• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUN BERANAK (STUDI DESKRIPTIF DI KABUPATEN LABUHANBATU KECAMATAN PANAI HILIR) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DUKUN BERANAK (STUDI DESKRIPTIF DI KABUPATEN LABUHANBATU KECAMATAN PANAI HILIR) SKRIPSI"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

“DUKUN BERANAK”

(STUDI DESKRIPTIF DI KABUPATEN LABUHANBATU KECAMATAN PANAI HILIR)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh:

DEVI RUSTIANA DEWI R 150905062

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

“DUKUN BERANAK”

(STUDI DESKRIPTIF DI KABUPATEN LABUHANBATU KECAMATAN PANAI HILIR)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Desember 2019 Penulis

Devi Rustiana Dewi R

(5)

ABSTRAK

Devi Rustiana Dewi R, 2019. Judul skripsi: “DUKUN BERANAK”

(STUDI DESKRIPTIF DI KABUPATEN LABUHANBATU KECAMATAN PANAI HILIR). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 105 halaman, 4 Daftar Tabel, 2 Daftar Gambar, 21 Daftar Foto, dan daftar pustaka.

Skripsi ini mendeskripsikan pengetahuan yang dimiliki oleh Dukun Beranak di Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhan Batu dalam membantu persalinan ibu hamil. Penelitian ini juga mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dukun Beranak pada saat sebelum, hari persalinan, dan sesudah persalinan. Dalam deskripsi selanjutnya, penelitian ini juga menjelaskan bagaimana bentuk kerjasama yang terjadi antara Dukun Beranak (persalinan tradisional) dengan Bidan Desa (persalinan modern) dalam berkolaborasi menangani ibu hamil di Kecamatan Panai Hilir.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengetahuan yang dimiliki oleh Dukun Beranak dalam membantu persalinan ibu hamil. Bagaimana Dukun Beranak tersebut mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut dan juga bagaimana proses transfer ilmu tersebut kepada generasi berikutnya juga dibahas dalam penelitian ini. Semua usaha itu tidak lain adalah untuk memperoleh gambaran kecil bagaimana fenomena sosial yang terjadi di masyarakat Kecamatan Panai Hilir dalam memilih metode persalinan yang baik untuk mereka.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kualitatif bersifat deskriptif dengan metode observasi dan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara (Interview Guide). Peneliti mencari data dengan melihat secara langsung dan bertanya kepada Dukun Beranak yang ada di Kecamatan Panai Hilir yang bernama ibu Suwerni. Beberapa informan inti lainnya adalah beberapa pasien ibu hamil yang sedang dalam masa pemantauan oleh dukun beranak tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dukun Beranak di Kecamatan Panai Hilir mempelajari ilmu persalinan tersebut dari orangtuanya. Proses belajar dilakukan dari mulai tahap pelajaran secara lisan, mengamati langsung, hingga praktek langsung membantu persalinan. Proses persalinan ibu hamil memiliki tiga fase yakni sebelum persalinan, hari persalinan, dan sesudah persalinan. Setiap tahapan memiliki penanganan yang berbeda pula. Dalam hal kerjasama dengan pihak Puskesmas dan Bidan Desa, Dukun Beranak di Kecamatan Panai Hilir mengaku tidak merasa keberatan karena kerjasama yang dilakukan sifatnya setara dan saling bertukar ilmu.

Kata-Kata Kunci : Dukun Beranak, Pengetahuan Persalinan, Puskesmas.

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “DUKUN BERANAK” (STUDI DESKRIPTIF DI KABUPATEN LABUHANBATU KECAMATAN PANAI HILIR) ini dapat diselesaikan dengan baik.Serta tidak lupa penulis mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya sangat diharapkan di hari kemudian. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan akhir dari perkuliahan penulis dan merupakan awal untuk penulis mulai belajar hal yang baru kembali. Skripsi ini penulis persembahkan kepada seluruh wanita hebat yang tak kenal lelah mengurusi keluarganya. Penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan terbesar kepada kedua orang tua, Bapak Rustamir dan Ibu Asnawati yang telah banyak berjuang dan kerja keras serta memberikan semangat agar Penulis dapat menyelesaikan kuliah. Mereka bekerja tanpa ingat lelah untuk keberhasilan penulis. Mereka berharap penulis menjadi orang yang sukses nantinya di dunia dan akhirat. Terima kasih juga kepada kedua abang-abang penulis, Ryan Rusmawan Ritonga, dan Ahmad Rinaldi Ritonga yang selalu menyemangati penulis agar menyelesaikan skripsi ini.

Terkhusus penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Prof.

Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si, sebagai dosen pembimbing akademik, yang selalu membantu dan memberikan perhatian kepada penulis selama kuliah. dan terimakasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Nurman Achmad, S.Sos, M.Soc, Sc sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang yang telah banyak memberikan waktu, tenaga, perhatian dan bimbingan serta kesabaran mulai dari awal penulis bimbingan.

Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Fikarwin Zuska, Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP Universitas Sumatera Utara. Terima kasih juga kepada Bapak Agustrisno, M.Sp,

(7)

Sekretaris Departemen Antropologi FISIP Universitas Sumatera Utara. Kepada Kak Nur sebagai staf Departemen Antropologi dan Kak Sri di bidang pendidikan, penulis ucapkan terima kasih karena telah membantu dan mempermudah segala informasi serta urusan perkuliahan.

Terima kasih juga kepada dosen-dosen Antropologi Sosial FISIP USU yang telah memberikan ilmunya dan juga mendidik penulis agar menjadi mahasiswa yang baik Pak Zulkifli, Pak Hamdani, Pak Lister, Pak Ermansyah, Pak Nurman, Bang Farid, Bang Wan, Ibu Rytha, Ibu Sabariah, Ibu Tjut, Ibu Chalida.

Dan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu, pengalaman dan pembelajaran yang telah di sampaikan dan di berikan kepada penulis dalam proses belajar mengajar, penulis dapat menyelesaikan studi ini karena adanya jasa dan campur tangan dari Bapak/Ibu sekalian, kiranya ilmu yang di terima dapat penulis gunakan sebaik- baiknya.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada para informan, yaitu Wak Suwerni, Puja, Bu Syarifah dan Bu Nurhalimah yang mana telah memberikan waktu dan berbagai macam informasi untuk skripsi penulis.

Kepada senior dan alumni penulis Kak Ratna, Kak Dira, Kak Una, Bang Mar’ie, Bang Pandu, dan lainnya penulis mengucapkan terima kasih karena yang selalu bercerita tentang pengalaman dan memberikan motivasi kepada penulis.

Kerabat dekat di Antropologi Sosial angkatan 2015 Risqa, Kiki, dan Mai.

Terimakasih banyak telah menjadi teman berbagi selama kuliah dan juga memberikan semangat selama menulis skripsi. Buat teman-teman lainnya Mia Kaban, Petrus, Sudirman, Johannes, Tri, Dini, Tasya, Oliv, Rani, dan kawan- kawan kerabat lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu semoga sukses.

Terkhusus untuk Andhika Perdana Nugraha terimakasih telah memberikan semangat tiada henti buat penulis dan membantu proses penyelesaian skripsi ini.

Penuli juga berterima kasih kepada teman-teman Deviyani, Aini, Ahmadi, Muda, Titin, Yuni, Chinta, Desi, Ismah, Rika, Rizka, Putri, Nova yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta juga tempat berbagi cerita suka maupun duka.

(8)

Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun membatu penulis dalam proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak kiranya Tuhan membalas sagala kebaikan yang telah penulis terima.

Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis berharap akan adanya masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan pihak-pihak yang memerlukan nantinya.

Medan, Desember 2019 Penulis

Devi Rustiana Dewi R

(9)

RIWAYAT HIDUP

Devi Rustiana Dewi R lahir di Sei Berombang pada tanggal 13 Desember 1997. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Rustamir dengan Asnawati.

Riwayat pendidikan penulis, menjalani pendidikan Taman Kanak- kanak di TK Al-Kautsar Sei Berombang.

(2002-2003). Kemudian penulis melanjutkan Sekolah Dasar di SD Negeri No.

112216 Sei Berombang. (2003-2009). Kemudian penulis melanjutkan Madrasah Tsanawiyah di Al-Jami’atul Washliyah Sei Berombang. (2009-2012) dan kemudian penulis melanjutkan Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Rantau Selatan. (2012-2015). Selesai belajar pada tahun 2015. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri di Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2015. Alamat email yang bisa dihubungi E-mail : devirustianadewi@gmail.com

Selama perkuliahan, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan dalam aktivitas kampus. Adapun kegiatan tersebut adalah:

1. Peserta Inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru Antropologi Sosial 2015 yang dilaksanakan di Sibolangit.

2. Panitia bayangan inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru Antropologi 2016 yang dilaksanakan di lapangan FISIP USU.

3. Relawan dalam rangka acara “Kongres Masyarakat Adat Nusantara ke Lima (KMAN-V)” di Wilayah Adat Rakyat Penunggu Kampong Tanjung Gusta Medan-Deli Serdang, Sumatera Utara 15-19 Maret 2017.

(10)

4. Peserta Training of Fasilitator (TOF) pada Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat pada tahun 2017.

5. Peserta dalam seminar “Sosialisasi PILKADA Kota Medan” yang dilaksanakan di Gedung Magister Studi Pembangunan USU, pada tanggal 24 November 2015.

6. Panitia dalam acara “Warkop Antro” pada tanggal 3-4 Mei 2017 di FISIP USU

7. Peserta dalam seminar “Arkeologi sebagai Penguat Karakter Bangsa” yang dilaksanakan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Sumatera Utara, pada tanggal 24 April 2018.

8. Peserta dalam seminar “Sosialisasi Hasil Penelitian Arah dan Corak Keberagaman Kaum Muda Muslim Indonesia” yang dilaksanakan di Gedung Aula Serbaguna FISIP USU, pada tanggal 15 Februari 2018.

9. Peserta dalam seminar BPJS Kesehatan Goes To Campus Universitas Sumatera Utara dengan Tema “Sinergi BPJS Kesehatan dengan Perguruan Tinggi Dalam Mewujudkan Jaminan Kesehatan yang Berkualitas dan Berkesinambungan Bagi Mahasiswa”, yang dilaksanakan di Gelanggang Mahasiswa USU, pada tanggal 22 September 2017.

10. Peserta dalam seminar “Menggali Narasi Toba” yang di laksanakan di Hotel Grand Aston Medan, pada tanggal 13 Desember 2018.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan dan penyusunan penelitian ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada bidang Antropologi dari Departemen Antropologi Sosial. Skripsi ini berjudul “DUKUN BERANAK” (STUDI DESKRIPTIF DI KABUPATEN LABUHANBATU KECAMATAN PANAI HILIR).

Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis kepustakaan dan materi penulisan. Namun, berkat pertolongan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dan segenap keluarga dan teman-teman yang memberikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan sehingga kesulitan tersebut dapat dihadapi.

Dalam penulisan skripsi ini dilakukan pembahasan secara holistik mengenai Dukun Beranak dalam studi deskriptif di Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu. Dalam penelitian ini, peneliti mengelaborasi beberapa data yang diperoleh dari beberapa orang informan yang mana 4 diataranya merupakan informan utama yakni Dukun Beranak itu sendiri, salah seorang ibu hamil, Kepala Puskesmas Kecamatan, dan Bidan Desa. Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V. Adapun penguraian yang dilakukan oleh penulis pada skripsi ini adalah :

Bab I penelitian yang dilakukan ini merupakan deksripsi mengenai latar belakang masalah penelitian, dan tinjauan pustaka mengenai Dukun Beranak dan gambaran perkembangan persalinan tradisional yang ada di Indonesia, yang berlandaskan pada kacamata Antropologi. Pada bagian ini juga dijelaskan sasaran penelitian yang dicapai.

Bab II deskripsi mengenai lokasi penelitian yang berlokasi di Desa Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu. Pada bagian ini juga dijelaskan mengenai deskripsi kehidupan sosial ekonomi masyarakat, ketersedian fasilitas-fasilitas kesehatan, serta deskripsi mengenai profil dukun beranak yang ada di wilayah penelitian.

(12)

Bab III pada bagian ini peneliti menjelaskan bagaimana sebenarnya cara Dukun Beranak memperoleh pengetahuan persalinan tersebut. Kemudian, dilanjutkan pada bagian dimana peneliti menjabarkan tahapan-tahapan persalinan yang dilalui oleh ibu hamil dari mulai sebelum persalinan, pada saat hari persalinan, hingga setelah persalinan. Di bagian ini peneliti juga menjabarkan bagaimana pembuatan Sumpit Tangkal Bayi yang merupakan jimat atau penangkal bagi ibu hamil agar terhindar dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa mengganggu janinnya.

Bab IV deskripsi mengenai kerjasama yang dilakukan oleh Dukun Beranak dan juga pihak Puskesmas beserta Bidan Desa di Kecamatan Panai Hilir.

Pada bab ini dijelaskan awal mula terjalinnya kerjasama antara pihak Dukun Beranak dengan pihak puskesmas. Lalu peneliti juga menggambarkan bagaimana kerjasama yang terjalin antara Dukun Beranak dan Bidan Desa pada saat membantu persalinan ibu melahirkan.

Bab V memuat kesimpulan dan saran penelitian mengenai Dukun Beranak sebagai salah satu pilihan persalinan di masyarakat Kecamatan Panai Hilir.

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan, Pedoman wawancara (intervie guide), dan termasuk juga lampiran-lampiran lainnya.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, serta juga waktu dalam penyelesaian skripsi ini. Namun penulis menyadari masih banyak kekurangannya. Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca.

Medan, Desember 2019 Penulis

Devi Rustiana Dewi R

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR DAN FOTO ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 13

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1.5. Metode Penelitian ... 14

1.6. Penelitian Terdahulu ... 18

1.7. Field Note ... 20

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN ... 26

2.1. Letak Geografis Kecamatan Panai Hilir ... 26

2.2. Keadaan Alam (Topografi) ... 29

2.3. Keadaan Sosial Ekonomi ... 30

2.4. Keadaan Sarana dan Prasarana Kecamatan Panai Hilir ... 35

2.5. Profil Dukun Beranak ... 38

2.6. Profil Pasien Dukun Beranak ... 46

BAB III PERSALINAN OLEH DUKUN BERANAK ... 49

3.1. Metode Persalinan Oleh Dukun Beranak ... 49

3.1.1. Fase Kehamilan ... 50

3.1.2. Fase Melahirkan ... 53

3.1.3. Fase Postpartum (Setelah Melahirkan) ... 62

3.2. Pembuatan Tangkal ... 65

3.3. Ramuan Obat dan Peralatan Persalinan oleh Dukun Beranak ... 80

BAB IV KERJASAMA ANTARA DUKUN BERANAK DAN BIDAN DESA .. 85

4.1. Kerjasama Bidan dan Dukun Beranak ... 85

4.1.1. Interaksi Sosial Bidan Dan Dukun Beranak ... 85

4.1.2. Bentuk Hubungan Kerjasama Yang Dilakukan Oleh Bidan Dan Dukun Beranak ... 89

4.2. Kerjasama Yang Setara Antara Bidan dan Dukun Beranak ... 93

4.3. Pandangan Masyarakat Terhadap Kerjasama Bidan Dan Dukun Beranak ... 95

4.4. Dukun Beranak Dalam Live Cycle (Daur Hidup), dan Sistem Sosial Masyarakat Desa Sei Berombang ... 98

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

5.1. Kesimpulan ... 104

5.2. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

LAMPIRAN ... 111

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Dan Jumlah Penduduk Menurut Desa ... 27 Tabel 2. Jumlah Penduduk Pada Tiap Desa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33 Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Dan Pendidikan ... 34 Tabel 4. Sarana prasarana Kecamatan Panai Hilir ... 36

(16)

DAFTAR GAMBAR DAN FOTO

Gambar 1: Skema Penelitian ... 17

Gambar 2: Posisi Dukun Beranak dalam Live Cycle di Kehidupan Masyarakat Desa Sei Berombang ... 101

Foto 1: Gunting Medis ... 55

Foto 2: Tisu Alkohol ... 56

Foto 3: Isi Tangkal Sumpit Bayi ... 65

Foto 4: Kapur Sirih... 67

Foto 5: Buah Kemiri... 68

Foto 6: Rumput Patimah ... 69

Foto 7: Kayu Manis ... 70

Foto 8: Kunyit ... 71

Foto 9: Buah Pala Laut ... 71

Foto 10: Bawang Merah ... 72

Foto 11: Bawang Putih ... 72

Foto 12: Gambir ... 73

Foto 13: Cengkeh ... 74

Foto 14: Lada Hitam ... 74

Foto 15: Kayu Merah ... 75

Foto 16: Jari Ango ... 76

Foto 17: Kuku Beruang ... 77

Foto 18: Kunyit Bungle ... 78

Foto 19: Cucuk Sanggul ... 78

Foto 20: Sisik Tenggiri ... 79

Foto 21: Sumpit Tangkal Bayi ... 79

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian ini mengkaji tentang pengetahuan yang dimiliki oleh Dukun Beranak dalam membantu persalinan pada ibu hamil di Kabupaten Labuhan Batu Kecamatan Panai Hilir, tepatnya di Desa Sei Berombang. Dukun beranak masih eksis dan dipercaya oleh masyarakat sekitar dalam melaksanakan proses persalinan, mulai dari masyarakat ekonomi ke bawah hingga masyarakat ekonomi menengah keatas menggunakan jasa Dukun Beranak tersebut.

Dukun beranak adalah seorang perempuan yang di percaya oleh masyarakat Kecamatan Panai Hilir dalam mendampingi ibu hamil, pertolongan persalinan serta perawatan ibu dan bayi baru lahir secara tradisional dan spiritual.

Dukun beranak memperoleh keterampilan tersebut secara turun-temurun.

Umumnya masih banyak masyarakat Kecamatan Panai Hilir yang mempercayai dukun beranak untuk proses persalinan.

Dukun Beranak tersebut memperoleh ilmu spiritualnya melalui nenek moyangnya yang secara turun temurun di turunkan hingga ke orangtuanya sampai dengan si dukun tersebut. Proses yang dilalui oleh Dukun Beranak dalam memperoleh ilmunya ialah dengan turut membantu orangtuanya yang merupakan Dukun Beranak. Dalam penelitian ini, didapati seorang informan yang memang memperoleh ilmu persalinan dari ajaran orangtuanya, dan juga dari pengalaman dirinya membantu orangtuanya melakukan persalinan.

(18)

Dukun Beranak di Kecamatan Panai Hilir menggunakan doa-doa islami sebagai kekuatan spritualnya. Selain itu Dukun Beranak tersebut mempunyai indera keenam yang mereka sebut sebagai penolong mereka dalam proses persalinan. Perwujudan si penolong adalah kembaran si Dukun Beranak tersebut.

Masyarakat di Kecamatan Panai Hilir masih banyak menggunakan jasa Dukun Beranak karena memberikan ramuan-ramuan tradisional yang di percaya bisa mempermudah persalinan, dan juga pengurutan yang di percaya masyarakat bisa membantu kelancaran persalinan nantinya.

Masyararakat di Kecamatan Panai Hilir sudah dari lama menggunakan jasa Dukun Beranak sampai saat ini, walaupun sudah ada tenaga medis (Bidan Desa).

Mereka tetap membutuhkan Dukun Beranak. Hal ini sudah menjadi kebiasaan di dalam keluarga yang menggunakan jasa dukun beranak untuk mendampingi proses persalinannya, meskipun sudah memanggil bidan desa.

Menurut masyarakat di Kecamatan Panai Hilir peran Dukun Beranak masih sangat penting karena tidak hanya membantu persalinan saja tetapi Dukun Beranak juga mengobati pasien pasca melahirkan dengan cara membuat ramuan- ramuan tradisional agar kesehatan pasien kembali bugar. Masyarakat di Kecamatan Panai Hilir khususnya masyarakat yang tinggal di pelosok desa banyak yang menggunakan jasa Dukun Beranak karena jauhnya jarak tempuh untuk sampai di Puskesmas agar mendapatkan pertolongan Bidan Desa, oleh karena itu masyarakat pelosok desa menggunakan Dukun Beranak saja tanpa adanya mitra Dukun Beranak dengan Bidan.1

1 Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang peneliti lakukan pada tahun 2019

(19)

Keselamatan pasien dan bayi dalam kandungan dapat terganggu bila harus pergi ke puskesmas sebab jarak yang jauh dan masyarakat sekitar yang umumnya hanya memiliki sepeda motor. Bidan Desa bisa datang langsung ke rumah masyarakat yang membutuhkan bantuan persalinan tetapi terkendala biaya, dimana biaya transportasi bidan desa harus ditanggung oleh pihak keluarga di tambah dengan biaya persalinan yang biasanya relatif lebih mahal di bandingkan dengan penggunaan jasa Dukun Beranak sebab biaya persalinan di rumah lebih mahal.

Kurangnya tenaga medis di puskesmas juga menjadikan masyarakat Kecamatan Panai Hilir menggunakan jasa dukun beranak. Kurangnya tenaga medis ini disebabkan oleh bidan desa yang melanjutkan studi ke kota dan memilih untuk bekerja di kota. Sebab lebih bergengsi dan menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari pada bekerja di desa. Hingga kini Dukun Beranak masih eksis di masyarakat setempat. Namun, mereka bermitra dengan Bidan di desa sesuai dengan peraturan yang ada. Dukun Beranak melayani pasien mulai dari hamil sampai melahirkan dengan perawatan yang intensif. Sementara bidan cenderung saat melahirkan saja.

Pada umumnya, Dukun Beranak didominasi oleh orangtua yang umurnya berkisar lebih kurang 40 sampai dengan 78 tahun. Seiring dengan perkembangan kebutuhan yang ada di masyarakat pada saat ini, Dukun Beranak dikombinasikan dengan bidan desa dalam melaksanakan persalinan, dari semula Dukun Beranak dikenal hanya melakukan persalinan di rumah secara tradisional, kini ada juga yang bertugas secara resmi maupun tidak resmi di Puskesmas membantu

(20)

persalinan bayi bersama dengan Bidan. Bahkan juga ada Dukun Beranak yang sudah disertifikasi secara resmi oleh instansi kesehatan.

Dukun Beranak merupakan salah satu tenaga persalinan yang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan obat-obatan tradisional serta doa-doa spiritual dengan berbagai upacara tertentu. Menurut World Health Organization (WHO, 2003) Negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat tradisional sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003).

Sebagian dari para Dukun Beranak yang ditemui di lokasi penelitian tepatnya di Desa Sei Berombang berjumlah lebih kurang lima orang Dukun Beranak. Dukun Beranak yang ditemui di lokasi penelitian didominasi oleh Suku Mandailing. Dukun Beranak yang ditemui di lokasi penelitian membantu persalinan di Puskesmas Sei Berombang. Pasien mereka umumnya ialah masyarakat sekitar mulai dari yang berekonomi rendah sampai yang berekonomi menengah keatas. Dukun Beranak yang melakukan persalinan terlihat membantu bidan dalam menyiapkan peralatan untuk kebutuhan bayi dan ibunya.

Sejak dulu sampai sekarang, Dukun Beranak masih eksis di masyarakat, akan tetapi kedudukannya sedikit berbeda dikarenakan adanya aturan dari Pemerintah. Bila mengacu pada Undang-Undang Kedokteran, pada dasarnya Dukun Beranak tidak diperkenankan menolong persalinan secara langsung.

“Kalau sekedar mendampingi Bidan, itu boleh. Tetapi tetap untuk menolong persalinan harus dilakukan Bidan atau Tenaga Kesehatan” (Berli Hamdani, Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya). Oleh karena itu, Dukun Beranak yang

(21)

dahulu melakukan praktik di rumahnya, kini diikut sertakan di puskesmas dengan bermitra dengan bidan dalam membantu proses persalinan.

Seperti isi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi serta Pelayanan Kesehatan Seksual yang berisi2:

• Pasal 49 ayat (1) Kemitraan antara bidan dan dukun sebagaimana di maksud dalam pasal 46 ayat (2) huruf c dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas layanan kesehatan.

• Pasal 49 ayat (2) menyebutkan, kemitraan antara bidan dan dukun sebagaimana di maksud ayat (1) hanya dilakukan pada daerah tertentu dengan mempertimbangkan kendala sosial budaya.

• Pasal 49 ayat (3) kemitraan antara bidan dan dukun sebagaimana di maksud pada ayat (1) di tuangkan dalam kesepakatan secara tertulis antara kedua pihak dan sekurang-kurangnya diketahui oleh Kepala Desa/Lurah setempat.

Berdasarkan UU di atas, Dukun Beranak telah di atur pergerakannya oleh pemerintah, dengan memperhatikan faktor sosial budaya Dukun Beranak dimitrakan dengan tenaga medis modern seperti bidan. Meskipun demikian di beberapa tempat praktik Dukun Beranak yang melakukan persalinan di rumah masih ada, biasanya terjadi di pelosok desa. Oleh karena itu Dukun Beranak yang

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi serta Pelayanan Kesehatan Seksual

(22)

masih eksis hingga kini dengan berbagai perubahan tertentu dikarenakan Undang- Undang, serta bentuk-bentuk pengobatan Dukun Beranak menjadi hal yang menarik untuk diteliti.

1.2. Tinjauan Pustaka

Tenaga penolong persalinan adalah orang yang memberikan pertolongan persalinan selama persalinan berlangsung. Pada dasarnya ada dua jenis penolong persalinan, yaitu mereka yang mendapat pendidikan formal (tenaga medis), seperti bidan, dokter umum, dokter ahli, dan mereka yang tidak mendapat pendidikan formal melainkan mendapat keterampilan secara tradisional (tenaga non medis) seperti dukun beranak (Firani, Novi, 2009). Tenaga kesehatan yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin). Dalam lingkungannya, dukun beranak/bayi merupakan tenaga terpercaya (Hemiati, 2007)

Dukun Beranak adalah anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun- temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan (Hemiati, 2007). Dukun Beranak/Bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu, anak sesuai kebutuhan masyarakat (Depkes RI, 2005).

Dukun Beranak/Bayi terdiri dari: (a) Dukun terlatih adalah dukun yang telah medapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. (b) Dukun

(23)

tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. Peranan dukun bayi sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi. Dukun Beranak masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memberikan pertolongan persalinan (Manuaba, 2001).

Batas kewenangan Dukun Beranak dalam melakukan pertolongan persalinan menurut Depkes RI (2005) adalah sebagai berikut:

(1) Mempersiapkan pertolongan persalinan meliputi mempersiapkan tempat, kebutuhan ibu dan kebutuhan bayi, mempersiapkan alat-alat persalinan sederhana secara bersih, mencuci tangan sebatas siku dengan sempurna (10 menit).

(2) Memimpin persalinan normal dengan teknik-teknik sederhana yang meliputi membimbing ibu mengejan, menahan perineum, merawat tali pusat, memeriksa kelengkapan plasenta.

(3) Dukun tidak melakukan tindakan yang dilarang seperti memijat perut serta mendorong rahim, menarik plasenta, memasukkan tangan ke dalam liang senggama.

(4) Melakukan perawatan pada bayi baru lahir yang meliputi perawatan mata, mulut dan hidung bayi baru lahir, perawatan tali pusat dan memandikan bayi.

Peran dukun beranak dalam pertolongan persalinan dalam Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun adalah sebagai berikut:

(1) Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan

(24)

(2) Mngingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan atau memanggil bidan

(3) Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti air bersih, kain bersih

(4) Mendampingi ibu pada saat persalinan (5) Membantu Bidan pada saat proses persalinan

(6) Melakukan ritual keagamaan atau tradisional yang sehat yang sesuai tradisi setempat

(7) Membantu Bidan dalam perawatan bayi baru lahir

(8) Membantu ibu dalam inisiasi menyusui dini kurang dari satu jam (9) Memotivasi rujukan jika diperlukan, membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan.

Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh Negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan dikenal sebagai profesional yang bertanggungjawab yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan asuhan dan saran selama kehamilan, periode persalinan, dan post partum, melakukan pertolongan persalinan dibawah tanggung jawab sendiri, serta memberikan perawatan pada bayi baru lahir (Soepardan, 2008).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Elvistron, 2009). Menurut

(25)

Amalia (2012) berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Molopatodu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo menyatakan bahwa ada pengaruh jarak ketempat pelayanan kesehatan terhadap pemilihan penolong persalinan.

Keterjangkauan didasarkan atas persepsi jarak dan ada tidaknya kendaraan pribadi maupun umum untuk mencapai sarana kesehatan terdekat. Responden yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat sedangkan responden yang memilih pertolongan persalinan oleh bidan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karena jaraknya yang lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan kesehatan.

Michael R. Dove3 dalam karyanya yang berjudul Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi.7 Dalam salah satu artikel yang ditulis Adrian S. Rienks dan Poerwanta Iskandar membahas perkembangan pusat-pusat kesehatan pada masa awal Orde Baru melalui beberapa kebijakan, diantaranya mendirikan Puskesmas, BKIA, dan program kader untuk meningkatkan kesehatan masyarakat desa. Penyebab sukarnya masyarakat menerima pembaharuan dalam bidang kesehatan itu karena kuatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pengobatan dan obat-obatan tradisional. Mereka lebih percaya penyakit disembuhkan dukun daripada petugas medis.

3 Michael R. Dove (ed.), Peranan Kebuadayaan Tradisional Indonesia. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985).

(26)

Di daerah pedesaan, menurut Warner (1997) pada awalnya tidak ada penyembuh bergelar dokter tapi hal ini bukan berarti tidak ada orang yang dapat memberikan nasihat atau bantuan jika terjadi kecelakaan ataupun penyakit4. Seperti halnya di pulau Jawa, sistem pengobatan tradisional menyeluruh berhubungan dengan kosmologi dasar penduduk yang memiliki kategori penyakit sendiri dan dilaksanakan oleh para penyembuh yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat.

Dalam sistem pengobatan tradisional, sistem diagnosanya sama dengan ilmu medis modern yang disebarkan dalam latihan kader. Perbedaan mendasar dari pengobatan medis dan tradisional adalah medis dipandang sebagai kelompok ilmu yang baru dan aneh yang tidak dikenal masyarakat desa kecuali oleh kader dan kelompok lain dan golongan terdidik, sedangkan pengetahuan tradisional sudah dikenal baik oleh pasien maupun penyembuh (dukun).5

Penyembuh tradisional, demikian Adrian S. Rienks (1985) menyebut orang yang mengobati penyakit, terutama di pulau Jawa dikenal dengan nama tiyang sanged (dukun). Dukun, menurut Rienks adalah pemberi nasehat dan penyembuh yang dibayar, yang memiliki ukuran sedang, yang sekurang- kurangnya menguasai beberapa kemampuan, seperti pijet, petungan, jampi atau mantra. Rienks juga mengkategorikan dukun berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, diantaranya dukun perewangan (ahli angka-angka), dukun bayi,

4 Lebih lanjut baca David Warner, Where There is No Doctor: A Village Health Care Handbook.

(Palo Alto: The Hesperian Press, 1977).

5 Adrian S. Rienks dan Poerwanta Iskandar, (1985) ”Penyakit dan Pengobatan di Jawa Tengah:

Persepsi Desa Kontra Persepsi Pemerintah..., hlm. 53.

(27)

dukun sunat (dukun penganten), dukun kebatinan dan dukun kranjingan (bertindak mewakili roh baik dan jahat yang merasukinya).

Dukun bayi atau Dukun Beranak bisa didefenisikan sebagai orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat. Selain itu, dukun bayi juga bisa didefenisikan seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan serta melalui petugas kesehatan.

Kusnada Adimihardja (1994) mengartikan Dukun Beranak adalah anggota masyarakat, yang pada umumnya adalah seorang perempuan yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional.

Dukun beranak memperoleh keterampilan tersebut secara turun-temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.6

Pembinaan dukun menurut Kamanto Sunarto (2009) adalah suatu pelatihan yang diberikan kepada dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang perawatan

6 Pedoman Supervisi Dukun Bayi. (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1994), hlm. 2.

(28)

kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian.7

Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Terkait dengan proses pembinaan, Kementerian Kesehatan mengklasifikasikan dukun bayi dalam dua kategori.8

1. Dukun bayi terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.

2. Dukun bayi tidak terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Dalam mitra kerjasama antara Bidan di Desa dan dukun bayi adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk KB di desa tempat tugasnya9. Dalam menjalankan fungsinya sebagai bidan desa, diwajibkan tinggal di desa tempat tugasnya dan melakukan pelayanan secara aktif sehingga tidak selalu menetap atau menunggu di suatu tempat pelayanan namun juga melakukan kegiatan atau pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan. Fungsi BDD secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai bidan, yaitu pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan bayi. Agar fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik,

7 Kamanto Sunarto, Sosiologi Kesehatan. (Jakarta: Universitas Terbuka,2009), hlm. 3.

8 Lebih lanjut baca Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun. (Jakarta: Kementerian Kesehatan, 2010).

9 Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Modul Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk Bidan di Desa. (Jakarta: Kementerian Kesehatan, 2011).

(29)

maka perlu didukung olehpengelolaan program KIA yang baik dan penggunaan peran serta masyarakat, khususnya dukun bayi.

Jarak dapat menjadi faktor yang mempengaruhi seorang perempuan dalam memilih penolong selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.

Perempuan yang memilih dukun beralasan pertama karena dukun tinggal dekat dengan rumah mereka. Jadi walaupun di kampung yang sama ada bidan, mereka tetap memilih dukun sebagai penolong. Sebaliknya, perempuan yang memilih bidan juga beralasan karena mereka sudah familiar dengan bidan tersebut karena sejak hamil mereka sudah memeriksakan kehamilannya ke bidan (Juariah, 2009).

Dari hasil penelitian Rina Anggorodi (2009) Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa bila persalinan ditolong oleh dukun bisa membayar berapa saja. Hal yang terpenting adalah bahwa dukun dilihat mempunyai jampe- jampe yang kuat sehingga ibu yang akan bersalin lebih tenang bila ditolong oleh dukun. Dari hasil penelitian Zalbawi (2006) dikatakan bahwa alasan ibu memilih dukun bayi dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari daerah sekitarnya dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk barang (Zalbawi, 2006).

1.3. Rumusan Masalah

Dalam proses penelitian, peneliti membagi rumusan masalah menjadi 3 rumusan masalah sebagai berikut :

1. Jelaskan gambaran pengetahuan Dukun Beranak dalam menangani kehamilan dan kelahiran?

(30)

2. Bagaimana peran Dukun Beranak dalam struktur sosial di masyarakat Kecamatan Panai Hilir?

3. Bagaimana kerjasama yang dilakukan oleh Dukun Beranak dan Bidan Desa sebagai tenaga kesehatan modern?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini beberapa diantaranya adalah :

1. Untuk mendeskripsikan pengetahuan dukun beranak dalam menangani proses kehamilan dan kelahiran bayi pada ibu hamil.

2. Untuk mendeskripsikan posisi Dukun Beranak pada struktur sosial masyarakat yang berada di Kecamatan Panai Hilir!

3. Untuk mendeskripsikan proses terjadinya percampuran antara pada Dukun Beranak dengan pihak Puskesmas yang menjadi representasi Pemerintah dalam mengakomodir pada Dukun Beranak yang ada di Kecamatan Panai Hilir.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian mengenai pekerjaan Dukun Beranak di Desa Sei Berombang ini menggunakan pendekatan antropologi kesehatan. Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.10

10 Anderson Foster, Antropologi Kesehatan. (Jakarta: UI Press, 2008).

(31)

Melalui pendekatan antropologi kesehatan ini, penulis melihat adanya latar belakang budaya mempunyai pengaruh penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, yang selanjutnya mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut. Dalam hal ini pelaku Dukun Beranak yang masih tetap eksis di Desa Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhan Batu.

Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya:11

1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes).

2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir.

3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok masyarakat.

4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh

5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan “sakit” atau “penyakit”

tidak secara individual, terutama “illness dan sickness” pada keluarga ataupun masyarakat.

Dalam penelitian ini ada dua macam data yang akan dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder, berikut penjabarannya :

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual (informan), atau kelompok, hasil observasi terhadap

11 Azwar Agus dan T Jacob, Antropologi Kesehatan Indonesia. (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 1985).

(32)

suatu suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Dalam penelitian ini yang menjadi Data Primer yang utama adalah informan yang berasal dari Dukun Beranak bernama ibu Suwerni dan kak Puja (ibu Hamil). Pemilihan ibu Suwerni ini menjadi satu-satunya informan yang berasal dari Dukun Beranak adalah karena ibu Suwerni ini adalah Dukun Beranak yang paling senior diantara semua Dukun Beranak yang ada di Kecamatan Panai Hilir. Adapun cara pengumpulan data primer yaitu:

1. Observasi lapangan merupakan observasi dimana peneliti atau observer melihat secara langsung fenomena sosial yang terjadi di lapangan, dalam hal ini adalah bagaimana Dukun Beranak membantu ibu hamil melahirkan.

Observasi lapangan ini juga berarti bahwa peneliti tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing informan. Namun, walau begitu peneliti tetap mengamati para informan terutama Dukun Beranak dan juga salah seorang ibu hamil yang kala waktu penelitian hendak melakukan proses melahirkan.

2. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara yang peneliti lakukan lebih sering dilakukan ketika berada di rumah Dukun Beranak dan juga Puskesmas Kecamatan Panai Hilir.

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak

(33)

dipublikasikan (Hartanto, 2003:3). Yang termasuk data sekunder yaitu Studi kepustakaan melalui buku-buku ilmiah atau jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dilokasi penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti juga membuat skema penelitian. Skema penelitian ini dubuat guna mempermudah peneliti dalam mengklasifikasikan data- data yang diperoleh dilapangan. Pengklasifikasian data-data ini berguna untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis hasil data penelitian kepada analisa teoritis, yang mana tentu tetap berlandaskan pada tinjauan pustaka yang peneliti buat. Ada pun skema penelitian yang peneliti buat adalah sebagai berikut:

Gambar 1: Skema Penelitian

Dukun Beranak Orang Tua

Mengamati Langsung

Membantu Langsung

Metode Persalinan Upacara Jimat = Sumpit Dukun Beranak Dalam Struktur Sosial

k

Sebelum Hari H Sesudah

4 Bulanan Syukuran

Puskesmas dan Bidan

Desa Kerjasama

(34)

Dari Gambar 1. Mengenai Skema Penelitian, dapat dijabarkan bagaimana alur penelitian ini. Yaitu dimulai dari bagaimana proses Dukun Beranak mempelajari ilmu persalinan dari berbagai sumber. Setelahnya, baru lah kemudian peneliti menjabarkan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh Dukun Beranak dalam membantu persalinan ibu melahirkan tersebut. Sampai pada penjabaran bagaimana bentuk kerjasama yang dijalin oleh pihak Puskesmas dengan pihak Dukun Beranak. Adanya skema penelitian ini juga sangat membantu peneliti dalam menjabarkan analisis teori yang dilakukan terhadap data penelitian yang diperoleh dari lapangan.

1.6. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian Amalia (2012) yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Molopatodu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo di dapatkan kesimpulan bahwa hal yang menjadikan masyarakat memilih Dukun Bayi atau Dukun Beranak di sebabkan jauhnya jarak dan ada tidaknya kendaraan pribadi ataupun alat transportasi untuk bisa sampai di tempat pelayanan kesehatan.

Hal tersebut memiliki kesamaan pada daerah penelitian penulis di Kecamatan Panai Hilir. Masyarakat yang memiliki tempat tinggal yang jauh dari layanan kesehatan, akan memilih dukun beranak dalam membantu proses persalinan.

Perbedaan penelitian Amalia tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak pada Metodologi Penelitian. Dimana, di penelitian Amalia tersebut menggunakan Metode Kuantitatif yakni survey. Perbedaan berikutnya adalah bahwa penelitian Amalia tersebut berfokus pada Pilihan Persalinan oleh

(35)

masyarakat, dimana tentu berbeda dengan focus penelitian yang peneliti lakukan yang lebih berfokus pada pengetahuan persalinan oleh Dukun Beranak.

Penelitian Rina Anggorodi (2009) yang mengatakan masyarakat Kendari memilih menggunakan dukun beranak disebabkan karena bisa dibayar berapa saja, asalkan dukun tersebut mempuyai jampe-jempe yang kuat sehingga dapat memberi ketenangan pada si ibu dalam proses persalinan. Di Kecamatan Panai Hilir, juga mempunyai kesamaan dalam hal murahnya pembiayaan persalinan yang dibantu oleh dukun beranak. Jika di daerah Kendari di perkuat dengan adanya Jampe-jampe yang dimiliki oleh dukun beranak, di Kecamatan Panai hilir penggunaan dukun beranak diperkuat dengan adanya pengetahuan dukun beranak tentang Doa-doa (jampe-jampe) dan ramuan-ramuan atau pengobatan tradisional yang membantu memudahkan proses persalinan serta kesehatan pasien pasca persalinan dan juga kesehatan bayi. Dari penelitian Zalbawi (2006) dikatakan pemilihan dukun beranak disebabkan oleh kesesuaian dengan sistem sosial dan budaya yang berlaku dan juga pembayaran yang bisa dilakukan dalam bentuk barang. Namun, di dalam penelitian ini didapati alasan masyarakat memilih Dukun Beranak adalah karena ikatan emosional dan sejarah para ibu hamil yang dulunya dibantu kelahirannya oleh para Dukun Beranak tersebut.

Di Kecamatan Panai Hilir, pengunaan Dukun Beranak juga sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat disana terbiasa menggunakan ramuan-ramuan atau pengobatan tradisional dalam proses dan pasca persalinan yang hanya bisa di dapatkan dari jasa Dukun Beranak, bukan tenaga medis seperti Bidan desa. Dahulu pembayaran masih bisa dilakukan

(36)

dengan barang, namun kini pembayaran dukun beranak di Kecamatan Panai Hilir hanya diterima dalam bentuk uang.

Hasil penelitian tentang sumber pengetahuan Dukun Bayi di Desa Sei Berombang ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mranggen I, kabupaten Demak oleh Budiyono, Suparwati, Syamsulhuda & Nikita (2012), dikatakan bahwa dukun bayi di wilayah tersebut mendapatkan pengetahuan dalam menolong persalinan secara turun temurun dari dukun bayi sebelumnya maupun pelatihan dari tempat pelayanan kesehatan. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Winkleman (2008) di Guatemala mengatakan dukun bayi di daerah tersebut memulai pekerjaan sebagai dukun bayi tanpa dibekali pelatihan formal maupun magang dari dukun bayi sebelumnya. Pengetahuan yang mereka miliki didaptkan dari mimpi yang diyakini sebagai pelajaran langsung dari tuhan.

1.7. Field Note

Penelitian yang telah dilakukan ini adalah sebuah penelitian dengan teknik observasi partisipasi yang dimana penulis turut dalam kegiatan objek yang diteliti.

Peneliti melakukan kegiatan penelitian dalam waktu seminggu di Desa Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhan Batu. Peneliti memulai penelitian pada tanggal 1 juni 2019 pada jam 14.00 WIB, peneliti mendatangi rumah Dukun Beranak yang bernama Suwerni yang lokasi rumahnya tidak jauh dari rumah peneliti. Peneliti ke rumah wak Suwerni12 dengan sepeda motor, sekitar 5 (lima) menit jalan yang ditempuh peneliti pun sampai di rumah wak

12 Panggilan wak merupakan panggilan di Desa Sei Berombang untuk menyebut seseorang yang lebih tua dari orang tua kita sendiri. Panggilan wak berlaku untuk perempuan maupun laki-laki.

(37)

Suwerni. Setelah sampai di rumah wak Suwerni penulis melihat wak Suwerni sedang melihat keadaan seorang ibu yang baru saja melahirkan yang dibantu olehnya beberapa hari yang lalu yang berada di sebelah rumahnya.

Peneliti mengenal baik Dukun Beranak tersebut, sebab wak Suwerni ini dulu juga membantu persalinan ibu peneliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang menemuinya, dan beruntung wak Suwerni dengan senang hati menerima peneliti, lalu setelah bercakap-cakap sedikit tentang masa kecil peneliti yang kala itu ia yang membantu persalinan, peneliti dipersilahkan oleh wak suwerni masuk ke rumahnya untuk menanyakan pertanyaan yang sudah penulis buat untuk diajukan kepada wak Suwerni. Sebelumnya peneliti juga sudah meminta izin terlebih dahulu tentang maksud dan tujuan peneliti datang ke rumahnya melalui Handphone. Wawancara di hari itu pun tidak berlangsung lama karena melihat kondisi cuaca sudah mau hujan dan wak Suwerni tidak bisa berlama-lama karena ada kepentingan lain. Wak Suwerni menyarankan peneliti agar kembali lagi pada esok hari.

Keesokan harinya peneliti kembali lagi kerumah wak Suwerni untuk wawancara yang sempat tertunda karena faktor waktu dan keadaan tersebut. Wak Suwerni menanyakan kepada peneliti tentang jurusan peneliti di kampus, sebelumnya ia mengira penulis berkuliah di bagian kebinanan karena beberapa mahasiswa/i kesehatan pernah mewawancarai wak Suwerni. Tak hanya tentang wawancara penelitian saja yang penulis bahas bersama wak Suwerni. Wak Suwerni juga bercerita tentang bagaimana masa kecil penulis dulu sembari mencontohkan bagaimana perawatan yang wak Suwerni lakukan sebagai dukun beranak.

(38)

Peneliti tidak terlalu banyak menggalami kesulitan dalam mencari data yang diperlukan sebab informan yang peneliti temui sangat baik dan koperatif, ramah dan menerima peneliti untuk melakukan penelitian skripsi. Keluarga peneliti mengenal wak Suwerni sejak lama dari mulai ibu peneliti mengandung abang-abang peneliti, wak Suwerni lah yang membantu dan menolong persalinan serta merawatnya. Jadi peneliti tidak terlalu banyak menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan rapport untuk mendapatkan data yang di inginkan.

Di hari kedua ini wak Suwerni tidak terlalu sibuk sehingga peneliti dapat mengumpulkan cukup banyak data. Di antara data-data tersebut ialah penjelasan mengenai bagaimana ia merawat ibu hamil sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan yang dijelaskan secara terperinci. Kemudian peneliti mencatat hal-hal penting yang menjawab pertanyaan peneliti. Wak Suwerni kemudian memperlihatkan alat-alat yang digunakan sebagai tangkal bagi Ibu hamil dan tangkal bagi si calon bayi. Dalam penggunaannya Sumpit Tangkal digunakan dengan menyucukkan sumpit tangkal di sanggulan rambut si ibu hamil. Kemudian untuk tangkal bayi diletakkan di dekat bayi saja. Kegunaan keduanya untuk menjaga ibu hamil dan calon bayi dari gangguan jin.

Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, penulis dan wak Suwerni berboncengan dengan sepeda motor menemui Puja di rumahnya yang sedang hamil tua untuk memeriksa kandungan sekaligus berobat. Puja merupakan pasien dari wak Suwerni yang rencananya jika tidak ada hambatan menurut wak Suwerni, Puja akan melahirkan di tanggal 5 Juni 2019. Saat ini Puja berusia 22 tahun dan menikah pada saat dia berusia 21 tahun. Puja Merupakan salah satu

(39)

mahasiswi perguruan tinggi swasta di Kota Medan dan tempat tinggalnya adalah di Desa Sei Berombang Kecamatan Panai Hilir.

Peneliti tidak terlalu banyak memakan waktu untuk mengembangkan rapport dengan Puja untuk medapatkan data yang diinginkan dengan bantuan wak Suwerni juga sehingga Puja juga tidak keberatan dijadikan informan peneliti untuk diwawancarai. Menurutnya juga, sebagai mahasiswi ia pasti akan mengalami hal yang sama di kemudian hari. Saat ini Puja sedang cuti kuliah, dan akan melanjutkan kuliahnya setelah anaknya sudah lahir. Sebelumnya Puja menelepon wak Suwerni untuk memeriksakan kandungannya sebab ia merasa nyeri di perutnya untuk itu ia menyuruh wak Suwerni datang untuk mendapatkan perawatan. Penulis mengamati keduanya, wak Suwerni sedang melakukan praktek pengobatan kepada Puja, lalu wak Suwerni mengurut bagian perut Puja dengan selama beberapa menit, lalu wak Suwerni mengurut tangan serta kaki Puja.

Di hari-hari berikutnya peneliti datang kembali ke rumah wak Suwerni untuk wawancara lagi untuk melengkapi data yang peneliti kumpulkan, wak Suwerni pun tidak keberatan dengan hal itu. Bahkan ia mengatakan tidak masalah kalau mau datang setiap hari. Beberapa hari setelah rutin mengambil data di rumah wak Suwerni, peneliti beralih ke rumah salah satu pasien wak Suwerni yang sudah hamil tua, yaitu Puja. Peneliti mendatangi rumahnya langsung yang lokasinya sekitar sepuluh menit dari rumah penulis dengan mengendarai sepeda motor.

Puja yang menjadi informan peneliti juga tak lupa untuk peneliti mintai jawaban seperti, mengapa ia memilih dukun beranak untuk bersalin. Puja menganggap penggunaan dukun beranak untuk membantu persalinan sudah

(40)

menjadi tradisi masyarakat di Sei Berombang, sehingga ia tidak terlalu menganggap aneh persalinan dengan dibantu dukun beranak. Menurutnya juga ia merasa lebih di perlakukan secara kekeluargaan bila dengan dukun beranak.

Ketika ia membutuhkan dukun beranak untuk merawatnya dukun beranak siap untuk mendatangi kita. Bila pasien atau pihak pasien ingin dukun beranak merawat si pasien seharian penuh juga bisa dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Oleh karena itu masyarakat di Sei Berombang percaya akan adanya kekuatan mistik maka menurut Puja penangkal-penangkal yang diberikan oleh dukun beranak kepada pasiennya diharapkan mampu mencegah berbagai gangguan jin yang suka mengganggu ibu hamil dan bayi. Di Sei Berombang pengkolaborasian antara Dukun beranak dengan Bidan dilakukan oleh pemerintah.

Puskesmas yang biasanya diisi oleh Bidan untuk persalinan di Desa Sei Berombang Dukun Beranak diikutsertakan dalam proses persalinan di Puskesmas.

Penulis mendatangi Puskesmas tempat dimana wak Suwerni juga dipanggil bila ada Persalinan pada tanggal 3 Juni. Di Puskesmas penulis menemui salah satu Bidan disana yaitu ibu Syarifah. Bu Syarifah sudah hampir lima tahun bekerja disini. Menurut penuturan ibu Syarifah Puskesmas ini sudah ada sejak sepuluh tahun yang lalu. Di awal berdirinya Puskesmas masyarakat masih enggan untuk bersalin di Puskesmas menurutnya, namun ketika Dukun beranak diikut sertakan dalam persalinan di Puskesmas perlahan-lahan masyarakat mulai ke Puskesmas untuk bersalin.

Menurut Bu Syarifah, mereka tidak ada menjelekkan keahlian masing- masing yang mereka miliki baik antara Bidan dan Dukun. Keduanya saling menghormati keahlian masing-masing, “bahkan kami saling mengajari tentang

(41)

hal-hal tertentu. Saling bertukar ilmu istilahnya”. Hubungan antara Dukun beranak dengan Bidan di Puskesmas terbilang baik. Sementara itu menurut wak Suwerni ketika itu di wawancarai menuturkan pada awal kehadiran Puskesmas dengan Bidannya, ada beberapa dukun beranak yang menolak untuk bergabung dengan Puskesmas, namun pada akhirnya ikut bergabung juga. Wak Suwerni menuturkan mereka diajarkan cara memakai alat-alat medis saat itu.

Di lokasi lain peneliti menemui Bu Nur Halimah (62 tahun) warga asli di Sei Berombang menuturkan bahwa kondisi masyarakat disini sudah mulai sadar akan kesehatan dengan masuknya Puskesmas yang berperan memberi penyuluhan ke masyarakat tentang hidup bersih. Dahulu masyarakat di Berombang menurutnya masih belum sadar penggunaan jamban, namun kini sudah banyak masyarakat yang sadar pentingnya jamban dalam menyokong hidup sehat. Di Desa Sei Berombang menurutnya juga masih banyak masyarakat yang memilih Dukun beranak, namun ada juga yang memilih di Puskesmas dengan Bidan desa yang didampingi Dukun beranak.

Baik Dukun beranak dan Bidan Desa keduanya tidak merasa tersaingi.

Dukun beranak tidak merasa rezekinya diambil. Dia yakin rezeki sudah Allah yang atur. Bila Bidan desa yang memimpin persalinan maka dukun beranak siap siaga untuk membantu kebutuhan persalinan begitu juga sebaliknya.

(42)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

2.1. Letak Geografis Kecamatan Panai Hilir

Kecamatan Panai Hilir merupakan salah satu wilayah pantai yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara. Jarak Kecamatan Panai Hilir ke ibukota Kabupaten Labuhanbatu yaitu Rantauprapat adalah 125 km dengan waktu tempuh 6 – 7 jam perjalanan yang dapat ditempuh melalui transportasi darat dan laut. Secara rinci terdapat 3 jalur alternatif menuju Kecamatan Panai Hilir sebagai berikut:

1. Dari Rantauprapat menuju Tanjung Sarang Elang menggunakan transportasi darat dengan waktu tempuh perjalanan 4,5 jam, dilanjutkan dengan transportasi laut berupa motor bot selama 2,5 jam dan langsung ke Kecamatan Panai Hilir.

2. Dari Rantauprapat menuju Tanjung Sarang Elang menggunakan transportasi darat dengan waktu tempuh 4,5 jam dilanjutkan dengan transportasi laut berupa motor bot ke Labuhan Bilik selama 30 menit selanjutnya dengan kendaraan darat sepeda motor selama 30 menit.

3. Dari Rantauprapat menuju Kecamatan Panai Hilir menggunakan transportasi darat dengan waktu tempuh perjalanan 7 jam.

Pada umumnya masyarakat Kecamatan Panai Hilir yang memiliki kendaraan sepeda motor memilih jalur transportasi alternatif ke dua karena waktu perjalanan tempuhnya lebih cepat. Masyarakat yang menggunakan jalur alternatif ke dua yang berasal dari Kecamatan Panai Hilir menitipkan kendaraan mereka di

(43)

pangkalan Motor Bot Labuhan Bilik sedangkan yang menuju ke Kecamatan Panai Hilir menitipkan kendaraan mereka di pangkalan Motor Bot Tanjung Sarang Elang.

Sedangkan untuk jalur transportasi alternatif yang ketiga sangat jarang sekali digunakan masyarakat. Hal ini dikarenakan jarak tempuh yang lama dan fasilitas jalan sebagian besar masih menggunakan jalan bekoan tanah. Sehingga apabila musim hujan jalan tersebut tidak dapat difungsikan. Sejauh ini hanya para pendatang dengan mengendarai mobil yang menempuh jalur alternatif ke tiga dan itupun kalau mobil tersebut dibutuhkan mereka selama berada di Kecamatan Panai Hilir.

Tabel 1 : Luas Dan Jumlah Penduduk Menurut Desa

Selanjutnya secara administrasi, batas-batas Kecamatan Panai Hilir adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kualuh Hilir - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Panai Tengah

(44)

Luas wilayah Kecamatan Panai Hilir adalah 34.203 Ha yang terbagi dalam 8 desa yaitu; Desa Sei Lumut, Desa Sei Tawar, Desa Sei Berombang, Desa Sei Baru, Desa Penggantungan, Desa Sei Sakat, Desa Sei Sanggul dan Desa Wonosari.

Pada Tabel 1 dapat di lihat luas wilayah dan jumlah penduduk setiap desa yang terdapat di Kecamatan Panai Hilir. Desa Sei Tawar merupakan desa yang memiliki wilayah lebih luas dari desa lainnya yaitu 7380 Ha atau 22% dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan Panai Hilir. Sementara desa Sei Berombang yang merupakan ibukota Kecamatan Panai Hilir hanya memiliki luas wilayah 2940 Ha atau 8,6% dari seluruh luas wilayah Kecamatan. Kendati demikian jumlah penduduk terpadat yaitu 34% dari seluruh jumlah penduduk berdomisili di desa Sei Berombang yang merupakan Kota Kecamatan.

Sedangkan penduduk yang berdomisili di desa Sei Tawar hanya 2,8% dari seluruh jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan desa Sei Tawar masih sangat terisolir dibanding dengan desa lainnya. Jarak desa Sei Tawar ke Kecamatan 27 km yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor dan jalan kaki. Apabila hari hujan perjalanan ke desa tersebut tidak bisa di lakukan. Hal tersebut menyebabkan motivasi seseorang untuk berdomisili di desa Sei Tawar tidak ada. Bahkan yang terjadi adalah perpindahan penduduk ke luar desa.

Kecamatan Panai Hilir memiliki topografi yang pada umumnya daratan dengan jenis tanahnya bergambut dan alluvial dengan kondisi geografis terletak pada ketinggian 0 – 12 m dari permukaan laut. Wilayah kecamatan Panai Hilir pada umumnya tidak lepas dari pasang surutnya air laut. Kemudian terdapat banyak sungai-sungai kecil yang dimanfaatkan oleh sebagian nelayan untuk

(45)

tempat berlabuhnya motor bot mereka dan tidak jarang sungai-sungai kecil tersebut berada di belakang rumah para nelayan.

2.2. Keadaan Alam (Topografi)

Wilayah Kecamatan Panai Hilir mempunyai topografi yang bervariasi, yakni kondisi landai, datar, bergelombang, curam dan terjal. Pada sebagian wilayah utara (arah pesisir) memiliki kondisi kemiringan yang relative tidak bervariasi yaitu landai dan datar. Ketinggian permukaan lahan rata-rata di atas permukaan laut. Wilayah Kecamatan Panai Hilir berada pada ketinggian 0 sampai dengan 100 meter di atas permukaan laut dan sangat dekat dengan pesisir laut.

Wilayah Kecamatan Panai Hilir didominasi dengan ketinggian 7 – 25 meter di atas permukaan laut dan untuk ketinggian lahan yang terkecil yakni 0 – 7 meter di atas permukaan laut. Memiliki kedalam efektif tanah yang dangkal (20-50) cm, sedang tanah lahan kering umunya memiliki kedalaman tanah sangat dalam (> 90 cm).

Drainase tanah di lokasi penelitian ini juga bervariasi, dari berdrainase baik hingga sangat terhambat. Drainase sangat terhambat umunya terdapat pada lahan sawah dan tambak, sedangkan drainase baik hingga agak baik terdapat pada tanah lahan kering. Namun demikaian, pada lahan kering di beberapa lokasi pengamatan ada yang memiliki drainase agak terhambat (muka air dangkal), kadang-kadang tergenang beberapa lama. Hal ini terutama terjadi pada lahan dekat pantai atau sungai yang muka air tanahnya terpengaruh oleh pasang surut air laut.

(46)

Kecamatan Panai Hilir memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Provinsi Sumatera Utara. Menurut laporan Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka tahun 2015 terdapat 95 hari hujan dengan curah hujan sebesar 1.376 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan November yaitu sebesar 233 mm dengan hari hujan sebanyak 12 hari. Sedangkan Curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 18 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 2 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2007 mencapai 144,67 mm/bulan.

Jenis penggunaan lahan dominan di Kecamatan Panai Hilir adalah untuk budidaya komoditi perkebunan, terutama perusahaan perkebunan negara (BUMN) dan swasta nasional mencapai 49,61% dari total luas wilayahnya dan untuk perkebunan rakyat mencapai 21,35%. Luas penggunaan lahan untuk perkebunan ini belum termasuk luas lahan tegalan yang umumnya digunakan untuk kebun campuran dengan komoditi utama tanaman perkebunan (kelapa sawit, kakao, dan karet) mencapai 9,04% dari total luas wilayah Kecamatan Panai Hilir.

2.3. Keadaan Sosial Ekonomi.

Pada umumnya penduduk Kecamatan Panai Hilir bermata pencaharian sebagai nelayan yang sudah turun temurun. Hal ini dapat ditemukan hampir pada rumah tangga nelayan yang memiliki anak laki-laki dewasa secara langsung terlibat dalam usaha mencari ikan di laut. Bahkan ada anak-anak yang seharusnya duduk di bangku Sekolah Dasar ikut melaut.

Biasanya anak-anak nelayan ikut melaut bersama orang tua mereka dengan satu perahu. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dengan mengurangi tenaga buruh yang seharusnya di gaji apabila

(47)

menggunakan tenaga luar keluarga. Di samping itu dengan menggunakan tenaga keluarga, para orang tua tidak lagi terbebani untuk mengeluarkan uang jajan anak.

Karena anak juga akan mendapat bagian dari penjualan hasil tangkapan setiap melaut. Faktor utama penduduk bermata pencaharian di sektor perikanan laut tersebut adalah letak geografis kecamatan Panai Hilir yang merupakan wilayah pantai.

Kecamatan Panai Hilir diwarnai dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat yang heterogen. Pada umumnya masyarakat Kecamatan Panai Hilir memeluk agama Islam tetapi sebagian yang lain beragama Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan Konghucu yang dianut oleh warga keturunan Tionghoa.

Demikian pula adat dan budaya masyarakat yang terdiri dari berbagai suku antara lain; Jawa, Batak Toba, Batak Mandailing dan Batak Melayu masing-masing memiliki kultur yang berbeda-beda.

Pada umumnya suku Batak Toba yang beragama Kristen berpusat di sebelah Utara desa Sei Baru. Sedangkan suku Jawa berpusat di Desa Wonosari.

Pengelompokan domisili tersebut dilatarbelakangi oleh pola hidup dan strategi nafkah yang berbeda. Warga Batak Toba dan Jawa tersebut memiliki etos kerja yang tinggi sebagai petani dan mereka tidak terlibat dalam aktivitas melaut. Selain itu mereka mengusahakan hewan ternak seperti babi (khusus suku Batak Toba), ayam, dan kambing. Meskipun di satu sisi terlihat kehidupan warga yang berjalan dengan sendiri-sendiri tapi aspek kebersamaan tidak hilang sehingga kehidupan masyarakat berjalan harmonis.

Wilayah Kecamatan Panai Hilir yang dikategorikan sebagai wilayah pantai memberi peluang pada sektor ekonomi yang tidak hanya dari pertanian,

(48)

perdagangan, dan jasa tapi dilengkapi dengan sektor perikanan laut. Untuk sector perikanan laut dalam skala besar dikelola oleh warga keturunan Tionghoa.

Demikian pula dengan perdagangan sebagian besar di pegang oleh warga Tionghoa yang berdomisili di Kota Kecamatan.

Perikanan laut merupakan sektor ekonomi yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Baik dari lapisan tingkat umur dan status sosial masyarakat yang berbeda-beda. Selain itu sektor perikanan laut merupakan salah satu sektor yang memberi stimulus berkembangnya industri pengolahan ikan masyarakat. Adapun sektor jasa yang banyak diusahakan masyarakat adalah transportasi yaitu pekerjaan sebagai ojek dengan kendaraan sepeda motor. Khusus sektor pertanian masyarakat sangat heterogen mulai dari jenis usaha tani subsistem sampai pada usahatani non subsistem. Pemasaran hasil tani masyarakat selain untuk memnuhi kebutuhan pasar domestik juga ke luar wilayah melalui jalur laut yaitu ke Tanjung Balai.

Masyarakat kecamatan Panai Hilir dapat dikatakan masyarakat yang sedang mengalami pergeseran dari masyarakat statis menuju masyarakat dinamis.

Tapi sangat menyayangkan pergeseran tersebut tidak melihat aspek kehidupan sosial ang sebenarnya bermanfaat dan baik untuk disinergikan dengan kehidupan masyarakat yang mulai berkembang. Budaya materialistis tanpa disadari masyarakat sudah terdapat dalam kehidupan mereka sehari-hari yang berdampak pada kesenjangan ekonomi. Hal ini bisa disebabkan faktor pola hidup yang boros dari sebagian besar rumah tangga nelayan menjadi potensi tidak terkendalinya ekonomi rumah tangga masyarakat pada umumnya. Disamping itu tatanan hidup yang dianut dengan nilai-nilai tepa selira antar warga mulai hilang seiring dengan

(49)

tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Fenomena tersebut dapat ditemukan khususnya pada warga Kota Kecamatan.

Tabel 2: Jumlah Penduduk Pada Tiap Desa Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kecamatan Panai Hilir adalah 34.262 jiwa yang terdiri dari 16520 (48,2%) penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 17.742 (51,8%) penduduk berjenis kelamin perempuan (Kecamatan Panai Hilir dalam Angka 2002). Angka tersebut menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Jumlah perempuan tersebut dapat menjadi potensi yang apabila perempuan diberdayakan dengan baik akan dapat memberi kontribusi terhadap kehidupan rumah tangga mereka. Sementara bagi pemerintah, besarnya jumlah perempuan merupakan tantangan untuk bisa memproduktifkan perempuan.

Tingkat pendidikan masyarakat kecamatan Panai Hilir secara umum masih rendah. Rendahnya tingkat pendidikan ini disebabkan faktor kemiskinan masyarakat baik secara kultural ataupun struktural. Apabila musim ikan datang, anak-anak banyak yang ikut melaut karena mereka terdorong untuk mendapatkan uang saku sehingga motivasi anak untuk sekolah berkurang. Sebagian anak tidak menamatkan Sekolah Dasar mereka karena orang tua mereka menggunakan tenaga anak laki-laki untuk ikut ke laut mencari ikan. Sementara pada kondisi

Gambar

Gambar 1: Skema Penelitian
Tabel 1 : Luas Dan Jumlah Penduduk Menurut Desa
Tabel 2: Jumlah Penduduk Pada Tiap Desa Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3: Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Dan Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis korelasi adalah suatu ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat asosiasiatau derajat kerataan antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian

1) Variabel konflik kerja-keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan pada Restoran Pizza Hut Mall Bali Galeria. Pengaruh positif

Hasil dari sistem ini adalah suatu sistem yang mempunyai beberapa halaman untuk mempermudah proses pemesanan menu oleh pelanggan, mempermudah pekerjaan dapur dalam

Pertumbuhan pepaya termasuk cepat karena antara 10-12 bulan stelah ditanam buahnya dapat dipanen Pepaya memiliki kandungan vitamin C yang tinggi yaitu

Semantic Differential dipergunakan untuk menggambarkan dimensi kualitas jasa (reliabilitas, responsivitas, kepastian atau jaminan, empati dan bukti fisik atau keter- wujduan) dari

The Groovy example does exactly what the Java code does but with a frac- tion of the lines of code.. As one final example, how many lines of Java would it take for you to open a

-- Ciri-ciri : fase gas, warna kuning kehijauan, larut dalam air, mudah bereaksi Ciri-ciri : fase gas, warna kuning kehijauan, larut dalam air, mudah bereaksi -- Klorin terkandung

:=aktor yang mendukung kepala sekolah dalam melaksanakan super"isi kaitanya sebagai super"isor dalam proses belajar mengajar mata pelajaran %&$ terpadu, yaitu 3uru