• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Foto 21: Sumpit Tangkal Bayi

Sumber: data Penelitian Lapangan tahun 2019

Total semua bahan yang diperlukan adalah 16 bahan. Untuk jumlah bahannya sendiri mengapa sampai bisa sebanyak itu, ibu Suwerni pun tidak mengetahui alasan pastinya. Sebab pembuatan Sumpit tangkal bayi tersebut

adalah pengetahuan turun temurun dari orangtuanya dahulu. Setelah semuanya selesai dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari anyaman pandan tersebut, Dukun Beranak akan membacakan doa-doa kedalam sumpit bayi tersebut. Setelah do’a selesai, maka Dukun Beranak akan menyuruh keluarga ibu hamil untuk menyimpan Sumpit Bayi tersebut di dalam kamar ibu yang sedang mengandung tersebut. Satu hal yang menjadi pantangan juga adalah, Sumpit Bayi tidak boleh dilangkahi dan juga terkena air.

Filososi membuat tangkal sumpit bayi ini menurut penuturan ibu Suwerni adalah ibarat sebuah mangkuk. Dimana apabila satu bahan saja tidak terpenuhi dalam syarat membuat sumpit bayi, maka sumpit bayi tersebut tidak akan berguna, selayaknya sebuah mangkuk yang kehilangan beberapa bagian dari tubuh mangkuk tersebut. Ketika suatu mangkuk bolong, maka mangkuk tersebut tidak akan mampu untuk menampung air secara maksimal. Hal ini lah yang menjadi penekanan ibu Suwerni mana kala pembuatan sumpit tangkal dilakukan, bahwa pembuatannya, serta upaya melengkapi bahannya harus lah maksimal, agar sumpit tangkal dapat sempurna melindungi ibu hamil dan bayi di dalam kandungannya.

3.3. Ramuan Obat dan Peralatan Persalinan oleh Dukun Beranak

Setelah kelahiran bayi, perawatan si dukun beranak dilakukan intensif kepada pasiennya. Mulai dari persalinan bayi hingga keringnya pipil (tali pusar).

Pasien dan bayi dirawat oleh dukun beranak di rumah pasien. Kemudian pasien diberikan ramuan jamu untuk menghangatkan perut pasien.pemberian jamu ini

menurut Wak Suwerni sangat baik untuk kesehatan ibu hamil, karena ramuannya berasal dari tumbuh-tumbuhan alami dan jauh dari bahan kimia.

- Ramuan setelah melahirkan gunanya untuk menghangatkan perut pasien dan memperbaiki warna kulit yang terdiri dari; pati kunyit digiling lalu di peras ditambah gula ataupun dicampur merica lalu diminum. Ramuan ini selain bertujuan untuk menghangatkan perut, juga berfungsi untuk menyegarkan rahim si ibu hamil tersebut, agar subur kembali dalam waktu dekat.

- Memakan nasi lada, bertujuan untuk menyempitkan lubang peranakan dan mencegah masuk angin.

- Pinang muda dan kunyit direbus untuk membasuh ketika buang air kecil.

Hal ini bertujuan agar proses pengeringan setelah melahirkan akan lebih cepat.

- Batu koral (batu gilingan) di panaskan di atas kompor, setelah itu di balut seperti di kompres lalu di dudukkan di atas vagina untuk mencegah pembengkakan. Hal ini diperoleh ibu Sewrni dari orang tuanya dahulu.

Selain untuk meredakan pembengkakan pasca melahirkan, kompres dengan menggunakan batu tersebut juga bertujuan untuk membantu elastisitas vagina dari ibu hamil tersebut agar kembali seperti semula lagi dengan lebih cepat.

- Bedak param juga menjadi ramuan yang diberikan oleh Dukun Beranak kepada ibu hamil, bedak param dapat dijumpai di took-toko jamu tradisional yang ada di pasar tradisional desa. Bedak param ini gunanya adalah untuk memberikan rasa nyaman di tubuh ibu hamil tersebut.

Kegunaan lainnya juga adalah berfungsi penghilang bekas guratan-guratan (stretch mark) yang ada di bagian perut si ibu, yang biasanya sangat banyak sekali berbekas setelah melahirkan.

Dukun Beranak juga memberikan ramuan jamu tradisional untuk ibu yang selesai melahirkan. Kemampuan membuat ramuan tradisional ini diperoleh turun-temurun dari keluarga ibu Suwerni yang memang dahulu adalah Dukun Beranak juga. Bahan-bahan pembuatan jamu tradisional juga berasal dari tanaman-tanaman yang mudah untuk didapatkan di pasar tradisional. Seperti dalam wawancara berikut dengan peneliti:

“… ya dibuatin jamu-jamuan gitu, dia kan gak tau apa aja bahan untuk bikin jamunya… kalau bahannya itu ya biasa jahe, kunyit, ketumbar sama asam jawa, itukan untuk ASI sama untuk peluntur, itu biar peranakannya kecut, biar gak kendor, itu juga gak boleh terus-terusan, hari pertama aja. Klo di badan ya bedak lah, klo udah abis obat ya beli jamu yang dijual-jual kayak viatsing, teros klo buat hari-hari itu gula merah, jahe sama induk kunyit, bagus buat badan biar anget, teros luka-luka di dalamnya cepet sembuh

…” (wawancara tanggal 3 Juni 2019)

Bicara mengenai pengobatan dan obat-obatan tradisional erat hubungannya dengan konsep pengetahuan tradisional. Menurut Overwalle, pengetahuan tradisional dipahami sebagai gabungan antara unsur-unsur kemanfaatan dan seni di satu pihak dengan kreasi ilmiah atau seni di pihak lain.18 Dari definisi pengetahuan tradisional di atas mencakup folklore dalam bentuk musik, tari, lagu, kerajinan tangan, desain, cerita, unsur bahasa, pengetahuan pertanian dan pengetahuan pengobatan. Pengetahuan pengobatan termasuk dalam

18 Overwalle dalam Zainul Daulay, Pengetahuan Tradisional. Konsep, Dasar Hukum, dan Praktiknya. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 30.

hal obat-obatan dan penyembuhan (medical knowledge including related medicine and remedies).

Dalam penelitian ini, pengetahuan meramu obat tradisional untuk ibu hamil diperoleh melalui proses belajar dari orangtua. Ibu Suwerni mendapatkan pengetahuan tersebut dari orangtuanya dahulu ketika merawat ibu yang selesai melahirkan. Namun, pengetahuan akan meramu obat-obatan tradisional untuk ibu setelah melahirkan tersebut sayangnya tidak lah dicatat dalam sebuah literature yang memadai. Sehingga apabila dukun beranak telah tiada, maka pengetahuan tentang obat-obatan tersebut pun akan lenyap bersama dirinya.

Dalam perkembangannya kemudian, terutama ketika memasuki masa mengenal tulisan (masa sejarah), masyarakat Indonesia semakin mengenal penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional. Sejak masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Nusantara, perkembangan pengetahuan terhadap pengobatan dan pemanfaatan obat-obatan dari bahan alam semakin pesat. Pada masa itu, di setiap kerajaan sudah memiliki orang yang ahli dalam mengobati dan meramu obat-obatan tradisional, atau yang dikenal dengan istilah resi atau tabib.19

Pengetahuan seorang dukun, datuk, saman, resi atau tabib juga ditularkan ke generasi berikutnya melalui proses pengajaran lisan maupun lewat dokumen-dokumen yang mereka tulis. Pada masyarakat Jawa masa peradaban Hindu-Buddha, pengetahuan tentang pengobatan dan obat-obatan tradisional dituangkan dalam prasasti-prasasti, meskipun memang tidak pernah secara spesifik disebut resep ramuan tradisional pada masa itu. Di samping itu, pengetahuan pengobatan tradisional ini juga terekam dalam beberapa relief candi. Pertama, relief candi

19 R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan 2. (Yogyakarta: Kanisius, 1974).

Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya. Dalam relief candi Borobudur juga terdapat kisah Karmmawibhangga, yang menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati tabib. Kedua, relief cerita Sudamala pada candi Sukuh yang menggambarkan adegan ruwatan. Dalam relief ini diceritakan bagaimana usaha Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta.20

20 Lucas Pertanda Koestoro, Kearifan Lokal dalam Arkeologi. (Medan: Badan Arkeologi, 2010), hlm.21.

BAB IV

KERJASAMA ANTARA DUKUN BERANAK DAN BIDAN DESA

4.1. Kerjasama Bidan dan Dukun Beranak

Kerjasama dilakukan oleh individu-individu yang memiliki satu tujuan yang sama. Dalam prosesnya untuk menjalin kerjasama yang baik, sebuah interaksi antara indiviu yang bekerja sangatlah penting. Interaksi menjadi sebuah pendorong bagi terjalinnya komunikasi yang baik diantara pihak yang bekerjasama. Berawal dari hubungan interaksi yang baik di dalam lingkungan masyarakat memungkinkan sebuah pencapaian yang baik atas apa yang kerjakan.

Kerja sama merupakan bentuk dari interaksi sosial. Kerja sama yang dimaksud disini adalah suatu usaha perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerjasama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.

Selain itu didalamnya terdapat pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima dan diiringi oleh keahlian-keahlian tertentu agar kerjasama yang terjalin dapat terlaksana dengan baik.

4.1.1. Interaksi Sosial Bidan Dan Dukun Beranak.

Interaksi sosial terdapat saling berhubungan antara satu sama laninya dengan saling memberi dan menerima yang akan berwujud sebagai suatu kerjasama atau mungkin terjadi suatu persaingan atau paertentangan. Faktor komunikasi merupakan hal penting dalam berinteraksi. Adapun hubungan interaksi bidan selaku pendatang dalam mayarakat Desa Sei Berombang,

Kecamatan Panai Hilir dapat diterima dengan baik. Bidan mendapat respon positif dari masyarakat terutama mengenai kesehatan, masyarakat juga bersifat ramah sehingga suasana kekeluargaan masih tetap terasa.

Ditempatkannya bidan di desa, karena semakin memudahkan masyarakat untuk berobat. Begitu juga dengan bahasa, dalam berkomunikasi menggunakan setempat (logat melayu) tergolong masih sama-sama paham, tentunya hal ini sangat membantu memudahkan lancarnya komunikasi antara bidan dan masyarakat karena faktor komunikasi merupakan hal penting dalam berinteraksi.

Adanya hubungan timbal balik antara masyarakat yang datang berobat kepada bidan, menunjukkan interaksi yang saling merespon diantara dua pihak. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan ibu Syarifah Lubis salah satu bidan yang ada di Puskesmas Sei Berombang:

“... Puskesmas ini sudah ada disini sejak 10 tahun yang lalu, dan komunikasi kita juga baik dengan warga setempat. Memang pada awal hadirnya Puskesmas di Desa Sei Brombang ini, masih banyak yang enggan untuk berobat ataupun bersalin ke tempat ini. Tetapi, lama kelamaan semakin berkembangnya teknologi, masyarakat mulai sadar dan akhirnya mau berobat ke Puskesmas ini. Dan prinsipnya kami para Bidan dan juga para Dukun Beranak adalah mitra dalam menyukseskan setiap kelahiran dari ibu hamil. Sifat saling menjelekkan satu sama lain itu sangat dihindari karena semua metode persalinan itu punya sisi pofitif dan negatifnya masing-masing ...”

Sama halnya dengan Dukun Beranak, hubungan Dukun Beranak kepada masyarakat di Desa Sei Berombang masih sangat komunikatif, masyarakat masih menghargai kehadiran dukun beranak dengan tetap menggunakan jasa dukun beranak. Mayoritas masyarakat di Desa Sei Berombang ini telah memanfaatkan pelayanan keshatan modern seperti Puskesmas, Polindes, Klinik ataupun Rumah

Sakit. Namun dalam hal kehamilan, melahirkan hingga pada perawatan bayi setelah lahir, banyak dari mereka masih memanfaatkan dukun beranak yang cara kerjanya masih tradisional, tetapi bidan desa juga terkadang ikut terlibat dalam sepanjang proses persalinan. Menurut ibu Suwerni kerjasama antara bidan dan Dukun Beranak selama ini juga semakin baik. Berikut penuturan ibu Suwerni dalam kutipan wawancara dengan peneliti:

“... kalau seingat ibu dulu itu kerjasama antara orang Puskesmas dengan orang ibu yang kerjanya sebagai Dukun Beranak ini mulainya tahun 2009. Awalnya memang ada beberapa penolakan dari satu dua orang Dukun Beranak, tapi akhirnya ya ikut gabung juga. Toh juga kan kita enggak hilang mata pencaharian, dan kita diajari juga cara-cara memakai alat-alat medis seperti alcohol untuk membersihkan pasien setelah melahirkan. Pokoknya banyak lah.” (Wawancara tanggal 3 Juni 2019)

Bidan dan dukun beranak telah melakukan kerjasama dari sejak bidan-bidan mulai ditempatkan di Polindes Desa Sei Berombang. Untuk di Desa Sei Berombang Kecamatan Panai Hilir kerjasama antara pihak Puskesmas dan juga para Dukun Beranak sudah berlangsung dari tahun 2009. Dukun Beranak sudah bekerjasama dengan bidan yang berbeda-beda hingga saat ini, dan tentunya dukun beranak telah mengenal karakter teman kerjannya karena telah sama-sama melakukan interaksi dalam bekerjasma.

Terlepas ada atau tidaknya pasien yang mereka tangani. Tindakan yang dilakukan oleh bidan dan dukun beranak yaitu dalam hal bekerjasama dalam penanganan ibu hamil, pasca melahirkan dan menjaga kesehatan bayi ini terjadi karena memang mereka memiliki satu tujuan yang sama, dan spesialis dalam jenis pekerjaan seorang bidan yang memang menuntut untuk bekerja sesuai dengan bidangnya, yang pada akhirnya terjalin solidaritas ataupun hubungan sosial yang

mengikat dalam masyarakat. Hubungan yang terjalin baik antara bidan dan dukun beranak ini juga terlihat dari rasa saling menghargai oleh dukun beranak terhadap bidan sebagai orang yang mempunyai kompetensi formal dalam menolong persalinan dan begitu juga dengan bidan menghargai dukun beranak yang sudah berpengalaman menolong persalinan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Syarifah dalam kutipan wawancara bersama peneliti sebagai berikut:

“... kami para bidan ini prinsipnya tetap menghormati para Dukun Beranak ini. Kami saja banyak belajar dari mereka cara menangani ibu melahirkan, misalnya cara memperlakukan ibu hamil yang baik supaya menghilangkan rasa stress pada saat akan melahirkan. Karena hal-hal yang seperti itu enggak ada diajarkan di bangko sekolah kebidanan dulu, semua itu kan murni pengalaman. Begitu juga sebaliknya, dalam beberapa hal kami para bidan mengajari dukun beranak ini tentang prosedur kesehatan ketika menangani ibu yang melahirkan. Intinya kami saling support antar kedua belah pihak.” (Wawancara tanggal 3 Juni 2019)

Dukun beranak pun mendukung keberadaan para bidan di desa dikarnakan dalam persoalan persalinan sorang bidan sudah tentunya berperan dalam pekerjaan demikian, dan dukun beranak siap membantu apa yang bisa dibantu.

Menghargai putner dan yakin akan kemampuanya dalam bekerjasama seperti yang dilakukan bidan Bety merupakan suatu pendorong terwujudnya pelaksanaan kerjasama yang baik. Tindakan ini sudah merujuk pada konsep kerjasama oleh Abdulsyani, yang merupakan, “suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing”.

4.1.2. Bentuk Hubungan Kerjasama Yang Dilakukan Oleh Bidan Dan Dukun Beranak

Hubungan kerjasama yang dilakukan bidan dan dukun beranak memang memiliki tujuan yang sama, membantu persalinan. Untuk menuju hasil yang maksimal. Adapun bentuk kerjasama yang dilakukan dapat dilihat dari beberapa periode yang dilalui ibu hamil hingga melahirkan

1. Periode Kehamilan

Kerjasama yang dilakukan bukan hanya mengenai persalinan namun pada masa kehamilan juga sudah menjadi tanggung jawab bidan dan dukun beranak untuk tetap memantau proses perkembangan kehamilan seorang ibu. Ada beberapa tindakan yang dilakukan langsung bersamaan dengan dukun beranak. Ini menunjukan bahwa kerjasama tersebut berlangsung sejak masa kehamilan.

Namun ada hal-hal yang memang hanya dilakukan oleh bidan saja karena sistem kerja dibidang kesehatan haruslah kompleks, tidak hanya tindakan- tindakan seperti itu saja

Tidak hanya bidan, dukun beranak juga memiliki tanggung jawab tersendiri dalam periode kehamilan yaitu melakukan ritualnya yang merupakan kebiasaan masyarakat turun tenurun dengan memandikan dan mengurut perut ibu hamil. Dikatakan oleh ibu Suwerni yang merupakan dukun beranak bahwa dahulunya mereka dilarang mengurut perut bayi namun sekarang telah diperbolehkan.

“... dulu kami itu dilarang sama pihak Dinas Kesehatan kalau mau ngusuk perut bayi, katanya itu bahaya bagi organ-organ dalam si bayi. Tapi karena mungkin mereka udah paham cara kerja kami dalam mengusuk dan efeknya juga enggak pernah membuat bayi

jadi sakit, akhirnya kami diperbolehkan lagi ngusuk bayi ...”

(Wawancara tanggal 3 Juni 2019)

Ada kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada saat mengandung yang harus dilakukan secara tradisional dan hal tersebut terjadi hingga saat ini. Kebiasaan tersebut tidak menjadi suatu masalah selama tidak membahayakan ibu dan calo bayi dan semua atas dukungan dan persetujuan pihak keluarga yang telah menta tradisi tersebut untuk dilakukan oleh dukun beranak. Dilihat dari kerjasama yang dilakukan bidan dan dukun beranak dalam masa kehamilan hubungan diantara keduanya masih sangat baik.

2. Periode Persalinan

Pada periode persalinan merupakan masa yang sangat penting bagi ibu hamil dan para keluarga karena akan menyambut satu anggota baru dalam keluargaya. Maka peren bidan dan dukun beranak tidak kalah pentingnya pada saat itu. Ada pun kerjasama yang dilakukan bidan dan dukun beranak dalam periode persalinan diawali dengan persiapan sarana dan prasarana untuk persalinan oleh bidan peran dukun beranak disini adalah mengingatkan keluarga untuk memanggil bidan kemudian bersama-sama melakukan persalinan jika persalinannya dilakukan dirumah apabila dilakukan di puskesmas atau rumah sakit maka bidan akan segera memberikan rujukan.

Menurut dukun beranak, ibu hamil yang meminta pertolongan persalinan padanya berdasarkan nasihat dari pihak keluarganya. Dalam membantu persalinan tersebut kemudahan juga dirasakan oleh dukun beranak selama bekerjasama dengan bidan dalam melakukan persalinan. Bahkan jika membantu bidan diluar yang biasanya dilakukan terhadap ibu yang melahirkan, dukun beranak akan

mendapat imbalan dari bidan bukan saja dari pihak keluaraga yang melahirkan.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Syarifah berikut dalam kutipan wawancara:

“... kerjasama kita dengan para dukun Beranak itu dapat dilihat dilapangan ketika kita menolong beberapa pasien ibu hamil ketika melahirkan. Terkadang apabila dalam suatu kasus penanganan Bidan menjadi pemimpin prosesi melahirkan, maka Dukun Beranak akan bertugas menjadi pendamping bidan tersebut dan sebaik mungkin akan mencoba untuk merawat atau menenangkan si ibu. Sementara apabila Dukun Beranak menjadi pemimpin utama proses melahirkan, maka Bidan akan mendampingi dan menjaga kebersihan klinis ibu hamil. Bidan juga akan siap siaga memperhatikan kondisi ibu melahirkan tersebut, sebab apabila dirasa ada keadaan gawat darurat, maka pasien ibu melahirkan tersebut harus segera ditangani secara medis.” (Wawancara tanggal 3 Juni 2019)

Dukun Beranak memag tidak pernah meminta bayaran atau menempatkan seberapa besar jumlah bayaran atas jasanya namun dari pihak keluarga yang bersangkutan, secara suka rela memberi sebagai tanda terimkasih. Sepanjang persalinan dukun beranak tetap berada bersama bidan untuk membantu apa yang diperlukan bidan saat itu dan dari pihak keluarga biasanya juga melimpahkan segalanya pada dukun beranak untuk membantu keperluan bidan dan ibu yang akan melahirkan.

3. Setelah Melahirkan

Kerjasama tetap berlangsung pasca melahirkan, bidan dan dukun beranak masih tetap rutin melakukan kunjungan di rumah pasiennya terutama dukun beranak. Selain melakukan kunjungan secara bersamaan, kerjasama yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan seperti akan adanya tanda-tanda bayi sakit, bahaya penyakit ibu nifas dan perawatan tali pusat. Sepanjang persalinan dukun beranak tetap berada bersama bidan untuk membantu apa yang diperlukan bidan

saat itu dan dari pihak keluarga biasanya juga melimpahkan segalanya pada dukun beranak untuk membantu keperluan bidan dan ibu yang akan melahirkan.

Seperti diawal pada periode kehamilan, terdapat ritual-ritul maupun kebiasaan masyarakat setempat terkait persalinan dan bidan tetap mengikuti hal itu selama tidak membahayakan kesehatan ibu dan bayi karena dalm adat kebiasaannya pantang larang yang dianjurkan juga bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu maupun bayi.

Kerjasama bidan dan dukun beranak merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dua pihak dengan kepentingan yang sama, dan pada prinsip kesetaraan, dan keterbukaan. Sebagai tenaga medis dan dukun beranak tentunya memiliki tugas untuk membantu masalah kehamilan dan persalinan bahkan hingga setelah persalinan. Saling percaya di sini merupakan saling menghargai keahlian masing-masing merupakan suatu bentuk yang dihasilkan dari prinsip kesetaraan dan keterbukaan dalam bekerja sama. Dengan memberikan pelayanan dari masing-masing keterampilan yang dimiliki bidan dan dukun beranak berusaha untuk melaksanakan kerjasamanya semakisimal mugkin.

Kerjasama bidan dan dukun beranak dapat diwujudkan juga dengan dengan adanya prinsip rasa saling percaya bersikap terbuka diantara keduanya.

Selain itu dalam melaksanakan kerjasama bidan dan dukun beranak dituntut untuk bertindak sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya. Namun demikian dukun beranak bukanlah seorang tenaga kesehatan yang yang memiliki kompetensi (keterampilan menolong dan menangani persalinan) terlebih jika ada komplikasi atau resiko tinggi demikian juga cara menolong persalinan oleh dukun beranak masih seadanya. Namun diantara bidan dan dukun beranak, harus saling terbuka,

agar terbentuk suasana yang tidak membuat diantaranya lebih rendah, lebih pintar atau lebih mampu. Dikarenakan dukun beranak tersebut orangnya ramah, enak diajak bekerjasama akhirnya bidan merasa nyaman bersamanya.

Dari adanya prinsip yang dijalankan bidan dan dukun beranak dalm bekerjasama dalam menangani kesehatan kehamilan ibu hingga pada perawatan bayi, diantaranya sudah berjalan sesuai dengan apa yang dilakukan saling percaya, melengkapi dan membantu satu sama lain. Merujuk pada apa yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto bahwa: Pentingnya kerjasama dalam suatu hubungan kerja merupakan suatu proses, yang di tandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang pada orang perorangan. Apa yang terjadi pada dukun beranak dan bidan bahwa apa yang mereka kerjakan berjalan dengan baik walaupun berbeda keahlian dalam menagani proses persalinan. Perbedaan yang ada diantara mereka tidak menjadi suatu kendala sehingga jarang bagi mereka terjadi kesalah pahaman.

4.2. Kerjasama Yang Setara Antara Bidan dan Dukun Beranak

Melihat adanya tujuan yang akan dicapai atas kerjasama yang dilakukan bidan dan dukun beranak, ada sebuah usaha-usaha yang mereka lakukan untuk pencapaian dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi. Adapun upaya kesehatan ibu dan bayi: merupakan suatu cara yang dilakukan oleh bidan dan dukun beranak untuk membantu menjaga dan memberikan pelayanan kesehatan dengan cara atau

Melihat adanya tujuan yang akan dicapai atas kerjasama yang dilakukan bidan dan dukun beranak, ada sebuah usaha-usaha yang mereka lakukan untuk pencapaian dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi. Adapun upaya kesehatan ibu dan bayi: merupakan suatu cara yang dilakukan oleh bidan dan dukun beranak untuk membantu menjaga dan memberikan pelayanan kesehatan dengan cara atau