• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7. Field Note

Penelitian yang telah dilakukan ini adalah sebuah penelitian dengan teknik observasi partisipasi yang dimana penulis turut dalam kegiatan objek yang diteliti.

Peneliti melakukan kegiatan penelitian dalam waktu seminggu di Desa Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhan Batu. Peneliti memulai penelitian pada tanggal 1 juni 2019 pada jam 14.00 WIB, peneliti mendatangi rumah Dukun Beranak yang bernama Suwerni yang lokasi rumahnya tidak jauh dari rumah peneliti. Peneliti ke rumah wak Suwerni12 dengan sepeda motor, sekitar 5 (lima) menit jalan yang ditempuh peneliti pun sampai di rumah wak

12 Panggilan wak merupakan panggilan di Desa Sei Berombang untuk menyebut seseorang yang lebih tua dari orang tua kita sendiri. Panggilan wak berlaku untuk perempuan maupun laki-laki.

Suwerni. Setelah sampai di rumah wak Suwerni penulis melihat wak Suwerni sedang melihat keadaan seorang ibu yang baru saja melahirkan yang dibantu olehnya beberapa hari yang lalu yang berada di sebelah rumahnya.

Peneliti mengenal baik Dukun Beranak tersebut, sebab wak Suwerni ini dulu juga membantu persalinan ibu peneliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang menemuinya, dan beruntung wak Suwerni dengan senang hati menerima peneliti, lalu setelah bercakap-cakap sedikit tentang masa kecil peneliti yang kala itu ia yang membantu persalinan, peneliti dipersilahkan oleh wak suwerni masuk ke rumahnya untuk menanyakan pertanyaan yang sudah penulis buat untuk diajukan kepada wak Suwerni. Sebelumnya peneliti juga sudah meminta izin terlebih dahulu tentang maksud dan tujuan peneliti datang ke rumahnya melalui Handphone. Wawancara di hari itu pun tidak berlangsung lama karena melihat kondisi cuaca sudah mau hujan dan wak Suwerni tidak bisa berlama-lama karena ada kepentingan lain. Wak Suwerni menyarankan peneliti agar kembali lagi pada esok hari.

Keesokan harinya peneliti kembali lagi kerumah wak Suwerni untuk wawancara yang sempat tertunda karena faktor waktu dan keadaan tersebut. Wak Suwerni menanyakan kepada peneliti tentang jurusan peneliti di kampus, sebelumnya ia mengira penulis berkuliah di bagian kebinanan karena beberapa mahasiswa/i kesehatan pernah mewawancarai wak Suwerni. Tak hanya tentang wawancara penelitian saja yang penulis bahas bersama wak Suwerni. Wak Suwerni juga bercerita tentang bagaimana masa kecil penulis dulu sembari mencontohkan bagaimana perawatan yang wak Suwerni lakukan sebagai dukun beranak.

Peneliti tidak terlalu banyak menggalami kesulitan dalam mencari data yang diperlukan sebab informan yang peneliti temui sangat baik dan koperatif, ramah dan menerima peneliti untuk melakukan penelitian skripsi. Keluarga peneliti mengenal wak Suwerni sejak lama dari mulai ibu peneliti mengandung abang-abang peneliti, wak Suwerni lah yang membantu dan menolong persalinan serta merawatnya. Jadi peneliti tidak terlalu banyak menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan rapport untuk mendapatkan data yang di inginkan.

Di hari kedua ini wak Suwerni tidak terlalu sibuk sehingga peneliti dapat mengumpulkan cukup banyak data. Di antara data-data tersebut ialah penjelasan mengenai bagaimana ia merawat ibu hamil sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan yang dijelaskan secara terperinci. Kemudian peneliti mencatat hal-hal penting yang menjawab pertanyaan peneliti. Wak Suwerni kemudian memperlihatkan alat-alat yang digunakan sebagai tangkal bagi Ibu hamil dan tangkal bagi si calon bayi. Dalam penggunaannya Sumpit Tangkal digunakan dengan menyucukkan sumpit tangkal di sanggulan rambut si ibu hamil. Kemudian untuk tangkal bayi diletakkan di dekat bayi saja. Kegunaan keduanya untuk menjaga ibu hamil dan calon bayi dari gangguan jin.

Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, penulis dan wak Suwerni berboncengan dengan sepeda motor menemui Puja di rumahnya yang sedang hamil tua untuk memeriksa kandungan sekaligus berobat. Puja merupakan pasien dari wak Suwerni yang rencananya jika tidak ada hambatan menurut wak Suwerni, Puja akan melahirkan di tanggal 5 Juni 2019. Saat ini Puja berusia 22 tahun dan menikah pada saat dia berusia 21 tahun. Puja Merupakan salah satu

mahasiswi perguruan tinggi swasta di Kota Medan dan tempat tinggalnya adalah di Desa Sei Berombang Kecamatan Panai Hilir.

Peneliti tidak terlalu banyak memakan waktu untuk mengembangkan rapport dengan Puja untuk medapatkan data yang diinginkan dengan bantuan wak Suwerni juga sehingga Puja juga tidak keberatan dijadikan informan peneliti untuk diwawancarai. Menurutnya juga, sebagai mahasiswi ia pasti akan mengalami hal yang sama di kemudian hari. Saat ini Puja sedang cuti kuliah, dan akan melanjutkan kuliahnya setelah anaknya sudah lahir. Sebelumnya Puja menelepon wak Suwerni untuk memeriksakan kandungannya sebab ia merasa nyeri di perutnya untuk itu ia menyuruh wak Suwerni datang untuk mendapatkan perawatan. Penulis mengamati keduanya, wak Suwerni sedang melakukan praktek pengobatan kepada Puja, lalu wak Suwerni mengurut bagian perut Puja dengan selama beberapa menit, lalu wak Suwerni mengurut tangan serta kaki Puja.

Di hari-hari berikutnya peneliti datang kembali ke rumah wak Suwerni untuk wawancara lagi untuk melengkapi data yang peneliti kumpulkan, wak Suwerni pun tidak keberatan dengan hal itu. Bahkan ia mengatakan tidak masalah kalau mau datang setiap hari. Beberapa hari setelah rutin mengambil data di rumah wak Suwerni, peneliti beralih ke rumah salah satu pasien wak Suwerni yang sudah hamil tua, yaitu Puja. Peneliti mendatangi rumahnya langsung yang lokasinya sekitar sepuluh menit dari rumah penulis dengan mengendarai sepeda motor.

Puja yang menjadi informan peneliti juga tak lupa untuk peneliti mintai jawaban seperti, mengapa ia memilih dukun beranak untuk bersalin. Puja menganggap penggunaan dukun beranak untuk membantu persalinan sudah

menjadi tradisi masyarakat di Sei Berombang, sehingga ia tidak terlalu menganggap aneh persalinan dengan dibantu dukun beranak. Menurutnya juga ia merasa lebih di perlakukan secara kekeluargaan bila dengan dukun beranak.

Ketika ia membutuhkan dukun beranak untuk merawatnya dukun beranak siap untuk mendatangi kita. Bila pasien atau pihak pasien ingin dukun beranak merawat si pasien seharian penuh juga bisa dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Oleh karena itu masyarakat di Sei Berombang percaya akan adanya kekuatan mistik maka menurut Puja penangkal-penangkal yang diberikan oleh dukun beranak kepada pasiennya diharapkan mampu mencegah berbagai gangguan jin yang suka mengganggu ibu hamil dan bayi. Di Sei Berombang pengkolaborasian antara Dukun beranak dengan Bidan dilakukan oleh pemerintah.

Puskesmas yang biasanya diisi oleh Bidan untuk persalinan di Desa Sei Berombang Dukun Beranak diikutsertakan dalam proses persalinan di Puskesmas.

Penulis mendatangi Puskesmas tempat dimana wak Suwerni juga dipanggil bila ada Persalinan pada tanggal 3 Juni. Di Puskesmas penulis menemui salah satu Bidan disana yaitu ibu Syarifah. Bu Syarifah sudah hampir lima tahun bekerja disini. Menurut penuturan ibu Syarifah Puskesmas ini sudah ada sejak sepuluh tahun yang lalu. Di awal berdirinya Puskesmas masyarakat masih enggan untuk bersalin di Puskesmas menurutnya, namun ketika Dukun beranak diikut sertakan dalam persalinan di Puskesmas perlahan-lahan masyarakat mulai ke Puskesmas untuk bersalin.

Menurut Bu Syarifah, mereka tidak ada menjelekkan keahlian masing-masing yang mereka miliki baik antara Bidan dan Dukun. Keduanya saling menghormati keahlian masing-masing, “bahkan kami saling mengajari tentang

hal-hal tertentu. Saling bertukar ilmu istilahnya”. Hubungan antara Dukun beranak dengan Bidan di Puskesmas terbilang baik. Sementara itu menurut wak Suwerni ketika itu di wawancarai menuturkan pada awal kehadiran Puskesmas dengan Bidannya, ada beberapa dukun beranak yang menolak untuk bergabung dengan Puskesmas, namun pada akhirnya ikut bergabung juga. Wak Suwerni menuturkan mereka diajarkan cara memakai alat-alat medis saat itu.

Di lokasi lain peneliti menemui Bu Nur Halimah (62 tahun) warga asli di Sei Berombang menuturkan bahwa kondisi masyarakat disini sudah mulai sadar akan kesehatan dengan masuknya Puskesmas yang berperan memberi penyuluhan ke masyarakat tentang hidup bersih. Dahulu masyarakat di Berombang menurutnya masih belum sadar penggunaan jamban, namun kini sudah banyak masyarakat yang sadar pentingnya jamban dalam menyokong hidup sehat. Di Desa Sei Berombang menurutnya juga masih banyak masyarakat yang memilih Dukun beranak, namun ada juga yang memilih di Puskesmas dengan Bidan desa yang didampingi Dukun beranak.

Baik Dukun beranak dan Bidan Desa keduanya tidak merasa tersaingi.

Dukun beranak tidak merasa rezekinya diambil. Dia yakin rezeki sudah Allah yang atur. Bila Bidan desa yang memimpin persalinan maka dukun beranak siap siaga untuk membantu kebutuhan persalinan begitu juga sebaliknya.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

2.1. Letak Geografis Kecamatan Panai Hilir

Kecamatan Panai Hilir merupakan salah satu wilayah pantai yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara. Jarak Kecamatan Panai Hilir ke ibukota Kabupaten Labuhanbatu yaitu Rantauprapat adalah 125 km dengan waktu tempuh 6 – 7 jam perjalanan yang dapat ditempuh melalui transportasi darat dan laut. Secara rinci terdapat 3 jalur alternatif menuju Kecamatan Panai Hilir sebagai berikut:

1. Dari Rantauprapat menuju Tanjung Sarang Elang menggunakan transportasi darat dengan waktu tempuh perjalanan 4,5 jam, dilanjutkan dengan transportasi laut berupa motor bot selama 2,5 jam dan langsung ke Kecamatan Panai Hilir.

2. Dari Rantauprapat menuju Tanjung Sarang Elang menggunakan transportasi darat dengan waktu tempuh 4,5 jam dilanjutkan dengan transportasi laut berupa motor bot ke Labuhan Bilik selama 30 menit selanjutnya dengan kendaraan darat sepeda motor selama 30 menit.

3. Dari Rantauprapat menuju Kecamatan Panai Hilir menggunakan transportasi darat dengan waktu tempuh perjalanan 7 jam.

Pada umumnya masyarakat Kecamatan Panai Hilir yang memiliki kendaraan sepeda motor memilih jalur transportasi alternatif ke dua karena waktu perjalanan tempuhnya lebih cepat. Masyarakat yang menggunakan jalur alternatif ke dua yang berasal dari Kecamatan Panai Hilir menitipkan kendaraan mereka di

pangkalan Motor Bot Labuhan Bilik sedangkan yang menuju ke Kecamatan Panai Hilir menitipkan kendaraan mereka di pangkalan Motor Bot Tanjung Sarang Elang.

Sedangkan untuk jalur transportasi alternatif yang ketiga sangat jarang sekali digunakan masyarakat. Hal ini dikarenakan jarak tempuh yang lama dan fasilitas jalan sebagian besar masih menggunakan jalan bekoan tanah. Sehingga apabila musim hujan jalan tersebut tidak dapat difungsikan. Sejauh ini hanya para pendatang dengan mengendarai mobil yang menempuh jalur alternatif ke tiga dan itupun kalau mobil tersebut dibutuhkan mereka selama berada di Kecamatan Panai Hilir.

Tabel 1 : Luas Dan Jumlah Penduduk Menurut Desa

Selanjutnya secara administrasi, batas-batas Kecamatan Panai Hilir adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kualuh Hilir - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Panai Tengah

Luas wilayah Kecamatan Panai Hilir adalah 34.203 Ha yang terbagi dalam 8 desa yaitu; Desa Sei Lumut, Desa Sei Tawar, Desa Sei Berombang, Desa Sei Baru, Desa Penggantungan, Desa Sei Sakat, Desa Sei Sanggul dan Desa Wonosari.

Pada Tabel 1 dapat di lihat luas wilayah dan jumlah penduduk setiap desa yang terdapat di Kecamatan Panai Hilir. Desa Sei Tawar merupakan desa yang memiliki wilayah lebih luas dari desa lainnya yaitu 7380 Ha atau 22% dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan Panai Hilir. Sementara desa Sei Berombang yang merupakan ibukota Kecamatan Panai Hilir hanya memiliki luas wilayah 2940 Ha atau 8,6% dari seluruh luas wilayah Kecamatan. Kendati demikian jumlah penduduk terpadat yaitu 34% dari seluruh jumlah penduduk berdomisili di desa Sei Berombang yang merupakan Kota Kecamatan.

Sedangkan penduduk yang berdomisili di desa Sei Tawar hanya 2,8% dari seluruh jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan desa Sei Tawar masih sangat terisolir dibanding dengan desa lainnya. Jarak desa Sei Tawar ke Kecamatan 27 km yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor dan jalan kaki. Apabila hari hujan perjalanan ke desa tersebut tidak bisa di lakukan. Hal tersebut menyebabkan motivasi seseorang untuk berdomisili di desa Sei Tawar tidak ada. Bahkan yang terjadi adalah perpindahan penduduk ke luar desa.

Kecamatan Panai Hilir memiliki topografi yang pada umumnya daratan dengan jenis tanahnya bergambut dan alluvial dengan kondisi geografis terletak pada ketinggian 0 – 12 m dari permukaan laut. Wilayah kecamatan Panai Hilir pada umumnya tidak lepas dari pasang surutnya air laut. Kemudian terdapat banyak sungai-sungai kecil yang dimanfaatkan oleh sebagian nelayan untuk

tempat berlabuhnya motor bot mereka dan tidak jarang sungai-sungai kecil tersebut berada di belakang rumah para nelayan.

2.2. Keadaan Alam (Topografi)

Wilayah Kecamatan Panai Hilir mempunyai topografi yang bervariasi, yakni kondisi landai, datar, bergelombang, curam dan terjal. Pada sebagian wilayah utara (arah pesisir) memiliki kondisi kemiringan yang relative tidak bervariasi yaitu landai dan datar. Ketinggian permukaan lahan rata-rata di atas permukaan laut. Wilayah Kecamatan Panai Hilir berada pada ketinggian 0 sampai dengan 100 meter di atas permukaan laut dan sangat dekat dengan pesisir laut.

Wilayah Kecamatan Panai Hilir didominasi dengan ketinggian 7 – 25 meter di atas permukaan laut dan untuk ketinggian lahan yang terkecil yakni 0 – 7 meter di atas permukaan laut. Memiliki kedalam efektif tanah yang dangkal (20-50) cm, sedang tanah lahan kering umunya memiliki kedalaman tanah sangat dalam (> 90 cm).

Drainase tanah di lokasi penelitian ini juga bervariasi, dari berdrainase baik hingga sangat terhambat. Drainase sangat terhambat umunya terdapat pada lahan sawah dan tambak, sedangkan drainase baik hingga agak baik terdapat pada tanah lahan kering. Namun demikaian, pada lahan kering di beberapa lokasi pengamatan ada yang memiliki drainase agak terhambat (muka air dangkal), kadang-kadang tergenang beberapa lama. Hal ini terutama terjadi pada lahan dekat pantai atau sungai yang muka air tanahnya terpengaruh oleh pasang surut air laut.

Kecamatan Panai Hilir memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Provinsi Sumatera Utara. Menurut laporan Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka tahun 2015 terdapat 95 hari hujan dengan curah hujan sebesar 1.376 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan November yaitu sebesar 233 mm dengan hari hujan sebanyak 12 hari. Sedangkan Curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 18 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 2 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2007 mencapai 144,67 mm/bulan.

Jenis penggunaan lahan dominan di Kecamatan Panai Hilir adalah untuk budidaya komoditi perkebunan, terutama perusahaan perkebunan negara (BUMN) dan swasta nasional mencapai 49,61% dari total luas wilayahnya dan untuk perkebunan rakyat mencapai 21,35%. Luas penggunaan lahan untuk perkebunan ini belum termasuk luas lahan tegalan yang umumnya digunakan untuk kebun campuran dengan komoditi utama tanaman perkebunan (kelapa sawit, kakao, dan karet) mencapai 9,04% dari total luas wilayah Kecamatan Panai Hilir.

2.3. Keadaan Sosial Ekonomi.

Pada umumnya penduduk Kecamatan Panai Hilir bermata pencaharian sebagai nelayan yang sudah turun temurun. Hal ini dapat ditemukan hampir pada rumah tangga nelayan yang memiliki anak laki-laki dewasa secara langsung terlibat dalam usaha mencari ikan di laut. Bahkan ada anak-anak yang seharusnya duduk di bangku Sekolah Dasar ikut melaut.

Biasanya anak-anak nelayan ikut melaut bersama orang tua mereka dengan satu perahu. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dengan mengurangi tenaga buruh yang seharusnya di gaji apabila

menggunakan tenaga luar keluarga. Di samping itu dengan menggunakan tenaga keluarga, para orang tua tidak lagi terbebani untuk mengeluarkan uang jajan anak.

Karena anak juga akan mendapat bagian dari penjualan hasil tangkapan setiap melaut. Faktor utama penduduk bermata pencaharian di sektor perikanan laut tersebut adalah letak geografis kecamatan Panai Hilir yang merupakan wilayah pantai.

Kecamatan Panai Hilir diwarnai dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat yang heterogen. Pada umumnya masyarakat Kecamatan Panai Hilir memeluk agama Islam tetapi sebagian yang lain beragama Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan Konghucu yang dianut oleh warga keturunan Tionghoa.

Demikian pula adat dan budaya masyarakat yang terdiri dari berbagai suku antara lain; Jawa, Batak Toba, Batak Mandailing dan Batak Melayu masing-masing memiliki kultur yang berbeda-beda.

Pada umumnya suku Batak Toba yang beragama Kristen berpusat di sebelah Utara desa Sei Baru. Sedangkan suku Jawa berpusat di Desa Wonosari.

Pengelompokan domisili tersebut dilatarbelakangi oleh pola hidup dan strategi nafkah yang berbeda. Warga Batak Toba dan Jawa tersebut memiliki etos kerja yang tinggi sebagai petani dan mereka tidak terlibat dalam aktivitas melaut. Selain itu mereka mengusahakan hewan ternak seperti babi (khusus suku Batak Toba), ayam, dan kambing. Meskipun di satu sisi terlihat kehidupan warga yang berjalan dengan sendiri-sendiri tapi aspek kebersamaan tidak hilang sehingga kehidupan masyarakat berjalan harmonis.

Wilayah Kecamatan Panai Hilir yang dikategorikan sebagai wilayah pantai memberi peluang pada sektor ekonomi yang tidak hanya dari pertanian,

perdagangan, dan jasa tapi dilengkapi dengan sektor perikanan laut. Untuk sector perikanan laut dalam skala besar dikelola oleh warga keturunan Tionghoa.

Demikian pula dengan perdagangan sebagian besar di pegang oleh warga Tionghoa yang berdomisili di Kota Kecamatan.

Perikanan laut merupakan sektor ekonomi yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Baik dari lapisan tingkat umur dan status sosial masyarakat yang berbeda-beda. Selain itu sektor perikanan laut merupakan salah satu sektor yang memberi stimulus berkembangnya industri pengolahan ikan masyarakat. Adapun sektor jasa yang banyak diusahakan masyarakat adalah transportasi yaitu pekerjaan sebagai ojek dengan kendaraan sepeda motor. Khusus sektor pertanian masyarakat sangat heterogen mulai dari jenis usaha tani subsistem sampai pada usahatani non subsistem. Pemasaran hasil tani masyarakat selain untuk memnuhi kebutuhan pasar domestik juga ke luar wilayah melalui jalur laut yaitu ke Tanjung Balai.

Masyarakat kecamatan Panai Hilir dapat dikatakan masyarakat yang sedang mengalami pergeseran dari masyarakat statis menuju masyarakat dinamis.

Tapi sangat menyayangkan pergeseran tersebut tidak melihat aspek kehidupan sosial ang sebenarnya bermanfaat dan baik untuk disinergikan dengan kehidupan masyarakat yang mulai berkembang. Budaya materialistis tanpa disadari masyarakat sudah terdapat dalam kehidupan mereka sehari-hari yang berdampak pada kesenjangan ekonomi. Hal ini bisa disebabkan faktor pola hidup yang boros dari sebagian besar rumah tangga nelayan menjadi potensi tidak terkendalinya ekonomi rumah tangga masyarakat pada umumnya. Disamping itu tatanan hidup yang dianut dengan nilai-nilai tepa selira antar warga mulai hilang seiring dengan

tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Fenomena tersebut dapat ditemukan khususnya pada warga Kota Kecamatan.

Tabel 2: Jumlah Penduduk Pada Tiap Desa Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kecamatan Panai Hilir adalah 34.262 jiwa yang terdiri dari 16520 (48,2%) penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 17.742 (51,8%) penduduk berjenis kelamin perempuan (Kecamatan Panai Hilir dalam Angka 2002). Angka tersebut menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Jumlah perempuan tersebut dapat menjadi potensi yang apabila perempuan diberdayakan dengan baik akan dapat memberi kontribusi terhadap kehidupan rumah tangga mereka. Sementara bagi pemerintah, besarnya jumlah perempuan merupakan tantangan untuk bisa memproduktifkan perempuan.

Tingkat pendidikan masyarakat kecamatan Panai Hilir secara umum masih rendah. Rendahnya tingkat pendidikan ini disebabkan faktor kemiskinan masyarakat baik secara kultural ataupun struktural. Apabila musim ikan datang, anak-anak banyak yang ikut melaut karena mereka terdorong untuk mendapatkan uang saku sehingga motivasi anak untuk sekolah berkurang. Sebagian anak tidak menamatkan Sekolah Dasar mereka karena orang tua mereka menggunakan tenaga anak laki-laki untuk ikut ke laut mencari ikan. Sementara pada kondisi

paceklik, banyak anak-anak yang berhenti sekolah karena orang tua tidak sanggup membayar biaya-biaya sekolah. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan kondisi kekinian di Kecamatan Panai Hilir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3: Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Dan Pendidikan

Dari Tabel 3 diketahui pada tiap desa ditemukan penduduk yang tidak sekolah baik pada tingkatan umur 7 – 12 tahun maupun pada 13 – 19 tahun.

Jumlah penduduk yang tidak sekolah dengan persentase yang besar terdapat di Desa Sei Berombang. Dimana untuk usia 7 – 12 tahun sebanyak 32% dan untuk usia 13 – 19 tahun 30% dari seluruh penduduk Kecamatan Panai Hilir yang tidak sekolah pada tingkat umur tersebut. Tingginya angka tidak sekolah pada desa Sei Berombang selain faktor ekonomi terdapat pula faktor lingkungan yang kurang mendidik.

Pengadaan pasar malam setiap malam Minggu dan Malam Kamis tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas tersebut memberi kontribusi besar terhadap perekonomian Kecamatan Panai Hilir. Tapi di satu sisi aktivitas tersebut merusak perkembangan generasi muda. Akibatnya mereka lebih sering berada di luar

rumah dengan berbagai aktivitas yang sifatnya hura-hura tanpa memberi manfaat untuk mereka. Dan tidak jarang pula terjadi perkelahian antar desa yang

rumah dengan berbagai aktivitas yang sifatnya hura-hura tanpa memberi manfaat untuk mereka. Dan tidak jarang pula terjadi perkelahian antar desa yang