• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENERAPAN FLIPPED LEARNING

MELALUI WHATSAPP

DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DAN BUDI PEKERTI

DI KELAS V SD KANISIUS

KUMENDAMAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Doni Purwantoro

NIM : 161124057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang tua saya bapak Paulus Wiratno dan adik saya Brigita Rena Julia serta civitas Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma yang dengan setia memberi kesempatan secara terus-menerus dan menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tugas belajar.

(3)

v MOTTO

“Setiap orang memiliki gilirannya masing-masing, sekarang giliranku” (Doni Purwantoro)

“Tuhan Tidak Perlu Dibela” (K.H. Abdurrahman Wahid)

(4)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “DAMPAK PENERAPAN FLIPPED LEARNING MELALUI WHATSAPP DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI KELAS V SD KANISIUS KUMENDAMAN YOGYAKARTA”. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan penerapan flipped learning melalui whatsapp dalam pembelajaran PAK dan BP di kelas V SD Kanisius Kumendaman. Flipped learning adalah pembelajaran yang mengutamakan pada tugas belajar, adapun pertemuan di kelas diadakan sejauh ada persoalan yang belum terselesaikan dalam tugas. Flipped learning dalam penelitian ini menggunakan media utama whatsapp. Hipotesis dalam penelitian ini adalah H0 penerapan flipped learning melalui whatsapp tidak berdampak dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kelas V SD Kanisius Kumendaman Yogyakarta, sedangkan H1 adalah penerapan flipped learning melalui whatsapp berdampak dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kelas V SD Kanisius Kumendaman Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimen, yang terdiri dari pra-eksperimen pertama, kedua, dan ketiga. Subjek penelitian ini adalah kelas V SD Kanisus Kumendaman Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan post-test. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak normal, sehingga tidak memenuhi syarat uji t. Maka, teknik uji yang digunakan adalah uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney menunjukkan hasil pra-eksperimen pertama dengan Sig. sebesar 0.010, pra-eksperimen kedua dengan Sig. sebesar 0.314 dan pra-eksperimen ketiga dengan nilai Sig. sebesar 0.001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan flipped learning melalui whatsapp berdampak signifikan dalam pembelajaran PAK dan BP

(5)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis is titled “THE IMPACT OF THE APPLICATION OF FLIPPED LEARNING THROUGH WHATSAPP IN LEARNING OF CATHOLIC RELIGIOUS AND CHARACTER EDUCATION IN FIFTH GRADE OF CANISIUS KUMENDAMAN ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA”. The title of this thesis was chosen based on the writer's curiosity about flipped learning through whatsapp in CRE and CE learning in fifth grade of the Canisius Kumendaman Elementary School. Flipped learning is a learning that prioritizes in learning tasks, while the class meetings are held in so far as there are unresolved issues in the task. Flipped learning in this research uses the main media whatsapp. The hypothesis in this study is H0 the application of flipped learning through whatsapp has no impact in the learning of Catholic Religious and Character Education in fifth grade of Canisius Kumendaman Elementary School Yogyakarta, while H1 is the application of flipped learning through whatsapp that has impacts in learning Catholic Religious and Character Education in fifth grade of Canisius Kumendaman Elementary School Yogyakarta. The type of this research is a experimental research, which consists of first, second, and third pre-experiments. The subject of this research is the fifth grade of Canisus Kumendaman Elementary School Yogyakarta in the academic year 2019/2020. Data collection techniques that be used in this study were pre-test and post-test. The data that obtained in this study is not normal, so it does not meet the t test requirements. So, the test technique that be used is the Mann Whitney test. The Mann Whitney test shows the results of the first experiment with Sig. of 0.010, the second pre-experiment with Sig. amounted to 0.314, and the third pre-pre-experiment with the Sig. amounted to 0.001. Thus, it can be concluded that the application of flipped learning through whatsapp has a significant impact on learning CRE and CE.

(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8 C. Pembatasan Masalah ... 8 D. Rumusan Masalah ... 8 E. Tujuan ... 9 F. Manfaat Penulisan ... 9 G. Metode Penulisan ... 10 H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 13

A. Kajian Pustaka ... 13

(7)

xiii

a.Hakikat Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ... 13

b.Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti... 15

c.Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ... 17

d.Model-Model Pendidikan Agama Katolik Budi Pekerti ... 18

2.Flipped Learning ... 19

3.WhatsApp ... 23

4.Metode Pembelajaran ... 27

a.Pengertian Metode Pembelajaran ... 27

b.Macam-Macam Metode Pembelajaran ... 28

5.Media Pembelajaran ... 31

6.Internet ... 32

7.Teknologi Pendidikan ... 33

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 35

D. Hipotesis ... 36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 37

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

D. Subjek Penelitian ... 39

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 39

1.Identifikasi Variabel ... 39

2.Definisi Konseptual ... 39

3.Definisi Operasional ... 39

4.Teknik Pengumpulan Data ... 40

5.Instrumen Penelitian ... 40

6.Pengembangan Instrumen ... 41

a.Kisi-Kisi ... 41

b.Uji Coba Terpakai... 43

(8)

xiv

d.Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian. ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1.Pra-eksperimen 1 ... 50

2.Pra-eksperimen 2 ... 59

3.Pra-eksperimen 3 ... 68

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

C. Keterbatasan Penelitian. ... 81 BAB V. PENUTUP ... 83 A. Kesimpulan ... 83 B. Saran ... 84 Daftar Pustaka ... 85 Lampiran………..………..87

(9)

xv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Hlm

Tabel 3.1 Desain pre-test dan post-test 38

Tabel 3.2 Kategori Skor 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Pre-test Post-test Materi Mohon Bantuan Roh Kudus

41 Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Materi Pre-test Post-test

Terlibat dalam Pelestarian Lingkungan

41 Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Pre-test Post-test Materi Hidup

Jujur dan Adil

42 Tabel 3.6 Hasil Hitung Validitas Lembar Observasi Pre-test Post-test

Pra-eksperimen 1 Menggunakan Product Moment.

43 Tabel 3.7 Hasil Hitung Validitas Lembar Observasi Pre-test Post-test

Pra-eksperimen 2 Menggunakan Product Moment

44 Tabel 3.8 Hasil Hitung Validitas Lembar Observasi Pre-test Post-test

Pra-eksperimen 3 Menggunakan Product Moment

45 Tabel 3.9 Hasil uji reliabilitas lembar observasi pre-test

pra-eksperimen 1

46 Tabel 3.10 Hasil uji reliabilitas lembar observasi post-test

pra-eksperimen 1

46 Tabel 3.11 Hasil uji reliabilitas lembar observasi pre-test

pra-eksperimen 2

46 Tabel 3.12 Hasil uji reliabilitas lembar observasi post-test

pra-eksperimen 2

47 Tabel 3.13 Hasil uji reliabilitas lembar observasi pre-test

pra-eksperimen 3

47 Tabel 3.14 Hasil uji reliabilitas lembar observasi post-test

pra-eksperimen 3

48 Tabel 4.1 Hasil Persentase Pre-test dan Post-test Per Aspek Secara

Keseluruhan Pra-eksperimen 1

50 Tabel 4.2 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek Sikap

Pra-eksperimen 1

50 Tabel 4.3 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek Pengetahuan

Pra-eksperimen 1

51 Tabel 4.4 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek Keterampilan

Pra-eksperimen 1

52 Tabel 4.5 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Sikap

Pra-eksperimen 1

53 Tabel 4.6 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Pengetahuan

Pra-eksperimen 1

54 Tabel 4.7 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Keterampilan

Pra-eksperimen 1

55 Tabel 4.8 Hasil Descriptive Statistics Pre-test Pra-eksperimen 1 56 Tabel 4.9 Hasil Descriptive Statistics Post-test Pra-eksperimen 1 57 Tabel 4.10 Hasil Test of Normality Pra-eksperimen 1 57

(10)

xvi

Tabel 4.11 Hasil Ranks Pra-eksperimen 1 58

Table 4.12 Hasil Test Statistics Pra-eksperimen 1 58 Tabel 4.13 Hasil Persentase Pre-test dan Post-test Per Aspek Secara

Keseluruhan Pra-eksperimen 2

59 Tabel 4.14 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek Sikap

Pra-eksperimen 2

59 Tabel 4.15 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek pengetahuan

Pra-eksperimen 2

60 Tabel 4.16 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek Keterampilan

Pra-eksperimen 2

61 Tabel 4.17 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Sikap

Pra-eksperimen 2

62 Tabel 4.18 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Pengetahuan

Pra-eksperimen 2

63 Tabel 4.19 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Keterampilan

Pra-eksperimen 2

64 Tabel 4.20 Hasil Descriptive Statistics Pre-test Pra-eksperimen 1 65 Tabel 4.21 Hasil Descriptive Statistics Post-test Pra-eksperimen 1 66 Tabel 4.22 Hasil Test of Normality Pra-eksperimen 2 66

Tabel 4.23 Hasil Ranks Pra-eksperimen 2 67

Tabel 4.24 Hasil Test Statistics Pra-eksperimen 2 67 Tabel 4.25 Hasil Persentase Pre-test dan Post-test Per Aspek Secara

Keseluruhan Pra-eksperimen 3

68 Tabel 4.26 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek Sikap

Pra-eksperimen 3

68 Tabel 4.27 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek Pengetahuan

Pra-eksperimen 3

69 Tabel 4.28 Hasil Persentase Jawaban Pre-test Aspek Keterampilan

Pra-eksperimen 3

70 Tabel 4.29 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Sikap

Pra-eksperimen 3

71 Tabel 4.30 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Pengetahuan

Pra-eksperimen 3

72 Tabel 4.31 Hasil Persentase Jawaban Post-test Aspek Keterampilan

Pra-eksperimen 3

73 Tabel 4.32 Hasil Descriptive Statistics Pre-test Pra-eksperimen 3 74 Tabel 4.33 Hasil Descriptive Statistics Post-test Pra-eksperimen 3 75 Tabel 4.34 Hasil Test of Normality Pra-eksperimen 3 75

Tabel 4.35 Hasil Ranks Pra-eksperimen 3 76

(11)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

No. Diagram Nama Diagram Hlm

Diagram 4.1 Hasil Pre-test 1 Aspek Sikap Pra-eksperimen 1 51 Diagram 4.2 Hasil Pre-test 1 Aspek Pengetahuan Pra-eksperimen 1 52 Diagram 4.3 Hasil Pre-test 1 Aspek Keterampilan Pra-eksperimen 1 53 Diagram 4.4 Hasil Post-test 1 Aspek Sikap Pra-eksperimen 1 54 Diagram 4.5 Hasil Post-test 1 Aspek Pengetahuan Pra-eksperimen 1 55 Diagram 4.6 Hasil Post-test 1 Aspek Keterampilan Pra-eksperimen 1 56 Diagram 4.7 Hasil Pre-test 2 Aspek Sikap Pra-eksperimen 2 60 Diagram 4.8 Hasil Pre-test 2 Aspek Pengetahuan Pra-eksperimen 2 61 Diagram 4.9 Hasil Pre-test 2 Aspek Keterampilan Pra-eksperimen 2 62 Diagram 4.10 Hasil Post-test 2 Aspek Sikap Pra-eksperimen 2 63 Diagram 4.11 Hasil Post-test 2 Aspek Pengetahuan Pra-eksperimen 2 64 Diagram 4.12 Hasil Post-test 2 Aspek Keterampilan Pra-eksperimen 2 65 Diagram 4.13 Hasil Pre-test 3 Aspek Sikap Pra-eksperimen 3 69 Diagram 4.14 Hasil Pre-test 3 Aspek Pengetahuan Pra-eksperimen 3 70 Diagram 4.15 Hasil Pre-test 3 Aspek Keterampilan Pra-eksperimen 3 71 Diagram 4.16 Hasil Post-test 3 Aspek Sikap Pra-eksperimen 3 72 Diagram 4.17 Hasil Post-test 3 Aspek Pengetahuan Pra-eksperimen 3 73 Diagram 4.18 Hasil Post-test 3 Aspek Keterampilan Pra-eksperimen 3 74

(12)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Nama Lampiran Hlm

Lampiran 1 Surat Penelitian (1)

Lampiran 2 RPP Pra-eksperimen 1 (2)

Lampiran 3 RPP Pra-eksperimen 2 (5)

Lampiran 4 RPP Pra-eksperimen 3 (8)

Lampiran 5 Lembar Observasi Pre-test dan Post-test Pra-eksperimen 1

(12) Lampiran 6 Lembar Observasi Pre-test dan Post-test

Pra-eksperimen 2

(13) Lampiran 7 Lembar Observasi Pre-test dan Post-test

Pra-eksperimen 3

(14) Lampiran 8 Screenshot Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan

Whatsapp Group

(15) Lampiran 9 Hasil Lembar Observasi yang Telah Diisi Peserta

Didik

(18) Lampiran 10 Hasil Data Pre-test dan Post-test Pra-eksperimen 1 (24) Lampiran 11 Hasil Data Pre-test dan Post-test Pra-eksperimen 2 (27) Lampiran 12 Hasil Data Pre-test dan Post-test Pra-eksperimen 3 (30)

(13)

xix

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Dokumen Gereja

EN : Evangeelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern, 8 Desember 1975.

GE : Gravissimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristiani, 28 Oktober 1965.

B. Singkatan dalam Penelitian df : degree of freedom Sig. : Signifikansi

SPSS : Statistical Product and Service Solutions C. Singkatan Lain

BP : Budi Pekerti iot : internet of things

No : Nomor

PAK : Pendidikan Agama Katolik PENDIKKAT : Pendidikan Keagamaan Katolik

PLP LS : Pengenalan Lapangan Persekolahan Lingkungan Sekolah SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia

TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi Kemendikbud : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KomKat : Komisi Kateketik

(14)

xx KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada dekade ini, dunia memasuki periode perkembangan teknologi digital di berbagai aspek kehidupan. Dunia teknologi dan komunikasi mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan teknologi komunikasi yang berlangsung pesat saat ini menjadikan perangkat komputer personal tidak lagi hanya digunakan untuk keperluan memasukkan, mengelola, menyimpan data dan menghasilkan informasi saja, tetapi juga sebagai sarana untuk melakukan komunikasi dan memperoleh informasi melalui jaringan (Pribadi, 2017:194). Perkembangan teknologi dan komunikasi tersebut memicu munculnya inovasi-inovasi baru terkait dengan teknologi yang serba digital. Munculnya teknologi-teknologi baru yang serba digital tersebut merupakan tanda bahwa dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 bercirikan kehadiran teknologi-teknologi baru yang serba digital dan mudahnya mengakses internet. Revolusi industri keempat mengubah cara manusia hidup, bekerja, dan berkomunikasi (Safitri, 2019:124). Tidak dapat dipungkiri bahwa revolusi industri 4.0 memberikan dampak yang besar bagi berbagai sektor kehidupan. Era revolusi industri 4.0 telah memengaruhi banyak sektor kehidupan, salah satunya adalah sektor pendidikan.

Pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor yang penting dalam menanggapi era revolusi industri 4.0. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

(16)

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas maka dibutuhkan pula pendidikan yang berkualitas. UU No. 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pada sektor pendidikan, perlu adanya perubahan dalam proses pendidikan yang menyesuaikan dengan tuntutan era revolusi industri 4.0. (Da Santo, 2019:71) Kemajuan teknologi telah mengubah cara kita berkomunikasi, segala informasi, berita, hiburan, dan sebagainya, terasa lebih personal, langsung berasa dalam genggaman. Dampaknya, revolusi industri 4.0 akan menginduksi revolusi dalam bidang pendidikan menjadi pendidikan 4.0. Dunia pendidikan perlu berkonversi di dunia digital agar mampu menanggapi perkembangan zaman. Jika proses pendidikan dahulu cukup dengan sistem manual, saat ini semua harus serba digital. Perkembangan teknologi yang dimanfaatkan dalam sektor pendidikan dapat dilihat dari munculnya e-library (perpustakaan digital), e-learning (pembelajaran digital), e-book (buku online). Perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 juga

berpeluang melahirkan tanyangan baru. Perlunya gaya mengajar bergeser dari teacher center ke student center agar dapat mengembangkan proses belajar. Oleh

karena itu, menguasai teknologi serta perkembangannya menjadi keharusan bagi seorang pendidik di era revolusi industri 4.0 ini agar teknologi tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Grafura dan Wijayanti (2019:87) juga menjelaskan bahwa di era digital, pembelajaran tidak dibatasi oleh ruang dan tanda bel masuk atau pulang. Pembelajaran kini jauh melampaui itu, pembelajaran bukan

(17)

lagi 2x45 menit dalam seminggu per-mata pelajaran, tetapi bisa dilakukan selama 24 jam, setiap saat, dan tanpa jeda. Tentunya semua itu dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, seperti membuat grub pada media sosial whatsapp group, dimana whatsapp group dapat dimanfaatkan sebagai ruang kegiatan belajar mengajar. Dengan membuat grup di whatsapp, ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan, seperti pembelajaran menjadi lebih menarik, pembelajaran tidak monoton, dapat menarik antusias peserta didik, pendidik tidak perlu repot terlalu banyak bicara, dan di dalam grup tentu ada jejak digital yang masih bisa dibaca ulang sehingga peserta didik dapat membaca ulang. Alfan (Kompas, 4 Oktober 2019) juga mengatakan bahwa:

Menanggapi revolusi industri 4.0 di bidang pendidikan, Indonesia juga telah meluncurkan program digitalisasi sekolah oleh Mendikbud Muhadjir Effendy. Pemberian sarana pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi kepada peserta didik akan terus dilakukan bertahap. Program ini memudahkan siswa mengakses materi sumber belajar secara daring (online) ataupun luring (offline). Program ini bertujuan untuk menyiapkan anak-anak Indonesia mampu merespon tanyangan revolusi industri 4.0 dan masa depan.

Selain itu, Pribadi (2017:11) juga menegaskan bahwa:

Perkembangan teknologi digital perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk keperluan memaksimalkan proses belajar dan pembelajaran. Belajar pada hakikatnya adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh dan mengelola informasi dan pengetahuan agar dapat digunakan dalam suatu situasi tertentu. Teknologi digital, dalam hal ini dapat membantu kita dalam memanfaatkan informasi dan pengetahuan untuk mendukung aktivitas belajar.

Melihat situasi proses pembelajaran saat ini, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, penulis mengamati bahwa beberapa guru agama katolik sebagian besar belum memanfaatkan perkembangan teknologi secara optimal dalam proses pembelajaran di era revolusi industri 4.0. Ajaran dan

(18)

pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik dalam Dapiyanta (2011:4) mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup secara langsung bagi kaum muda, baik di sekolah negeri maupun swasta katolik. Oleh karena itu, supaya Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah menjadi lebih optimal dalam menjadi sarana atau pelaksanaan pewartaan kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup kaum muda maka diperlukan pengembangan sesuai dengan kondisi zaman yang terkini.

Dokumen gereja Evangelii Nuntiandi tentang karya pewartaan injil dalam zaman modern art. 40 mengatakan bahwa pewartaan injil agar tetap relevan harus sesuai dengan situasi, tempat dan budaya oleh karena itu sebagai gembala-gembala gereja kita bertanggung jawab untuk mencari bentuk sarana prasarana yang paling efektif untuk menyampaikan pesan injil kepada para pria dan wanita zaman sekarang. Selain itu, dokumen gereja Evangelii Nuntiandi art. 45 tentang penggunaan media massa juga menegaskan bahwa, Gereja akan merasa bersalah di hadirat Tuhan jika tidak memanfaatkan sarana-sarana yang ampuh ini, yang dari hari ke hari semakin disempurnakan oleh keterampilan manusia. Sama halnya dengan pewartaan injil, guru agama agar tetap relevan juga harus mampu menyesuaikan pembelajaran dengan situasi, tempat dan budaya serta memanfaatkan sarana-sarana komunikasi sosial untuk lebih memudahkan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman penulis ketika melaksanakan program Pengenalan Lapangan Persekolahan Lingkungan Sekolah (PLP LS) di SD Kanisius

(19)

Pugeran, penulis berkesempatan untuk mengamati proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kelas. Penulis melihat bahwa metode pembelajaran mempunyai peran yang penting dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti terlihat lebih hidup jika pendidik menggunakan metode tanya jawab dan diskusi kelompok serta peserta didik diperbolehkan menggunakan gadgetnya untuk menunjang proses pembelajaran guna mencari informasi tambahan. Sebaliknya jika pendidik menggunakan metode ceramah, peserta didik terkesan bosan dan tidur di saat proses pembelajaran atau secara sembunyi-sembunyi peserta didik asyik bermain dengan gadgetnya yang dibawa ketika proses pembelajaran. Seorang pendidik perlu

membangkitkan rasa tertarik peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar agar materi yang akan disampaikan dapat lebih mudah untuk dipahami dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk membangkitkan kegiatan belajar mengajar, seorang pendidik harus merancang dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat agar peserta didik lebih tertarik terhadap kegiatan pembelajaran, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Sejak perkembangan di bidang teknologi digital, pembaca buku jadi berkurang. Era revolusi industri 4.0 memungkinkan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih modern dan sesuai dengan perkembangan teknologi. Pengembangan metode pembelajaran untuk menanggapi era revolusi industri 4.0 perlu dilakukan agar lebih mempermudah dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu,

(20)

pendidik dapat memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini seperti pemanfaatan perangkat komputer dalam kegiatan belajar mengajar. Pribadi (2017:197) mengatakan bahwa perangkat komputer personal telah berkembang menjadi perangkat laptop dan komputer tablet yang berukuran ringkas sehingga dapat lebih mudah mengakses informasi dan pengetahuan yang terdapat di jaringan internet melalui telepon genggam atau perangkat smartphone yang dimiliki. Selain itu, pengembangan metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti jaringan internet sebagai fasilitas untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, komputer atau ponsel dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk mengelola kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak harus hadir langsung di ruang kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar namun bisa dimanapun tentunya menggunakan komputer atau ponsel yang terhubung dengan koneksi internet.

Penggunaan TIK merupakan salah satu faktor penting yang memungkinkan kecepatan transformasi ilmu pengetahuan kepada para peserta didik, generasi bangsa ini secara lebih luas (Darmawan, 2011:4).Oleh karena itu seorang pendidik harus selalu terbuka dengan perkembangan zaman. Alfan (Kompas, 4 Oktober 2019) Revolusi industri 4.0 menuntut respon serba cepat, tetapi tepat melalui pemanfaatan teknologi, oleh karena itu para pendidik tetap harus bertugas memberikan kompas moral dan tak boleh membiarkan peserta didik terjun bebas di jagad digital. Situasi ini memberikan tanyangan sekaligus peluang bagi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Ditegaskan juga oleh Da Santo (2019:73) bahwa:

(21)

Sebagai seorang pendidik dan pengajar, guru harus mau go online, yakni melalui pengalaman (iman) orang-orang dari berbagai tempat tanpa batas-batas ruang, dapat saling berupaya memelihara, berbagi, dan bersaksi, serta mendalami pengetahuan dan menghidupi pengalaman tersebut. Proses ini tidak hanya dilakukan dalam satu ruangan dan pertemuan langsung, tetapi juga dapat dikombinasikan secara lintas batas dan meluas.

Oleh karena itu pada sektor pendidikan, termasuk Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dalam kegiatan belajar mengajarnya perlu adanya pengembangan metode menyesuaikan dengan tuntutan era revolusi industri 4.0. Dengan demikian, peserta didik dapat mengikuti kegiatan belajar dan belajar mandiri secara online memanfaatkan jaringan internet yang tersedia pada era revolusi industri keempat ini karena pada era revolusi industri 4.0, ruang kelas bukan lagi satu-satunya tempat untuk belajar. Tersedianya jaringan internet yang cenderung dapat dengan mudah diakses pada era revolusi industri 4.0 ini mempermudah setiap orang termasuk pendidik dan peserta didik untuk membuka media sosial seperti, whatsapp. Whatsapp merupakan salah satu media sosial yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 ini, karena whatsapp mempunyai fitur-fitur yang mendukung untuk melakukan kegiatan

belajar mengajar secara online atau jarak jauh. Kegiatan belajar mengajar secara online cenderung dapat menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik dan

kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja menggunakan ponsel atau komputer asalkan terhubung dengan jaringan internet.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mencoba untuk mengetahui implikasi revolusi industri 4.0 bagi pengembangan metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dalam penulisan skripsi dengan judul “DAMPAK PENERAPAN FLIPPED LEARNING MELALUI WHATSAPP DALAM

(22)

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI KELAS V SD KANISIUS KUMENDAMAN YOGYAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Revolusi industri 4.0 yang memengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk

dalam sektor dunia pendidikan.

2. Metode pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet cenderung belum digunakan secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

3. Sebagian besar pendidik Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti cenderung menggunakan metode ceramah.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya topik dan berbagai keterbatasan yang ada, penulis membatasi kajiannya pada tahap mengetahui adakah dampak penerapan flipped learning melalui whatsapp dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan

Budi Pekerti di SD Kanisius Kumendaman Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah dampak penerapan flipped learning melalui

(23)

whatsapp dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kleas

V SD Kanisius Kumendaman Yogyakarta?

E. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak flipped learning melalui whats app dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di

kelas V SD Kanisius Kumendaman Yogyakarta.

F. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praksis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma berkaitan dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SD dan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut.

2. Manfaat Praksis a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran pertimbangan pendidik untuk mengembangkan metode pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan memperhatikan perkembangan zaman, sehingga tujuan pembelajaran sungguh-sungguh tercapai.

(24)

b. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar dan tercapainya tujuan pembelajaran bagi pendidik dengan adanya metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan data tentang revolusi industri 4.0 implikasinya bagi pengembangan metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah serta dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pengambilan keputusan guna mengupayakan pengembangan metode pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah.

d. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, memberikan pengalaman yang berguna dan dapat menjadi bekal sebagai calon pendidik yang profesional serta menjadi pedoman peneliti dalam membimbing peserta didik nantinya.

G. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu berdasarkan studi pustaka dan penelitian pra-eksperimen dengan cara pengumpulan data dari hasil penyebaran instrumen dan pembahasan terhadap hasil yang telah diperoleh. Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian, dilakukan analisis terhadap permasalahan yang terjadi.

(25)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, penulis menyampaikan pokok-pokok uraian sebagai berikut:

Bab I memaparkan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II berisi tentang landasan teori yang akan mendasari pembahasan selanjutnya. Bab II ini terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama berisi kajian pustaka mengenai pengertian Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Flipped Learning, pengertian Whatsapp, Metode Pembelajaran, Media

Pembelajaran, Internet, dan Teknologi Pendidikan. Kemudian dilanjutkan membahas penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.

Bab III berisi uraian tentang jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, dan teknik analisis data.

Bab IV berisi hasil penelitian dan analisis data revolusi industri 4.0 implikasinya bagi pengembangan metode Pendidikan Agama Katolik yang meliputi hasil deskriptif frekuentif dan statistik, hasil uji prasyarat, uji Mann Whitney, pada pra-eksperimen pertama, kedua, dan ketiga, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan penelitian, serta yang terakhir keterbatasan penelitian.

Bab V berisi penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama menyampaikan kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah, tujuan penulisan

(26)

serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisi saran guna pengembangan metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti a. Hakikat Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama Katolik merupakan seni, bakat saja tidak cukup, perlu latihan, persiapan dan kontemplasi supaya dapat menemukan intinya yang pokok substansi atau roh (Heryantno, 2008:20). Heryatno (2008: 15) juga menegaskan kembali pendapat Mangunwijaya yang menyatakan bahwa hakikat dasar PAK sebagai komunikasi iman

Mangunwijaya (1994) di awal kurikulum PAK 1994 dengan jelas menyatakan hakikat dasar PAK sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran agama. Ia membedakan antara beragama atau punya agama (having religion) dengan beriman (being religion). Agama berkaitan dengan hukum, peraturan, ritus, kebiasaan dan lambang-lambang luar atau, segi-segi sosiologis. Agama merupakan jalan dan sarana kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan manusia menuju kesatuannya dengan Tuhan. Lokakarya mengenai tempat dan peranan PAK di sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI Malino (1981) dalam Dapiyanta (2011:4) mengemukakan bahwa PAK merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat menggumuli hidupnya dari segi pandang kristiani dengan demikian mudah-mudahan menjadi manusia paripurna (beriman).

Pengimplementasian Kurikulum 2013 di Indonesia membawa perubahan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah, yaitu menjadi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Setyowati (2009: 150) mengatakan bahwh Budi Pekerti bukan merupakan mata pelajaran, tetap merupakan program

(28)

pendidikan untuk menciptakan suasana kondusif dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti. Setyowati (2009: 149) juga mengatakan bahwa, Pendidikan Budi Pekerti diartikan sebagai penanaman nilai-nilai akhlak, tata krama, bagaimana berperilaku baik pada orang lain. Selain itu, menurut Angkowo & Kosasih (2007: 5) Budi Pekerti adalah sikap atau perilaku yang membantu orang untuk hidup baik bersama dengan orang lain, selain itu budi pekerti juga bisa diartikan sebagai bentuk kepribadian yang dimiliki seseorang dalam bentuk karakter, moral, dan sopan santun. Angkowo & Kosasih (2007: 5) juga menegaskan bahwa, Pendidikan Budi Pekerti merupakan pendidikan sistem nilai yang meliputi sosialitas, religiositas, emosi, dan rasa simpati terhadap sesama, maka dari itu pendidikan budi pekerti dimaksudkan sebagai upaya pembentukan nilai dan sikap yang mendasari pengetahuan mengapa nilai itu dilakukan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 tahun 2014 mengartikan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti sebagai usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Silabus mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SD (2016: 1) juga menjelaskan bahwa, melalui Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekrti peserta didik dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai ajaran Agama Katolik dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Selain itu, dalam buku guru PAK dan BP

(29)

Belajar mengenal Yesus untuk SD Kelas V oleh Komisi Kateketik KWI (2017:9) menjelaskan bahwa:

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti merupakan rangkaian usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran iman katolik. Semua itu dapat tercapai dengan menjalankan proses komunikasi iman.

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa hakikat Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti merupakan salah satu usaha untuk memampukan memperkembangkan kedalaman hidup peserta didik sehingga peserta didik dapat berinteraksi (berkomunikasi), memahami, dan menghayati iman dalam hidup sehari-hari.

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Menurut Heryatno (2008:22), Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan iman yang diselenggarakan oleh gereja, sekolah, keluarga, dan komunitas atau kelompok basis untuk membantu peserta didik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah dapat terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Berdasarkan dokumen Konsili Vatikan II, tujuan Pendidikan adalah:

Tujuan Pendidikan dalam arti sesungguhnya mencapai pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya (GE, 1).

Selain itu, dokumen Konsili Vatikan II juga menjelaskan lebih lanjut jika,

Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti yang diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah dibaptis Langkah demi Langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari kehari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima (GE, 2).

(30)

Selain itu, Heryatno (2008:23) membahasakan kembali pandangan Groome tentang tujuan Pendidikan Agama Katolik bahwa “tujuan Pendidikan Agama Katolik memperhatikan kondisi kerinduan hati dan kehidupan konkret siswa, tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis”. Segi kognitif (pikiran), afeksi (perasaan), dan praksis (tindakan) tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung dan membantu untuk memperkembangkan iman siswa, sehingga ketiganya harus diberikan secara seimbang oleh guru Pendidikan Agama Katolik kepada masing-masing siswa. Berikut ini disampaikan tiga tujuan Pendidikan Agama Katolik yaitu 1) Demi terwujudnya Kerajaan Allah: inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah, 2) Demi kedewasaan iman: tujuan formal jangka panjang, 3) Iman yang dihayati: demi kebebasan manusia.

Setyowati (2009: 151) menjelaskan bahwa, tujuan Pendidikan Budi Pekerti yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan dan kecakapan berpikir, menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat dan memiliki kemampuan yang terpuji. Selain itu, menurut Angkowo & Kosasih (2007: 7) Pendidikan Budi Pekerti bertujuan untuk membantu memberikan kesempatan secara luas bagi siswa agar memiliki kepribadian yang bermoralitas baik, religius, emosi seimbang, dapat mengolah rasa secara benar, dan memiliki rasa kasih sayang antar anggota masyarakat.

Silabus mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SD (2016: 1) menjelaskan bahwa, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap

(31)

membangun hidup yang semakin beriman. Buku guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Belajar mengenal Yesus untuk SD Kelas V oleh Komisi Kateketik KWI (2017:3) menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan untuk membangun kopetensi anak didik sebagai pribadi beriman, memekarkan dan menumbuh kembangkan anak-anak menjadi pribadi kristiani yang berlandaskan pada iman anak Yesus Kristus. Selain itu, dalam buku guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Belajar mengenal Yesus untuk SD Kelas V oleh Komisi Kateketik KWI (2017:10) juga menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun hidup yang semakin beriman. Oleh karena itu, berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan untuk membantu peserta didik memiliki kemampuan dalam membangun hidup yang semakin beriman kristiani dan menghayati imannya di dalam hidup sehari-hari sehingga peserta didik sungguh-sungguh menjadi orang katolik yang imannya dewasa.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Salah satu bentuk pelaksanaan pendidikan iman adalah pendidikan iman secara formal di sekolah yaitu mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (Kemendikbud, 2016:1). Silabus mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SD (2016: 5) menjelaskan bahwa, ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, aspek tersebut adalah pribadi peserta didik, Yesus Kristus,

(32)

Gereja, dan Masyarakat. Selain itu, Heryatno (2008: 38) menjelaskan bahwa lingkungan hidup peserta didik di tengah keluarga, masyarakat, Gereja dan sekolah sebagai elemen-elemen konteks PAK dapat menjadi “guru” yang baik tetapi dapat pula menjadi “guru” tidak baik bagi proses pembentukan karakter, sikap dan tingkah laku hidup naradidik kita. Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa konteks Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti meliputi keluarga, Gereja, masyarakat, dan sekolah.

d. Model-Model Pendidikan Agama Katolik Budi Pekerti

Heryatno (2008: 53) menjelaskan bahwa ada tiga model pendidikan iman yang dipandang dapat memberikan wawasan konseptual terkait model-model pendidikan iman yang digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di tengah-tengah jemaat paroki:

1). Model Transmisi/Transfer

Model ini bersifat sangat instruktif dan preskriptif. Pendidik menyampaikan (mengoper dan mentransfer) materi (informasi) secara instruksional kepada para peserta didik. Pendidik meyakini informasi tersebut sebagai kebenaran yang harus dipelihara dan diteruskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Model ini berpusat pada pendidik yang mentransfer (mengoper) seluruh pengetahuannya pada peserta didik dengan menerapkan relasi guru dengan murid. Peserta diharapkan menghafal dan dari hafalan tersebut berkembang menjadi pemahaman dan keyakinan yang akhirnya diterapkan. Model ini berpusat pada pendidik, semua kegiatan pendidik dipandang sebagai yang paling penting, peserta didik tinggal mengikuti saja.

(33)

2). Model yang Berpusat pada Hidup Peserta

Model pendidikan yang berpusatkan pada hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrim terhadap model pendidikan yang bersifat dogmatis. Model ini melihat secara negatif model pendidikan yang bersifat obyektif dan cenderung kuantitatif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi, juga bukan menyampaikan materi sebanyak-banyaknya tetapi secara kualitatif berusaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan kepribadiannya. Kata kunci untuk model ini adalah proses. Model ini mendukung para peserta untuk menemukan manfaatnya sendiri, memilih materi dan kecepatannya, termasuk memilih bentuk evaluasinya.

3). Model Praksis

Model ini menghendaki jawaban yang jelas, bagaimana dapat menguasai hukum-hukum dan aturan-aturannya. Di sini pihak yang belajar bermaksud memahami, mengkait-kaitkan pokok yang satu dengan yang lain dan hendak masuk ke dalam inti ilmu itu sendiri. Dengan cara ini para naradidik tidak akan diperalat, tetapi dapat memperkembangkan dirinya sendiri secara bebas sesuai kemampuan, minat dan tujuan hidupnya. Tujuan praksis dalam model ini merupakan memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus di tengah-tengah hidup manusia.

2. Flipped Learning

Airlangga dalam kominfo.go.id mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia

(34)

online dan lini produksi di industri, dimana semua proses produksi berjalan dengan

internet sebagai penopang utama. Listhari Baenanda (binus.ac.id) juga berpendapat bahwa revolusi industri 4.0 merupakan penerapan konsep otomatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam pengaplikasiannya, salah satu hal terbesar didalam revolusi industri 4.0 adalah Internet of Things. Internet of things memiliki kemampuan dalam menyambungkan dan memudahkan

proses komunikasi antar mesin, perangkat, sensor, dan manusia melalui jaringan internet. Selain itu, pengertian tentang revolusi industri 4.0 juga ditegaskan oleh Savitri (2019:63) bahwa:

Revolusi industri keempat dibangun di atas revolusi digital, mewakili cara-cara baru ketika teknologi menjadi tertanam dalam masyarakat bahkan tubuh manusia. Revolusi industri keempat ditandai dengan munculnya terobosan teknologi di sejumlah bidang, termasuk robotika, kecerdasan buatan, nanoteknologi, komputasi kuantum, bioteknologi, internet of things (iot), pencetakan 3D, dan kendaraan otonom (autonomous vehicles)

Perkembangan teknologi dan informasi pada era revolusi industri 4.0 mendorong munculnya pendidikan 4.0 dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi dan informasi yang ada. Munir (2009: 4-10) menjelaskan bahwa melalui perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ada suatu peningkatan keterhubungan orang dalam bidang pendidikan. Perkembangan teknologi dan informasi memberikan dampak pada pembelajaran jarak jauh yang semakin berkembang dengan adanya kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka (open education) dan pendidikan jarak jauh (distance education). Diselenggarakannya pembelajaran jarak jauh dilatarbelakangi beberapa hal, yaitu 1) Untuk mengatasi jarak, tempat, dan waktu, 2) Perkembangan teknologi informasi

(35)

dan komunikasi, 3) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, 4) Memberikan kesempatan meningkatkan kemampuan tingkat pendidikan. Bergmann & Sams dalam Muthmainah (sibatik.kemdikbud.go.id) mengatakan bahwa,

Peserta didik saat ini sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sambil berkomunikasi dengan teman melalui sms/ whats app, media sosial (facebook), serta mendengarkan musik melalui hp/ mp3. Peserta didik kita saat ini sudah menjadi generasi digital. Peralatan digital, seperti handphone, tablet, ipad, dan laptop yang mereka miliki lebih canggih daripada komputer yang tersedia di sekolah.

Pemberlajaran yang merengkuh flipped learning dapat dimanfaatkan terkait dengan kebiasaan belajar peserta didik tersebut. Mutiara Andalas (2020: 6) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran yang merengkuh flipped learning, sebelum memasuki kelas peserta didik telah mengakses konten pembelajaran. Kemudian setelah meninggalkan kelas, mereka kembali mengakses konten pembelajaran untuk eksplorasi lebih lanjut. Selain itu, Mutiara Andalas (2020: 6) juga menjelaskan lebih lanjut jika,

Pembelajaran yang merengkuh flipped learning berlangsung sepanjang waktu. Ia mengandaikan kesiapsediaan guru untuk mengunggah konten pembelajaran di ruang daring sehingga siswa-siswi dapat mengaksesnya. Ia juga mengandaikan kemandirian belajar siswa-siswi. Melampaui kata, konten pembelajaran mengkombinasikan kombinasi abjad, audio, animasi, kinestetik, dan video. Konten pembelajaran bergerak ke interaktif yang mengaktivasi seluruh indera siswa-siswi.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Riadi (www.kajianpustaka.com) menjelaskan bahwa flipped learning adalah salah satu model atau metode belajar yang meminimalkan pengajaran langsung dari guru, di mana dalam proses belajarnya siswa mempelajari materi pelajaran terlebih dahulu di rumah, sedangkan

(36)

kegiatan belajar mengajar di kelas hanya berupa pengerjaan tugas, berdiskusi tentang materi atau masalah yang belum dipahami saat belajar di rumah. Selain itu, Zainuddin (literasidigital.com) mengatakan bahwa Flipped Learning atau Classroom merupakan inovasi pembelajaran di mana peserta didik mempelajari

konten (belajar) di luar kelas atau di rumah secara mandiri, kemudian melakukan diskusi atau active learning di kelas. Yulietri (2015: 3-4) juga menjelaskan bahwa Flipped Learning bukan hanya sekedar belajar menggunakan video pembelajaran,

namun lebih menekankan tentang memanfaatkan waktu di kelas agar pembelajaran lebih bermutu dan bisa meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini memanfaatkan teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi pembelajaran bagi peserta didik yang dapat diakses secara online. Hal ini membebaskan waktu kelas yang sebelumnya telah digunakan untuk pembelajaran. Selain itu, Chaeruman (www.slideshare.net) menegaskan bahwa,

Flipped learning adalah strategi pembelajaran dan suatu jenis blended learning yang membalikan pola pembelajaran tradisional dengan menyampaikan materi pembelajaran, biasanya secara online, di luar kelas dan menjadikan aktifitas belajar yang biasanya dilakukan sebagai pekerjaan rumah, kedalam aktifitas kelas.

Bergmann & Sams dalam Muthmainah (sibatik.kemdikbud.go.id) juga mengatakan bahwa flipped classroom/ learning yakni aktivitas pembelajaran yang biasanya diselesaikan di kelas sekarang dapat diselesaikan di rumah, dan aktivitas pembelajaran yang biasanya dikerjakan di rumah sekarang dapat diselesaikan di kelas. Oleh karena itu, berdasarkan definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa flipped learning merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan antara aktivitas pembelajaran di kelas dengan diluar kelas menggunakan konten

(37)

pembelajaran yang dapat diakses secara online karena pembelajaran yang merengkuh flipped learning memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi untuk melakukan pembelajaran jarak jauh yang menjadikan siswa mampu mempelajari materi secara mandiri di luar kelas.

3. WhatsApp

Whatsapp merupakan aplikasi chatting dimana anda bisa mengirim pesan

teks, gambar, suara, lokasi, dan bahkan video ke teman-teman anda menggunakan ponsel apapun (Enterprise, 2012:1). Lebih lanjut Jubilee dalam Enterprise (2012: 2) mengatakan,

Berbeda dengan SMS yang tidak membutuhkan jaringan internet selain jaringan BTS terdekat yang memancarkan sinyal ponsel, whatsapp sangat terikat oleh internet. Itulah sebabnya whatsapp lebih murah karena pengiriman pesan, foto, video, lokasi, dan lain sebagainya hanya mengandalkan biaya internet harian, mingguan, atau bulanan yang relatif terjangkau.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa untuk dapat menggunakan aplikasi whatsapp, ponsel yang digunakan harus terhubung dengan internet. Whatsapp

memiliki banyak fitur untuk dapat memudahkan seseorang terhubung satu sama lain. Dalam website resmi WhatsApp Inc (www.whatsapp.com/features) memberikan penjelasan terhadap fitur-fitur yang terdapat pada Whatsapp, sebagai berikut :

a. Mengirim Pesan

Mengirim pesan ke teman dan keluarga secara gratis. Whatsapp menggunakan koneksi internet pada telepon anda untuk mengirim pesan agar anda dapat menghindari biaya SMS.

(38)

b. Chat Grup

Tetap terhubung dengan orang-orang yang penting bagi anda, seperti keluarga atau rekan kerja anda. Dengan chat grup, anda dapat membagikan pesan, foto, dan video hingga 256 orang sekaligus. Anda juga dapat memberi nama grup, membisukan, atau menyesuaikan pemberitahuan, dan masih banyak lagi.

c. Whatsapp di Web dan Desktop

Dengan whatsapp di web dan desktop, anda dapat dengan lancar menyinkronkan semua chat ke komputer anda agar anda dapat chat pada perangkat apa pun yang paling nyaman untuk anda. Unduh aplikasi desktop atau kunjungi web.whatsapp.com untuk memulai.

d. Panggilan Suara dan Video Whatsapp

Dengan panggilan suara, anda dapat berbicara dengan teman dan keluarga secara gratis, bahkan jika mereka berada di negara lain. Dengan panggilan video gratis, anda dapat melakukan percakapan tatap muka saat suara atau teks saja tidak cukup. Panggilan suara dan video whatsapp menggunakan koneksi internet telepon, bukan dengan menit panggilan paket seluler anda, jadi anda tidak perlu khawatir akan biaya panggilan yang mahal.

e. Foto dan Video

Whatsapp dapat membagikan momen yang penting yaitu dengan mengirim

foto dan video dengan whatsapp. Anda bahkan dapat menangkap momen yang penting bagi anda dengan kamera bawaan. Dengan whatsapp, foto dan video akan dikirim dengan cepat meskipun anda sedang berada dalam koneksi yang lambat.

(39)

f. Enkripsi End-To-End

Whatsapp memiliki keamanan secara default. Sebagian momen pribadi anda

dibagikan di whatsapp, oleh karena itu kami membangun enkripsi end-to-end ke versi terbaru aplikasi kami. Ketika terenkripsi end-to-end, pesan dan panggilan anda diamankan, jadi hanya anda dan orang yang berkomunikasi dengan anda saja yang dapat membaca pesan atau mendengar panggilan tersebut, dan tidak ada orang di antaranya, bahkan whatsapp.

g. Pesan Suara

Katakan yang ada dipikiran anda. Kadang kala, suara anda dapat mengatakan segalanya. Hanya dengan satu ketukan, Anda dapat merekam pesan suara, sempurna untuk hanya menyapa atau pun bercerita panjang.

Selain itu, dalam websie resmi Whatsapp Inc (www.whatsapp.com/coronavirus/educator) juga dijelaskan bahwa fitur yang terdapat pada whatsapp dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan, yaitu seperti: a. Melakukan Proses Belajar Mengajar di Whatsapp

Bagikan materi pelajaran dalam bentuk teks dan pesan suara. Fasilitasi diskusi antar siswa, sama seperti yang guru lakukan saat di ruang kelas, dengan membuat grup untuk setiap kelas.

b. Mengirim dan Menerima Tugas

Gunakan daftar siaran untuk memberi tugas ke banyak peserta didik sekaligus. Hanya peserta didik yang telah menambahkan anda ke buku alamat telepon mereka saja yang akan menerima pesan siaran. Respon dari peserta didik

(40)

hanya akan diterima oleh anda, sehingga peserta didik tersebut dapat membalas pesan anda dengan mengirim tugas yang telah diselesaikannya.

c. Mendampingi Peserta Didik Secara Jarak jauh

Buka kesempatan belajar secara real-time dengan menggunakan panggilan suara grup dan panggilan video grup.

d. Meningkatkan Minat Peserta Didik

Bagikan kepada peserta didik kegiatan anda dalam mempersiapkan kelas dengan memposting pembaruan status.

e. Mengirim Pesan dari Komputer

Menggunakan whatsapp web untuk mengelola pesan whatsapp dalam jumlah besar secara cepat dan efisien dari komputer anda.

Oleh karena itu, dengan adanya fitur-fitur tersebut pada whatsapp orang-orang dengan kepentingan yang sama akan dimudahkan karena dapat berkomunikasi dengan orang-orang lain yang memiliki kepentingan yang sama, termasuk dalam bidang pendidikan. Seperti yang dijelaskan dalam website resmi WhatsApp Inc (www.whatsapp.com/coronavirus?ref=banner) kita dapat menggunakan fitur pada whatsapp, seperti grup, panggilan suara, dan panggilan video untuk tetap terhubung dan memberikan dukungan kepada teman dan keluarga meskipun kita mungkin tidak dapat berada dekat bersama dengan mereka. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pendidikan dapat dilakukan pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan fitur-fitur yang terdapat pada whatsapp, salah satunya dengan memanfaatkan fitur whatsapp Grub.

(41)

4. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Sudjana dalam Maswan & Khoirul (2017:289) mengatakan metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Tafsir dalam Maswan & Khoirul (2017:290) menegaskan bahwa metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Maswan & Khoirul (2017:290) juga mengatakan bahwa: Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh pendidik (guru-di sekolah) untuk menyampaikan bahan pembelajaran kepada peserta didik agar menerima dengan mudah apa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar tersebut. Metode mengajar dapat juga sebagai teknik dalam menyampaikan pesan-pesan atau nilai-nilai yang terkandung dalam materi pengajaran oleh guru kepada peserta didik agar dengan mudah memahami, dan mengerti.

Metode juga merupakan cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam praktik yang secara nyata di kelas dan di hadapan siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran (Chotimah dan Fathurrohman, 2018:325). Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Yaumi, 2013:231). Menurut Sani (2019:166), metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran pendidikan agama katolik adalah suatu proses penyampaian materi Pendidikan Agama Katolik dan

(42)

Budi Pekerti kepada peserta didik yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Macam-macam metode mengajar yang sudah umum digunakan dalam proses belajar mengajar menurut Maswan & Khoirul (2017: 296-326) antara lain: 1). Metode Ceramah

Ceramah dapat diartikan untuk menyampaikan pesan, isi hati, pikiran, gagasan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara lisan. Prof. Pupuh Fachurrohman dalam Maswan & Khoirul (2017:296) metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

2). Metode Tanya Jawab.

Metode tanya jawab adalah metode yang menggunakan seperangkat pertanyaan baik pertanyaan dari guru maupun dari peserta didik, yang terpusat pada masalah bahan ajar yang dibahas.

3). Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Menurut Djarot dalam Maswan & Khoirul (2017:303), metode pemberian tugas merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya kemudian tugas tersebut diperyanggungjawabkan kepada guru. Metode pemberian tugas adalah metode yang memang dalam perencanaan pembelajaran sudah ditentukan, materi yang sudah disiapkan akan dikupas dan dibahas dengan metode pemberian tugas.

(43)

4). Metode Diskusi (discussion method)

Shaleh dalam Maswan & Khoirul (2017:307) mengatakan metode diskusi adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain, dalam metode ini siswa mempelajari sesuatu melalui cara musyawarah di antara sesama mereka di bawah pimpinan atau bimbingan guru.

5). Metode Karyawisata (Field-trip)

Metode karyawisata merupakan metode dengan landasan tujuan agar peserta didik mengamati atau melihat langsung kejadian alam atau pariwisata yang ada di luar kelas/sekolah, tentang keanekaragaman dan ciptaan Tuhan.

6). Metode Sosiodrama atau Role Playing (Bermain Peran)

Metode sosiodrama juga disebut role playing atau bermain peran. Role playing adalah metode yang mengacu pada bermain peran. Proses pembelajaran

melibatkan peserta didik langsung untuk melakukan sebuah peran kehidupan. Pengertian peran berarti melakukan imitasi atau peniruan sebuah aktivitas kehidupan manusia dalam melakukan sesuatu.

7). Metode Simulasi

Metode simulasi adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan pembelajaran dengan aktivitas perbuatan yang bersifat kepura-puraan, atau berbuat seolah-olah untuk menirukan peran perbuatan orang lain dalam bentuk tingkah laku yang seolah-olah menjadi seseorang yang sebenarnya.

(44)

Metode demonstrasi dan eksperimen merupakan sebuah metode pembelajaran yang digunakan untuk menunjukan, memperlihatkan atau percobaan tentang suatu aktivitas kegiatan untuk membuktikan sebuah teori apakah betul atau sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

9). Metode Problem Solving

Problem solving adalah pemecahan masalah. Problem solving digunakan

sebagai metode dalam proses pembelajaran bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan bantuan proses berpikir.

Macam-macam metode pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2009:147) sebagai berikut:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.

2) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapakan siswa pada suatu permasalahan. Diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu

(45)

argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

4) Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

5. Media Pembelajaran

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali (Suryani, et all., 2018:4). Media pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat, lingkungan dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya (Sanjaya, 2014:61). Angkowo dan Kosasih (2007:11) mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

Sani (2019:321) menegaskan bahwa media pembelajaran didefinisikan sebagai alat atau cara yang digunakan oleh pendidik untuk dapat digunakan oleh peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran

(46)

adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Sanaky, 2013:4). Berdasarkan pandangan beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran.

6. Internet

Jaringan komputer atau internet merupakan sebuah sistem yang menghubungkan perangkat komputer yang satu dengan perangkat komputer lain melalui media komunikasi (Pribadi, 2017:194). Menurut Turban dalam Munir (2009:147) internet merupakan jaringan komputer yang terbesar di dunia yang secara aktual merupakan jaringan dari jaringan. Internet adalah sebuah jaringan besar yang terdiri dari berbagai jaringan yang meliputi jaringan bersifat Pendidikan dan riset serta menghubungkan jutaan komputer di dalam jaringan-jaringan tersebut (Munir, 2009:147). Selain itu, Munir (2009:159) juga menyebutkan bahwa internet merupakan suatu alat atau sarana pembelajaran yang ampuh karena kemampuan atau potensi yang dimilikinya yang memungkinkan dikembangkannya masyarakat dan pembelajar yang bersifat global. Dengan demikian, diperkuat dengan teori di atas penulis menyimpulkan bahwa internet merupakan sebuah sistem dan suatu kumpulan jaringan yang memiliki skala global yang saling terhubung untuk mempermudah mengakses informasi dan komunikasi.

(47)

7. Teknologi Pendidikan

Menurut Maswan & Khoirul (2017:23), teknologi dipahami hanyalah sepanjang menyangkut soal permesinan, teknologi cenderung dianggap sebagai peralatan dan berkaitan dengan mesin, komputer, dan alat serba elektronik. Winkel (1991:19) mengatakan pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar dia mencapai kedewasaan. Selain itu, Winkel (1991:21) juga mengungkapkan bahwa pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya dia memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang semuanya menunjang perkembangannya. Menurut Maswan & Khoirul (2017:4), pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses perbuatan dan cara mendidik.

Menurut Sutomo & Sugito dalam Maswan & Khoirul (2017:25), teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu untuk menganalisis serta memecahkan masalah belajar atau pendidikan manusia. Menurut Maswan & Khoirul (2017:29), teknologi pendidikan merupakan perpaduan yang kompleks dari organisasi manusia dan mesin, ide, prosedur dan pengelolaan sistem pendidikan. Nasution (2008:1) mengatakan bahwa,

Teknologi yang berkembang secara pesat sekali dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Alat-alat teknologi ini lazim disebut “hardware” antara lain berupa TV, radio, video tape, komputer, dan lain-lain. Teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia. Teknologi pendidikan juga merupakan pemikiran yang sistematis tentang pendidikan, penerapan metode problem solving dalam pendidikan, yang dapat dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern.

(48)

AECT 2008 dalam Mahadewi (2014:9) teknologi pendidikan merupakan kajian dan praktik etika tentang memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan dan mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan merupakan pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu yang digunakan dalam dunia pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar supaya lebih efektif dan efisien.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dan membantu penulis mengembangkan penelitian ini adalah jurnal yang ditulis oleh Hamidulloh Ibda (2018) dan dimuat dalam Journal of Research and Thought of Islamic Education dengan judul Penguatan Literasi

Baru Pada Guru Madrasah Ibtidaiyah Dalam Menjawab Tanyangan Era Revolusi

Industri 4.0. Dalam kesimpulan penelitian tersebut menjelaskan bahwa Revolusi

Industri 4.0 tidak boleh dipahami pada aspek disrupsi saja. Jika ada tanyangan, pasti ada peluang. Tanyangan itu hadir ketika para guru tidak bisa memanfaatkan teknologi, jika mampu maka peluang guru melakukan inovasi terbuka lebar. Guru MI harus mampu menerjemahkan perkembangan teknologi. Guru harus memiliki kemampuan literasi baru dengan aspek literasi data, literasi teknologi, dan literasi humanisme atau SDM. Salah satu indikator guru ideal yaitu memiliki kompetensi digital. Mereka bisa menjawab hambatan pembelajaran berbasis TIK, dan menemukan solusi pembelajaran TIK. Guru harus memiliki kemampuan digital, dan harus bebas dari penyakit purba. Jika semua itu terpenuhi, guru MI akan

Gambar

Tabel 3.1  Desain pre-test dan post-test  38
Tabel 4.11  Hasil Ranks Pra-eksperimen 1  58
Diagram 4.1  Hasil Pre-test 1 Aspek Sikap Pra-eksperimen 1  51  Diagram 4.2  Hasil Pre-test 1 Aspek Pengetahuan Pra-eksperimen 1  52  Diagram 4.3  Hasil Pre-test 1 Aspek Keterampilan Pra-eksperimen 1  53  Diagram 4.4  Hasil Post-test 1 Aspek Sikap Pra-eksp
Tabel 3.2   Kategori Skor  Rentan Nilai  45.5 – 56  Sangat Tinggi  35 – 44.5  Tinggi  24.5 – 34  Sedang  14 – 23.5  Rendah  6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. 3)

Penulis merasa prihatin melihat sebagian mahasiswa (khususnya mahasiswa awam) di prodi PAK yang kurang mendalami panggilannya sebagai katekis. Penulis melihat ada

Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah Tritunggal Maha kasih yang telah menyelenggarakan segala berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

Selain itu katekese Analisis Sosial ini juga mampu meningkatkan rasa keprihatinan umat kepada orang-orang yang miskin, selain itu juga katekese analisis ini, saya rasa dapat

Uraian Pernyataan spiritual dalam hidup saya Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi hubungan

Visi dan misi menjadi arah dan pedoman bagi suatu lembaga dalam menjalankan program yang akan dilaksanakan di dalam lembaga tersebut.. misi LKSA selalu mengalami

Dari hasil penelitian keseluruhan menunjukkan data rata-rata/mean sebesar 88,077 yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik, dengan frekuensi 48 orang mahasiswa dengan persentase

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai