strategi ini memiliki bertujuan untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajarn dengan cara merefleksikan pengalaman. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Helmiati, 2012: 57). Pada purwarupa ini menggunakan beberapa metode yaitu, tanya jawab, mind maping, diskusi, dan inqury.

Penyampaian materi dalam purwarupa menggunakan model pembelajaran connecting, organizing, reflecting, extending (CORE). CORE adalah model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir peserta didik untuk menghubungkan, mengorganisasikan, mendalami, mengelola dan mengembangkan informasi yang didapat serta mampu berpikir kritis. Model adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (Helmiati, 2012: 19). Model pembelajaran core mencakup empat aspek kegiatan, yaitu connecting, organizing, reflecting, extending.

a. Connecting merupakan suatu kegiatan mengoneksikan informasi lama dan informasi baru serta koneksi ataran konsep.

(26)

b. Organizing merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi.

c. Reflecting merupakan kegiatan memikirkan kembali, mendalamai, dan menggali informasi yang sudah didapat.

d. Extending merupakan kegiatan untuk mengembangakan, memperluas, menggunakan, dan menemukan. Melalui kegiatan ini peserta didik dilatih untuk mengembangkan, memperluas informasi yang sudah diperoleh, menggunakan informasi tersebut dan menemukan informasi serta konsep baru yang bermanfaat.

Tabel 1 Sintak Model CORE

Fase Kegiatan

Connecting:

Mengoneksikan informasi lama dan informasi baru

Menyampaikan pertanyaan berkaitan dengan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan serta untuk menggali pengetahuan awal peserta didik

Organizing:

Mengorganisasikan ide untuk memahami materi ajar

Membantu peserta didik dalam

mengorganisasikan ide yang telah dibahas dalam tahap sebelumnya.

Reflecting: Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi

Mengajak peserta ddik untuk merefleksikan pengetahuan dan mendalaminya.

Extending: Pengembangan,

perluasan, dan menemukan solusi

Mengarahkan peserta didik menggunakan dan menerapkan pengetahuannya.

(27)

5. Pendidikan Agama Katolik

Cremin dalam Groome (2010: 29) mengatakan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus, dengan tujuan untuk mendapat pengetahuan dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Menyadari pentingnya pendidikan bagi perkembangan dan kualitas hidup manusia, pemerintah menyelenggarakan suatu metode pendidikan nasional, yang diatur dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003. Menurut Undang-Undang, salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Gereja dalam Konsili Ekumenis mengatakan bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan sebagai pendewasaan pribadi manusia, namun hendaknya pendidikan sampai pada tahap mendalami misteri keselamatan, penghayatan akan hidup yang baru, mengusahakan pertumbuhan tubuh mistik, menyadari penggilan mereka, dan mampu memberi kesaksian (GE 2). Maka dari itu Pendidikan Agama sangat berperan penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan keimanan dan ketakwaan peserta didik.

Tujuan pendidikan selaras dengan hakikat PAK yang disampaikan Wono Wulung (2008: 14) yaitu pendidikan haruslah bervisi spiritual atau berhubungan dengan inti hidup manusia. Maksudnya ialah Pendidikan Agama Katolik terus berusaha mengembangkan kedalaman hidup naradidik secara konsisten dalam berbagai aspek dan segi kehidupan. Pendidikan diharapkan mampu membantu peserta didik untuk menemukan makna hidup dalam kehidupan sehari-hari (Wono Wulung, 2008: 15). Hal ini sejalan dengan Dekrit Konsili Vatikan II Catechesi

(28)

Tradendae bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan pembinaan iman yang berjalan terus menerus, yakni mulai dari anak-anak, kaum muda, orang-orang dewasa, hingga usia lanjut (CT 18).

Menurut Mangunwijaya dalam Wono Wulung (2008: 15), hakikat dasar PAK adalah sebuah komunikasi iman. Sebagai sebuah komunikasi iman, PAK perlu bertitik tolak dari pengalaman penghayatan iman atau tindakan dalam kehidupan sehari-hari. PAK adalah proses pendewasaan iman, peneguhan pengharapan, dan perwujudan cinta kasih (religiositas). Wono Wulung (2008: 23), memaparkan tujuan pendidikan iman yang pertama bersifat holistik. Bersifat holistik artinya sesuai dengan kepentingan hidup naradidik, tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis. Ketiganya merupakan unsur-unsur pokok dari kehidupan orang beriman yang dewasa. Kedua demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh kegiatan pendidikan iman atau PAK. Tujuan PAK yang ketiga yaitu demi kedewasaan iman. Iman Kristiani mencakup tindakan meyakini (believing), mempercayai (trusting), dan melakukan kehendak Allah (doing God’s will).

Boys dalam Wono Wulung (2008) juga mengatakan bahwa PAK berperan sebagai pembuka jalan selebar-lebarnya agar setiap peserta didik memiliki akses untuk sampai pada seluruh harta kekayaan iman komunitas. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), menjelaskan tujuan PAK & Budi Pekerti yaitu agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap membangun hidup yang semakin beriman.

(29)

6. Media Pendidikan Agama Katolik

Media adalah sarana untuk menyampaikan informasi antara pemberi informasi, kepada penerima informasi sehingga terjadi suatu interaksi dan komunikasi antara keduanya. Gereja memberikan perhatian kepada media agar dimanfaatkan dengan baik. Hal ini dinyatakan dalam dekrit tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial, Inter Mirifica:

Bunda Gereja menyadari, bahwa upaya-upaya itu, kalau digunakan dengan baik, dapat berjasa besar bagi umat manusia sebab sangat membantu untuk menyegarkan hati, mengembangkan budi dan menyiarkan serta memantapkan Kerajaan Allah (IM 2)

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa peran media jika digunakan dengan baik maka akan sangat membantu manusia. Pemanfaatan media dalam Gereja diterapkan dalam karya katekese dan pendidikan, khususnya pendidikan agama katolik.

Penggunaan media sebagai sarana komunikasi dalam pendidikan memiliki peran yang besar, terutama dalam Pendidikan Agama Katolik. Communio et Progressio menegaskan bahwa sarana komunikasi memiliki peran yang makin besar nan menentukan, menjadi bagian dari sistem penyelenggaraan sekolah dan menyediakan pengajaran keagamaan, (CP 48). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Komisi Kateketik KWI (2015: 66) menyatakan PAK perlu menggunakan media sebagai peleburan antara pengguna media komunikasi itu sendiri dengan prinsip-prinsip pendidikan iman. Menanggapi penggunaan media tersebut Gereja dalam dekrit tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial, Inter Mirifica menegaskan

(30)

bahwa Gereja berhak menggunakan dan memiliki semua jenis media, sejauh diperlukan atau berguna bagi pendidikan Kristen dan seluruh karya demi keselamatan manusia (IM 3).

Pendidikan Agama Katolik dalam Catechesi Tradendae merupakan pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman yang khususnya mencakup penyampaian ajaran kristen (CT 18). Senada dengan itu, Sari & Wilhelmus, (2017: 61) mengatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik ialah pendidikan tentang iman Katolik yang hidup, tumbuh, berkembang dalam diri umat beriman, dan didasarkan pada cara hidup dan ajaran Yesus Kristus. Dokumen Konsili Vatikan II dalam Gravissimum Educationis menyatakan tujuan Pendidikan Agama Katolik yaitu untuk pendewasaan iman pribadi manusia, mendalami misteri keselamatan, menyadari penggilan mereka, dan memberi kesaksian (GE 2). Untuk sampai pada tujuan tersebut PAK perlu diupayakan dengan sungguh dan dengan berbagai macam metode, situasi, serta suasana, agar orang merasa semakin ditumbuhkembangkan baik pengetahuan maupun sikap hidup berimannya, terutama di era digital yang identik dengan media (Komkat KWI, 2015: 66). Perkembangan media digital terlebih internet memberikan peluang besar dalam pewartaan di zaman ini. Bapa suci Yohanes Paulus II memandang internet sebagai sarana baru dalam pewartaan injil, “internet menyediakan peluang-peluang yang bagus sekali untuk pewartaan Injil, asalkan dilandasi kompetensi dan kesadaran yang jelas akan kekuatan dan kelemahannya”.

(31)

Pierre Babin OMI dalam Boedi (2018: 22) mengatakan bahwa, pada zaman ini, bila kita ingin mengadakan pewartaan iman atau pendalaman iman dan pengajaran agama bagi generasi yang dipengaruhi bahasa televisi, kita harus menggunakan bahasa simbolis. Bahasa jenis ini mempunyai pendekatan yang penuh gambar, imajinasi dan cerita. Hal serupa juga dikatakan oleh Komisi Kateketik KWI (2015: 66) bahwa katekis atau guru dapat memanfaatkan media digital sebagai sarana yang mendukung peserta dalam proses pertemuan untuk mencari berbagai informasi, bahan, gambar, film, yang menunjang topik atau tema yang dibahas. Maka dari itu media Pendidikan Agama Katolik, dapat didefinisikan sebagai sarana atau alat bantu yang digunakan untuk pendidikan iman, sehingga iman seseorang dapat berkembang secara utuh dalam iman akan Yesus Kristus.

7. Materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus

Materi panggilan dan perutusan murid Yesus merupakan materi kelas VIII yang terdiri dari tiga pokok pembahasan yaitu, Yesus memanggil murid-murid-Nya, cara hidup murid Yesus, dan tugas perutusan sebagai murid Yesus.

a. Yesus memanggil murid-murid-Nya

Pengalaman dipanggil dalam kehidupan sehari-hari merupakan pengalaman yang lumrah dan terkesan biasa saja, namun akan menjadi mengesankan ketika panggilan itu berasal dari orang yang istimewa seperti tokoh-tokoh ternama, dan mereka yang dihormati. Hal ini berpengaruh besar pada tanggapan yang diberikan ketika mendapat panggilan. Ada orang yang bersikap biasa saja, ada yang

(32)

bersikap langsung menanggapi panggilan tersebut, bahkan ada pula yang menolak dengan tegas panggilan tersebut. Pada kisah panggilan murid Yesus, terdapat tiga fase yaitu pertemuan, panggilan dan jawaban (Priana, 2019: 19). Panggilan ini ditandai dengan perjumpaan Yesus dengan murid yang pertama di danau Galilea. Fase kedua merupakan panggilan yang berarti sebuah undangan bagi para murid, hal ini ditandai dengan ajakan Yesus “Datang ikutlah Aku dan Aku akan menjadikan kamu penjala manusia” (Matius 4:19). Fase terakhir merupakan jawaban atas panggilan Yesus. Jawaban atas panggilan Yesus ini ditandai dengan tindakan Petrus dan Andreas yang meninggalkan jalanya lalu mengikuti Yesus. Tindakan ini, merupakan suatu syarat untuk mengikuti Yesus yaitu meninggalkan perihal duniawi.

Tujuan Panggilan yang dialami murid-murid Yesus merupakan panggilan untuk ikut ambil bagian dalam tugas pewartaan-Nya yaitu, mewujudkan dan mewartakan Kerajaan Allah serta selalu menyertai dalam tugas perutusan (Setyawan, 2018: 294). Peristiwa Yesus memanggil para murid-Nya merupakan suatu inisiatif dari Yesus (Handoko, 2020: 7). Dalam pewartaan-Nya, Yesus menganggap para murid sebagai seorang mitra dalam menjalankan tugas perutusan.

Yesus memanggil para murid-Nya dengan berbagai cara, baik secara langsung, membaca kitab suci, serta melihat keadaan umat. Secara langsung Yesus dalam panggilannya meminta para murid untuk ikut mewartakan Kerajaan Allah. Selain itu, panggilan perutusan dilakukan dengan melihat keadaan umat

(33)

baik yang kaya maupun yang miskin. Panggilan Yesus pada muridnya tentunya memiliki syarat dan konsekuensi yang harus ditanggung.

Syarat dan konsekuensi mengikuti Yesus yaitu, dengan menyangkal diri, memanggul salib, dan mau mengikuti Yesus. Menyangkal diri berarti tidak bersikap egois dan mengutamakan kepentingan bersama. Selain itu memanggul salib memiliki arti rela berkorban bagi sesama dan menderita bersama Yesus. Sedangkan mengikuti Yesus memiliki arti tinggal bersama dan setia pada pengajaran-Nya. (Matius 16: 24)

Memutuskan menjadi murid Yesus tentunya harus dimaknai dengan sungguh. Menjadi murid Yesus berarti mau mengutamakan Tuhan di atas segalanya dan membiarkan Ia mengatur segalanya, termasuk hidup kita. Selaras dengan itu Priana (2019: 20), mengatakan menjadi murid atau menjadi Gereja berarti menempatkan semua yang dipunya demi kepentingan Yesus, oleh karena itu untuk menanggapi panggilan menjadi murid Yesus Kristus perlu membangun sikap mantap seutuhnya dalam diri, tidak banyak pertimbangan serta (Luk 9: 66).

b. Cara hidup murid Yesus

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan sebuah persekutuan (communio) sebagai rumah untuk berkembang. Persekutuan yang baik merupakan persekutuan yang mampu membuat setiap anggota persekutuan tersebut berkembang secara utuh. Maka dari itu, setiap anggota persekutuan perlu memiliki sikap saling membantu dan menguatkan satu sama lain, saling berbagi, mengasihi serta saling mengembangkan. Persekutuan akan terus berkembang

(34)

dengan baik jika setiap anggota persekutuan secara aktif ambil bagian di dalamnya. Namun, tidak semua persekutuan mampu, berkembang dengan baik, hal itu dikarenakan ada anggota persekutuan yang tidak mau ikut ambil bagian di dalamnya. Selain itu adanya sikap egois dalam diri masing-masing anggota, kurangnya tanggung jawab, dan tidak jujur, serta tidak adanya rasa saling memiliki antara satu dengan yang lain akan membuat persekutuan tidak mampu bertahan lama.

Setiap persekutuan memiliki kekhasan masing-masing, dan kekhasan ini menjadi identitas bagi persekutuan tersebut. Seperti halnya persekutuan murid Yesus, yang memiliki ciri khas dalam kehidupannya, ini semua terwujud dalam persekutuan hidup jemaat perdana. Jemaat perdana memiliki ciri khas dan keunikan yang membuat semua orang tertarik untuk ikut bergabung bersama persekutuan ini. Persekutuan hidup jemaat perdana disatukan oleh roh dalam persaudaraan sehati dan sejiwa. Persekutuan ini hidup dalam kepedulian pada sesama, semua anggotanya menjunjung tinggi kesederajatan masing-masing individu. Selain itu, mereka saling melayani satu sama lain, tak terkecuali pemimpin dalam jemaat perdana yang juga mau melayani dan menjadi saksi atas kebangkitan Yesus Kristus. Persekutuan murid Yesus, selalu bertekun dalam pengajaran para rasul, dan selalu mengadakan perjamuan kudus bersama untuk mengucap syukur kepada Allah .

Cara hidup jemaat perdana yang demikian memungkinkan setiap anggota berkembang secara utuh dalam iman, sebagai murid Kristus. Dinamika hidup jemaat perdana tidak hanya berhenti pada hal kegiatan rohani saja, melainkan

(35)

lebih dari itu. Dinamika hidup jemaat perdana semakin berkembang dan diwujudkan dalam tindakan dan rasa peduli pada sesama. Melalui cara hidup jemaat perdana yang bersifat terbuka bagi semua orang, membuat persekutuan ini dicintai oleh semua orang, hal ini berdampak pada penambahan jumlah anggota persekutuan murid Kristus. Gambaran hidup persekutuan jemaat perdana menjadi cerminan bagi cara hidup persekutuan murid Yesus jaman ini, untuk semakin berkembang menjadi persekutuan yang lebih baik lagi.

c. Tugas perutusan sebagai murid Yesus

Menjadi seorang utusan dan mengemban tugas perutusan perlu menerima dengan senang hati dan percaya dengan sungguh bahwa Ia yang mengutus selalu mendampingi, dan memberikan jaminan keselamatan (Matius 10:28). Begitu pula murid-murid Yesus yang disatukan dengan Gereja, juga mendapat tugas perutusan dari-Nya untuk bersama mewartakan Kerajaan Allah. Evangelii Nutiandi (Paulus VI, 2019), menegaskan bahwa tugas perutusan untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa merupakan perutusan hakiki dari Gereja. Tugas perutusan sebagai murid-murid Yesus merupakan tugas pokok Yesus sendiri yaitu untuk mewartakan kedatangan Kerajaan Allah. Mewartakan Kerajaan Allah berarti mau mengupayakan terciptanya kedamaian, kerukunan, persaudaraan keadilan, serta cinta kasih di tengah kehidupan persekutuan. Tugas ini tidak mudah, dan memiliki konsekuensi dan risiko yang sangat besar.

Pada prosesnya akan ada banyak sekali halangan dan rintangan yang mewarnai tugas perutusan sebagai murid Yesus. Hal ini juga dituliskan dalam

(36)

(Lukas 10:3) “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba di tengah-tengah serigala”. Meskipun begitu Yesus berjanji untuk selalu menyertai kita dalam tugas perutusan ini. Kita sebagai orang Kristen yang sudah dibaptis memiliki tugas dan tanggung jawab untuk bersama Yesus mewartakan Kerajaan Allah di lingkungan sekitar.

B. Penelitian Relevan

Berikut merupakan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran digital berbasis Android:

1. Florentina Windi Widiastuti (2020) yang berjudul: “ANALISIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK SMP SWASTA KATOLIK DI KOTA YOGYAKARTA UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS APLIKASI ANDROID PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI” Hasil penelitian ini adalah: kebutuhan peserta didik terhadap media pembelajaran berbasis aplikasi Android untuk Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yaitu berada pada kategori “sangat membutuhkan” dengan persentase 63% atau 244 peserta didik. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai mean sebesar 37,14 yang menunjukkan bahwa rata-rata peserta didik sangat membutuhkan adanya media pembelajaran berbasis aplikasi Android untuk Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Tabel 2. Saran Pesera Didik SMP Swasta

No Tanggapan/Saran Jumlah Persentase

1 Menampilkan video yang sesuai dengan materi 87 15,70%

2 Memuat Gambar 53 9,57%

(37)

4 Animasi untuk menjelaskan Kitab Suci 50 9,03% 5 Dikembangkan dengan tampilan yang menarik 38 6,86%

6 Menggunakan lagu-lagu 32 5,78%

7 Menampilkan rangkuman materi 27 4,87% 8 Terdapat Soal-soal latihan yang sesuai materi 26 4,69%

2. Delmi Olivia (2020) yang berjudul: “ANALISIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK SMP NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS APLIKASI ANDROID PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI” Hasil penelitian ini adalah: berdasarkan penelitian dan kajian yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik membutuhkan media pembelajaran yang berbasis aplikasi Android pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan nilai rata-rata sebesar 57,03 dan termasuk kategori “sangat butuh”.

Tabel 3. Saran Peserta Didik SMP Negeri

No. Saran Jumlah Persentase

1. Memiliki gambar 45 15%

2. Menggunakan Android agar tidak bosan menggunakan buku, pelajaran bisa lebih menyenangkan dan bervariasi

33 11%

3. Terdapat video/film singkat 32 10,8%

4. Mudah dipahami 32 10,8%

5. Ada permainan 23 8%

6. Penjelasan lengkap 23 8%

3. Eugenius Patria Candra Wiranata (2019) yang berjudul: “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM BENTUK APLIKASI LOGOS PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS VII DI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA”. Hasil penelitian ini adalah: Berdasarkan hasil uji oleh ahli

(38)

materi dan ahli media aplikasi Logos sudah layak digunakan sebagai media pembelajaran PAK dan budi pekerti, namun masih banyak hal yang perlu dibenahi di dalamnya

(39)

C. Kerangka Pikir

Analisis Kebutuhan :

1. Perkembangan media dalam pembelajaran belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai sarana dalam proses pembelajaran secara kontekstual.

2. Belum tersedianya media pembelajaran digital berbasis aplikasi Android untuk mata pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti yang menunjang.

Pengembangan :

a. Merancang desain purwarupa Scienza sebagai media pembelajaran online Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

b. Mengembangkan produk media pembelajaran Scienza Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMP kelas VIII untuk materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus

Evaluasi :

Validasi desain purwarupa Scienza sebagai media pembelajaran online

Revisi desain purwarupa Scienza

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian dan pengembangan atau menurut Borg and Gall sering disebut Research and Development (R&D). Jenis penelitian ini digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2018: 407). Desain penelitian Research and Developmen (R&D) menurut (Sugiyono 2016: 289), memiliki beberapa tahapan di dalamnya yaitu sebagai berikut:

(41)

30

Berdasarkan langkah-langkah penelitian tersebut maka dalam penelitian ini penulis hanya membatasi tahap penelitian sebagai berikut:

B. Desain Penelitian 1. Potensi dan Masalah

Potensi merupakan sesuatu yang memiliki nilai tambah apabila dipergunakan secara maksimal, namun akan menjadi masalah bila potensi yang ada tidak dapat dipergunakan dengan baik (Sugiyono, 2019: 77). Dalam penelitian ini peneliti menemukan potensi dan masalah yaitu pemanfaatan media pembelajaran belum secara maksimal terutama di tengah pandemi ini, belum tersedianya media pembelajaran digital berbasis android dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Potensi dan masalah juga diperoleh dari hasil analisis kebutuhan serta wawancara terhadap empat orang guru di empat Sekolah Menengah Pertama, di Yogyakarta. Selain itu, untuk analisis peserta didik peneliti menggunakan data hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2020) dan Olivia (2020) mengenai analisis kebutuhan peserta didik untuk media pembelajaran berbasis Android. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa peserta didik memerlukan media pembelajaran berbasis aplikasi Android dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

2. Belum tersedianya media pembelajaran digital berbasis aplikasi android untuk mata pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti yang menunjang.

Pengembangan :

1. Merancang desain purwarupa Scienza sebagai media pembelajaran e-learning pendidikan Agama Katolik dan budi pekerti

2. Mengembangkan produk media pembelajaran Sienza Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk materi Panggilan dan perutusan Yesus SMP kelas VIII .

Evaluasi :

1. Validasi desain purwarupa Scienza sebagai media pembelajaran. 2.

Bagan 3. Tahapan R&D

(42)

2. Pengumpulan Data

Pada langkah ini, pengumpulan data dilakukan kepada empat orang guru Pendidikan Agama Katolik. Melalui hasil wawancara dengan guru PAK, peneliti memperoleh data yang dapat digunakan dalam pengembangan purwarupa aplikasi media pembelajaran online Pendidikan Agama Katolik kelas SMP kelas VIII untuk materi Panggilan dan Perutusan Murid Yesus.

3. Desain Produk

Tahap ini merupakan tahap pembuatan rancangan atau desain pada produk yang akan peneliti buat. Rancangan atau desain produk dibuat berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti lakukan. Pada tahap awal peneliti membuat sketsa awal dan pemikiran dasar dari produk. Pada tahap kedua peneliti membuat rencana penyelenggaraan pembelajaran (RPP), mengolah materi, dan kuis yang akan digunakan sebagai konten pada purwarupa aplikasi Scienza. Selanjutnya peneliti membuat animasi dan permainan sebagai konten pembelajaran interaktif pada Purwarupa aplikasi Scienza. Setelah itu, peneliti menggabungkan semuanya menjadi satu kesatuan dalam purwarupa aplikasi Scienza.

4. Validasi Desain

Tahap ini merupakan tahap penilaian terhadap desain atau rancangan produk yang sudah dibuat sebelumnya. Pada penelitian ini rancangan produk media pembelajaran Scienza dinilai oleh ahli materi, ahli media, serta empat guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Penilaian pada rancangan

(43)

produk media pembelajaran Scienza ini dilakukan supaya peneliti mengetahui secara detail kelebihan dan kekurangan dari rancangan produk media pembelajaran Scienza. Melalui tahap validasi, rancangan purwarupa media pembelajaran Scienza dapat diperbaiki dan dijadikan referensi ke depannya.

5. Revisi Desain (Desain Teruji)

Pada tahap revisi desain, peneliti melakukan revisi purwarupa berdasarkan usul dan saran dari ahli materi, ahli media, dan guru PAK. Revisi purwarupa bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dari purwarupa aplikasi media pembelajaran online. Setelah purwarupa direvisi, maka purwarupa yang dihasilkan dapat disebut sebagai desain teruji.

C. Subjek Dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Yogyakarta dalam kurun waktu dari bulan April sampai dengan Juni 2020.

2. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, data serta analisis kebutuhan diperoleh melalui wawancara terhadap guru Pendidikan Agama Katolik di SMP N 1 Kretek, SMP Stella Duce 2, SMP Kanisius Bambanglipuro, SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu.

(44)

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data 1. Identifikasi Variabel

Penelitian ini berjudul “PENGEMBANGAN PURWARUPA APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS VIII MATERI PANGGILAN DAN PERUTUSAN MURID YESUS”. Berdasarkan judul tersebut, terdapat satu variabel yaitu Pengembangan Purwarupa Aplikasi Media Pembelajaran Online Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

2. Definisi Konseptual

Purwarupa aplikasi media pembelajaran online merupakan suatu desain atau gambaran awal dari keseluruhan suatu produk yang hendak dikembangkan lebih lanjut. Bentuk dari purwarupa aplikasi media pembelajaran online ini sudah hampir sama dengan produk jadi. Konten dalam purwarupa aplikasi media pembelajaran online ini berupa konten edukasi yang meliputi konsep pembelajaran, materi bergambar (komik), video, soal-soal, kuis, evaluasi, dan game interaktif.

3. Definisi Operasional

Untuk mengetahui hasil kelayakan purwarupa aplikasi media pembelajaran online, purwarupa diukur berdasarkan indikator setiap aspek yaitu: 1) aspek konsep, 2) aspek materi, 3) aspek video, 4) aspek kuis 5) aspek evaluasi, 6) aspek game.

(45)

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara dapat dipahami sebagai suatu proses pengumpulan data melalui interaksi tanya jawab pada seseorang. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada guru SMP mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Proses pengumpulan data atau wawancara dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan instrumen panduan wawancara. Proses wawancara dilakukan peneliti secara langsung dan tidak langsung. Ada beberapa guru yang tidak dapat ditemui karena keadaan yang tidak memungkinkan, namun ada juga guru yang diwawancarai secara langsung.

Tabel 4. Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Model pembelajaran seperti apa yang biasanya digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik?

2.

Metode pembelajaran seperti apa yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik?

3.

Apakah pemanfaatan media pembelajaran sudah digunakan secara maksimal?

4.

Apakah media pembelajaran yang digunakan sudah sesuai dengan KD dan KI?

5.

Media pembelajaran seperti apa yang biasanya Bapak/Ibu gunakan dalam proses pembelajaran.

6.

Bagaimana tanggapan peserta didik dengan media pembelajaran yang selama ini digunakan?

(46)

7.

Bagaimana Bapak/Ibu melakukan proses pembelajaran di tengah pandemi saat ini?

8.

Apa saja kendala yang Bapak/Ibu hadapi ketika harus melangsungkan proses pembelajaran di tengah pandemi saat ini?

9.

Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi kendala tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai ?

10.

Menurut Bapak/Ibu, apa saja usul dan saran untuk pembelajaran pendidikan Agama Katolik berbasis E-learning? 11.

Apa harapan Bapak/Ibu untuk kelanjutan purwarupa dalam penelitian ini?

b. Angket/Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2016: 142). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket atau kuesioner yang berisi rangkaian pertanyaan kepada responden.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur seperti tes, kuesioner, wawancara, dan pedoman wawancara, dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2019: 156).

(47)

a. Instrumen Ahli Materi

Ahli materi adalah orang yang memiliki pemahaman mendalam tentang materi dan memiliki pendidikan lanjutan di bidangnya, sehingga mampu menilai kelayakan suatu materi. Instrumen ahli materi diberikan kepada ahli materi dengan tujuan untuk menguji kelayakan materi yang sudah disusun.

b. Instrumen Ahli media

Ahli media adalah mereka yang paham tentang media dan pemanfaatannya, maka dari itu instrumen ahli media diberikan dengan tujuan untuk menguji kelayakan purwarupa aplikasi media pembelajaran Scienza.

c. Instrumen Guru

Instrumen ini diberikan kepada empat guru Pendidikan Agama Katolik SMP yaitu, SMP N 1 Kretek, SMP Stella Duce 2, SMP Kanisius Bambanglipuro, SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu.

6. Pengembangan Instrumen a. Kisi-kisi Ahli Materi

Tabel 5. Kisi-kisi pertanyaan untuk ahli materi

No Indikator No Butir Jumlah

Konsep

1. Kesesuaian KI, KD, Indikator 1,2,3,

14 Kesesuaian dengan konsep dasar 4

Aspek PAK 5,6,7,8

Kelengkapan konsep 9

Konsep mudah dipahami 10

(48)

Penggunaan Bahasa 12

Ilustrasi 13

Keruntutan materi 14

Materi

2. Kesesuaian KI, KD, Indikator 15,16,17

14 Kesesuaian dengan konsep dasar 18

Aspek PAK 19,20,21,22

Kelengkapan materi 23

Materi mudah dipahami 24

Penggunaan kalimat 25

Penggunaan Bahasa 26

Ilustrasi 27

Keruntutan materi 28

Video

3. Kesesuaian KI, KD, Indikator 29,30,31

11 Kesesuaian dengan konsep dasar 32

Aspek PAK 33,34,35,36

Kelengkapan video 37

Video mudah dipahami 38

Kesesuaian video 39

Kuis

4. Kesesuaian KI, KD, Indikator 40.41.42

13 Kesesuaian dengan konsep dasar 43

Aspek PAK 44,45,46,47

Kelengkapan kuis 48

Kuis mudah dipahami 49

Penggunaan kalimat 50

Ilustrasi 51

Kesesuaian kuis 52

Evaluasi

(49)

b. Kisi-kisi Ahli Media

Tabel 6. Kisi-kisi pertanyaan untuk ahli media

Kesesuaian dengan konsep dasar 56

Aspek PAK 57.58,59,60

Kelengkapan evaluasi 61

Kuis mudah dipahami 62

Penggunaan bahasa 63

Ilustrasi 64

Kesesuaian evaluasi 65

Jumlah keseluruhan 65

No Indikator No Butir Jumlah

Tampilan Awal 1. Kesesuaian Background 1 10 Komposisi warna 2 Penggunaan icon 3

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 4,5

Penggunaan bahasa 6 Penggunaan ilustrasi 7 Kualitas gambar 8 Konsistensi desain 9 Keseluruhan desain 10 Konsep 2. Kesesuaian Background 11 11 Komposisi warna 12 Penggunaan icon 13

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 14,15

Ketepatan desain 16

Penggunaan bahasa 17

Penggunaan ilustrasi 18

(50)

Konsistensi desain 20 Keseluruhan desain 21 Materi 3. Kesesuaian Background 22 11 Komposisi warna 23 Penggunaan icon 24

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 25,26

Kejelasan materi 27 Penggunaan bahasa 28 Penggunaan ilustrasi 29 Kualitas gambar 30 Konsistensi desain 31 Keseluruhan desain 32 Video 4. Kesesuaian Background 33 7 Komposisi warna 34 Penggunaan icon 35 Penggunaan bahasa 36 Kualitas gambar 37 Konsistensi desain 38 Keseluruhan desain 39 Kuis 5. Kesesuaian Background 40 11 Komposisi warna 41 Penggunaan icon 42

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 43,44

Ketepatan desain 45

Penggunaan bahasa 46

Penggunaan Ilustrasi 47

Kualitas gambar 48

(51)

c. Kisi-kisi Guru Pendidikan Agama Katolik

Tabel 7. Kisi-kisi pertanyaan untuk guru PAK

Keseluruhan kuis 50 Evaluasi 6. Kesesuaian Background 51 11 Komposisi warna 52 Penggunaan icon 53

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 54,55

Ketepatan desain 56 Penggunaan bahasa 57 Penggunaan Ilustrasi 58 Kualitas gambar 59 Konsistensi desain 60 Keseluruhan evaluasi 61 Game 7. Kesesuaian Background 62 10 Komposisi warna 63 Penggunaan icon 64 Kemenarikan game 65,67

Ketepatan desain game 66

Ilustrasi 68

Kualitas gambar 69

Konsistensi desain 70

Keseluruhan game 71

Jumlah Keseluruhan 71

No Indikator No Butir Jumlah

Tampilan Awal 1. Kesesuaian Background 1 10 Komposisi warna 2 Penggunaan icon 3

(52)

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 4,5 Penggunaan bahasa 6 Penggunaan ilustrasi 7 Kualitas gambar 8 Konsistensi desain 9 Keseluruhan desain 10 Konsep 2.

Kesesuaian KI, KD, Indikator 11,12,13

21 Kesesuaian dengan konsep dasar 14

Aspek PAK 15,16,17,18

Kelengkapan konsep 19

Konsep mudah dipahami 20

Penggunaan Kalimat 21 Penggunaan Bahasa 23 Ilustrasi 24 Kesesuaian Background 25 Komposisi warna 26 Penggunaan icon 27

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 28,29

Kualitas gambar 30

Konsistensi desain 31

Keseluruhan desain 31

Materi

3.

Kesesuaian KI, KD, Indikator 33,34,35

11 Kesesuaian dengan konsep dasar 36

Aspek PAK 37,38,39,40

Kelengkapan konsep 41

Konsep mudah dipahami 42

Penggunaan Kalimat 43

Penggunaan Bahasa 44

(53)

Kesesuaian Background 46

Komposisi warna 47

Penggunaan icon 48

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 49,50

Kualitas gambar 51

Konsistensi desain 52

Keseluruhan desain 53

Video

4.

Kesesuaian KI, KD, Indikator 54,55,56

17 Kesesuaian dengan konsep dasar 57

Aspek PAK 58,59,60,61

Kelengkapan Video 62

Video mudah dipahami 63

Kesesuaian Background 64 Komposisi warna 65 Penggunaan icon 66 Penggunaan bahasa 67 Kualitas gambar 68 Konsistensi desain 69 Keseluruhan desain 70 Kuis 5.

Kesesuaian KI, KD, Indikator 71,72,73

20 Kesesuaian dengan konsep dasar 74

Aspek PAK 75,76,77,78

Kelengkapan kuis 79

Kuis mudah dipahami 80

Penggunaan Kalimat 81

Ilustrasi 82

Kesesuaian materi 83

Komposisi warna 84

(54)

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 86.87 Kualitas gambar 88 Konsistensi desain 89 Keseluruhan desain 90 Evaluasi 6.

Kesesuaian KI, KD, Indikator 91,92,93

20 Kesesuaian dengan konsep dasar 94

Aspek PAK 95,96,97,98

Kelengkapan evaluasi 99

Evaluasi mudah dipahami 100

Penggunaan Bahasa 101

Ilustrasi 102

Kesesuaian materi 103

Komposisi warna 104

Penggunaan icon 105

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 106, 107

Kualitas gambar 108 Konsistensi desain 109 Keseluruhan desain 110 Game 7. Kesesuaian Background 111 10 Komposisi warna 112 Penggunaan icon 113 Kemenarikan game 114,116

Ketepatan desain game 115

Ilustrasi 117

Kualitas gambar 118

Konsistensi desain 119

Keseluruhan game 120

(55)

E. Validitas Instrumen

Penelitian ini menggunakan validitas logis. Validitas logis merupakan sebuah validitas instrumen yang kevalidannya ditentukan berdasarkan hasil penalaran atau logika. Kelayakan suatu instrumen dalam validitas logis didapatkan apabila instrumen sudah disusun secara baik, mengikuti teori yang sudah ada (Arikunto, 2018: 184).

F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik analisis kombinasi yaitu teknik analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan melalui studi literatur dan wawancara. Sedangkan analisis data kuantitatif diperoleh melalui lembar kuesioner yang diberikan kepada ahli materi, ahli media, dan guru PAK. Kuesioner yang diberikan untuk menghitung kelayakan purwarupa aplikasi. Hasil instrumen tersebut dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Hasil =

Total skor yang diperoleh

X 100% Skor maksimum

Interval = Nilai maksimal – Nilai minimal Skala

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah 4 guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Tabel 8. Subjek Penelitian

No Nama Guru Sekolah

1 Yohana Neny Istiningsih S. Pd SMP N 3Kretek Bantul 2 Cornelia Novi Herawati, S.Pd. SMP Stella Duce 2

3 Vincentius Jenu Ritarman, S.Pd. SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul 4 Barbara Budi Harsiwiyanti,

S.Pd.

SMP Pangudi Luhur Sedayu

Validator pada penelitian ini yaitu ahli materi, ahli media dan guru Pendidikan Agama Katolik.

Tabel 9. Validator

No Validator Nama

1. Ahli Materi 1. Dr. Bernardus Rukiyanto SJ

2. Agustinus Rudi Winarto, S.Pd., M A 3. Ahli Media 1. Drs. Y.I. Iswarahadi, SJ

2. Vitallis Ayu, S.T.,M.Cs

4. Guru PAK

1. Yohana Neny Istiningsih S. Pd 2. Vincentius Jenu Ritarman, S.Pd. 3. Chrysanthus Erastianto, S.Pd. 4. Andreas Aji Brata, S.Pd.

B. Hasil Penelitian Dan Pengembangan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian R&D level 1. Bagan penelitian R&D level 1 dapat dilihat sebagai berikut:

(57)

Bagan 4. Penelitian R&D Level 1

1. Potensi dan Masalah

Potensi merupakan segala sesuatu yang memiliki kemampuan untuk dikembangkan lebih lanjut, sedangkan masalah merupakan penyimpangan antara apa yang terjadi dengan apa yang diharapkan (Sugiyono, 2019: 79). Beranjak dari pengertian potensi dan masalah tersebut, peneliti dalam penelitian ini melihat beberapa masalah yang muncul yaitu, akibat merebaknya virus covid-19 menyebabkan proses pembelajaran secara formal harus dihentikan, dan belum adanya media pembelajaran online untuk mata pelajaran pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Potensi dan masalah dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara kepada guru Pendidikan Agama Katolik di empat sekolah yaitu, SMP N 1 Kretek, SMP Stella Duce 2, SMP Kanisius Bambanglipuro dan SMP Pangudi Luhur St, Vincentius Sedayu. Sementara data hasil analisis peserta didik diperoleh melalui hasil penelitian Widiastuti (2020) dan Olivia (2020) mengenai analisis kebutuhan peserta didik untuk media pembelajaran berbasis Android. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa peserta didik memerlukan media pembelajaran berbasis aplikasi Android dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Potensi dan masalah Studi literatur Pengumpulan informasi Desain Produk Validasi Produk Desain teruji

Gambar

Grafik 1. Hasil Validasi Ahli Materi ....................................................................
Tabel 1 Sintak Model CORE
Tabel 2. Saran Pesera Didik SMP Swasta
Tabel 3. Saran Peserta Didik SMP Negeri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil dari penelitian ini adalah: bahwa penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Pembelajaran yang merengkuh flipped learning melalui whatsapp dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti sehingga mampu

Selain itu katekese Analisis Sosial ini juga mampu meningkatkan rasa keprihatinan umat kepada orang-orang yang miskin, selain itu juga katekese analisis ini, saya rasa dapat

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. 3)

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan desain pembelajaran konsep barisan, menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Latar belakang penelitian ini adalah

Skripsi berjudul “PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA KELAS V MI MATHOLIUL HUDA TROSO

S : Apa yang harus dilakukan oleh Gereja untuk mendorong keterlibatan insan beriman Z dalam menghayati diri sebagai orang beriman Katolik sekaligus warga negara Indonesia.. R :

Bab IV berisi tentang rekoleksi sebagai bentuk kegiatan dalam perumusan visi pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik di Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh