• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

2.6. Profil Pasien Dukun Beranak

Salah seorang pasien dari ibu Suwerni yang peneliti jumpai pada saat akan bersalin adalah Puja, atau peneliti memanggilnya dengan sebutan Kak Puja. Puja merupakan pasien dari ibu Suwerni yang rencananya jika tidak ada hambatan menurut ibu Suwerni, Puja akan melahirkan di tanggal 5 Juni 2019. Saat ini Puja berusia 22 tahun dan menikah pada saat dia berusia 21 tahun.

Puja Merupakan salah satu mahasiswi perguruan tinggi swasta di Kota Medan dan tempat tinggalnya adalah di Desa Sei Berombang Kecamatan Panai Hilir. Puja lebih jauh menuturkan bahwa dirinya lebih memilih menggunakan jasa ibu Suwerni sebagai Dukun Beranak untuk membantu dirinya dalam proses kelahiran anak pertamanya ini nanti. Alasan dia memilih pergi ke Dukun Beranak untuk bersalin daripada ke Bidan adalah karena telah menjadi tradisi atau kebiasaan masyarakat di Desa Sei Berombang. Berikut penuturan Puja dalam wawancara dengan peneliti pada saat berada di rumah ibu Suwerni:

“… saya jujur lebih memilih ibu Suwerni untuk bantuin saya nanti pas lahiran. Bukannya ragu sama bidan-bidan yang ada disini, tapi di keluarga dan di kampong juga dari dulu kan orangtua kami lahiran dibantu sama Dukun Beranak. Jadinya ya lebih cocok aja sih, enggak mau pindah ke lain hati istilahnya. Walaupun kalau kata kawan saya yang di kota bilang kalau itu uda kuno kali pake-pake Dukun Beranak untuk lahiran, tapi saya lebih percaya sama Dukun Beranak sih …” (wawancara tanggal 2 Juni 2019)

Salah satu pendapat lain mengapa Puja lebih memilih melahirkan dibantu oleh Dukun Beranak adalah karena menurutnya persalinan akan lebih mudah bila dibantu dukun beranak, sebab Dukun Beranak merawatnya secara kekeluargaan, bahkan kapan pun kita membutuhkan, baik siang atau malam, panas ataupun hujan si Dukun Beranak akan datang kerumah pasien apabila pasien tidak dapat

lagi pergi ke rumah sang Dukun Beranak. Seperti yang diutarakan oleh Puja dalam kutipan wawancaranya sebagai berikut:

“… Ini saya enggak ada niat untuk membanding-bandingkan ya antara bidan-bidan itu sama ibu Suwerni (Dukun Beranak). Tetapi, menurut saya kalau melahirkan di Dukun Beranak ini kita ngerasa dekat dan tenang, aplagi biasanya Dukun Beranak kayak ibu Suwerni ini pandai menenangkan perempuan yang mau lahirin supaya jangan panic. Habis itu juga dia merawat kita seperti anaknya sendiri, pokoknya beda lah sama bidan-bidan di Puskesmas atau Rumah Sakit …” (Wawancara tanggal 2 Juni 2019)

Adapun alasan lainnya mengapa Puja lebih memilih menggunakan jasa Dukun Beranak ketimbang Bidan adalah karena alasan keterikatan batin dengan Dukun Beranak (Ibu Suwerni) tersebut. Ketika berceita lebih lanjut mengenai alasannya memilih Dukun Beranak daripada melahirkan kepada Bidan adalah karena keterikatan batin Puja dengan ibu Suwerni. Ibu Suwerni adalah Dukun Kampung yang dahulu membantu orangtua Puja melahirkan dirinya ke dunia ini.

Bahkan pada saat dirinya lahir dahulu, menurut penuturan Puja, orangtuanya hanya bisa memberikan satu ekor ayam saja kepada ibu Suwerni sebagai upah karena telah membantu orangtua Puja melahirkan.

Persalinan di rumah Dukun Beranak tetap menjadi pilihan di kalangan masyarakat Panai Hilir, meski saat ini telah ada upaya pembebasan biaya persalinan ke tenaga kesehatan, bahkan termasuk pelayan antenatal care14 maupun perawatan pasca persalinan. Faktor trust (kepercayaan) maupun kenyamanan patut diduga menjadi alasan utama masyarakat Kecamatan Panai Hilir lebih memilih Dukun Beranak sebagai pilihan utama penolong persalinan.

14 Perawatan ketika proses persalinan

Dukun Beranak, yang telah berpraktek puluhan tahun telah mampu merebut kepercayaan masyarakat. Pelayanan penuh keikhlasan menjadikan tumbuh suburnya rasa nyaman. Keikhlasan menolong persalinan dan bahkan sampai beberapa waktu pasca persalinan yang dihargai hanya dengan seekor ayam dan ucapan terima kasih pun diterima dengan pelayanan penuh kesabaran. Sesuatu yang jarang ditemui pada tenaga kesehatan.

Keberadaan Dukun Beranak, harus diakui merupakan salah satu aset kekayaan republik ini. Pilihan Pemerintah Indonesia untuk lebih mengkususkan pengembangan pelayanan medis modern yang lebih masuk rasio akal sehat, dibandingkan mengembangkan dan memperbaiki pengobatan tradisional yang ada di Indonesia sejak lama bukanlah merupakan pilihan yang salah. Meski tidak bisa juga serta merta melupakan local wisdom yang menjadi akar budaya dan pilihan masyarakat selama ratusan tahun. Tetapi Pererintah Indonesia harus berkaca kepada Negara China yang mengakomodir pengobatan tradisionalnya selayaknya pengobatan modern yang ada di negaranya, sehingga pengobatan tradisional China dapat berkembang dan dikenal hingga ke seluruh dunia.

Sudah saatnya lebih wise menyikapi kekayaan lokal budaya kita.

Kenyamanan dan kepercayaan masyarakat pada dukun sudah seharusnya diambil sebagai salah satu aset yang harus diolah sebagai pengayaan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dalam kasus di Kecamatan Panai Hilir, bila benar masyarakat lebih merasa nyaman dan memilih untuk melakukan persalinan di rumah dukun daripada ke fasilitas kesehatan, kenapa tidak pemerintah setempat coba membuat kebijakan yang mem’bolehkan itu, bukannya malah memaksa para Dukun Beranak untuk bergabung dengan pihak Puskesmas.

BAB III

PERSALINAN OLEH DUKUN BERANAK

3.1. Metode Persalinan Oleh Dukun Beranak

Dukun Beranak pada masa lalu sangat banyak berperan dalam masa kehamilan seorang ibu antara lain mengurut perut ibu agar posisi janin baik atau membetulkan letak janin yang bergeser pada ibu hamil yang terpeleset. Dukun Beranak di Desa Sei Berombang Kecamatan Panai Hilir juga memiliki kemampuan membuat jamu-jamuan untuk kesehatan ibu hamil dan janin di perut ibu. Bahkan dahulu mereka adalah orang pertama yang dituju oleh masyarakat untuk memperoleh nasihat terkait dengan kehamilan.

Pengobatan tradisional dan praktek perdukunan telah sejak lama mendominasi metode pengobatan di tengah masyarakat Nusantara. Di Sumatera, Marsden (2008) misalnya mencatatkan “setiap orangtua atau perempuan tua adalah dokter”. Sekalipun mereka tidak memakai metode dokter yang dikenal dalam pengobatan Barat, namun menurut pegawai Inggris itu, keahlian mengobati orang Sumatera yang khas sangat terkenal.15 De Zwaan (1999) mengatakan bahwa pengobatan tradisional dan praktek perdukunan memang sudah menjadi fenomena umum. Bahkan, tidak perlu disangsikan lagi, bahwa praktek perdukunan telah memiliki spesialis keperawatan, di samping spesialis kuratif dan kebidanan.16

15 William Marsden, Sejarah Sumatra, (Terjemahan dari History of Sumatra), (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2008), h. 175-176

16 Lihat Friedenwald, “The Medical Pioneers in the East Indies” dalam Rosalia Sciortino, Menuju Kesehatan Madani. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 3.

Dalam penelitian ini Dukun Beranak biasanya mempunya peran dalam 3 (tiga) fase pada ibu hamil yakni: fase pertama yaitu fase selama mengandung, fase kedua yakni fase ketika saat melahirkan, lalu fase ketiga yakni fase setelah melahirkan. Adapun penjabaran dari tiga fase tersebut adalah sebagai berikut:

3.1.1. Fase Kehamilan

Beberapa peran yang dilakukan dukun bayi pada periode kehamilan dalam perspektif masyarakat meliputi: 1) dukun bayi dilibatkan dalam upacara empat bulanan atau tujuh bulanan, 2) membetulkan posisi janin, 3) memijit ibu hamil, dan 4) memotivasi cek kehamilan di Pusat Pelayanan Kesehatan. Pada periode kehamilan masih banyak yang menggunakan jasa dukun bayi dalam perawatannya disamping menggunakan perawatan medis modern. Peran pertama dukun bayi pada periode kehamilan adalah dilibatkan dalam upacara empat bulanan dan tujuh bulanan dan membetulkan posisi janin, seperti yang diungkapkan informan Ibu Suwerni berikut ini:

“… Pas baru hamil diperiksa menggunakan USG karena kan Dukun mana tahu hamilnya sudah berapa minggu, agar jelas saya USG saja di rumah sakit. Terus, saya ngapati, mbah dukunnya kesini hanya mendoakan, mengatur tumpengnya, terus saat 4 bulanan, dukunnya kesini istilahnya membetulkan posisi bayi atau dalam istilah lamanya ngeraba bayi. Sudah begitu, dukunnya menasehati supaya waktu acara 7 bulanannya di hari lahir ibu nya sendiri …” (wawancara tanggal 3 Juni 2019)

Setelah Dukun Beranak dilibatkan pada upacara 4 bulanan atau 7 bulanan, selanjutnya tidak terbatas waktu seorang ibu hamil dapat meminta tolong jasanya untuk memijat. Misalnya kondisi ibu hamil mengalami pegal di kaki, tangan atau punggung, jika perlu maka ia dapat meminta dukun bayi untuk memijitnya.

Faktanya tidak semua klien pada awalnya menyadari kehamilannya atau sengaja

menunda pengecekan kehamilan. Pada masa ini dukun bayi akan menyarankan klien untuk periksa ke bidan.

Beberapa masyarakat percaya bahwa setiap perpindahan tahapan kehidupan adalah suatu hal yang krisis baik bersifat nyata atau gaib sehingga diperlukan upaya pencegahan yaitu dengan mengadakan upacara upacara adat.

Peristiwa kehamilan dan melahirkan adalah tahapan kritis dalam kehidupan yang tetap harus dijalani maka sebagian dari masyarakat menitik beratkan perhatiannya terhadap aspek kultural dari kehamilan dan kelahiran itu. Orang Jawa adalah salah satu contoh masyarakat yang menitik beratkan perhatiannya pada 2 aspek kultural tersebut sehingga mereka sering melakukan upacara-upacara ritual seputar kedua peristiwa penting tersebut.

Geertz pada penelitiannya di daerah terpencil Jawa timur, Mojokuto, menjelaskan bahwa upacara ritual sebagai tahapan peralihan (rites of passage) yang menekankan kesinambungan dan identitas yang mendasari semua segi kehidupan dan transisi serta fase-fase khusus yang dilewati yang dalam keseluruhannya selametan tersebut memiliki simbolisme khusus dari peristiwa-peristiwa tersebut.17

Kebiasaan melakukan upacara-upacara tersebut pada akhirnya juga dibawa hingga ke Desa Panai Hilir, dimana memang sebagaian warganya adalah orang yang berasal dari Suku Jawa. Walau pun kebudayaan yang ada di daerah tersebut lebih didominasi oleh kebudayaan Melayu Pesisir, namun pelaksanaan upacara seperti 4 (empat) bulanan atau 7 (bulanan) dapat diterima oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

17Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), h.48.

Persiapan dalam menolong persalinan terdiri dari persiapan alat dan tempat. Hal ini penting dilakukan menjelang tibanya hari kelahiran dari si jabang bayi. Sebab apabila semua telah dipersiapkan dari mulai tempat, pakaian bayi, alat-alat pembersih, maka Dukun Beranak juga akan nyaman dalam mengerjakan tugasnya.

“… Kalo sekarang ya gak ada persiapan apa-apa, paling siapin baju bayinya aja, terserah si ibunya mau melahirkan dimana, tapi kalau sekarang ini ya kami menyarankannya di Polindes karena kan alatnya di polindes juga udah lengkap. Tetapi, kalau si ibunya lebih nyaman melahirkan di rumah ya juga enggak masalah, tapi bakalan agak takut juga kita karena kan kalau misalnya terjadi entah ada apa-apa kalau di Polindes kan lebih aman, karena disitu ada Ambulance desa yang bisa bawa pasien langsung ke Rumah Sakit.” (Wawancara tanggal 3 Juni 2019)

Persiapan selanjutnya yang biasanya dilakukan adalah dengan mempersiapkan diri meliputi, menjaga kebersihan diri dan berdoa. Dalam menjalankan tugasnya, ternyata Dukun Beranak juga memiliki tangungjawab untuk menjaga kesucian dirinya menjelang hari-hari pasien ibu hamil tersebut akan tiba waktunya melahirkan. Menjelang beberapa hari sebelum tanggal kelahiran, Dukun Beranak dituntut mensucikan diri misalnya, tidak berhubungan badan dengan suami. Hal ini dianggap penting, sebab dengan mensucikan diri sendiri, maka apa yang dipegang oleh Dukun Beranak tersebut akan baik akhirnya. Seperti dalam kutipan wawancara Peneliti dengan informan ibu Suwerni berikut ini:

“… Abis itu kan kita kalau ada yang hamil tua dan memang mau saya yang menolong dia melahirkan, ya ibu nggak boleh campur sama suami ibu, istilahnya ya dijaga lah itu. Karna kan kita kan mau nolong orang, harus suci, kadang kalau kita campur, terus tiba-tiba dipanggil kan gak sempat kita untuk mandi wajib atau

berwudhu, lah kayakmana kita mau nolong, kita kan bersiap untuk menerima kedatangan yang masih bersih (bayi/suci) jadi kitanya juga ya harus bersih juga (suci) .” (wawancara tanggal 3 Juni 2019)

Penghormatan seperti ini sangat jarang ditemui dalam ilmu medis. Konsep Mensucikan Diri sebelum memegang yang Suci ini menjadi pembeda antara tenaga medis apakah itu Bidan, Perawat ataupun Dokter dalam membantu proses persalinan ibu hamil. Rasa penghormatan yang tinggi kepada makhluk hidup yang akan disambut datangnya ke dunia membuat masyarakat menghormati Dukun Beranak.

Para ahli antropologi melihat bahwa pembentukan janin, kelahiran hingga kematian pada umumnya dianggap oleh warga berbagai masyarakat di berbagai penjuru dunia sebagai peristiwa-peristiwa yang wajar dalam kehidupan manusia.

Dalam konteks kehamilan dan kelahiran bayi itu, setiap masyarakat memiliki cara-cara budaya mereka sendiri dalam memahami dan menanggapi peristiwa pertumbuhan janin dan kelahiran bayi, yang sudah dipraktekkan jauh sebelum masuknya sistem medis biomedical dilingkungan komuniti mereka. Berbagai kelompok masyarakat juga memiliki cara-cara tertentu dalam mengatur aktivitas-aktivitas mereka saat menghadapi wanita yang hamil dan bersalin.

3.1.2. Fase Melahirkan Berdo’a dan berdo’a

Dalam fase melahirkan, Dukun Beranak akan mengajak ibu hamil dan keluarganya bersama-sama berdo’a. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menenangkan Ibu Hamil agar tidak stress dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahwasanya prosesi melahirkan adalah prosesi antara hidup dan

mati yang akan dilalui beberapa saat lagi, sehingga keluarga diminta memasrakan semuanya kepada Dukun Beranak. Adapun do’a yang biasa dibacakan menurut ibu Suwerni adalah sebagai berikut:

“…Do’anya ya doa kayak gitu ajalah, uwak mana ada doa-doa laen. Do’a buka pintu itu aja, la illa ha illa anta itu aja. Kalo nanem urinya itu selawat aja, kita bacakan selawat tiga kali, al fatehah tiga kali, udah. Kalau misalnya dia orang Kristen atau agama lain ya dia berdoa pake do’a agamanya, dan ibu baca doa agama ibu juga. …” (wawancara tanggal 4 Juni 2019)

Setelah berdo’a, maka ibu hamil akan diberikan Air Berkah untuk diminum terlebih dahulu. Air Berkah merupakan air putih yang dibacakan doa-doa tertentu untuk membantu proses persalinan.

“… Air berkah itu Cuma air putih biasa tetapi kita kasi bacaan do’a. untuk baca-bacaan.. doanya ya itulah, kita baca selawat Nabi dulu terus tambahan sariul, bariul, dariul, berkahilah terus syahadat, itu air berkah buat yang susah aja buk, ada juga air berkah untuk pembukaan, yang pake air berkah pembukaan itu anak pertama aja. …” (wawancara tanggal 4 Juni 2019)

Ketika diruangan persalinan dukun juga akan melakukan ritual memakan sirih dan membaca-bacakan doa islami (Ayat Kursi, Al Fatihah, An-Nas).

Kemudian sirih tersebut disemburkan di tiap sudut ruangan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar proses persalinan berjalan lancar, dan dijauhkan dari gangguan jin yang sewaktu-waktu ingin mengganggu proses melahirkan dari ibu hamil tersebut.

Do’a dalam perspektif antropologi termasuk dalam kategori mantra. Pada masa sebelum penyebaran agama luar ke Indonesia, mantra didominasi oleh permohonan akan bantuan kepada roh nenek moyang atau roh-roh halus, yang biasanya hanya berupa pengetahuan lisan. Dalam perkembangannya kemudian,

terutama ketika memasuki masa mengenal tulisan (masa sejarah), masyarakat Indonesia mulai menuliskan mantra-mantra atau doa-doa tersebut kedalam bentuk tulisan di gulungan kulit hewan, kayu, ataupun batu.

Peralatan Persalinan

Peralatan yang digunakan oleh wak Wuerni dalam melakukan persalinan tidak lah banyak. Wak Suwerni biasanya hanya menggunakan barang-barang berikut ini:

- Gunting medis

Gunting medis ini digunakan terkadang untuk menggunting ari-ari sang bayi. Gunting ini menurut pengakuan ibu Suwerni diperoleh dari sumbangan Puskesmas Kecamatan Panai Hilir yang memang sengaja dibagikan kepada Dukun Beranak yang ada di daerah tersebut. Dahulu ibu Suwerni hanya menggunakan gunting biasa saja ketika memotong ari-ari bayi. Namun, setelah ada penyuluhan bahwa hal itu tidak lah hygienis, maka mereka mulai menggunakan peralatan tersebut. Penggunaan gunting medis tersebut juga tidak sembarangan, karena gunting tersebut sebelum dipakai harus dibersihkan dulu dengan air panas, dan dibacai dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Foto 1 : Gunting Medis

Sumber: Data Penelitian Lapangan Tahun 2019

- Ember dan Air Hangat

Peralatan selanjutnya adalah ember dan air hangat untuk membersihkan tubuh bayi yang telah lahir. Seperti yang diketahui pada saat bayi tersebut lahir, bayi tersebut akan diselimuti darah dan cairan dan rahim si ibu, sehingga hal tersebut perlu untuk dibersihkan dengan menggunakan air hangat. Ibu Sewerni mengatakan bahwa bayi memang harus dibersihkan dengan air hangat, karena tubuhnya masih sensitive. Sementara apabila menggunakan alkohol, bayi tersebut bisa sakit karena tubuhnya tidak dapat menahan cairan alkohol tersebut.

- Tisu Alkohol

Peralatan selanjutnya yang digunakan oleh Dukun Beranak adalah tisu alcohol. Menurut pengakuan Wak Suwerni, tisu alkohol ini digunakannya untuk membersihkan sisa-sisa persalinan dari tubuh ibu yang melahirkan tersebut. Hal tersebut penting dilakukan, karena kebersihan ibu yang baru melahirkan sangat penting untuk dijaga.tisu alcohol tersebut biasanya dibeli oleh Wak Suwerni di Apotik dekat rumahnya. Penggunaan Tisu Alkohol tersebut juga merupakan hasil dari sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Kecamatan Panai Hilir.

Foto 2: Tisu Alkohol

Sumber: Data Penelitian Lapangan Tahun 2019

Selain peralatan Dukun Beranak, pada proses melahirkan sang ibu dan keluarganya harus pula membawa perlengkapan melahirkan yang juga tak kalah penting. Perlengkapang tersebut terbagi menjadi dua yakni perlengkapan bayi, dan perlengkapan ibu. Perlengkapan Bayi diantaranya sebagai berikut:

1. 2 stel baju bayi baru lahir lengan pendek, 2. 2 stel baju bayi baru lahir lengan panjang, 3. 3 pasang sarung tangan & kaki,

4. 12-24 pcs Popok kain/ sekali pakai

5. Toileters bayi (sabun, baby oil dan minyak telon), 6. 3-6 buah kain bedong,

7. Selimut 8. Kupluk/topi.

Sementara itu perlengkapan Ibu adalah sebagai berikut:

1. Satu stel baju untuk pulang 2. Bantal menyusui,

3. Tisu basah dan kering, 4. Gendongan bayi

Sementara itu perlengkapan pelengkap lainnya adalah pelastik hitam untuk membawa pakaian kotor bekas setelah melahirkan.

Pemeriksaan Luar dan Tetap Sabar

Sebelum waktu melahirkan tiba, selain mengacu pada kontraksi yang terjadi, Dukun Beranak juga akan memeriksa tubuh pasien. Pemeriksaan fisik oleh Dukun Beranak tanpa melakukan pemeriksaan dalam atau vagina toucher (VT).

Hal ini dianggap lebih aman dan juga member rasa nyaman kepada ibu hamil tersebut.

“… sebelum lahir itu kalau si ibunya belum ada kontraksi atau sakit perutnya ya biasanya ibu akan coba cek bentuk perutnya dan juga vaginanya. kami gak pernah nyolok-nyolok lo dek, ya dilihat aja. Ada yang bilang itu di luar sana katanya kalau beranak di Dukun Beranak lubang vaginanya disogrok-sogrok pake tangan, enggak betul itu. Ngapain pulak disogrok pake tangan kalau pake mata aja uda bisa kok keliatan …” (wawancara tanggal 4 Juni 2019)

Dukun Beranak dalam detik-detik menjelang keluarnya bayi dari dalam kandungan selalu mencoba untuk menenangkan pasien. Dukun Bayi akan selalu meminta pasien untuk tetap bersabar. Dalam hal ini pasien bernama kak Puja terlihat menggenggam tangan Wak Suwerni ketika perutnya sudah terasa sakit.

Intinya, pada saat menolong melahirkan Dukun Beranak mengutamakan sikap sabar kepada para pasiennya.

“… ya disabarin ya, kita bilang pelan-pelan, jangan jeret-jeret orang perempuan ya pahalanya di situ, yang sabar, yang ikhlas, malu didengar orang, ya kita bujuk lah gak boleh di marah-marah namanya juga dia sakit. Ya nolong orang melahirkan ya harus sabar, apalagi anak pertama kan dia belom ngerti kayakmana rasanya, makanya kalau ibunya jeret-jeret kitanya ya mesti sabar.

Istilahnya dia sabar, ya saya juga harus sabar karena banyak juga tipe-tipe orang yang melahirkan ini orangnya panikan dan teriak-teriak terus …” (wawancara tanggal 4 Juni 2019)

Dukun Beranak juga pada saat proses melahirkan akan memberikan banyak motivasi kepada sang ibu. Dorongan motivasi penting diberikan sebab terkadang dalam beberapa kondisi, ibu hamil kerap mengalami kesulitan pada saat persalinan, sehingga motivasi diperlukan oleh ibu hamil agar proses melahirkan

dapat dilaksanakan dengan lancar dan tanpa masalah. Seperti dalam kutipan wawancara dengan informan berikut ini:

“… Sama pasiennya kita bilang istighfar yang banyak-banyak, nanti tak bilang baca doa ya nak, semangat ya nak, namanya yang penting kan kita semangati pasiennya. Biasanya kalau dia masih baru pertama kali melahirkan itu saya sampe minta bantuan kerabatnya untuk bantuin saya nenangin. Tapi kalau yang udah melahirkan yang ke 4, 5 atau ke 6 itu biasanya ya gak akan rewel.

Hari ini lahiran, besok udah nyuci dia …” (wawancara tanggal 4 Juni 2019)

Langkah-langkah pertolongan persalinan oleh Dukun Beranak sama halnya dengan proses persalinan pada umumnya, sehingga tidak ada teknik tertentu atau syarat-syarat khusus untuk pasien ketika akan bersalin. Dukun Beranak hanya akan menunggu calon ibu sampai waktunya tiba untuk melahirkan.

Dalam hal ini yang menjadi pusat perhatian dalam serangkaian persalinan adalah pemotongan tali pusar atau placenta pada bayi. Menurut kepercayaan setempat di Desa Sei Brombang, tali plasenta ini adalah saudara kembar dari bayi yang harus diperlakukan dengan baik dan memiliki kekuatan magis sehingga didalam pemotongan dan penguburannya harus dilakukan dengan hati-hati oleh si bapak.

Alat yang digunakan dalam pemotongan plasenta mengalami perubahan

Alat yang digunakan dalam pemotongan plasenta mengalami perubahan